Anda di halaman 1dari 2

Jum’at, 22 Juli 2016 Builda Abi Apselan

Arsitektur

MAHASISWA UGM YANG IDEAL DI ERA GLOBALISASI

Seiring perkembangan zaman, persaingan dalam segala bidang di dunia ini semakin
ketat—sama halnya di bidang pendidikan, mahasiswa sebagai agen perubahan diharapkan
mampu beradaptasi di era globalisasi ini. Secara konteks, Universitas Gadjah Mada sendiri
telah memiliki nilai-nilai, tujuan, dan visi serta misi yang tentunya diharapkan dapat
membawa mahasiswa/i pada kehidupan yang lebih baik. Begitu pula dengan kita, sebagai
mahasiswa/i harus mampu menjalankannya sesuai dengan tatanan dan peraturan yang ada.
Sebelumnya, kita harus mengetahui apa itu globalisasi dan pemicunya. Globalisasi
adalah produk perkembangan ilmu pengetahuan, daya inovasi, dan teknologi yang semakin
mengecilkan arti tapal batas politik dan geografi. Globalisasi juga adalah hasil dari
perubahan-perubahan besar di dunia finansial, manajemen perusahaan, dan tata pemerintahan
modern yang semakin terbuka dan demokratis (Martin Wolf, 2004). Globalisasi juga dapat
diartikan sebagai peran teknologi, era modern, dan sesuatu yang tidak dapat dihindari
terhadap manusia dan tingkah laku suatu kelembagaan—yang berada di luar atau di atas
jangkauan polis atau kebijaksanaan, serta terlebih berada di luar kapasitas pemerintah untuk
menolak—atau malah globalisasi dapat sepenuhnya ditolak, disusutkan, atau paling tidak,
dikendalikan oleh polis yang disengaja menjadi sebuah kekuatan dengan potensi lebih
(TIAA-CREF Institute. 2010).
Dari sana, bisa disimpulkan bahwa sifat globalisasi tergantung dari perspektif masing-
masing diri kita sendiri; bagaimana cara kita memandang dan menyikapinya. Tidak
selamanya berarti buruk, globalisasi juga merupakan alat untuk menyejaterahkan bangsa-
bangsa di dunia, terutama terhadap bangsa yang dahulunya terpencil, hidup di pedalaman,
jauh dari kemaraian, atau sulit untuk dijangkau. Namun, sejak kemunculan globalisasi, kini
sudah banyak teknologi-teknologi canggih dan kehidupan bangsa-bangsa yang dahulunya
sangat jauh tertinggal pun menjadi lebih mudah untuk diraih.
Di sisi lain, kemunculan teknologi yang sudah begitu canggih rupa-rupanya
menimbulkan pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan. Globalisasi berarti kemampuan
era modern dan sejumlah transportasi untuk mencapai pasar secara virtual di mana pun di
seluruh dunia dengan tujuan meningkatkan upah dan keuntungan dari negara yang menjadi
tujuan ekspor. Kondisi ini, menurut saya, sungguh memprihatinkan. Mengapa? Indonesia
sebagai negara berkembang, tak mungkin dapat melakukan segala sesuatunya tanpa bantuan
dari negara maju lainnya, kecuali bangsa kita akan menjadi sangat amat tertinggal jauh di
belakang. Naif, rasanya, tetapi mau tidak mau hal tersebut mesti dilakukan. Namun, di masa
yang serbacepat ini, kita tidak boleh terus-terusan terlena dengan apa yang sudah ada atau apa
yang sudah berjalan sejauh ini.
Menurut Insititut TIAA-CREF, sebagai negara maju, di Amerika sendiri sudah terjadi
penurunan tenaga kerja. Teknologi berkembang pesat dan mengambil alih pekerjaan yang
dahulunya biasa dikerjakan menggunakan tangan-tangan manusia. Lantas, bagaimana dengan
Indonesia tanpa pengolahan secanggih milik negara maju? Tentunya, untuk mencukupi
sebagian dari kebutuhan, kita perlu mengimpor dari luar negeri atau bekerja sama dengan luar
negeri. Apa-apa luar negeri, sedangkan sumber daya manusia di negeri sendiri belum tentu
dapat bersaing atau mungkin saja bersaing, tetapi kurang mendapat perhatian lebih dari
mereka yang berwenang.

