Anda di halaman 1dari 73

1

Kode/Nama Rumpun ilmu: 372/Kebidanan

LAPORAN AKHIR

PROGRAM PENELITIAN DOSEN PEMULA

INISIASI MENYUSU DINI DAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

Tahun Ke 1 Dari Rencana 1 Tahun

No Kontrak :

Oleh :

1. Eka Sarofah Ningsih,. SST,. M. Kes (0731057801, Ketua)


2. Husnul Mutoharoh,.SST,.M.Kes (0730089001, Anggota)

UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN

September 2018
2
3

RINGKASAN
Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Ekskklusif

Eka Sarofah Ningsih dan Husnul Muthoharoh

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) sedini mungkin setelah
persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain (walaupun hanya
air putih), sampai bayi berumur 6 bulan. Inisiasi Menyusu Dini (IMD atau early
initiation) adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Jadi,
sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia yang lain mempunyai
kemampuan untuk menyusu sendiri. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan
kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah faktor karakteristik, pengetahuan, sikap, dan
dukungan keluarga berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif dan
pelaksanaan IMD di Desa Payaman.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan
rancangan penelitian cross sectional dan pengambilan sampel dengan cara total
sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 43 orang ibu
yang mempunyai bayi berumur 6-12 bulan di Desa Payaman.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan
pemberian ASI eksklusif adalah pengetahuan (p=0,000<0,05), sikap
(p=0,003<0,05), dan dukungan keluarga (p=0,011<0,05). Faktor yang
berhubungan dengan pelaksanaan IMD adalah pengetahuan (p=0,000<0,05) dan
dukungan (p=0,006<0,05).
Dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling signifikan dalam pemberian
ASI eksklusif dan pelaksanaan IMD adalah pengetahuan Ibu. Disarankan kepada
petugas kesehatan agar sering melakukan penyuluhan dan memberikan motivasi
kepada Ibu tentang pentingnya memberikan ASI eksklusif pada bayi.

Kata Kunci: ASI, ASI eksklusif, Inisiasi Menyusu Dini

PRAKATA
4

Puji syukur Atas Berkat Rahmat Allah Yang Maha Esa kami dapat
menyelesaikan laporan kemajuan penelitian dosen pemula yang berjudul
INISIASI MENYUSU DINI DAN ASI EKSKLUSIF ini dengan lancar.
Kegiatan penelitian ini merupakan salah satu unsur dari tri dharma perguruan
tinggi yang wajib kita implementasikan yang diharapkan dapat memberikan
manfaat kepada masyarakat luas.
Terselesaikannya laporan ini berarti bahwa penelitian yang direncanakan
hampir telah memenuhi tahap akhir. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam semua hal agar
penelitian ini dapat berjalan dengan lancar terutama Kemenristek Dikti dan
seluruh civitas akademika Universitas Islam Lamongan.
Laporan ini tentunya masih sangat jauh dari kesempurnaan.Oleh karena
itu, kami mengharapkan saran dan kritik agar pada laporan akhir nanti dapat lebih
baik lagi dan dapat memberikan hasil yang optimal.

Lamongan, September 2018

Tim Peneliti

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL 1
5

HALAMAN PENGESAHAN 2
RINGKASAN 3
PRAKATA 4
DAFTAR ISI 5
DAFTAR TABEL 6
DAFTAR GAMBAR 8
DAFTAR LAMPIRAN 9
BAB 1. PENDAHULUAN 10
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 14
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 21
BAB 4. METODE PENELITIAN 22
BAB 5. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI 29
BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA 60
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN 61
DAFTAR PUSTAKA 63
LAMPIRAN 65

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Definisi Operasional 25


Tabel 2 Distribusi karakter responden berdasarkan umur 30
Tabel 3 Distribusi karakter responden berdasarkan pendidikan 30
Tabel 4 Distribusi karakter responden berdasarkan pekerjaan 31
6

