Anda di halaman 1dari 15

METODE PERHITUNGAN KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT

Posted on 17 Februari 2015by Mamuk


Untuk mengetahui kebutuhan perawat dalam sebuah rumah sakit dapat menggunakan
berbagai pilihan metode. Berikut ini macam metode yang dapat digunakan dalam
menghitung kebutuhan tenaga perawat :

1. Metode Rasio
2. Metode Need
3. Metode Douglas
4. Metode Demand
5. Metode Gillies
6. Metode Swandsburg
7. Metode Nina
8. Metode Hasil Lokakarya Keperawatan
9. Metode Hasil Workshop Perawatan di Ciloto
10. Metode Standar Ketenagaan Perawat dan Bidan di Rumah Sakit
Berikut ini keterangan masing masing metode perhitungan keperawatan
1. Metode Rasio
Metoda ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator personal yang
diperlukan.Metoda ini paling sering digunakan karena sederhana dan mudah.Metoda
ini hanya mengetahui jumlah personal secara total tetapi tidak bisa mengetahui
produktivitas SDM rumah sakit,da kapan personal tersebut dibutuhkan oleh setiap unit
atau bagian rumah sakit yang mebutuhkan.Bisa digunakan bila: kemampuan dan
sumber daya untuk prencanaan personal terbatas,jenis,tipe, dan volume pelayanan
kesehatan relatifstabil.Cara rasio yang umumnya digunakan adalah berdasarkan surat
keputusan menkes R.I. Nomor 262 tahun 1979 tentang ketenagaan rumah sakit,dengan
standar sebagai berikut :
Tipe RS TM/TT TPP/TT TPNP/TT TNM/TT
A&B 1/(4-7) (3-4)/2 1/3 1/1
C 1/9 1/1 1/5 3/4
D 1/15 1/2 1/6 2/3
Khusus Disesuiakan Disesuiakan Disesuiakan Disesuiakan
Keterangan :
TM = Tenaga Medis
TT = Tempat Tidur
TPP = Tenaga Para Medis Perawatan
TPNP = tenaga para medis non perawatan
TNP = tenaga non medis
Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun banyak rumah sakit yang
lambat laun meninggalkan cara ini karena adanya beberapa alternatif perhitungan yang
lain yang lebih sesuai dengan kondisi rumah sakit dan profesional.

2. Metode Need
Cara ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja yang diperhitungkan
sendiri dan memenuhi standar profesi. Untuk menghitung seluruh kebutuhan tenaga,
diperlukan terlebih dahulu gambaran tentang jenis pelayanan yang diberikan kepada
klien selama di rumah sakit. Diskripsi tentang pelayanan yang diberikan kepada pasien.
Misalnya saja untuk klien yang berobat jalan, ia akan melalui/mendapatkan pelayanan,
antara pembelian karcis, pemeriksaan perawat/dokter, penyuluhan, pemeriksaan
laboratorium, apotik dan sebagainya. Kemudian dihitung standar waktu yang
diperlukan agar pelayanan itu berjalan dengan baik. (Hudgin’s 82).

Menurut Hundgins (1992) menggunakan standar waktu pelayanan pasien adalah


sebagai berikut :

3. Metode Douglas
Untuk pasien rawat inap, Douglas (1984) menyampaikan standar waktu pelayanan
pasien rawat inap sebagai berikut :

1) Perawatan minimal memerlukan waktu : 1 – 2 jam/24 jam

2) Perawatan intermediet/parsial memerlukan waktu : 3 – 4 jam/24 jam

3) Perawatan maksimal/total memerlukan waktu : 5 – 6 jam/24 jam

Dalam penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori tersebut di atas adalah
sebagai berikut :

Kategori I : Self Care / Perawatan Mandiri (Minimal)


Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara umum baik, tidak ada
reaksi emosional, pasien memerlukan orientasi waktu, tempat dan pergantian shift,
tindakan pengobatan biasanya ringan dan simpel.

