PEMDERtAN INFORMASI
DAN EDMASI RS HUSADA
JAKARTA,
TAHL N 2016
J� x`11 Sq��)
RUMAH SAM-
f �. j: OM
JI. Flava Mangga I3esar No, 137 139, Jnkarfa 10730, Indonesia
KO1AI< PU: 21 1 65 /,1111' 10001
-i Fl : ii ��- l) 020 0109, 6-190090, 601 0560 (Hurlincp Fax. (62.21) 619 7494
M.cnimbang :
MEMUTUSKAN
Kedua Menetapkan Panduan Pemberian Informasi dan Edukasi Rumah Sakit 1-lu sada
sebagaimana terlampir sebagai pedoman bagi Tim PKRS, staf tenaga medic
dan penunjang medis serta non lnedis terkait dalam menjalankan tugasny<:I;
Ketiga : Merupakan kewajiban bagi Tim PKRS, staf tenaga medis dan penunjang medic
Berta non medis terkait untuk nm n`aati dan menjalankan panduan yang
ditetapkan;
Keempat : Panduan Pemberian Informasi nan Edukasi Rumah Sakit Husada agar dirc.visi
setiap 3 (tiga) tahun sesuai den,--al perkembangan dan hasil evaluasi
pencrapar nya;
].Ceenam : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.dan apabila dikemudian lari
terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan sebagalilnuna
mcstinya.
Ditetapkan di : Jakarta,
Pada tanggal :I0 Januari 20 17
Direksi RS Husada
Puji syukur kepada Tuhan Yang lvlaha Esa, atas segala rahmat yang telah
dikaruniakan kepada penyusun, sehingga Panduan Pemberian Informasi dan
Edukasi Rumah Sakit Husada ini dapat diselesaikan.
Tim PKRS
DAFTAR ISI
ii
LAMPTRAN
i
HA13 1
DEFINISI
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang tepat waktu, akurat, lengkap,
tidak ragu-raga dan dimengerti oleh peneritna instruksi akan mengurangi
kesalahan-kesalahan dan akan meningk;atkan keselamatan pasien. Komunikasi
dapat dilakukan secara elektronik, lisan atau tertulis. Informasi adalah pesan yang
disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Proses informasi meliputi
empat tahap, yakni tahap sensasi, presepsi, memori dan berfikir. Proses ini
memungkinkan individu dapat memahami kualitas fisik lingkungannya.
Selanjutnya individu mempersiapkan objek atau pun hubungan-hubungan yang
diperoleh, kemudian menyimpulkan atati menafsirkan informasi tersebut. Sensasi
yang telah dipersiapkan oleh individu kemudian direkam oleh memori.
Komunikasi efektif adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari
seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain
tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau
informasia (Kornaruddin, 1994; Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz &
Weihrich, 1988). Dalam pemberian l.elayanan asuhan kepada pasien diperlukan
saling keija sama antara pasien, keluarga dan tim medis, untuk menimbulkan
kerja sama yang baik maka diperlukan komunikasi efektif dari tim medis kepada
pasien dan atau keluarga dimana tujuannya agar pasien dan atau keluarga dapat
mengerti apa yang harus dilakukannya dalam bekerja sarna guna mencapai
keadaan yang lebih balk untuk pasien atau dengan kata lain saling kooperatif.
Maka dari itu komunikasi yang efekti ° sangat di perlukan dalam memberikan
asuhan kepada pasien.
1
inttraksi, dengan tujuan UntUk menging;:it fakta atau kondisi nyata, dengan cara
akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara tatap muka langsung. Menurut
Memang dampak yang timbal dari cara ini terhadap perubahan perilaku
masyarakat memakan waktu yang lama, dibanding dengan cara koersi. Narnun
demikian bila perilaku tersebut be:rhasil diadopsi masyarakat, maka akan
langgeng, bahkan selama hidup dilakukan. Dalam rangka pembinaan dan
peningkatan perilaku kesehatan masyarakat, tampaknya pendekatan edukasi
(pendidikan kesehatan) lebih tepat dibandingkan dengan pendekatan koersi. Dapat
disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk intervensi atau
upaya yang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku tersebut kondusif untuk
kesehatan.
