Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH TEHNOLOGI SEDIAAN FARMASI

SUSPENSI

Disusun oleh :
Nurhasanah
Iip
Denny
Dimpi
Febri

Profesi Apoteker
INSTITUT SAINS DAN TEHNOLOGI NASIONAL
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, serta
karuniaNya kepada kami semua, hingga kami dapat menyelesaikan makalah Tehnologi Sediaan Farmasi
tentang ‘Suspensi’

Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun isi
materinya. Oleh karena itu, kami menerima segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki kesalahan kami.

Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan informasi Dan menambah pengetahuan bagi kita
semua.

Jakarta,13 Februari 2019


Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam bidang industri farmasi, perkembangan tekhnologi farmasi sangat berperan aktif dalam

peningkatan kualitas produksi obat-obatan. Hal ini banyak ditunjukkan dengan banyaknya sediaan

obat-obatan yang disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif obat, kondisi pasien dan

peningkatan kualitas obat dengan meminimalkan efek samping obat tanpa harus mengurangi atau

mengganggu dari efek farmakologis zat aktif obat.

Sekarang ini banyak bentuk sediaan obat yang dijumpai di pasaran antara lain: Dalam bentuk

sediaan padat: Pil, Tablet, Kapsul, Supposutoria. Dalam bentuk sediaan setengah padat: Krim,

Salep. Dalam bentuk cair: Sirup, Eliksir, Suspensi, Emulsi dan lain-lain. Suspensi merupakan salah

satu contoh dari bentuk sediaan cair, yang secara umum dapat diartikan sebagai suatu sistem

disperse kasar yang terdiri atas bahan padat tidak larut tetapi terdispersi merata ke dalam

pembawanya. Bentuk suspensi yang di pasarkan ada 2 macam, yaitu suspensi siap pakai atau

suspensi cair yang langsung bias diminum, dan suspensi yang dilarutkan terlebih dahulu ke dalam

cairan pembawanya, suspensi bentuk ini digunakan untuk zat aktif yang kestabilannya dalam akhir

kurang baik dan sebagai pembawa dari suspensi yaitu berupa air dan minyak.

Sediaan dalam bentuk suspensi diterima baik oleh para konsumen dikarenakan penampilan

baik itu dari segi warna ataupun bentuk wadahnya. Penggunaan dalam bentuk suspensi bila

dibandingkan dengan larutan sangatlah efisien sebab suspensi dapat mengurangi penguraian zat

aktif yang tidak stabil dalam air.


Dengan demikian sangatlah penting bagi kita sebagai tenaga farmasis untuk mengetahui dan

mempelajari pembuatan sediaan dalam bentuk suspensi yang sesuai dengan persyaratan suspensi

yang ideal ataupun stabil agar selanjutnya dapat diterapakan pada pelayanan kefarmasian dalam

kehidupan masyarakat.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang dan beberapa uraian mengenai Suspensi ini, dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut.

a. Apakah definisi suspensi

b. Apa saja macam-macam suspensi

c. Apa saja komposisi dari suspensi

d. Apa saja syarat-syarat suspensi

e. Apa saja keuntungan dan kekurangan dari suspensi

f. Bagaimana penggunaan suspense dalam bidang farmasi

1.3 TUJUAN PENULISAN

. Adapun tujuan penulisan Makalah ini antara lain :

a) Untuk mengetahui defenisi dari suspensi

b) Untuk mengetahui komposisi suspensi

c) Untuk mengetahui keuntungan dan kekurangan dari suspensi

d) Untuk mengetahui kegunaan suspensi dalam bidang farmasi


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN

Suspensi Menurut Farmakope Indonesia IV adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat

tidak larut yang terdispersi dalam fase cair

Suspensi menurut Farmakope Indonesia III adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat

dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.

Suspensi menurut USP XXVII, suspensi oral adalah sediaan cair yang menggunakan partikel-

partikel padat terdispersi dalam suatu cairan pembawa cair atau flavouring agent yang cocok untuk

pemakaian oral.

Menurut formularium nasional, suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak

melarut dan terdispersi sempurna dalam cairan pembawa.