Asuhan keperawatan minimal mempunyai kriteria sebagai berikut ::

1. Kebersihan diri, mandi ganti pakaian dilakukan sendiri


2. Makan dan minum dilakukan sendiri
3. Ambulansi dengan pengawasan
4. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap jaga (shift)
5. Pengobatan minimal dengan status psikologis stabil
6. Persiapan prosedur memerlukan pengobatan
Kategori II : Intermediet Care / Perawatan Sedang(Partial)
Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur posisi waktu makan. memberi
dorogan agar mau makan,eliminasi dan kebutuhan diri juga dibantu atau menyiapkan
alat untuk ke kamar mandi.Penampilan pasien sakit sedang.Tindakan perawatan pada
pasien ini monitor tanda-tanda vital,periksa urine reduksi,fungsi fisiologis,status
emosinal,kelancaran drainage atau infus.Pasien memerlukan bantuan pendidikan
kesehatan untuk support emosi 5-10 menit/shift atau 30-60 menit/shiftdengan
mengobservasi side efek obat atau reaksi alergi.

Asuhan keperawatan parsial mempunyai kriteria sebagai berikut :

1. Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu


2. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam sekali
3. Ambulansi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
4. Pasien dengan kateter urine, pemasukan dan pengeluaran intake output cairan
dicatat / dihitung.
5. Pasien dengan infus, persiapan pengobatan yang memerlukan prosedur
Kategori III : Intensive Care / Perawatan Total
Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilaksanakan sendiri,semua dibantu oleh perawat
penampian sakit berat.pasien memerlukan observasi terus-menerus.

Asuhan keperawatan total mempunyai kriteria sebagai berikut :

1. Semua keperluan pasien dibantu


2. Perubahan posisi, observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap 2 jam
3. Makan melalui slang ( NGT / pipa lambung ), terapi intravena
4. Dilakukan penghisapan lender (suction)
5. Gelisah / disorientasi.
Berdasarkan kategori tersebut, didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi,
sore dan malam sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien :

Klasifikasi Pasien
Minimal Parsial Total
No Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1.08 0,90
dst
Sumber : Dauglas (1984)
Berdasarkan derajat ketergantungan, identifikasi jumlah pasien yang dirawat dilakukan
dengan mengikuti panduan sebagai berikut :

1. Dilakukan 1x sehari pada waktu yang sama dan sebaiknya dilakukan oleh perawat
yang sama selama beberapa hari sesuai kebutuhan, dengan menggunakan format
klasifikasi pasien berdasarkan derajat ketergantungan
2. Setiap pasien dinilai berdasarkan kriteria klasifikasi pasien (minimal memenuhi 3
kriteria)
3. Pasien dikelompokkan sesuai dengan klasifikasi tersebut dengan memberi tanda (I)
pada kolom yang tersedia sehingga dalam waktu 1 hari dapat diketahui beberapa
jumlah pasien dengan klasifikasi minimal, parsial dan total.
4. Bila pasien hanya mempunyai 1 kriteria dari klasifikasi tersebut, maka pasien
dikelompokkan pada klasifikasi diatasnya.
4. Metode Demand
Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga mennurut kegiatan yang memang
nyata dilakukan oleh perawat. Konversi Kebutuhan Tenaga adalah seperti pada
perhitungan cara Need.
Menurut Tutuko (1992) setiap klien yang masuk Ruang Gawat Darurat dibutuhkan
waktu sebagai berikut :

* Untuk Kasus Gawat Darurat : 86,31 menit à 87 menit

* Untuk Kasus Mendesak : 71,28 menit à 71 menit

* Untuk Kasus Tidak Mendesak : 33,69 menit à 34 menit

Menurut Depkes Filipina (1984) kebutuhan pasien adalah sebagai berikut :

Rata-rata jam perawatan/


Jenis Pelayanan pasien/hari
Non Bedah (Interna) 3,4 jam
Bedah 3,5 jam
Campuran Bedah dan Non Bedah (Interna) 3,5 jam
Post Partum 3,0 jam
Bayi Baru Lahir 2,5 jam
Anak – anak 4,0 jam
Menurut Althaus et al 1982 dan Kirk 1981 adalah sebagai berikut :

 Level I (Minimal) : 3,2 jam.