3
DA-13 2
RUANG LTNGKUP
Ruang lingkup pemberian informasi dan edukasi dapat dilihat dari berbagai
dimensi, antara lain dunensi sasaran pencidikan, dimensi tempat pelaksanaan atau
aplikasinya, dan dimensi tingkat pelayz.nan kesehatan.
masyarakat sekitar
3. Tingkat pelayanan pendidikan kesehatan
Dirnensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dapat dilakukan
berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of prevention) dari
Leave] and Clark, sebagai berikut:
a. Prornosi kesehatan (Health Promotion)
Dalarn tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan misalnya dalam
peningkatan gizi, kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan, hygiene
perorangan, dan sebagainya.
b. Perlindungan Khusus (Specific: Protection)
Dalam program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus ini
pendidikan kesehatan sargat diperlukan terutama di negara-negara
berkembang. Hai ini karena kesadaran masyarakat tentang pentingnya
imunisasi sebagai cara perlindun.gan terhadap penyakit pada orang dewasa
maupun pada anak-anaknya masih rendah.
4
c. Pengobatan Segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment)
Dikarenakan rendahnya penge?al*.uan dan kesadaran masyarakat terhadap
kesehatan dan penyakit, maka searing sulit mendeteksi penyakit-penyakit
yang terjadi di dalam masya.rakat. Bahkan kadang-kadang masyarakat
sulit atau tidak mau diperiksa Jan diobati penyakitnya. Hal ini akan
menyebablcan masyarakat tidak memperoleh pelayanan kesehatan yang
Iayak. Oleh sebab itu pendidikan. kesehatan sangat diperlukan pada tahap
ini.
yang dianjurkan. Di samping itu., orang yang cacat setelah sembuh dari
penyakit, kadang-kadang male untuk kembali ke masyarakat. Sering
terjadi pula masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai anggota
masyarakat yang normal. Ole:h sebab itu jelas pendidikan kesehatan
diperlukan bukan raja untuk orang yang cacat tersebut, tetapi juga perlu
pendidikan kesehatan kepada masyarakat.
5
Panduan komunikasi efektif ini diterapkan dilingkup rurnah sakit yang ditujukan
kepada:
1 Pernberi pelayanan saat member E'..n informasi lisan atau melalui telepon
tenting pelayanan, jam operasional, clan proses untuk mendapatkan pelayanan
dirumah sakit kepada masyarakat.
2. Antar pemberi pelayanan didalarn dan keluar rumah sakit.
3. Petugas informasi saat memberikan informasi pelayanan rumah sakit kepada
pelanggan
4. Petugas PKRS saat memberikan edukasi kepada pasien
5. Seniua karyawan saat berkomunikasf via telpon dan lisan.
benar)
Sifat Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan edukasi (Pelayanan
promosi). Akses informasi dapat di peroleh dengan rnelalui Customer Service,
Admission,dan Website. Komunikasi yang bersifat infomasi asuhan didalarn
rumah sakit adalah:
6
l Jam pelayanan
7
BA]3 3
TATA LA,.KSANA
Secara ringkas ada 5 (lima) hal yang pt'nting cara penyampaian informasi dan
edukasi agar efektif dalam berkomunikasi dengan pasien, yaitu:
1 Materi informasi apa yang disampaikan
a. Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kernungkinan rasa tidak
nyarnan/sakit saat pemeriksaan)
b. Kondisi saat ini dan berbagai I:ernungkinan diagnosis
c. Berbagai tindakan medis yang akan dilakukan untuk menentukan
diagnosis, termasuk manfaat, risiko, serta kemungkinan efek
samping/kornplikasi juga hash dan interpretasi dari tindakan medis yang
memungkinkan
4. Di mana menyampaikannya
RI, 1999).
S = Salam
A = Ajak Bicara
J= Jelaskan
1= Ingatkan
Secara rinci penjelasan mengenai SAJI adalah sebagai berikut:
Salam:
Bert salam dan sapa, tunjukkan bahwa petugas kesehatan bersedia
meluangkan waktu untuk berbicara dengan pasien/keluarga.
Ajak Bicara:
Usahakan berkomunikasi secar.a dua arah. Jangan bicara sendiri. Dorong
agar pasien/keluarga mau dan dapat mengemukakan pikiran dan
perasaannya. Tunjukkan bahwa petugas kesehatan menghargai
pendapatnya, dapat memahanii kecemasannya, serta mengerti
perasaannya. Petugas kesehata:i dapat menggunakan pertanyaan terbuka
maupun tertutup dalam usaha menggali informasi.
Jelaskan:
Bert penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya, yang ingin
diketahuinya, dan yang akan dijalani/dihadapinya agar is tidak teijebak
9
oleh pikirannya sendiri. Luruskan persepsi yang keliru. Berikan penjelasan
mengenai penyakit, terapi, atau apapun secara jelas.
Ingatkan:
Pemberian informasi dan edukasi yang dilakukan bersama pasien mungkin
memasukkan berbagai materi secara luas, yang tidak mudah diingatnya
keinbali. Di bagian akhir pereakapan; ingatkan pasien/keluarga untuk hal-
hal yang penting dan koreksi untul: persepsi yang keliru. Selalu melakukan
klarifikasi apakah pasien teiah mengerti benar, maupun klarifikasi
terhadap hai-hal yang rnasih Delum jelas bagi kedua belah pihak serta
rnengulang kembali akan pesan-pesan kesehatan yang penting.
