Anda di halaman 1dari 6

UPEJ 3 (2) (2014)

Unnes Physics Education Journal


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE PROBLEM


SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN
KONSEP DAN KOMUNIKASI ILMIAH SISWA PADA MATA PELAJARAN
FISIKA

U. Kulsum, S. E Nugroho
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang,
Indonesia, 50229

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
SejarahArtikel: Banyak siswa yang mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik tetapi tidak dapat memahami konsep dan tidak
Diterima April 2014 mampu mengaplikasikan maupun mengkomunikasikan pengetahuan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk
Disetujui April 2014 mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Cooperative Problem Solving dapat meningkatkan pemahaman
Dipublikasikan Agustus konsep fisika dan komunikasi ilmiah siswa. Pembelajaran Cooperative Problem Solving membiasakan siswa untuk
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui diskusi pemecahan masalah, sehingga siswa lebih memahami
2014
konsep serta mampu mengkomunikasikan pemikirannya. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas
________________ XI IPA SMAN 8 Semarang. Desain dalam penelitian ini adalah True Experimental Design jenis Control Group
Keywords: Pretest Posttest. Pengambilan data diperoleh dengan metode tes dan observasi yaitu untuk menentukan
Cooperative Problem peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi ilmiah siswa yang kemudian dianalisis dengan
Solving, understanding uji-t satu pihak kanan (t-test), uji gain, uji signifikansi, serta analisis kemampuan komunikasi ilmiah. Hasil
Concept Ability, penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Cooperative Problem Solving dalam pembelajaran
Communication Skills in fisika mampu meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi ilmiah siswa SMA.
Science
_____________________
Abstract
___________________________________________________________________
Many students are able to present a good level of rote but aren’t able understand the concept and are not able to apply and
communicate this knowledge. This study aims to determine whether the application of Cooperative Problem Solving Model can
improve the understanding of scientific concepts and communication students. Cooperative Problem Solving familiarize
students to construct their own knowledge through problem-solving discussions, so that students are more understand the
concepts and be able to communicate his thoughts. The population in this study is all students of class XI Science SMAN 8
Semarang. The design of this research is true experimental design control group pretest posttest types. Retrieval of data obtained
with the test method and observation of an increased ability to determine conceptual understanding and scientific
communication students then analyzed by one tail test (t-test) gain test, significant understanding of concepts test, and scientific
communication abilities analysis. The results showed that the application of learning models Cooperative Problem Solving in
learning physics is able to improve communication and understanding of scientific concept high school students.

© 2014 Universitas Negeri Semarang


Alamatkorespondensi: ISSN 2252-6935
Gedung D7 Lantai 2 Kampus UNNES,Semarang, 50229
E-mail: culfisika.unnes@gmail.com
U. Kulsum ,dkk/ Unnes Physic Education Journal 3 (2) (2014)