 Level II (Intermediate) : 4,4 jam.
 Level III (Maksimal) : 5,6 jam.
 Level IV (Intensif Care) : 7,2 jam.
Catatan : BOR = * PT * TT
5. Metode Gillies
6. Metode Swandsburg
7. Metode Nina
8. Metode Hasil Lokakarya Keperawatan
9. Metode Hasil Workshop Perawatan di Ciloto
10.Metode Standar Ketenagaan Perawat dan Bidan di Rumah Sakit
LAPORAN PENDAHULUAN
MANAJEMEN KEPERAWATAN
PERHITUNGAN KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Stase


Manajemen keperawatan program profesi ners
Stikes Bina Putera Banjar

Disusun oleh:
Tresna Andriyani

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERA BANJAR


PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XII
2016

A. Hakekat Ketenagakerjaan
Hakekat ketenagakerjaan pada intinya adalah pengeturan, mobilisasi potensi, proses
motivasi, dan pengembangan sumber daya manusia dalam memenuhi kepuasan melalui
karyanya. Hal ini berguna untuk tercapainya tujuan individu, organisasi, ataupun komunitas
dimana ia berkarya.
Keputusan yang diambil tentang ketenagakerjaan sangat dipengaruhi oleh falsaah yang
dianut oleh pimpinan keperawatan tentang pendayagunaan tenaga kerja. Misalnya, pandangan
tentang motivasi kerja dan konsep tentang tenaga keperawatan. Dari pandangan tersebut akan
terbentuk pola ketenagakerjaan yang disesuaikan dengan gambaran pimpinan.
B. Prinsip – Prinsip Dalam Ketenagakerjaan
1. Pembagian Kerja
Prinsip dasar untuk mencapai efisiensi yaitu pekerjaan dibagi-bagi sehingga setiap orang
memilik tugas tertentu. Untuk ini kepala bidang keperawatan perlu mengetahui tentang :
a. pendidikan dan pengalaman setiap staf
b. peran dan fungsi perawat yang diterapkan di RS tersebut
c. mengetahui ruang lingkup tugas kepala bidang keperawatan dan kedudukan dalam organisasi
d. mengetahui batas wewenang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
e. mengetahui hal- hal-hal yang dapat didelegasikan kepada staf dan kepada tenaga non
keperawatan
f. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pengelompokkan dan pembagian kerja
 jumlah tugas yang dibebankan seseorang terbatas dan sesuai dengan kemampuannya
 tiap bangsal / bagian memiliki perincian aktivitas yang jelas dan tertulis
 tiap staf memiliki perincian tugas yang jelas
 variasi tugas bagi seseorang diusahakan sejenis atau erat hubungannya
 mencegah terjadinya pengkotakkan antar staf/kegiatan
 penggolongan tugas berdsasarkan kepentingan mendesak, kesulitan dan waktu
g. Disamping itu setiap staf mengetahui kepada siapa dia harus melapor, minta bantuan atau
bertanya, dan siapa atasan langsung serta dari siapa dia menerima tugas

2. Pendelegasian Tugas
Pendelegasian adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada staf untuk
bertindak dalam batas-batas tertentu. Dengan pendelegasian, seorang pimpinan dapat mencapai
tujuan dan sasaran kelompok melalui usaha orang lain, hal mana merupakan inti manajemen.
Selain itu dengan pendelegasian , seorang pimpinan mempunyai waktu lebih banyak untuk
melakukan hal lain yang lebih penting seperti perencanaan dan evaluasi. Pendelegasian juga
merupakan alat pengembangan dan latihan manajemen yang bermanfaat. Staf yang memiliki
minat terhadap tantangan yang lebih besar akan menjadi lebih komit dan puas bila diberikan
kesempatan untuk memegang tugas atau tantangan yang penting. Sebaliknya kurangnya
pendelegasian akan menghambat inisiatif staf.
Keuntungan bagi staf dengan melakukan pendelegasian adalah mengambangkan rasa
tanggung jawab, meningkatkan pengetahuan dan rasa percaya diri, berkualitas, lebih komit dan
puas pada pekerjaan.. Disamping itu mamfaat pendelegasian untuk kepala bidang keperawatan
sendiri adalah mempunyai waktu lebih banyak untuk melakukan hal-hal lain seperti perencanaan
dan evaluasi, meningkatkan kedewasaan dan rasa percaya diri, memberikan pengaruh dan power
baik intern maupun ekstern, dapat mencapai pelayanan dan sasaran keperawatan melalui usaha
orang lain
Walaupun pendelegasian merupakan alat manajemen yang efektif, banyak pimpinan yang
gagal mengerjakan pendelegasian ini. Beberapa alasan yang menghambat dalam melakukan
pendelegasian :
 meyakini pendapat yang salah “Jika kamu ingin hal itu dilaksanakan dengan tepat, kerjakanlah
sendiri”.
 kurang percaya diri
 takut dianggap malas
 takut persaingan
 takut kehilangan kendali
 merasa tidak pasti tentang apa dan kapan melakukan pendelegasian, mempunyai definisi kerja
yang tidak jelas
 takut tidak disukai oleh staf, dianggap melemparkan tugas
 menolak untuk mengambil resiko tergantung pada orang lain
 kurang kontrol yang memberikan peringatan dini adanya masalah, sehubungan dengan tugas yang
didelegasika
 kurang contoh dari pimpinan lain dalam hal mendelegasikan
 kurang keyakinan dan dan kepercayaan terhadap staf, merasa staf kurang memiliki ketrampilan
atau pengetahuan untuk melakukan tugas tersebut.