Tabel 5 Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang 31


pemberian ASI eksklusif
Tabel 6 Distribusi frekuensi sikap terhadap tradisi pemberian ASI dan 32
makanan tambahan
Tabel 7 Distribusi frekuensi dukungan keluarga dalam pemberian ASI 32
eksklusif
Tabel 8 Distribusi frekuensi pemberian ASI eksklusif 33
Tabel 9 Distribusi frekuensi pelaksanaan IMD 33
Tabel 10 Hubungan antara umur responden dengan pemberian ASI 34
eksklusif
Tabel 11 Hubungan antara pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif 37
Tabel 12 Hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif 38
Tabel 13 Hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI 40
eksklusif
Tabel 14 Hubungan antara sikap dengan pemberian ASI eksklusif 43
Tabel 15 Hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI 44
eksklusif
Tabel 16 Hubungan antara umur responden dengan pelaksanaan IMD 46
Tabel 17 Hubungan antara pendidikan dengan pelaksanaan IMD 47
Tabel 18 Hubungan antara pekerjaan dengan pelaksanaan IMD 48
Tabel 19 Hubungan antara pengetahuan dengan pelaksanaan IMD 50
Tabel 20 Hubungan antara sikap dengan pelaksanaan IMD 51
Tabel 21 Hubungan antara dukungan keluarga dengan pelaksanaan 53
IMD
Tabel 22 Rekapitulasi Hubungan Antara Variabel Bebas Dengan 54
Variabel Terikat (ASI Eksklusif)
Tabel 23 Rekapitulasi Hubungan Antara Variabel Bebas Dengan 55
Variabel Terikat (IMD)
Tabel 24 Hasil Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Antara 56
Variabel Bebas (Pengetahuan, Sikap, Dukungan) Dengan
7

Variabel Terikat (ASI eksklusif)

Tabel 25 Hasil Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Antara 58


Variabel Bebas (Pengetahuan, Dukungan) Dengan Variabel
Terikat (IMD)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka konsep faktor-faktor yang mempengaruhi 23


pemberian IMD dan ASI eksklusif.
Gambar 2 Grafik hasil uji hubungan umur dengan pemberian ASI 35
eksklusif
Gambar 3 Grafik uji hubungan pendidikan dengan pemberian ASI 38
eksklusif
Gambar 4 Grafik uji hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI 39
8

eksklusif
Gambar 5 Grafik uji hubungan antara pengetahuan dengan pemberian 41
ASI eksklusif
Gambar 6 Grafik uji hubungan antara sikap dengan pemberian ASI 44
eksklusif
Gambar 7 Grafik uji hubungan antara dukungan keluarga dengan 45
pemberian ASI eksklusif
Gambar 8 Grafik hasil uji hubungan umur dengan pelaksanaan IMD 47
Gambar 9 Grafik uji hubungan pendidikan dengan pelaksanaan IMD 48
Gambar 10 Grafik uji hubungan antara pekerjaan dengan pelaksanaan 49
IMD
Gambar 11 Grafik uji hubungan antara pengetahuan dengan pelaksanaan 51
IMD
Gambar 12 Grafik uji hubungan antara sikap dengan pelaksanaan IMD 52
Gambar 13 Grafik uji hubungan antara dukungan keluarga dengan 54
pelaksanaan IMD

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi penelitian


Lampiran 2 Kuesioner penelitian

Lampiran 3 Letter of Acceptance (LoA) Seminar Nasional Peningkatan Kualitas

Penelitian dan Abdimas Berpotensi HKI – Universitas Islam Lamongan

Lampiran 4 Letter of Acceptance (LoA) Journal for Women’s Health


9

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


ASI Eksklusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) sedini mungkin
setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain
(walaupun hanya air putih), sampai bayi berumur 6 bulan. Pemberian ASI
secara eksklusif mempunyai banyak manfaat baik untuk ibu maupun untuk
bayi itu sendiri. Apabila bayi diberikan ASI secara eksklusif maka bayi akan
memperoleh nutrisi yang mengandung zat yang sangat sempurna, sehingga
dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan kecerdasan. Juga
dirasakan manfaatnya oleh sang ibu apabila menyusui secara eksklusif, dapat
mengurangi terjadinya anemia, menjarangkan kehamilan, mengecilkan rahim,
lebih cepat langsing, mengurangi kemungkinan menderita kanker payudara,
lebih ekonomis, tidak merepotkan dan menghemat waktu, serta memberi
kepuasan bagi sang ibu (Purwanti, 2014).
Namun demikian masih banyak ibu-ibu yang mengalami kesulitan
untuk menyusui bayinya. Hal ini disebabkan antara lain karena kemampuan
10