PENDAHULUAN komunikatif yang melibatkan siswa dalam proses


Tujuan mata pelajaran sains dan teknologi pembelajaran (student centered) serta sesuai dengan
yang tertulis dalam Permendiknas nomor 22 tahun tujuan pembelajaran fisika yaitu mampu
2006 tentang standar isi, bahwa tujuan pembelajaran menggunakan metode ilmiah yang dilandasi sikap
fisika diantaranya, yaitu memupuk sikap ilmiah, ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang
berfikir ilmiah, dan komunikasi ilmiah siswa. Pada dihadapi. Model pembelajaran inovatif yang dapat
hakikatnya tujuan pembelajaran fisika adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep dan sekaligus
mengantarkan siswa mengembangkan pengalaman dapat meningkatkan komunikasi ilmiah siswa
untuk dapat merumuskan masalah. Siswa dapat adalah pembelajaran Cooperative Problem Solving.
menguasai konsep-konsep fisika dan keterkaitannya Permasalahan dalam penelitian ini adalah
serta mampu menggunakan metode ilmiah yang apakah model pembelajaran Cooperative Problem
dilandasi sikap ilmiah untuk memecahkan masalah- Solving dapat meningkatkan kemampuan
masalah terkait dalam kehidupan sehari-hari. Fisika pemahaman konsep dan komunikasi ilmiah siswa.
harus menjadikan siswa tidak sekedar tahu Model pembelajaran Cooperative Problem Solving
(knowing), dan hafal (memorizing) tentang konsep- merupakan suatu model pembelajaran yang
konsep fisika melainkan harus menjadikan siswa melakukan pemusatan pada pengajaran dan
untuk mengerti dan memahami (to understand) keterampilan pemecahan masalah dalam kelompok-
konsep-konsep tersebut, dan menghubungkan kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan
keterkaitan suatu konsep dengan konsep lain. berbeda. Setiap anggota dalam kelompok saling
Kurikulum saat ini dikembangkan melalui kerjasama dan membantu untuk memahami suatu
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa bahan permasalahan yang terdiri dari tahap
(student-centered learning), sesuai dengan paradigma klarifikasi masalah, menampilkan masalah secara
pembelajaran abad 21 yang menekankan kepada fisika, merencanakan strategi pemecahan secara
siswa untuk memiliki kecakapan berpikir dan belajar berkelompok, menjalankan rencana,
(thinking and learning skill). Kecakapan-kecakapan mengkomunikasikan hasil dan mengevaluasi.
yang dikembangkan diantaranya adalah kecakapan (Suprijono 2012 ). Temuan Subratha (2007)
memecahkan masalah, berpikir kritis, kolaborasi, menyatakan bahwa penerapan pembelajaran
dan kecakapan berkomunikasi. kooperatif dengan pendekatan problem solving dapat
Pembelajaran fisika merupakan salah satu meningkatkan pemahaman konseptual fisika dan
mata pelajaran yang dianggap sukar oleh siswa. Dari prestasi belajar siswa.
hasil observasi yang telah dilakukan di SMAN 8 Gagne (1977), sebagaimana dikutip oleh
Semarang diperoleh data yang menunjukkan bahwa Rifa’I (2010: 92) menyatakan bahwa landasan
hasil belajar fisika siswa kelas XI masih rendah. filosofis proses psikologis pembelajaran pemecahan
Banyak siswa yang belum memenuhi Kriteria masalah adalah belajar bukanlah sekedar menghafal
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di tetapi melalui proses mengkonstruksi pengalaman.
SMA N 8 Semarang sebesar 72. Guru menjadi Melalui pembelajaran Cooperative Problem Solving,
sumber dan siswa terlihat pasif dalam pembelajaran siswa mengkonstruksi makna atau pengertian
fisika, tidak terjadi komunikasi dua arah antara berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki,
siswa dengan guru atau siswa dengan siswa. mengintegrasikan pengetahuan yang baru kedalam
Pembelajaran fisika (Sains) di SMA Negeri 8 skema yang telah ada dalam pemikiran siswa
Semarang, yaitu masih menggunakan pendekatan sendiri. Lembar Diskusi Siswa (LDS) dilengkapi
pembelajaran yang berpusat pada guru, terpaku pada dengan soal-soal pemahaman konsep mengajak
rumus dan cara cepat dalam mengerjakan soal. siswa untuk menganalisis dan memahami konsep
Banyak siswa mampu menyajikan tingkat hafalan dengan benar, soal seperti ini dapat mengurangi
yang baik terhadap materi pelajaran yang kebiasaan siswa menghafal rumus-rusmus fisika.
diterimanya, tetapi pada kenyataannya tidak Model pembelajaran Cooperative Problem
memahaminya. Siswa memiliki kesulitan untuk Solving telah memberikan kesempatan seluas-luasnya
memahami konsep akademik sebagaimana mereka kepada para siswa secara berkelompok/ bekerjasama
biasa diajarkan yaitu dengan menggunakan sesuatu untuk mengembangkan dan mengintegrasikan suatu
yang abstrak dengan metode ceramah. permasalahan fisika. Keterampilan berkomunikasi
Peran guru berkembang menjadi fasilitator. baik melalui lisan maupun tulisan siswa dapat
Memfasilitasi siswa untuk melakukan pembelajaran, mempresentasikan apa yang telah dipelajari.
sehingga diperlukan pembelajaran inovatif dan Keterampilan komunikasi ilmiah dirancang untuk