Dalam pendelegasian wewenang, masalah yang terpenting adalah apa tugas dan seberapa besar
wewenang yang harus dan dapat dilimpahkan kepada staf.
Hal ini tergantung pada :
a. Sifat kegiatan ; untuk kegiatan rutin, delegasi wewenang dapat diberikan lebih besar kepada staf.
b. Kemampuan staf ; tugas yang didelegasikan jangan terlalu ringan atau terlalu berat.
c. Hasil yang diharapkan ; Applebaum dan Rohrs menyarankan agar pimpinan jangan
mendelegasikan tanggung jawab untuk perencanaan strategik atau mengevaluasi dan mendisiplin
bawahan baru. Mereka juga menyarankan agar mendelegasikan tugas yang utuh dari pada
mendelegasikan sebagian aspek dari suatu kegiatan.

Beberapa petunjuk untuk melakukan pendelegasian yang efektif :


a. jangan membaurkan dengan pelemparan tugas. Oleh karena itu jangan mendelegasikan tugas
yang anda sendiri tidak mau melakukannya.
b. jangan takut salah
c. jangan mendelegasikan tugas pada seseorang yang kurang memiliki ketrampilan atau
pengetahuan untuk sukses
d. kembangkan tingkat keterampilan dan pengetahuan staf, sehingga mereka dapat melakukan
tugas yang didelegasikan
e. perlihatkan rasa percaya atas kemampuan staf untuk berhasil
f. antisipasi kesalahan yang dapat terjadi dan ambil langkah pemecahan masalahnya
g. hindari kritik bila terjadi kesalahan
h. berikan penjelasan yang jelas tentang tanggung jawab, wewenang, tanggung gugat dan
dukungan yang tersedia
i. berikan pengakuan dan penghargaan atas tugas yang telah terlaksana dengan baik

Langkah yang harus ditempuh agar dapat melakukan pendelegasian yang efektif :
a. tetapkan tugas yang akan didelegasikan
b. pilihlah orang yang akan diberi delegasi
c. berikan uraian tugas yang akan didelegasikan dengan jelas
d. uraikan hasil spesifik yang anda harapkan dan kapan anda harapkan hasil tersebut
e. jelaskan batas wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki staf tersebut
f. minta staf tersebut menyimpulkan pokok tugasnya dan cek penerimaan staf tersebut atas tugas
yang didelegasikan.
g. tetapkan waktu untuk mengontrol perkembangan
h. berikan dukungan
i. evaluasi hasilnya

3. Koordinasi
Koordinasi adalah keselarasan tindakan, usaha, sikap dan penyesuaian antar tenaga yang ada
dibangsal. Keselarasan ini dapat terjalin antar perawat dengan anggota tim kesehatan lain
maupun dengan tenaga dari bagian lain.
Manfaat Koordinasi:
a. menghindari perasaan lepas antar tugas yang ada dibangsal / bagian dan perasaan lebih penting
dari yang lain
b. menumbuhkan rasa saling membantu
c. menimbulkan kesatuan tindakan dan sikap antar staf
Cara koordinasi:
Komunikasi terbuka, dialog, pertemuan/rapat, pencatatan dan pelaporan, pembakuan formulir
yang berlaku.