bayi untuk menghisap ASI kurang sempurna sehingga secara keseluruhan


proses menyusu terganggu. Di samping itu selama ini penolong persalinan
selalu memisahkan bayi dari ibunya segera setelah lahir, untuk dibersihkan,
ditimbang, ditandai, dan diberi pakaian sehingga proses menyusu dalam satu
jam pertama setelah kelahiran tidak terlaksana.
Proses sosialisasi program ASI eksklusif di Kabupaten Lamongan
adalah mulai dari program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI eksklusif
yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dan Dinas Kesehatan Kabupaten
Lamongan, disosialisasikan kepada tenaga kesehatan termasuk dokter, bidan,
dan tenaga gizi serta pemberdayaan masyarakat melalui peran kader dalam
Pusat Pelayanan Terpadu (Posyandu), dan kerjasama lintas sektor dengan
Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) baik tingkat kabupaten,
kecamatan maupun tingkat desa (Aprilia. 2009).
Inisiasi Menyusu Dini (IMD atau early initiation) adalah bayi mulai
menyusu sendiri segera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi manusia seperti
juga bayi mamalia yang lain mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri.
Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama
satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan IMD ini dinamakan the
breast crowl atau merangkak mencari payudara (Roesli, 2008).
Pelaksanaan IMD pada saat setelah bayi lahir yang diterapkan pada
setiap ibu yang akan melahirkan sangat bermanfaat bagi ibu dan bayi karena
proses alami mengembalikan bayi manusia untuk menyusu, yaitu dengan
memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap ASI sendiri
dalam satu jam pertama pada awal kehidupannya. Menurut Karen dan Edmon
(2006) dengan pelaksanaan IMD 22% dapat menyelamatkan nyawa bayi
umur di bawah 28 hari dan ternyata bayi yang diberi kesempatan untuk
menyusu dini delapan kali lebih berhasil diberi ASI eksklusif (Fika dan
Syafiq, 2003).
Manfaat dari IMD yaitu apabila terjadi kontak kulit dan hentakan
kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu ibu dan
sekitarnya, emutan, jilatan bayi pada puting ibu, merangsang pengeluaran
hormon oksitosin, hormon oksitosin ini sangat membantu rahim ibu untuk
11

berkontraksi sehingga merangsang pengeluaran plasenta dan mengurangi


perdarahan setelah melahirkan (Roesli, 2008).
Pemberian ASI eksklusif Di Bidan Praktek Handayani,. S.Tr. Keb.
dipengaruhi oleh pemberian makanan pengganti ASI pada bayi sebelum usia
6 bulan, pemahaman masyarakat, rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga
lainnya mengenai manfaat dan cara menyusui yang benar, faktor sosial
budaya, kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja. faktor
penguat berupa peranan tenaga kesehatan, dukun bayi, dan keluarga sebagian
besar bersifat negatif sehingga terjadi kegagalan pemberian ASI eksklusif,
Sekalipun ASI begitu sempurna bagi bayi, tidak akan berarti banyak bila
perilaku ibu sendiri tidak mendukung tercapainya ASI eksklusif.
Survey awal di Di Bidan Praktek Handayani,. S.Tr. Keb. Kabupaten
Lamongan dengan mengambil sampel sebanyak 20 ibu bersalin dan ibu nifas
yang mempunyai bayi berumur 6-12 bulan didapatkan 12 ibu bersalin
melaksanakan IMD dan 2 bayi (6,67%) hanya diberi ASI eksklusif dan 18
bayi (93,33%) yang diberi ASI tidak eksklusif. Ibu yang tidak memberikan
ASI eksklusif, memberikan susu formula beberapa jam setelah persalinan
baik di Rumah Sakit atau di Bidan Praktek Swasta, karena bayi dipisahkan
kamarnya dan sudah disediakan susu formula, alasan lain ASI belum keluar
sehingga keluarga khawatir bayi rewel karena lapar. Maka dari itu perlu
diadakan penyuluhan tentang manfaat dan pentingnya pemberian ASI
eksklusif kepada masyarakat secara luas tidak hanya ibu hamil atau ibu
menyusui.
Berdasarkan hal-hal di atas, maka dianggap perlu dilakukan penelitian
mengenai Inisiasi Menyusu Dini dan ASI eksklusif di Desa Payaman.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut maka perumusan masalah yang dapat
diambil adalah
a) Berapa ibu bersalin yang berhasil melakukan IMD di Desa Payaman?
b) Berapa ibu nifas yang berhasil menyusui secara ekslusif di Desa Payaman?
12

c) Apakah tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif berpengaruh dengan


pemberian IMD pada ibu bersalin di Desa Payaman?
d) Apakah tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif berpengaruh dengan
pemberian ASI ekslusif di Desa Payaman?
e) Apakah sikap terhadap tradisi tentang pemberian ASI dan makanan
tambahan dapat mempengaruhi pemberian IMD di Desa Payaman?
f) Apakah sikap terhadap tradisi tentang pemberian ASI dan makanan
tambahan dapat mempengaruhi pemberian ASI ekslusif di Desa Payaman?
g) Apakah dukungan keluarga dapat mempengaruhi pemberian IMD pada ibu
bersalin di Desa Payaman?
h) Apakah dukungan keluarga dapat mempengaruhi pemberian ASI ekslusif
di Desa Payaman?
i) Apakah faktor pengetahuan, sikap, dan dukungan keluarga secara
bersama-sama mempengaruhi terhadap pemberian IMD dan ASI eksklusif
di Desa Payaman?
13