Suspensi merupakan sistem heterogen yang terdiri dari 2 fase yaitu Fase Kontinyu ( Fase Luar)

umumnya berupa cairan atau setengah padat dan Fase terdispersi ( Fase Dalam) merupakan bahan

yang tidak larut tetapi terdispersi ke seluruh fase luar.Diameter fase dispersi dapat berkisar dari

sekitar 0,5 hingga 100 µm.Umumnya fase dalam ( zat terlarut ) akan terpisah setelah penyimpanan.

2.2 Macam – macam Suspensi

A. suspensi oral

B. suspensi topikal

C. suspensi tetes telinga

D. suspensi optalmik

E. Suspensi untuk Injeksi\


A.Suspensi Oral

Suspensi oral adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam

pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral.

Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai susu atau magma termasuk dalam kategori ini.

Beberapa suspensi dapat langsung digunakan , sedangkan yang lain berupa campuran padat

yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum

digunakan. Sediaan seperti ini disebut “ Untuk Suspensi oral”

B.Suspensi Topikal

Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam

pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit. Beberapa suspensi yang diberi

etiket sebagai “lotio” termasuk dalam kategori ini.

C.Suspensi Tetes Telinga

Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang

ditujukan untuk diteteskan telinga bagian luar.

D.suspensi Optalmik

Suspensi optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang

terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. Obat dalam suspensi harus dalam

bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan pada kornea. Suspensi obat

mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras atau penggumpalan.

E.Suspensi Injeksi

Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang

sesuai dan tidak disuntikkan secara intravena atau kedalam larutan spinal .
Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa

yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril

setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.

Dalam makalah ini yang akan dibahas khusus tentang suspensi oral.

2.3 Stabilitas Suspensi

Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara

memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari partikel. Cara tersebut

merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.

2.3.1 faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi :

1. Ukuran partikel.

Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya tekan

keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik

dengan luas penampangnya. Sedangkan antara luas penampang dengan daya tekan keatas

merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas

penampangnya. (dalam volume yang sama) .Sedangkan semakin besar luas penampang partikel

daya tekan keatas cairan akan semakin memperlambat gerakan partikel untuk mengendap,

sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran

partikel.

2 Kekentalan (viscositas)

Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin

kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil).


Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya partikel yang

terdapat didalamnya. Dengan demikian dengan menambah viskositas cairan, gerakan turun dari

partikel yang dikandungnya akan diperlambat. Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi

tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.

Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum “ STOKES “.

d2 ( D -D0) g

V = -------------------------

Keterangan : V = kecepatan aliran


d = diameter dari partikel
D = berat jenis dari partikel
D0 = berat jenis cairan
g = gravitasi
h = viskositas cairan

3 Jumlah partikel (konsentrasi)

Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar , maka partikel tersebut

akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut.

Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin

besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu

yang singkat.

4 Sifat/muatan partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang

sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan

tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan

tersebut sudah merupakan sifat alam, maka kita tidak dapat mempe-ngaruhinya.

Stabilitas fisik suspensi farmasi didefinisikan sebagai kondisi suspensi dimana partikel tidak

mengalami agregasi dan tetap terdistribusi merata. Bila partikel mengendap mereka akan mudah

tersuspensi kembali dengan pengocokan yang ringan. Partikel yang mengendap ada kemungkinan

dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk membentuk agregat dan selanjutnya

membentuk compacted cake dan peristiwa ini disebut caking .

2.4 Fenomena Antar Muka Partikel Tersuspensi

Bila dua fase berada bersama-sama, maka batas antara keduanya disebut sebagai antar

muka.Dalam suspensi, terjadi antar muka padat dan cair.Fenomena antar muka dalam farmasi

penting dipelajari, terutama terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan suspensi,

emulsi dan penetrasi molekul melalui membran fisiologis.

2.4.1 Tegangan Permukaan / Antarmuka.


Istilah permukaan biasa dipakai bila membicarakan suatu antar muka gas-padat atau gas-

cair.Tetapi seharusnya dipahami bahwa setiap permukaan adalah suatu antar muka karena

selalu melibatkan 2 fase yang berbeda.