74
U. Kulsum ,dkk/ Unnes Physic Education Journal 3 (2) (2014)

meningkatkan kemampuan membaca dan menulis kelas sampel, tahap pelaksanaan, meliputi
ilmiah dan keterampilan belajar sains (Levy et al., pelaksanaan pembelajaran menggunakan model
2008). Temuan Rusnaeni (2011) menyatakan model Cooperative Problem Solving yang berorientasi
pembelajaran fisika menganalisis dan memecahkan pemecahan masalah pada pokok bahasan
persoalan secara sistematik dapat meningkatkan keseimbangan benda tegar. Pembelajaran dengan
kemampuan komunikasi ilmiah siswa. Tujuan yang model ini, siswa diminta membentuk kelompok dan
ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk melakukan diskusi kelompok berdasarkan LDS.
mengetahui apakah model pembelajaran Cooperative Komunikasi ilmiah diamati melalui observasi
Problem Solving dapat meningkatkan kemampuan selama pembelajaran berlangsung, setelah
pemahaman konsep dan komunikasi ilmiah siswa. pembelajaran selesai dilaksanakan posttest untuk
mengetahui pemahaman konsep siswa,
METODE Analisis data meliputi analisis pemahaman
Penelitian ini merupakan penelitian konsep dan analisis komunikasi ilmiah siswa.
eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah Pemahaman diukur dari skor pretest dan posttest
seluruh kelas XI IPA SMAN 8 Semarang dan siswa, kemudian skor tersebut diuji dengan uji t dan
menggunakan desain True Experimental Design jenis normal gain untuk mengetahui perbedaan antara
Control Group Pretest Posttest. Uji homogenitas dengan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Skor komunikasi
uji kesamaan dua varians dan uji normalitas dengan ilmiah siswa diperoleh melalui observasi, kemudian
chi kuadrat digunakan untuk menunjukkan bahwa diuji dengan persentase keberhasilan siswa tiap
obyek penelitian dalam keadaan homogen dan indikator untuk mengetahui perbedaan persentase
terdistribusi normal. hasil skor komunikasi ilmiah siswa kelas eksperimen
Pemahaman konsep yang dimaksud dalam dan kelas kontrol.
penelitian ini adalah pengaitan antara skemata yang
telah dimiliki oleh seseorang dengan langkah- HASIL DAN PEMBAHASAN
langkah pemecahan masalah. Langkah-langkah Hasil penelitian ini berupa pemahaman
Polya dalam pemecahan masalah meliput: (1) konsep dan komunikasi ilmiah siswa. Penilaian
memahami masalah; (2) membuat rencana; (3) pemahaman konsep pada siswa berdasarkan hasil
melaksanakan rencana; (4) melihat kembali. post test pada akhir pembelajaran, baik pada kelas
Alur penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu: eksperimen maupun kelas kontrol. Pemahaman
tahap persiapan sebelum melaksanakan penelitian, konsep dan komunikasi ilmiah siswa sebelum dan
meliputi membuat instrumen penelitian, menguji setelah pembelajaran untuk pokok bahasan
coba instrumen penelitian, menentukan populasi dan keseimbangan benda tegar pada kelas eksperimen
sampel. Tahap pendahuluan, menguji homogenitas dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel. 1 Pemahaman konsep dan komunikasi ilmiah siswa kelas eksperimen dan kontrol pokok bahasan
keseimbangan benda tegar
Hasil Hasil Normal
Kelas Indikator thitung ttabel Keterangan
Pretest Postest Gain
Skor tertinggi 60.00 96.00
Pemahaman Skor 0.71
26.00 64.00 3.82 2.00 Signifikan
Konsep terendah (tinggi)
Eksperimen
Rata-rata 38.93 82.33
Komunikasi 74.12 %
ilmiah (Baik)
Skor tertinggi 62.00 92.00
Pemahaman Skor 0.63
20.00 68.00 3.82 2.00 Signifikan
Konsep terendah (sedang)
Kontrol
Rata-rata 39.93 77.67
Komunikasi 64.82 %
ilmiah (Baik)