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
2.1.1 Pengertian Inisiasi Menyusu Dini
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah bayi diberi kesempatan
memulai/inisiasi menyusu sendiri segera setelah lahir/dini, dengan
membiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibu setidaknya satu jam atau lebih,
sampai menyusu pertama selesai, apabila dalam satu jam tidak ada reaksi
menyusu, maka boleh mendekatkan puting susu tetapi beri kesempatan bayi
untuk inisiasi.
Bila diletakkan sendiri di atas perut ibunya, bayi baru lahir yang sehat
akan merangkak ke atas, dengan mendorong kaki, menarik dengan tangan dan
menggerakkan kepalanya hingga menemukan puting susu. Indera penciuman
seorang bayi baru lahir sangat tajam, yang juga membantunya menemukan
puting susu ibunya. Ketika bayi bergerak mencari puting susu, ibu akan
memproduksi oksitosin dalam kadar tinggi. Ini membantu kontraksi otot rahim
sehingga rahim menjadi kencang dan dengan demikian mengurangi
perdarahan. Oksitosin juga membuat payudara ibumengeluarkan zat kolostrum
ketika bayi menemukan puting susu dan mengisapnya.
2.1.2 Prinsip Inisiasi Menyusu Dini
14

Segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi
tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Biarkan
kontak kulit ke kulit ini menetap selama setidaknya 1 jam bahkan lebih sampai
bayi dapat menyusu sendiri. Apabila ruangan bersalin dingin, bayi di beri topi
dan di selimuti. Ayah atau keluarga dapat memberi dukungan dan membantu
ibu selama proses bayi menyusu ini. Ibu diberi dukungan untuk mengenali
saat bayi siap untuk menyusu, menolong bayi bila diperlukan (JNPK, 2007).
2.1.3 Tahapan Inisiasi Menyusu Dini
1. Tahap pertama disebut istirahat siaga (rest/quite alert stage). Dalam waktu
30 menit, biasanya bayi hanya terdiam. Tapi jangan menganggap proses
menyusu dini gagal bila setelah 30 menit sang bayi tetap diam. Bayi
jangan diambil, paling tidak 1 jam melekat.
2. Tahap kedua, bayi mulai mengeluarkan suara kecapan dan gerakan
menghisap pada mulutnya. Pada menit ke 30 sampai 40 ini bayi
memasukkan tangannya ke mulut.
3. Tahap ketiga, bayi mengeluarkan air liur. Namun air liur yang menetes dari
mulut bayi itu jangan dibersihkan. Bau ini yang dicium bayi. Bayi juga
mencium bau air ketuban di tangannya yang baunya sama dengan bau
puting susu ibunya. Jadi bayi mencari baunya.
4. Tahap keempat, bayi sudah mulai menggerakkan kakinya. Kaki mungilnya
menghentak guna membantu tubuhnya bermanuver mencari puting susu.
Khusus tahap keempat, ibu juga merasakan manfaatnya. Hentakan bayi di
perut bagian rahim membantu proses persalinan selesai, hentakan itu
membantu ibu mengeluarkan ari-ari.
5. Pada tahap kelima, bayi akan menjilati kulit ibunya. Bakteri yang masuk
lewat mulut akan menjadi bakteri baik di pencernaan bayi. Jadi biarkan si
bayi melakukan kegiatan itu.
6. Tahap terakhir adalah saat bayi menemukan puting susu ibunya. Bayi akan
menyusu untuk pertama kalinya. Proses sampai bisa menyusu bervariasi.
Ada yang sampai 1 jam. (Roesli, 2008)
2.1.4 Tata Laksana Inisiasi Dini Secara Umum
1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan.
15

2. Disarankan untuk mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan.


Dapat diganti dengan cara non-kimiawi, misalnya pijat, aromaterapi,
gerakan atau hynobirthing.
3. Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan, misalnya
melahirkan normal di dalam air atau dengan jongkok.
4. Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua
tangannya. Lemak putih (vernix) yang menyamankan kulit bayi sebaiknya
dibiarkan.
5. Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat
dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan
minimun satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Kedunya diselimuti,
jika perlu gunakan topi bayi.
6. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi
dengan sentuhan lembut tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu.
7. Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau
perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung selama
beberapa menit atau satu jam, bahkan lebih. Dukungan ayah akan
meningkatkan rasa percaya diri ibu. Biarkan bayi dalam posisi kulit
bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya selama satu jam, walaupun ia
telah berhasil menyusu pertama sebelum satu jam. Jika belum menemukan
puting payudara ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap
bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama.
8. Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada
ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalnya operasi caesar.
9. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, di ukur, di cap setelah satu jam
atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasife, misalnya suntikan
vitamin K dan tetesan mata bayi dapat ditunda.
10. Rawat gabung . Ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Selama 24 jam ibu
dan bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu.
Pemberian minuman pre-laktal (cairan yang diberikan sebelum ASI
keluar) dihindarkan. (Roesli, 2008)