Tegangan permukaan adalah gaya per satuan panjang (dyne/cm) yang harus diberikan sejajar

pada permukaan untuk mengimbangi tarikan ke dalam akibat gaya kohesi. Tegangan

antarmuka adalah gaya per satuan panjang yang terdapat pada antarmuka dua fase.

Persyaratan-persyaratan termodinamika diperlukan agar diperoleh suatu kestabilan dari

partikel– partikel yang tersuspensi. Kerja (W) diperlukan untuk mengubah suatu padatan
menjadi partikel – partikel kecil dan mendispersikannya dalam suatu pembawa. Luas

permukaan yang membesar sebagai akibat mengecilnya ukuran partikel berpengaruh terhadap

energi bebas permukaan yang mengarah kepada ketidak stabilan sistem suspensi secara

termodinamika. Kenaikan kerja (W) atau energi bebas permukaan (∆F )merupakan akibat dari

meningkatnya luas permukaan (∆A) karena pengecilan ukuran partikel.

∆F = γsl . ∆A ……………………. ( 3.1 )

Dimana γsl adalah tegangan antarmuka antara medium cair dan partikel padat.

Suatu sistem akan cenderung berusaha mencapai kondisi stabil dengan menurunkan energi

bebas permukaannya hingga dicapai kesetimbangan ∆F= 0. Keadaan stabil ini dapat dicapai

dengan penurunan tegangan permukaan atau pengurangan luas permukaan.

Pada suatu sistem suspensi, kecenderungan mencapai kondisi stabil (secara termodinamika)

juga terjadi. Agar energi bebas permukaan mengecil, maka tegangan permukaan diturunkan

meskipun energi bebas permukaan tidak dapat mencapai nol. Disamping itu partikel

memperkecil luas permukaannya dengan bergabung satu sama lain

membentuk agglomerate (gumpalan),baik bentuk flokulat (gumpalan yang lunak dan ringan)

maupun aggregat (gumpalan yang lekat). Gabungan partikel ini justru merupakan tanda

menurunnya stabilitas suspensi karena mempercepat terbentuknya endapan.Pada sistem

suspensi, terbentuknya endapan tidak dapat dihindari, hanya saja harus di rancang agar laju

sedimentasi menjadi lebih lambat dan endapan yang terbentuk dapat diredispersi.

2.4.2 Muatan Permukaan (Surface Charge)

Gaya pada permukaan partikel mempengaruhi derajat flokulasi dan aggregasi dalam suatu

suspensi.Gaya tarik menarik yang terjadi pada pengecilan luas permukaan tersebut adalah jenis

gaya London-van der Waals;sedangkan gaya tolak-menolak timbul dari interaksi lapisan
listrik rangkap di sekitar tiap partikel. Sifat listrik antarmuka timbul karena muatan partikel

yang membentuk lapisan listrik rangkap serta potensial zeta yang dihasilkan.

Partikel-partikel yang terdispersi dalam media cair bisa menjadi bermuatan melalui salah satu

dari cara-cara berikut (Martin,1990:969; Kulshreshtha,2010:42) :

 Adsorpsi selektif dari spesies ionik tertentu yang ada dalam larutan.

Ion yang diadsopsi dapat berasal dari ion yang ditambahkan dalam larutan atau ion

hidronium atau ion hidroksil dari air suling (fase luar). Kebanyakan partikel terdispersi menjadi

bermuatan negatif karena mengadsorpsi ion hidroksil dari air suling.

 Muatan partikel muncul dari ionisasi gugus-gugus (COOH) yang terletak di permukaan

partikel.

 Muatan permukaan partikel timbul karena perbedaan konstanta dielektrik antara partikel

dan medium pendispersinya (jarang terjadi).

Pembentukan lapisan listrik rangkap dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Saat permukaan partikel padat berhubungan dengan suatu larutan polar yang

mengandung ion-ion (misalnya larutan elektrolit), permukaannya menjadi bermuatan dengan

mengadsorpsi suatu muatan. Misalnya partikel bermuatan negatif karena partikel tersebut

mengadsorpsi anion dari larutan. Ion yang diadsopsi pada permukaan disebut sebagai ion

penentu potensial. Potensial ini disebut potensial elektrotermodinamik (Nernst;E) dan

didefinisikan sebagai perbedaan potensial antara permukaan sebenarnya dan daerah netral

listrik dari larutan tersebut.

