Anda di halaman 1dari 4

Nama : Salmiah La Ongke

Nim : 20184040009

ALOGARITMA ALERGI MAKANAN

Alergi Makanan

Diagnosis :

Anamnesis,
pemerikasaan fisik
dan pemeriksaan
penunjang

Gejala :
Sesak napas, eksim,
oral allergy
Identifikasi gejala Tidak ada gejala
syndroms, urtikaria
dan saluran cerna
Tidak dilanjutkan

Terapi

Terapi utama Terapi untuk


alergi makanan mengatasi gejala

Antihistamin :
Diet eliminasi Rotary diversified diet
CTM, Cetirizine dll

Amati efek Jika tidak terkontrol :


- Sesuaikan dosis atau ganti
dengan obat lain atau
tambahkan obat lain
Gejala terkontrol seperti kortikosteroid.
- Pertimbangan tambahan :
imunoterapi.
Referensi :

1. Ikawati Zullies. 2011. Penyakit Sistem Pernafasan dan Tatalaksana Terapinya. Bursa Ilmu :
Yogyakarta.
2. Suryantoko dan Purwati Dwi Retno. 2012. Peran Diet Eliminasi Alergi Makanan pada
Diagnosis dan Terapi Rinitis Alergi. FK Univ. Airlangga-RSUD Dr. Soetomo : Surabaya.
Nama : Fauzan Apriana

Nim : 20184040024

PANDUAN PRAKTIK KLINIS


UPTD PUSKESMAS POTO TANO
ALERGI MAKANAN
1. Pengertian Reaksi imun terhadap alergen asal makanan dimana gejala dapat
(Definisi) timbul dalam beberapa menit sampai beberapa jam, dapat terbatas
pada satu atau beberapa organ, kulit, saluran napas dan cerna,
lokal dan sistemik.
2. Anamnesis 1. Pada kulit: eksim dan urtikaria.
(Subjective) 2. Pada saluran pernapasan: rinitis dan asma.
3. Keluhan pada saluran pencernaan: gejala gastrointestinal non
spesifik dan berkisar dari edema, pruritus bibir, mukosa pipi,
mukosa faring, mual, muntah, kram / nyeri perut, distensi,dan
diare.
4. Diare kronis dan malabsorbsi terjadi akibat reaksi
hipersensitivitas lambat non Ig-E-mediated seperti pada
enteropati protein makanan dan penyakit seliak.
5. Hipersensitivitas susu sapi pada bayi menyebabkan occult
bleeding atau frank colitis.
6. Gejala muncul setelah mengkonsumsi makanan yang menjadi
alergen :
Pada anak biasanya disebabkan : susu,telur, kacang tanah,
soya, terigu, dan ikan laut, sedangkan pada orang dewasa :
kacang tanah, ikan laut, udang, kepiting, kerang, dan telur
7. Faktor Risiko : terdapat riwayat alergi dalam keluarga
3. Pemeriksaan 1. Pada kulit : urtikaria, muka merah, angioedem muka
Fisik (Objective) 2. Saluran pernafasan : udem mukosa, hipersekresi, nafas cepat,
stridor ataupun wheezing
3. Saluran pencernaan : udem mukosa bibir , distensi,
peningkatan bising usus.
4. Pada kasus alergi berat dapat terjadi anafilaktik syok (
penurunan kesadaran dan hipotensi )
4. Kriteria Diagnosa 1. Memenuhi kriteria anamnesis No. 1, 2, 3 dan 6.
2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik No. 1 dan 3
5. Diagnosis Kerja Alergi Makanan
6. Kode Diagnosis No. ICPC-2 : A92 Allergy/ allergic reaction NOS
No. ICD-10 : L27.2 Dermatitis due to ingested food
No. ICD- 9 :
7. Diagnosis Intoksikasi makanan
Banding
8. Pemeriksaan -
Penunjang
9. Tatalaksana 1. Medika mentosa dengan pemberian anti histamin ( AH 1 & AH
2 ) dan Kortikosteroid ( pada kasus alergi berat ).
a. Lini I :
 Chlorfeniraminmaleat ( CTM ) :
Dosis : 0,35 mg / kgBB/ hari, 3x / hr , oral
 Dyfenhidramin ( oral , IM ) :
Dosis : 5 mg / kgBB / hari, dibagi dalam 4 dosis
 Cetirizine :
 6 bln – 2 th : 2,5 mg , sekali sehari
 2 – 5 th : 2,5 – 5 mg, sekali sehari
 > 5 th : 5 – 10 mg, sekali sehari
 Loratadin :
 2 – 5 th : 5 mg, sekali sehari
 > 5 th : 10 mg, sekali sehari
b. Jika tidak respon dengan lini I dapat ditambahkan AH 2 :
 Ranitidin
c. Pada kasus alergi berat dapat ditambahkan kortikosteroid :
 Metilprednisolon
 Dexamethason
d. Pada kasus anafilaktik syok :

2. Eliminasi dan hindari jenis makanan yang telah dibuktikan


menjadi penyebab alergi
10. Edukasi 1. Edukasi pasien untuk kepatuhan diet pasien.
2. Menghindari makanan yang bersifat alergen secara sengaja
mapun tidak sengaja (perlu konsultasi dengan ahli gizi).
3. Pendidikan pada orangtua atau pasien mengenai hidden food
allergen dengan memperhatikan label makanan.
4. Menyusui bayi sampai usia 6 bulan menimbulkan efek protektif
terhadap alergi makanan
11. Komplikasi Reaksi alergi berat, syok anafilaktik
12. Prognosis Umumnya prognosis adalah dubia ad bonam bila medikamentosa
disertai dengan perubahan gaya hidup.
13. Evidence I/II/III/IV
14. Tingkat A/B/C/D
Rekomendasi
15. Penelaah Kritis Dokter Puskesmas
16. Kriteria Rujukan 1. Pasien dirujuk apabila pemeriksaan uji kulit, uji provokasi dan
eliminasi makanan terjadi reaksi anafilaksis.
17. Kepustakaan 1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktek Klinis
Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama.
2. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, 2011. Pedoman
Pelayanan Medis Ilmu Kesehatan Anak. Denpasar

Anda mungkin juga menyukai