2.1.5 Alasan dan Manfaat Inisiasi Menyusu Dini


16

Berbagai penelitian mengemukakan alasan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


antara lain:
1. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat mencegah 22% kematian bayi di Negara
berkembang pada usia dibawah 28 bulan, namun jika menyusu pertama, saat
bayi berusia diatas dua jam dan dibawah 24 jam pertama, maka dapat
mencegah 16% kematian bayi di bawah 28 hari.
2. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini dengan meletakkan bayi dengan
kontak kulit ke kulit setidaknya selama satu jam, mempunyai hasil dua kali
lebih lama disusui
3. Menunda Inisiasi Menyusu Dini (IMD) akan meningkatkan resikokematian
pada neonatus
4. Di Indonesia pemberian ASI secara dini mempunyai 8 kali lebih besar
kemungkinan dalam memberikan ASI Eksklusif
5. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) akan meningkatkan keberhasilan pemberian
ASi eksklusif 6 bulan karena kontak dini ibu dan bayiakan meningkatkan
lama menyusui dua kali dibandingkan dengan kontak yang lambat
6. Ibu dan bayi berinteraksi pada menit-menit pertama setelah lahir.
7. Kemampuan ibu untuk menyesuaikan suhu tubuhnya dengan suhu yang
dibutuhkan bayi meningkat meningkat (thermoregulation thermal syncron)
Sedangkan manfaat dari Inisiasi Menyusu Dini (IMD) antara lain:
1. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) untuk Bayi
a. Menurunkan angka kematian bayi karena hypothermia
b. Dada ibu menghangat bayi dengan suhu yang tepat
c. Bayi mendapatkan kolustrum yang kaya akan anti bodi, penting untuk
pertumbuhan usus dan ketahanan bayi terhadap infeksi
d. Bayi dapat menjilat kulit ibu dan menelan bakteri yang aman, berkoloni
di usus bayi dan menyaingi bakteri pathogen
e. Menyebabkan kadar glukosa darah bayi yang lebih baik pada beberapa
jam setelah persalinan
f. Pengeluaran mekonium lebih dini, sehingga menurunkan intensitas
ikterus normal pada bayi baru lahir
2. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) untuk Ibu
a. Ibu dan bayi menjadi lebih tenang
b. Jalinan kasih sayang ibu dan bayi lebih baik sebab bayi siaga dalam 1-2
jam pertama
c. Sentuhan, Jilatan, Usapan pada putting susu ibu akanmerangsang
pengeluaran hormon oxyitosin
17

d. Membantu kontraksi uterus, mengurangi resiko perdarahan,


danmempercepat pelepasan plasenta
2.1.6 Masalah-masalah dalam praktek Inisiasi Menyusu Dini
Menurut UNICEF (2006), Banyak sekali masalah yang dapat menghambat
pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini antara lain:
a. Kurangnya kepedulian terhadap pentingnya Inisiasi Menyusu Dini.
b. Kurangnya konseling oleh tenaga kesehatan dan kurangnya praktek Inisiasi
Menyusu Dini.
c. Adanya pendapat bahwa suntikan vitamin K dan tetes mata untukmencegah
penyakit gonorrhea harus segera diberikan setelah lahir, padahal sebenarnya
tindakan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu
sendiri
d. Masih kuatnya kepercayaan keluarga bahwa ibu memerlukan istirahat yang
cukup setelah melahirkan dan menyusui sulit dilakukan.
b. Kepercayaan masyarakat yang menyatakan bahwa kolostrum yang keluar
pada hari pertama tidak baik untuk bayi.
c. Kepercayaan masyarakat yang tidak mengijinkan ibu untuk menyusui dini
sebelum payudaranya di bersihkan