2. Setelah anion diadsopsi pada permukaan partikel, maka pada larutan akan tertinggal

sejumlah kation dan sisa anion. Kation-kation tersebut akan ditarik ke permukaan oleh gaya

listrik permukaan sekaligus menolak anion lain yang mendekat sesaat setelah adsopsi permukaan
sempurna (jika adsorbsi anion pada permukaan telah sempurna, maka anion yang mendekat

kemudian akan ditolak oleh gaya listrik sementara kation akan ditarik mendekat). Ion dengan

muatan yang berlawanan dengan ion permukaan disebut

sebagai counterion ataugegenion. Kation yang mendekati permukaan akan terikat kuat dan

merupakan permukaan sejati dari partikel. Lapisan lsitrik yang terbentuk adalah lapisan yang

terikat kuat (stern layer).

3.Sisakation yang tidak terikat pada anion permukaan terdistribusi menjauh dari permukaan.

Kation-kation yang tersebar pada jarak tertentu dari permukaan partikel akan memiliki

konsentrasi yang sama dengananionyang tertolak oleh muatan permukaan sehingga penetralan

listrik tercapai.

4.Lapisan listrik yang terbentuk pada antarmuka adalah merupakan lapisan ganda dari muatan

listrik yakni lapisan pertama dan lapisan kedua.

Potensial Nernst dan Potensial Zeta

1. Perubahan-perubahan terhadap potensial timbul terhadap jarak dari permukaan untuk

berbagai keadaan listrik yang timbul. Potensial pada permukaan zat padat yang disebabkan

oleh ion-ion penentu potensial,adalah potensial elektrotermodinamik(Nernst). Potensial

Nernst (E) didefinisikan sebagai perbedaan dalam potensial antara permukaan yang

sebenarnya dan derah listrik dari larutan tersebut.Potensial elektrokinetikatau potensial

zeta (ζ)didefinisikan sebagai perbedaan potensial antara permukaan dari lapisan yang

terikat erat (bidang iris) dan daerah netral listrik dari larutan itu.

2. Potensial zeta (ζ) berperan dalam kestabilan sistem yang mengandung partikel-partikel

terdispersi karena potensial inilah yang mengatur derajat tolak menolak antara partikel

terdispersi yang bermuatan sama dan saling berdekatan dan bukan potensial Nernst. Zeta
potensial menunjukkan adanya penolakan antara 2 ion yang berlawanan.Bila potensial zeta

dikurangi dibawah harga tertentu, gaya tolak menolak akan sangat lemah, akibatnya

partikel saling bergabung dan mengendap.

3. Formulasi sediaan Suspensi

4. Suatu formula suspensi yang ideal menunjukkan partikel yang tidak larut terdispersi dalam

bentuk tunggal. Bagaimanapun, dalam suatu sediaan suspensi, partikel terdispersi akan

mengendap dan memisah dengan pembawanya pada penyimpanan. Hal ini tidak menjadi

masalah sepanjang partikel dapat terdispersi kembali menjadi partikel tunggal dalam fase

luarnya dengan pengocokan yang sedang. Kemampuan partikel zat padat untuk dapat

terdispersi kembali sangat penting dalam meminimalkan variasi dosis obat pada

penggunaan. Kecepatan pengendapan juga harus diatur dengan meningkatkan kekentalan

(viskositas) medium pendispersi dengan tetap mempertahankan sifat aliran, karena

kekentalan medium pendispersi dapat menjadi tahanan partikel terdispersi untuk dapat

mengendap,tetapi tidak sangat kental sehingga sulit dituang.Disamping itu, jenis endapan

yang terbentuk juga harus dirancang untuk membentuk jenis endapan flokulasi yang

dapat terdispersi kembali.Partikel terdispersi harus berukuran kecil dan tunggal sehingga

memberi penampakan sediaan yang lembut dan menyenangkan secara estetika.

Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1. Bahan pensuspensi dari alam


Bahan pensuspensi alam dari jenis gom sering disebut gom/hidrokoloid. Gom dapat larut

atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago atau lendir.

Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah

stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, pH dan proses fermentasi

bakteri .

Hal ini dapat dibuktikan dengan suatu percobaan :

- Simpan 2 botol yang berisi mucilago sejenis .

- Satu botol ditambah dengan asam dan dipanaskan, kemudian keduanya disimpan ditempat yang

sama.

- Setelah beberapa hari diamati ternyata botol yang ditambah dengan asam dan dipanaskan

mengalami penurunan viskositas yang lebih cepat dibanding dengan botol tanpa pemanasan.

Termasuk golongan gom adalah :

§ Acasia ( pulvis gummi arabici)

Didapat sebagai eksudat tanaman akasia sp, dapat larut dalam air, tidak larut dalam alkohol,

bersifat asam. Viskositas optimum dari mucilagonya antara pH 5 – 9. Dengan penambahan suatu

zat yang menyebabkan pH tersebut menjadi diluar 5 – 9 akan menyebabkan penurunan viskositas

yang nyata.

Mucilago gom arab dengan kadar 35 % kekentalannya kira-kira sama dengan gliserin. Gom ini

mudah dirusak oleh bakteri sehingga dalam suspensi harus ditambahkan zat pengawet

( preservative).

§ Chondrus
Diperoleh dari tanaman chondrus crispus atau gigartina mamilosa, dapat larut dalam air, tidak larut

dalam alkihol, bersifat alkali. Ekstrak dari chondrus disebut caragen, yang banyak dipakai oleh

industri makanan. Caragen merupakan derivat dari saccharida, jadi mudah dirusak oleh bakteri,

jadi perlu penambahan bahan pengawet untuk suspensi tersebut.

§ Tragacanth

Merupakan eksudat dari tanaman astragalus gumnifera. Tragacanth sangat lambat mengalami

hidrasi, untuk mempercepat hidrasi biasanya dilakukan pemanasan, Mucilago tragacanth lebih

kental dari mucilago dari gom arab. Mucilago tragacanth baik sebagai stabilisator suspensi saja,

tetapi bukan sebagai emulgator.

§ Algin

Diperoleh dari beberapa species ganggang laut. Dalam perdagangan terdapat dalam bentuk

garamnya yakni Natrium Alginat. Algin merupakan senyawa organik yang mudah mengalami

fermentasi bakteri sehingga suspensi dengan algin memerlukan bahan pengawet. Kadar yang

dipakai sebagai suspending agent umumnya 1-2 %.

Golongan bukan gom

Suspending agent dari alam bukan gom adalah tanah liat.Tanah liat yang sering dipergunakan

untuk tujuan menambah stabilitas suspensi ada 3 macam yaitu bentonite, hectorite dan veegum.

Apabila tanah liat dimasukkan ke dalam air mereka akan mengembang dan mudah bergerak jika

dilakukan penggojokan. Peristiwa ini disebut tiksotrofi.


Karena peristiwa tersebut, kekentalan cairan akan bertambah sehingga stabilitas dari suspensi

menjadi lebih baik.

Sifat ketiga tanah liat tersebut tidak larut dalam air, sehingga penambahan bahan tersebut

kedalam suspensi adalah dengan menaburkannya pada campuran suspensi. Kebaikan bahan

suspensi dari tanah liat adalah tidak dipengaruhi oleh suhu/panas dan fermentasi dari bakteri,

karena bahan-bahan tersebut merupakan senyawa anorganik, bukan golongan karbohidrat.

2. Bahan pensuspensi sintetis

A Derivat selulosa

Termasuk dalam golongan ini adalah metil selulosa (methosol, tylose), karboksi metil selulosa

(CMC), hidroksi metil selulosa.

Dibelakang dari nama tersebut biasanya terdapat angka/nomor, misalnya methosol 1500. Angka

ini menunjukkan kemampuan menambah viskositas dari cairan yang dipergunakan untuk

melarutkannya. Semakin besar angkanya berarti kemampuannya semakin tinggi. Golongan ini

tidak diabsorbsi oleh usus halus dan tidak beracun , sehingga banyak dipakai dalam produksi

makanan. Dalam farmasi selain untuk bahan pensuspensi juga digunakan sebagai laksansia dan

bahan penghancur/disintregator dalam pembuatan tablet.