Tata laksana pemberian informasi dan edukasi dengan tahapan sebagai berikut:
10
C, Jika pada tahap assessmen diternukan hambatan fisik (tuna rungu dan
tuna wicara), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan leaflet
kepada pasien dan keluarga 3ekandung (istri, anak, ayah, atau saudara
sekandung) dan menjelaskan kepada. mereka.
d. Jika pada tahap asesmen diternuk.an hambatan emosional pasien ( pasien
marah atau depresi), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan
materi edukasi, atau berikan edukasi melalui keluarga.
e. Jika ditemukan pasien mengalarr i hambatan dalam bahasa, rumah sakit
memfasilitasi petugas sesuai dengan bahasa yang dibutuhkan.
f. Metode yang dipakai dal.tm . pemberian informasi dan edukasi
menggunakan teknik langsun€; yaitu: Seminar, cerarnah dan dernonstrasi.
Sedangkan untuk yang tidak langsung: Leaflet, Pemasangan poster,
Papan pengumuman, Media elektronik (Radio, TV) dan Majalah. Metode
yang diberikan untuk pasier► rawat inap menggunakan teknik tanya
jawab, ceramah, atau demonstrasi. Sedangkan pemberian edukasi dan
informasi untuk pasien rawat jalan dapat melalui tatap muka, pemberian
leaflet, pemasangan poster, papan pengumuman, dan media elektronik.
3. Tahap verifikasi.
Pemahaman yang ditunjukkan ole:h pasien dan atau keluarga dapat
yang diberikan :
11
c. Apakah pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi,
pasiennya mengalami hambatan f,sik, maka verifikasinya adalah dengan
pihak keluarga dengan pertanyaan yang sarna dari materi yang telah
disampaikan, kira - kira yang bapak / ibu bisa pelajari ?"
d. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada
hambatan emotional (marah atau depresi), maka verifikasinya adalah
dengan tanyakan kembali sejauh r.-►ana pasiennya mengerti tentang materi
edukasi yang diberikan dan mhs.mi. Prosesnya pertanyaan ini bisa via
telepon atau datang langsung ke karnar pasien setelah pasien tenang atau
edukasi di berikan kepada keluarga.
12
BAD. 4
DOKUMENTASI
13
Sakit. Sernua kegiatan harus terdokurnetitasikan dalarn bentuk laporan kegiatan
Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKR.S),
14
DAFTAR PUSTAKA
Rumah
Sakit.
Pasien.
Berman, A., Snyder, S., & Frandsen, G. (2016). Kozier & Erb's; Fundamentals
of
Education Inc.
Potter & Perry. (2009).Fundamental keperawatan. 7th Ed. Adrina & Marina,
peneijemah. Jakarta: Salemba Medika.
Dite 4 kart }Y
STANDAR Direktur Ut r�rf�J .S Husada
Tanggal Terbit "
PROSEDUR
OPERASIONAL
Sp
NN
Peugertian remberian maU:ri-materi edukasi kepada pasien
keluarga berkaitan dengan kondisi kesehatannya
A. Persiapan Mat
1 Formulir pengkajian awal
2. Alat tuli3
3. Materi edukasi sesuai kebutuhan
4. Leaflet
B. Persiapan I'asien/Keluarga
1 Siapkan lingkungan yang nyaman
2. Berikar; penjelasan tujuan dilakukan pemberian edukasi
C. Pelaksanaaii
1 Cuct tangan sesuai standar
Prosedur 2. Ucapaka:.n salam . "Selamat pagi/siang/malam
Bapak/lbu/'Saudara"
3. Perkenri;ka;t diri "Saya Suster/Bidan Dewi"
4. Pastikan identitas pasien
5. Ciptakan suasana yang nyaman dan hindari tampak Ielah
6. Jelaskan tniiteri edukasi kepada pasein dan atau keluarga
7. Lakukar; verifikasi kepada pasien dan atau keluarga
terhada:; materi edukasi yang telah diberikan
8. Berikar. formulir edukasi untuk ditandatangani oleh pasien
atau keluarga
16
PEMBE:RIAN INFORMASI DAN EDUI ASI
17
Lampiran 1: SPO Pemberian informasi dan edukasi
No. Dokumen
STANDAR Diteta'p.kT �_
PROSEDUR Direktur Util iRS Husada
r
OPERASIONAL �,tS dtJS }:1 � ~
16
PEMRIAN INFORMASI DAN EDUKASI:(3E
17