2.2 ASI Eksklusif


2.2.1 Pengertian ASI Eksklusif
ASI eksklusif yaitu pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan
minuman lain. ASI eksklusif dianjurkan sampai 6 bulan pertama kehidupan
bayi. Memberikan ASI setelah persalinan juga menunjukan perlindungan pada
bayi baru lahir terhadap infeksi dan pengaturan suhu tubuh. Pemberian ASI
secara dini dan eksklusif sekurang-kurangnya 4-6 bulan akan membantu
mencegah berbagai penyakit anak, termasuk gangguan lambung dan saluran
nafas, terutama asma pada anak-anak. Hal ini disebabkan adanya antibody
penting yang ada dalam kolostrum ASI (dalam jumlah yang lebih sedikit), akan
melindungi bayi baru lahir dan mencegah timbulnya alergi (Rahmi. 2008).
Karena ada beberapa persyaratan untuk melaksanakan ASI eksklusif,
yakni:
a. Hanya memberi ASI saja sampai 6 bulan
b. Menyusui dimulai 30 menit setelah bayi lahir
c. Tidak memberikan cairan atau makanan lain selain ASI, kepada bayi yang
baru lahir
18

d. Menyusui sesuai kebutuhan bayi


e. Berikan kolostrum (ASI yang keluar pada hari pertama yang mempunyai
nilai gizi tinggi
f. Cairan lain yang boleh diberikan hanya vitamin, mineral obat dalam bentuk
drop atau sirup selain itu patut pula diperhatikan cara menyusui yang benar
agar pemberian ASI itu betul-betul terasakan manfaatnya. Cara menyusu
sebelah dulu sampai puas, baru berganti. Protein karbohidrat isapan paling
akhir itu membawa kalori sangat besar dan membuat anak tidur nyenyak
(Roesli. 2005).

2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mendukung dan Menghambat Program ASI


Eksklusif

Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan


Inisiasi Menyusu Dini antara lain :
1. Kebijakan Instansi pelayanan kesehatan tentang IMD dan ASI eksklusif.
2. Pengetahuan, Motivasi dan Sikap tenaga penolong persalinan.
3. Pengetahuan, Motivasi dan Sikap ibu.
4. Gencarnya promosi susu formula
5. Dukungan anggota keluarga
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui adalah sosial
budaya, psikologis dan biologis ibu sendiri.
Faktor yang mempengaruhi ibu tidak memberikan ASI eksklusif adalah:
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil stimulasi informasi yang diperhatikan,
dipahami dan diingatnya. Informasi dapat berasal dari berbagai bentuk
termasuk pendidikan formal maupun non formal, percakapan harian, membaca,
mendengar radio, menonton televisi dan dari pengalaman hidup lainnya
(Mahtab. 2007).
2. Lingkungan
Lingkungan menjadi faktor penentu kesiapan ibu untuk menyusui
bayinya.Setiap orang selalu terpapar dan tersentuh oleh kebiasaan di
lingkungannya serta mendapat pengaruh dari masyarakat, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Pada kebanyakan wanita di perkotaan, sudah terbiasa
19

menggunakan susu formula dengan pertimbangan lebih modern dan praktis


(Afifah. 2009).
3. Pengalaman
Pengalaman wanita semenjak kecil akan mempengaruhi sikap dan
penampilan wanita dalam kaitannya dengan menyusui di kemudian hari.
Seorang wanita yang dalam keluarga atau lingkungan mempunyai kebiasaan
atau sering melihat wanita yang menyusui bayinya secara teratur maka akan
mempunyai pandangan yang positif tentang menyusui sesuai dengan
pengalaman sehari-hari.
4. Dukungan keluarga
Perilaku ibu dapat dipengaruhi oleh faktor pendorong, salah satunya
adalah dukungan yang diberikan oleh keluarga, suami dan orang tua adalah
orang terdekat yang dapat mempengaruhi informan untuk tetap menyusui
secara eksklusif atau malah memberikan makanan atau minuman tambahan
kepada bayi.
Proses menyusui dapat berhasil dimulai dan dimantapkan, ibu
memerlukan dukungan yang aktif selama hamil dan selanjutnya setelah
melahirkan. Terutama dukungan yang tepat untuk mempermudah pemberian
ASI dari keluarganya dan masyarakat, serta dilindungi dari pengaruh-pengaruh
yang menghambat pemberian ASI.
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan ibu menyusui bayinya secara eksklusif. Keluarga (suami,
orang tua, mertua, ipar dan sebagainya) perlu diinformasikan bahwa seorang
ibu perlu dukungan dan bantuan keluarga agar ibu berhasil menyusui secara
eksklusif. Bagian keluarga yang mempunyai pengaruh yang paling besar
terhadap keberhasilan dan kegagalan menyusui adalah suami. Masih banyak
suami yang berpendapat salah, yang menganggap menyusui adalah urusan ibu
dan bayinya. Peranan suami akan turut menentukan kelancaran refleks
pengeluaran ASI (let down reflek) yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi
atau perasaan ibu (Haniarti, 2011).
2.2.3 Tradisi/kepercayaan Masyarakat
Tradisi merupakan salah satu aspek budaya yang mempengaruhi status
kesehatan, dimana ada beberapa tradisi di dalam masyarakat yang dapat
berpengaruh negatif terhadap kesehatan masyarakat yang dapat berpengaruh
20