B Golongan organik polimer

Yang paling terkenal dalam kelompok ini adalah Carbophol 934 (nama dagang suatu pabrik)

.Merupakan serbuk putih bereaksi asam, sedikit larut dalam air,tidak beracun dan tidak mengiritasi

kulit, serta sedikit pemakaiannya.Sehingga bahan tersebut banyak digunakan sebagai bahan

pensuspensi. Untuk memper-oleh viskositas yang baik diperlukan kadar ± 1 %.


Carbophol sangat peka terhadap panas dan elektrolit. Hal tersebut akan mengakibatkan penurunan

viskositas dari larutannya.

3. Cara Mengerjakan Obat Dalam Suspensi

1. Metode pembuatan suspensi.

Suspensi dapat dibuat secara :

a. Metode dispersi

Dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago yang telah terbentuk kemudian

baru diencerkan.

Perlu diketahui bahwa kadang-kadang terjadi kesuka-ran pada saat mendispersi serbuk dalam

vehicle, hal tersebut karena adanya udara, lemak, atau kontaminan pada serbuk. Serbuk yang

sangat halus mudah kemasukan udara sehingga sukar dibasahi. Mudah dan sukarnya serbuk

terbasahi tergantung besarnya sudut kontak antara zat terdispers dengan medium. Bila sudut

kontak ± 90o serbuk akan mengambang diatas cairan. Serbuk yang demikian disebut memiliki

sifat hidrofob. Untuk menurunkan tegangan antar muka antara partikel zat padat dengan cairan

tersebut perlu ditambahkan zat pembasah atau wetting agent.

b.Metode praesipitasi.

Zat yang hendak didispersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang hendak dicampur

dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik diencer- kan dengan larutan pensuspensi dalam

air. Akan terjadi endapan halus dan tersuspensi dengan bahan pensuspensi.

Cairan organik tersebut adalah : etanol, propilenglikol, dan polietilenglikol

2. Sistem pembentukan suspensi

Sistem flokulasi
Dalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi terikat lemah,cepat mengendap dan pada

penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali

Sistem deflokulasi

Dalam sistem deflokulasi partikel deflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya membentuk

sedimen, dimana terjadi agregasi akhirnya terbentuk cake yang keras dan sukar tersuspensi

kembali.

Secara umum sifat-sifat dari partikel flokulasi dan deflokulasi adalah :

Deflokulasi :

1. Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain.

2. Sedimentasi yang terjadi lambat masing - masing partikel mengendap terpisah dan ukuran

partikel adalah minimal

3. Sedimen terbentuk lambat

4. Akhirnya sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi

5. Ujud suspensi menyenangkan karena zat tersuspensi dalam waktu relatif lama. Terlihat bahwa

ada endapan dan cairan atas berkabut.

Flokulasi :

1. Partikel merupakan agregat yang bebas.

2. Sedimentasi terjadi cepat.

3. Sedimen terbentuk cepat.

4. Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti

semula
5. Ujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi cepat dan diatasnya terjadi daerah

cairan yang jernih dan nyata.

D. Formulasi Suspensi

Membuat suspensi stabil secara fisis ada 2 kategori :

 Penggunaan “structured vehicle” untuk menjaga partikel deflokulasi dalam

suspensi structured vehicle, adalah larutan hidrokoloid seperti tilose, gom, bentonit, dan lain-lain.

 Penggunaan prinsip-prinsip flokulasi untuk membentuk flok, meskipun terjadi cepat

pengendapan, tetapi dengan penggojokan ringan mudah disuspensikan kembali.

Pembuatan suspensi sistem flokulasi ialah :

1. Partikel diberi zat pembasah dan dispersi medium

2. Lalu ditambah zat pemflokulasi, biasanya berupa larutan elektrolit, surfaktan atau polimer.

3. Diperoleh suspensi flokulasi sebagai produk akhir.

4. Apabila dikehendaki agar flok yang terjadi tidak cepat mengendap, maka ditambah structured

vehicle

5. Produk akhir yang diperoleh ialah suspensi flokulasi dalam structured vehicle

Bahan pemflokulasi yang digunakan dapat berupa larutan elektrolit, surfaktan atau polimer.