75
U. Kulsum ,dkk/ Unnes Physic Education Journal 3 (2) (2014)

Pemahaman Konsep siswa Pokok Bahasan siswa hanya terampil melakukan perhitungan dan
Keseimbangan Benda Tegar bisa menjawab soal-soal fisika yang sudah pernah
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada contohnya, tetapi kurang mengerti makna
pemahaman konsep siswa pada pokok bahasan konsep yang dipelajari. siswa kurang termotivasi
keseimbangan benda tegar di kelas eksperimen yang dalam memahami konsep, siswa lebih tertarik
menggunakan model pembelajaran Cooperative mengahafal rumus daripada memahami arti fisisnya.
Problem Solving lebih baik daripada kelas kontrol Model pembelajaran Cooperative Problem
yang menggunakan model pembelajaran Cooperative Solving merupakan model esensial yang menyeleksi
learning. Peningkatan pemahaman konsep siswa informasi yang relevan, informasi tersebut berupa
dengan model pembelajaran Cooperative Problem permasalahan yang akan dicari penyelesaiannya
Solving disebabkan oleh beberapa hal. Model sangat berpengaruh untuk meningkatkan
pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada kemampuan analisis siswa khususnya konsep
siswa untuk memperoleh pengetahuannya dengan keseimbangan benda tegar yang bersifat matematis.
cara menemukan sendiri konsep yang dipelajari Temuan Subratha (2007) menyatakan bahwa
melalui diskusi pemecahan masalah. Diskusi penerapan pembelajaran kooperatif dengan
menggunakan teknik pemecahan masalah yang pendekatan problem solving dapat meningkatkan
bertujuan agar siswa dapat menemukan konsep dari pemahaman konseptual fisika dan prestasi belajar
hasil analisis pemikiran mereka sendiri. Teori siswa. Temuan (Anggara dkk, 2014) juga
problem solving yang berdasarkan teori menyatakan bahwa melalui pembelajaran model
konstruktivistik, menekankan pada pemahaman Cooperative Problem Solving dapat meningkatkan
serta memecahkan persoalan dalam konteks kognitif siswa, dapat dilihat dari hasil analisis data
pemaknaan yang dimiliki siswa. Polya (1985) secara bahwa ada peningkatan kognitif dari tiap siklus
teoritis, problem solving dipercaya dapat pembelajaran. Persentase kognitif siswa 41,67%
mengembangkan higher-order-thinking skills. Siswa pada siklus I, dan meningkat pada siklus II yaitu
difasilitasi untuk menerapkan their existing knowledge kognitif siswa menjadi 75%.
melalui problem solving, pengambilan keputusan,
mendesain penemuan, serta menyajikan konsep Komunikasi Ilmiah siswa Pokok Bahasan
dalam representasi matematis. Keseimbangan Benda Tegar
Gagne (1977), sebagaimana dikutip oleh Tabel1. menunjukkan persentase
Rifa’I (2010: 92) menyatakan bahwa landasan keterampilan komunikasi ilmiah siswa kelas
filosofis proses psikologis pembelajaran pemecahan eksperimen dan kelas kontrol. Skor rata-rata
masalah adalah belajar bukanlah sekedar menghafal kemampuan komunikasi ilmiah siswa kelas
tetapi melalui proses mengkonstruksi pengalaman. eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata
Melalui pembelajaran Cooperative Problem Solving, kemampuan komunikasi ilmiah kelas kontrol.
siswa mengkonstruksi makna atau pengertian Model pembelajaran Cooperative Problem Solving telah
berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada para
mengintegrasikan pengetahuan yang baru kedalam siswa secara berkelompok/ bekerjasama untuk
skema yang telah ada dalam pemikiran siswa mengembangkan dan mengintegrasikan suatu
sendiri. Lembar Diskusi Siswa (LDS) dilengkapi permasalahan fisika. Keterampilan berkomunikasi
dengan soal-soal pemahaman konsep mengajak baik melalui lisan maupun tulisan siswa dapat
siswa untuk menganalisis dan memahami konsep mempresentasikan apa yang telah dipelajari.
dengan benar, soal seperti ini dapat mengurangi Keterampilan komunikasi ilmiah dirancang untuk
kebiasaan siswa menghafal rumus-rusmus fisika. meningkatkan kemampuan membaca dan menulis
Sementara itu pemahaman konsep siswa pada kelas ilmiah dan keterampilan belajar sains (Levy et al.,
kontrol termasuk dalam kategori sedang. Pencapaian 2008).
indikator yang tergolong sedang disebabkan guru Pembelajaran Cooperative Problem Solving
berperan aktif dalam pembelajaran. Keterlibatan membiasakan siswa untuk mengkonstruksi sendiri
guru dalam pembelajaran akan membuat siswa pengetahuannya melalui diskusi pemecahan
menjadi pasif. Diskusi yang dilakukan siswa kelas masalah, sehingga siswa lebih memahami konsep
kontrol hanya bertujuan untuk membuktikan teori serta mampu mengkomunikasikan pemikirannya
atau materi yang telah disampaikan, sehingga siswa baik dengan guru, teman maupun terhadap materi
masih mempunyai ketergantungan pada guru. Guru fisika itu sendiri. Guru hanya sebagai fasilitator,
menjelaskan materi dan contoh soal, akibatnya partisipan, bahkan sebagai seorang sahabat di kelas.