negatif terhadap kesehatan masyarakat. Tradisi merupakan salah satu faktor


budaya sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi seseorang disamping
nilai-nilai, adat istiadat, kepercayaan, kebiasaan masyarakat dan sebagainya.
Kebudayaan adalah seluruh kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang
teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkannya dengan belajar dan yang
semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.
Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia, terlihat kepercayaan
dan konsepsi budaya yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan pola
pemberian makanan pada bayi yang berbeda dengan konsepsi kesehatan
modern. Di Lamongan percaya bahwa bibir bayi akan memerah kelak bila
dewasa sehingga menjadi perempuan yang cantik. Pandangan kesehatan
mereka menunjukkan bahwa segala penyakit yang ada dalam perut bayi yang
dibawa dari dalam kandungan hilang. Sedangkan kelapa muda diberikan
kepada bayi selain sebagai pengganti ASI setelah diberi madu, karena kepala
muda rupa dan rasanya seperti ASI, berwarna putih bening dan rasanya
manis. Pemberian kelapa muda dipercaya oleh masyarakatbahwa bayi akan
menjadi pintar kelak.
Hal ini dikaitkan dengan letak buah kelapa yang tinggi diatas pohon.
Selain itu, pisang diberikan kepada bayi mereka percaya bahwa mata bayi
akan menjadi tidak cepat rabun dan tidak cepat ubanan bila telah dewasa.
Pemberian makanan yang berupa madu, kelapa muda dan pisang kepada bayi
juga dipengaruhi dari sudut pandang keagamaan (Kasminah. 2013).
Sedangkan, dalam keluarga Hindu, bayi yang baru lahir disambut keluarga
dengan upacara tradisional yang disebut menggabungkan prelakteal
Jatakarma atau Suwarna Prashan Sumskar berupa Jaggery (gula merah dari
tebu) dicelupkan ke dalam Ghee (mentega) dengan harapan bahwa kualitas
baik keluarga diwariskan pada bayi. kolostrum yang tidak diberikan dianggap
sebagai upaya “memurnikan tubulus” dari kelenjar susu ibu sehingga
dilakukan penundaan menyusui (Medscape. 2013)
2.2.4 Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Air Susu Ibu Dengan Pemberian
ASI Eksklusif

Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penurunan kebiasaan menyusui
21

berkaitan dengan kebiasaan-kebiasaan di Rumah sakit, sikap petugas,


ketidaktahuan akan caramenyusuidan cara pemasaran pabrik-pabrik susu
formula. Ketidaktahuan ibu mengenai pemberian ASI disebabkan karena
petugas kesehatan tidak mempunyai pengetahuan yang memadai tentang
pemberian ASI dan hanya mempunyai sedikit pengalaman untuk dapat
memberi dukungan pada ibu.
Ibu yang memiliki informasi atau pengetahuan yang kurang mengenai
ASI akan merasa kurang percaya diri atau kurang yakin bahwa dengan ASI
akan mencukupi kebutuhan bayi. selain itu ibu akan lebih mudah terpengaruh
dengan berbagai promosi susu formula, karena kepraktisannya juga banyak
ibu-ibu yang bekerja lebih memilih untuk memberikan susu formula kepada
anaknya.(Roesli. 2002)
Kegagalan pemberian ASI eksklusif bagi bayi masih memerlukan kajian
lebih lanjut, karena sulit merubah perilaku masyarakat yang terlanjur
terpengaruh untuk memberikan makanan atau minuman selain ASI. Demikian
pula paritas pertama merupakan pengalaman awal bagi seorang ibu, sehingga
memerlukan pengetahuan tentang keuntungan menyusui dan kerugian
memberikan makanan selain ASI sebelum waktunya. Peningkatan pengetahuan
ini dapat diberikan melalui latihan berupa motivasi dan ketrampilan dalam
memberikan ASI eksklusif pada bayi (Irianto, 2002).