4. Manajemen Waktu
Dalam mengorganisir sumber daya, sering kepala bidang keperawatan mengalami kesulitan
dalam mengatur dan mengendalikan waktu. Banyak waktu pengelola dihabiskan untuk orang
lain. Oleh karena itu perlu pengontrolan waktu sehingga dapat digunakan lebih efektif. Untuk
mengendalikan waktu agar lebih efektif perlu :
a. analisa waktu yang dipakai; membuat agenda harian untuk menentukan kategori kegiatan yang
ada
b. memeriksa kembali masing-masing porsi dari tiap aktifitas
c. menentukan prioritas pekerjaan menurut kegawatan, dan perkembangannnya serta tujuan yang
akan dicapai
d. mendelegasikan
Hambatan yang sering terjadi pada pengaturan waktu
a. terperangkap dalam pekerjaan
b. menunda karena takut salah
c. tamu yang tidak terjadwal
d. telpon
e. rapat yang tidak produktif
f. peraturan “open door”
g. tidak dapat mengatakan “tidak” pada hal-hal yang tidak perlu

C. Perhitungan Tenaga Perawat


1. Hitunglah dengan menggunakan formula (misal formula PPNI)
125% pada formula ini diasumsikan karena asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat di
Indonesia masih berpola pada tindakan yang banyak ke arah tindakan non keperawatan sehingga
perlu ditambahkan jumlahnya, selain itu diasumsikan bahwa kinerja keperawatan oleh perawat
Indonesia masih 75%.
Contoh:
Hasil analisis selama 6 bulan Pada ruangan dengan kategori medikal bedah didapatkan rata-rata
pasien yang dirawat : Self care 5 orang, partial care 10 orang dan total care 5 orang

Jawaban:
Dari data di atas kita sudah tahu untuk rata-rata pasien (TT x BOR) = 20 orang, dan langkah
selanjutnya kita harus menghitung terlebih dahulu jam asuhan yang harus diberikan:

Self Care = (5 x 1 jam) + (5 x 1 jam) + (5 x 0,25 jam) = 11,25 jam


Partial Care = (10 x 3 jam) + (10 x 1 jam) + (10 x 0,25 jam) = 42,5 jam
Total Care = (5 x 6 jam) + (5 x 1 jam) + (5 x 0,25) = 36,25 jam

Total Jam asuhan = 11,25 + 42,5 + 36,25 = 90 jam/20 pasien


Rata-rata jam asuhan = 4,5 jam

Maka Jumlah keseluruhan kebutuhan tenaga keperawatan adalah


TP=((4,5 x52x7x20)/(1640 jam) ) x 125% = 24,9 orang perawat

Dibulatkan menjadi 25 orang perawat pelaksana

Catatan : Jumlah Perawat bukan hal yang utama dalam pemberian pelayanan tetapi terdapat
aspek lain yang sangat berperan yaitu KOMITMEN PERAWAT dalam melaksanakan Asuhan.

2. Metode Douglas
Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) menetapkan jumlah perawat yang
dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi klien, dimana masingmasing
kategori mempunyai nilai standar per shift nya, yaitu sebagai berikut :
Jumlah Klasifikasi Klien
Pasien Minimal Parsial Total
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
Dst

Contoh kasus
Ruang rawat dengan 17 orang klien, dimana 3 orang dengan ketergantungan minimal, 8 orang
dengan ketergantungan partial dan 6 orang dengan ketergantungan total.
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan :
Minimal Parsial Total Jumlah
Pagi 0,17 x 3 = 0,51 0.27 x 8 = 2.16 0.36 x 6 = 2.16 4.83 (5) orang
Sore 0.14 x 3 = 0.42 0.15 x 8 = 1.2 0.3 x 6 = 1.8 3.42 (4) orang
Malam 0.07 x 3 = 0.21 0.10 x 8 = 0.8 0.2 x 6 = 1.2 2.21 (2) orang
Jumlah secara keseluruhan perawat perhari 11 Orang