76
U. Kulsum ,dkk/ Unnes Physic Education Journal 3 (2) (2014)

Temuan Heliyah (2011) menyatakan bahwa Menurut Piaget, sebagaimana dikutip oleh
penerapan strategi pembelajaran yang dilakukan Rifa’I (2010: 225) menyatakan bahwa problem solving
dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan berbagai dikembangkan konstruktivis-kognitif, yang
permasalahan dapat meningkatkan keterampilan melandasi teori ini adalah belajar konstruktivistik,
komunikasi ilmiah. Temuan Alam (2012) juga kegiatan pembelajaran dimulai dengan
menyatakan bahwa terdapat perbedaan peningkatan mengekploitasi, mengkonstruksi pemahaman, dan
komunikasi ilmiah antara siswa yang mengikuti proses bertanya. Siswa dapat menjadi pemikir yang
pembelajaran interaktif dengan siswa yang handal dan mandiri. Mereka dirangsang untuk
mengikuti pembelajaran konvensional. Sementara menjadi seorang inventor (mengembangkan ide),
itu keterampilan komunikasi ilmiah siswa pada kelas pengujian baru yang inovatif, pengambil keputusan,
kontrol termasuk dalam kategori sedang. Pencapaian dan sebagai komunikator (mengembangkan metode
indikator yang tergolong sedang disebabkan guru dan teknik untuk bertukar pendapat dan
berperan aktif dalam pembelajaran. Keterlibatan berinteraksi). Temuan Rusnaeni (2011) menyatakan
guru dalam pembelajaran membuat siswa menjadi model pembelajaran fisika menganalisis dan
pasif. Keberanian siswa dalam menyatakan maupun memecahkan persoalan secara sistematik dapat
menanggapi pendapat masih kurang hanya beberapa meningkatkan kemampuan komunikasi ilmiah
siswa yang dapat menjawab pertanyaan guru. siswa.