Referensi
Wolf, Martin. Why Globalization Works. United Kingdom : Tuttle-Mori Agency. 2004
Jum’at, 22 Juli 2016 Builda Abi Apselan
Arsitektur

Contohnya, lihat saja Freeport yang sudah bukan lagi menjadi rahasia umum
merupakan bagian dari eksploitasi besar-besaran yang dilakukan oleh badan asing terhadap
Indonesia. Namun, menghentikannya tidak mungkin dengan memutuskan kontrak begitu
saja—semudah membalikkan telapak tangan. Pikirmu, apa yang akan terjadi jika Freeport
ditutup begitu saja tanpa muncul langkah atau kebijakan lain dari pemerintah? Para pekerja
tambang Indonesia yang selama ini menggantungkan hidupnya dan keluarganya di Freeport
akan di kehilangan pekerjaan alias di-PHK. Freeport, asal Anda tahu, hanya merupakan
secuil contoh dari badan asing yang menguasai negara kita. Itulah alasannya, mengapa
sumber daya manusia sangat diperlukan di masa modern ini—keberadaan para insinyur serta
ilmuwan andal dan berjiwa nasionalisme akan dapat menyokong pembangunan dalam negeri
dan mengharumkan nama negeri sendiri.
Di sini, saya bermaksud untuk memaparkan bahwa globalisasi sangat erat kaitannya
dengan sumber daya manusia di dalamnya—bagaimana cara suatu negara menyikapi
masuknya globalisasi; baik atau buruknya, tergantung dari cara manusia itu berpikir. Seperti
pengertian globalisasi yang saya sebutkan di atas, globalisasi ada untuk mengaburkan batas-
batas politis, geografis, bahkan etnik antarnegara. Rasanya salah, jika di zaman modern ini,
kita masih berpikiran skeptis, sempit, dan menentang jauh-jauh keberadaan globalisasi yang
kemunculannya tidak lagi bisa dielakkan. Kita bukan lagi hidup di zaman primitif yang masih
bisa mengklaim wilayah masing-masing, lalu menghancurkan seluruh benda asing yang
masuk ke wilayah sendiri.
Maka, apa yang bsia dilakukan oleh mahasiswa/i seperti kita untuk ikut andil dalam
era globalisasi ini? Sebagai mahasiswa/i Universitas Gadjah Mada yang ideal di era
globalisasi ini, kita sudah harus berpikiran terbuka bahwa globalisasi ini tidak mungkin untuk
dielakkan. Jangan hanya pasrah sebagai penonton yang enggan ikut campur, tetapi juga
mampu memilah mana pengaruh positif yang semestinya diambil atau pengaruh negatif yang
semestinya dibuang jauh-jauh. Benar sekali bahwa sejauh ini, status mahasiswa/i tiada lain
merupakan pelajar pada lembaga pendidikan tertinggi. Namun, sebagai sosok pelajar yang
ideal, kita tidak hanya dituntut untuk unggul dalam akademis—dipandang pintar di dalam
kelas tidak akan berarti banyak, sementara masih banyak bangsa Indonesia yang kelaparan,
menjerit pertolongan dari kalangan seperti kita.
Mahasiswa/i adalah agen perubahan, sehingga kita harus mampu berpikir di luar
lingkaran, menciptakan kreasi, inovasi dalam pengertian baik, serta mendahulukan
kepentingan umum di atas kepentingan pribadi. Tidak pantang menyerah dalam menghadapi
kegagalan dan terus mencoba untuk menjadikan Indonesia lebih baik dari sebelumnya,
misalnya dengan mengadakan penelitian, menciptakan lapangan kerja, menggunakan produk
dalam negeri, serta berpartisipasi dalam bela negara lainnya.
Kita tidak hanya dituntut untuk unggul dalam belajar, tetapi juga mampu dalam
menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Selain itu, cara agar tidak terbawa arus globalisasi
di masa modern ini, sebagai mahasiswa/i Universitas Gadjah Mada yang ideal, kita juga
harus betul-betul memahami nilai-nilai apa yang terkandung dalam tubuh Pancasila dengan
tidak mengabaikannya begitu saja, serta mengamalkannya dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan demikian, kita akan mampu menjadi bangsa yang hebat dan tidak akan tenggelam di
tengah arus globalisasi yang kian merajalela.

Referensi
Wolf, Martin. Why Globalization Works. United Kingdom : Tuttle-Mori Agency. 2004

Anda mungkin juga menyukai