3. Metode Gillies
Gillies (1994) menjelaskan rumus kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit perawatan
adalah sebagai berikut :
Jumlah jam keperawatan rata rata jumlah
yang dibutuhkan klien/hari x klien/hari x hari/tahun
Jumlah hari/tahun - hari libur x jmlh jam kerja
Masing2 tiap perawat
Perawat
jumlah keperawatan yang dibutuhkan /tahun
= jumlah jam keperawatan yang di berikan perawat/tahun
= jumlah perawat di satu unit
Prinsip perhitungan rumus Gillies :
Jumlah Jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari adalah :
1. waktu keperawatan langsung (rata rata 4-5 jam/klien/hari) dengan spesifikasi pembagian adalah :
keperawatan mandiri (self care) = ¼ x 4 = 1 jam , keperawatan partial (partial care ) = ¾ x 4 =
3 jam , keperawatan total (total care) = 1-1.5 x 4 = 4-6 jam dan keperawatan intensif (intensive
care) = 2 x 4 jam = 8 jam.
2. Waktu keperawatan tidak langsung
· menurut RS Detroit (Gillies, 1994) = 38 menit/klien/hari
· menurut Wolfe & Young ( Gillies, 1994) = 60 menit/klien/hari = 1 jam/klien/hari
3. Waktu penyuluhan kesehatan lebih kurang 15 menit/hari/klien = 0,25 jam/hari/klien
4. Rata rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatu unit berdasarkan rata - rata
biaya atau menurut Bed Occupancy Rate (BOR) dengan rumus :
Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu x 100 %
Jumlah tempat tidur x 365 hari
5. Jumlah hari pertahun yaitu : 365 hari.
6. Hari libur masing-masing perawat per tahun, yaitu : 73 hari ( hari minggu/libur = 52 hari (
untuk hari sabtu tergantung kebijakan rumah sakit setempat, kalau ini merupakan hari libur maka
harus diperhitungkan , begitu juga sebaliknya ), hari libur nasional = 13 hari, dan cuti tahunan =
8 hari).
7. Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari kerja efektif 6 hari maka
40/6 = 6.6 = 7 jam per hari, kalau hari kerja efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam per hari)
8. Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus ditambah 20% (untuk antisipasi
kekurangan /cadangan ).
9. Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 %

Contoh
1. Rata rata jam perawatan klien per hari = 5 jam/hari
2. Rata rata = 17 klien / hari (3 orang dengan ketergantungan minimal, 8 orang
denganketergantungan partial dan 6 orang dengan ketergantungan total)
3. Jumlah jam kerja tiap perawat = 40 jam/minggu ( 6 hari/minggu ) jadi jumlah jam kerjaperhari
40 jam dibagi 6 = 7 jam /hari
4. Jumlah hari libur : 73 hari ( 52 +8 (cuti) + 13 (libur nasional)
Jumlah jam keperawatan langsung
- Ketergantungan minimal = 3 orang x 1 jam = 3 jam
- Ketergantungan partial = 8 orang x 3 jam = 24 jam
- Ketergantungan total = 6 orang x 6 jam = 36 jam
Jumlah jam = 63 jam
Jumlah keperawatan tidak langsung
17 orang klien x 1 jam = 17 jam
Pendidikan Kesehatan = 17 orang klien x 0,25 = 4,25 jam

Sehingga Jumlah total jam keperawatan /klien/hari :


63 jam + 17 jam + 4,25 jam = 4,96 Jam/klien/hari
17 orang

Jadi,,
Jumlah tenaga yang dibutuhkan :
4,96 x 17 x 365 = 30.776,8 = 15,06 orang ( 15 orang )
(365 – 73) x 7 2044
Untuk cadangan 20% menjadi 15 x 20% = 3 orang
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 15 + 3 = 18 orang /hari
Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 % = 10 : 8 orang

4. Pedoman cara perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan (DepKes RI, 2005)


a. Pengelompokan unit kerja rumah sakit
Kebutuhan tenaga keperawatan (perawat dan bidan)harus memperhatikan unit kerja yang ada di
rumah sakit. Secara garis besar terdapat pengelompokan unit kerja di rumah sakit sebagai berikut
:
1) Rawat inap dewasa
2) Rawat inap anak/perinatal
3) Rawat inap intensif
4) Gawat darurat (IGD)
5) Kamar bersalin
6) Kamar operasi
7) Rawat jalan
b. Model pendekatan dalam perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan
Beberapa model pendekatan yang dapat dipergunakan dalam perhitungan kebutuhan tenaga
keperawatan (perawat dan bidan) di ruang rawat inap rumah sakit.
Cara perhitungan berdasarkan klasifikasi pasien :
1) Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
2) Rata pasien per hari
3) Jam perawatan yang diperlukan/hari/pasien
4) Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari
5) Jam efektif setiap perawat/bidan adalah tujuh jam per hari