Hubungan Pemahaman Konsep dan Komunikasi Ilmiah


Tabel 2. Hasil Uji Korelasi Pemahaman Konsep dan Komunikasi Ilmiah
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Variasi
Nilai Post-test Nilai Komunikasi Ilmiah Nilai Post-test Nilai Komunikasi Ilmiah
Rata-rata 77,67 66,37 82,33 73,92
rhitung 0,34 0,28
r2 0,116 0,078

Tabel 2. menunjukkan bahwa r hitung bergerak Hasil analisis data menunjukkan,


antara -1 dan +1, kelas kontrol r hitung = 0,34, sehingga peningkatan pemahaman konsep memiliki korelasi
adanya korelasi positif antara pemahaman konsep positif dengan keterampilan komunikasi ilmiah
dan komunikasi ilmiah siswa. r hitung pada kelas siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
eksperimen diperoleh 0,28, analisis tersebut Menurut Umar (2012) menyatakan bahwa
menunjukkan bahwa adanya korelasi positif antara pemahaman matematika secara konseptual dapat
pemahaman konsep dan komunikasi ilmiah siswa dibangun melalui pemecahan masalah, penalaran,
pada kelas eksperimen. Bila taraf kesalahan pemahaman, dan argumentasi. Pemaknaan
ditetapkan 5% (taraf kepercayaan 95%) dan n = 30, argumentasi tentu melibatkan kemampuan
maka harga rtabel = 0,361. Ternyata harga rhitung baik komunikasi ilmiah baik lisan maupun tertulis.
kelas eksperimen maupun kontrol lebih kecil dari Melalui pemecahan masalah dan komunikasi ilmiah
rtabel, sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Dapat yang baik akan membangun pemahaman konsep
diartikan ada hubungan positif namun tidak siswa yang baik pula. Siswa yang mampu
signifikan. Koefisien determinasi dari uji korelasi menganalisis suatu masalah dengan baik atau
merupakan varian yaitu r2 = 0,116 untuk kelas mempunyai pemahaman konsep yang baik akan
kontrol dan r2 = 0,078 untuk kelas eksperimen. Pada menunjukkan komunikasi ilmiah yang baik dalam
kelas kontrol berarti 11,6% peningkatan kemampuan membuat kesimpulan. Menurut Ahmad et al., (2010)
komunikasi ilmiah siswa ditentukan oleh besarnya menyatakan bahwa pada siswa di kelas yang
kemampuan penguasaan pemahaman konsep fisika tingkatannya lebih tinggi memilki sikap yang lebih
dan 88,4% ditentukan oleh faktor lain. Sementara positif terhadap komunikasi ilmiah dibandingkan
pada kelas eksperimen 7,8% peningkatan pada siswa yang kelasnya lebih rendah.
kemampuan komunikasi ilmiah siswa ditentukan
oleh besarnya kemampuan penguasaan pemahaman
konsep fisika dan 92,2% ditentukan oleh faktor lain.

77
U. Kulsum ,dkk/ Unnes Physic Education Journal 3 (2) (2014)

PENUTUP Anggara, A. A., J.S. Sukardjo, & E. Susilowati. 2014.