Untuk partikel yang bermuatan positif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan negatif, dan

sebaliknya. Contohnya suspensi bismuthi subnitras yang bermuatan positif digunakan zat

pemflokkulasi yang bermuatan negatif yaitu kalium fosfat monobase. Suspensi sulfamerazin yang

bermuatan negatif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan positif yaitu AlCl3 (Aluminium

trichlorida)
Bahan Pengawet

Penambahan bahan lain dapat pula dilakukan untuk menambah stabilitas suspensi, antara lain

penambahan bahan pengawet. Bahan ini sangat diperlukan terutama untuk suspensi yang

menggunakan hidrokoloid alam, karena bahan ini sangat mudah dirusak oleh bakteri.

Sebagai bahan pengawet dapat digunakan butil p. benzoat (1 : 1250), etil p. benzoat (1 : 500 ),

propil p. benzoat (1 : 4000), nipasol, nipagin ± 1 %

Disamping itu banyak pula digunakan garam komplek dari mercuri untuk pengawet, karena

memerlukan jumlah yang kecil, tidak toksik dan tidak iritasi. Misalnya fenil mercuri nitrat, fenil

mercuri chlorida, fenil mercuri asetat.

E. Penilaian Stabilitas Suspensi

1. Volume sedimentasi

Parameter pengendapan (sedimentasi) dua parameter yang berguna yang bisa

ditujukan dari penyelidikan sedimentasi (atau lebih tepat endapan) adalah volume

sedimentasi dan dirusak flokulasi volume sedimentasi. F didefinisikan sebagai

perbandingan dari volume akhir endapan V1 terhadap volume awal dan sebelum

mengendap, jadi

F = V u / Vo -------------- (A)

Di mana:

F = volume sedimentasi

Vu = volume endapan

Vo = volume total suspensi

2. Derajat flokulasi
Adalah suatu rasio volume sedimen akhir dari suspensi terflokulasi (F) terhadap volume sedimen

akhir suspensi terdeflokulasi ( Fºº)

Derajat Flokulasi (β)

β = F / F∞

dimana:

β = derajat flokulasi

F = volume sedimentasi suspensi terflokulasi

F∞ = volume sedimentasi suspensi bila terdeflokulasi

3. Metode reologi

Berhubungan dengan faktor sedimentasi dan redispersibilitas, membantu menentukan perilaku

pengendapan, mengatur vehicle dan susunan partikel untuk tujuan perbandingan.

4. Perubahan ukuran partikel

Digunakan cara Freeze – thaw cycling yaitu temperatur diturunkan sampai titik beku, lalu

dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan kristal, yang pokok

menjaga tidak terjadi perubahan ukuran partikel dan sifat kristal.

2.4 KEUNTUNGAN DAN KERUGIAAN SEDIAAN SUSPENSI

A.Keuntungan Bentuk Sediaan Suspensi :

 baik digunakan untuk orang yang sulit mengkonsumsi tablet, pil, kapsul. terutama untuk
anak-anak
 memiliki homogenitas yang cukup tinggi
 lebih mudah di absorpsi daripada tablet, karna luas permukaan kontak dengan permukaan
saluran cerna tinggi
 dapat menutupi rasa tidak enak/pahit dari obat
 dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air

B. Kerugian Bentuk Sediaan Suspensi :


 memiliki kestabilan yang rendah
 jika terbentuk caking maka akan sulit terdispersi kembali, sehingga homogenisitasnya
menjadi buruk
 alirang yang terlalu kental menyebabkan sediaan sulit untuk dituang
 ketepatan dosis lebih rendah dibandingkan sediaan larutan
 suspensi harus dilakukan pengocokan sebelum digunakan
 pada saat penyimpanan kemungkinan perubahan sistem dispersi akan meningkat apabila
terjadi perubahan temperatur pada tempat penyimpanan

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam

fase cair.(Farmakope Indonesia IV ).

Anda mungkin juga menyukai