Tabel. Contoh Perhitungan dalam satu ruangan Berdasarkan Klasifikasi pasien


No. Jenis / Kategori Rata-rata Rata-rata jam Jumlah
pasien/hari perawatan/pasien/hari perawatan/hari
a B c d e
1 Pasien penyakit dalam 10 3,5 35
2 Pasien bedah 8 4 32
3 Pasien gawat 1 10 10
4 Pasien anak 3 4,5 13,5
5 Pasien kebidanan 1 2,5 2,5
Jumlah 23 93,0

Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan adalah :


= 93 = 13 perawat

Jumlah jam perawatan


Jam kerja efektif per shif

Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi) dengan hari
libur/cuti/hari besar (loss day)
Loss day =
x jumlah perawat tersedia

Jumlah hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar


Jumlah hari kerja efektif

x 13 = 3,5
orang
52 + 12 + 14 + = 78 hari
286

Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non-keperawatan (non-nursing jobs),


seperti : membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat makan
pasien dan lain-lain, diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan.
(Jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25%
(13 + 3,5) x 25% = 4,1
Jumlah tenaga : tenaga yang tersedia + faktor koreksi
= 16,5 + 4,1 = 20,6 (dibulatkan 21 perawat/bidan)
Jadi tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk contoh tersebut adalah 21 orang.
Tingkat Ketergantungan Pasien :
Pasien diklasifikasikan dalam beberapa kategori yang didasarkan pada kebutuhan terhadap
asuhan keperawatan/kebidanan.
Asuhan keperawatan minimal (minimal care), dengan kriteria:
1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri;
2. Makan dan minum dilakukan sendiri;
3. Ambulasi dengan pengawasan;
4. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap sif;
5. Pengobatan minimal, status psikologis stabil;
Asuhan keperawatan sedang, dengan kriteria:
1. Kebersihan diri dibantu, makan, minum, dibantu;
2. Observasi tanda-tanda vital setiap 2-4 jam sekali;
3. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali;
Asuhan keperawatan agak berat, dengan kriteria:
1. Sebagian besar aktivitas dibantu;
2. Observasi tanda-tanda vital setiap 2-4 jam sekali;
3. Terpasang folley chateter, intake output dicatat;
4. Terpasang infus;
5. Pengobatan lebih dari sekali;
6. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
Asuhan keperawatan maksimal, dengan kriteria:
1. Segala aktivitas dibantu oleh perawat;
2. Posisi pasien diatur dan diobservasi tanda-tanda vital setiap dua jam ;
3. Makan memerlukan NGT dan menggunakan suction;
4. Gelisah/disorientasi
Jumlah jam perawat yang dibutuhkan adalah :
Jumlah jam perawatan di ruangan/hari
Jam efktif perawat
Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut ditambah (faktor koreksi) dengan :
Hari libur/cuti/hari besar (loss day)
Loss day =
x jumlah perawat yang diperlukan

Jumlah hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar


Jumlah hari kerja efektif
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non-keperawatan (non-nursing jobs)
seperti contohnya; membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat
makan pasien, dan lain-lain diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan.
(Jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25%
DAFTAR PUSTAKA

DepKesRI (2003), Indonesia sehat 2010.Jakarta : Departemen Kesehatan R.I

Douglas, Laura Mae. (1992) The effective Nurse : Leader and Manager ., 4 Th. Ed,. Mosby -
year book, Inc.

Gillies, D.A. (1994). Nursing management, a system approach. Third Edition. Philadelphia :
WB Saunders.

Marquis, B.L. dan Huston, C.J. (1998).Management Decision Making for Nurses(3rd ed)
Philadelphia: Lippincot – Raven Publisher

Marquis, B.L. dan Huston, C.J. (2000).Leaderships Roles and Management Functions in
Nursing (3rd ed) Philadelphia: Lippincot – Raven Publisher

Swansburg, R.C. & Swansburg, R.J. (1999). Introductory management and leadership for
nurses. Canada : Jones and Barlett Publishers

Anda mungkin juga menyukai