Setelah melakukan penelitian maka dapat Penerapan Pembelajaran Cooperative Problem
diambil kesimpulan sebagai berikut: (1) Model Solving (CPS) Disertai Demonstrasi untuk
pembelajaran Cooperative Problem Solving dapat Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Prestasi
meningkatkan pemahaman konsep siswa. Pemahaman Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kelarutan
konsep siswa yang menggunakan model pembelajaran Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri
Cooperative Problem Solving, lebih baik daripada Gondangrejo Tahun Ajaran 2012/2013. Jurnal
pemahaman konsep siswa yang menggunakan model Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret, 3(1):
pembelajaran Cooperative learning. (2) Cooperative Problem 8-13.
Solving dapat meningkatkan kemampuan komunikasi
ilmiah. Skor rata-rata kemampuan komunikasi ilmiah Depdiknas. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan
siswa dengan model pembelajaran Cooperative Problem Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas
Solving lebih baik daripada skor rata-rata kemampuan
komunikasi ilmiah siswa yang menggunakan model Heliyah. 2011. Penerapan Strategi Action Learning untuk
pembelajaran Cooperative learning. (3) Adanya hubungan Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Ilmiah
positif antara peningkatan kemampuan pemahaman pada Materi Pertumbuhan dan Perkembangan di
konsep dan komunikasi ilmiah, walaupun hubungan Kelas VIII SMP N 6 Surakarta. Skripsi. Surakarta:
keduanya tidak signifikan. Nilai keterampilan FKIP Universitas Sebelas Maret.
komunikasi ilmiah siswa dipengaruhi 11,6% oleh
kemampuan pemahaman konsep siswa dan 88,4% Levy, O. S., B. Eylon, & Z. Scherz. 2008. Teaching
dipengaruhi oleh hal lain. Communication Skills in Science : Tracing
Kendala yang muncul dalam penerapan model Teacher Change. Teaching ang Teacher Education,
pembelajaran Cooperative Problem Solving yaitu ketika 24 : 402-477
membangkitkan motivasi siswa dalam pembelajaran,
karena motivasi inilah yang menciptakan keaktifan Polya, G. 1985. How To Solve It 2nd ed. New Jersey:
siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai Princeton University Press. Tersedia di
tujuan pembelajaran. Keterbatasan dalam membuat https://b85410d3-a-62cb3a1a-s-
instrumen evaluasi. Soal yang digunakan untuk sites.googlegroups.com/site [diakses 16 -4-2013]
pemecahan masalah dalam pembelajaran Cooperative
Problem Solving seharusnya lebih kompleks yang Rifa’i, A. & C. Tri Anni. 2010. Psikologi Pendidikan.
mencakup semua aspek ranah kognitif. sementara Semarang: Unnes Press.
penelitian ini hanya mengandung empat aspek ranah
kognitif saja. Model pembelajaran Cooperative Problem Rusnaeni, Yani S. 2011. Pembelajaran Fisika Melalui
Solving dapat digunakan menjadi bahan pertimbangan Kegiatan Laboratorium Berbasis Inquiry untuk
guru fisika sebagai alternatif model pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Ilmiah
meningkatkan pemahaman konsep dan komunikasi pada Siswa SMP. Skripsi. Semarang: FMIPA
ilmiah siswa. Universitas Negeri Semarang.

DAFTAR PUSTAKA Subratha, Nyoman. 2007. Pengembangan Model


Pembelajaran Kooperatif Dan Strategi
Ahmad, A., F. Ihmeideh, & K. Al-Dababneh. 2010. pemecahan masalah untuk meningkatkan hasil
Attitudes Toward Communication Skills belajar Siswa Kelas VII C SMP Negeri 1
Among Student’s-Teachers’ in Jordanian Public Sukasada. Jurnal Penelitian dan Pengembangan,
Universities. Autralian Journal of Teacher 1(2) : 135-147
Education, 35(4) : 1-11.
Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning (Teori &
Alam, Burhan Iskandar. 2012. Peningkatan Aplikasi Paikem). Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi
Matematika Siswa SD Melalui Pendekatan Umar, Wahid. 2012. Membangun Kemampuan
Realistic Mathematics Education. Prosiding Komunikasi Matematis dalam Pembelajaran
Seminar Nasional Matematika. Yogyakarta: Matematika. Jurnal Ilmiah Program Studi
FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Matematika STKIP, 1(1)

78

Anda mungkin juga menyukai