BAB 3

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian


1. Tujuan Umum
Menganalisis Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Ekslusif di desa Payaman
2. Tujuan khusus
a. Mendiskripsikan pemberian IMD pada ibu bersalin
b. Mendiskripsikan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 Bulan
c. Mendiskripsikan tingkat pengetahuan tentang IMD, sikap terhadap
tradisi tentang pemberian IMD pada ibu bersalin, dukungan keluarga.
22

d. Mendiskripsikan tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif, sikap


terhadap tradisi tentang pemberian ASI dan makanan tambahan,
dukungan keluarga.
e. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan tentang IMD dan
pemberian ASI eksklusif.
f. Menganalisis hubungan sikap terhadap tradisi pemberian ASI dan
makanan tambahan dengan pemberian ASI eksklusif.
g. Menganalisis hubungan dukungan keluarga tentang pemberian IMD
dan ASI eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif.
h. Menganalisis hubungan secara bersama-sama antara faktor
pengetahuan, sikap terhadap IMD dan pemberian ASI dan makanan
tambahan, dukungan keluarga.
3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat dan luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah
a) Jurnal
b) Proseding
c) Poster

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian


1. Variabel Independen :
a. Pengetahuan ibu
b. Sikap terhadap tradisi pemberian ASI dan makanan tambahan
c. Dukungan keluarga
2. Variabel Dependen : Pemberian IMD dan ASI eksklusif
3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Ada Pengaruh faktor pengetahuan ibu terhadap pemberian IMD
b. Ada pengaruh faktor pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI ekslusif
c. Ada pengaruh sikap terhadap tradisi pemberian ASI dan makanan
tambahan terhadap pemberian IMD
d. Ada pengaruh sikap terhadap tradisi pemberian ASI dan makanan
tambahan terhadap pemberian ASI ekslusif
e. Ada pengaruh dukungan keluarga terhadap pemberian IMD
23

f. Ada pengaruh dukungan keluarga terhadap pemberian ASI ekslusif


g. Ada pengaruh secara bersama-sama antara faktor pengetahuan ibu,
sikap terhadap tradisi pemberian ASI ekslusif dan makanan tambahan,
serta dukungan keluarga terhadap pemberian IMD dan ASI ekslusif
3.3 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan kerangka teori alur pikir dalam penelitian ini maka kerangka
konsep penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan

Sikap terhadap tradisi Pemberian IMD dan


pemberian ASI dan makanan
ASI eksklusif
tambahan

Dukungan
Gambar Keluarga
1. Kerangka Konsep faktor-faktor yang mempengaruhi
pemberian IMD dan ASI eksklusif.

3.4 Rencana penelitian


3.4.1Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif. Data diperoleh dari sumbernya dengan wawancara
menggunakan kuesioner.
3.4.2 Pendekatan Waktu Pengumpulan Data
Pendekatan waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross
sectional yaitu suatu desain penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi
antara variabel cara pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time
approach), artinya setiap subyek penelitian hanya observasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subyek pada saat
pemeriksaan.
24

3.4.3 Metode Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini merupakan data primer yaitu diperoleh melalui
wawancara dan observasi ibu yang mempunyai bayi di Desa Payaman
menggunakan kuesioner terstruktur, pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara langsung.
3.4.5 Populasi penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas, objek/subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi yang
menjadi obyek penelitian ini seluruh ibu bersalin dan ibu nifas yang
mempunyai bayi usia 6-12 bulan Di Desa Payaman, Kecamatan Solokuro,
Kabupaten Lamongan.
3.4.6 Prosedur pemilihan sampel dan sampel penelitian
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling.
Total sampling adalah teknik pengambilan sampel di mana jumlah sampel
sama dengan populasi. Alasan menggunakan total sampling karena jumlah
populasi yang kurang dari 100. Seluruh populasi dijadikan sampel penelitian
semuanya (Sugiyono, 2007). Sampel yang diambil dari penelitian ini adalah
43 orang.
25

3.4.7 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel Penelitian

Tabel 1. Definisi Operasional


Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Kategori Skala
Variabel Independen:  Pemahaman responden tentang Wawancara menggunakan kuesioner Untuk kepentingan analisis, Ordinal
a. Pengetahuan pemberian ASI eksklusif yang Pernyataan favourable: pengetahuan dibagi menjadi
meliputi : pengertian, waktu Bila jawaban benar diberi skor 1, bila 3 katagori:
pemberian, manfaat, dan syarat jawaban salah skor 0 2.Baik skor >76-100%
pemberian ASI eksklusif. Pernyataan unfavourable: 1.Cukup skor 56-75%
 Pemahaman responden tentang IMD Bila jawaban benar diberi skor 0, bila 0.Kurang skor ≤55%
yang meliputi: pengertian, manfaat, jawaban salah skor 1
dan masalah dalam pemberian IMD Penilaian dilakukan dengan total skor.

b. Sikap terhadap tradisi Sikap ibu terhadap tradisi Pernyataan favourable: Distribusi tidak normal. Ordinal
pemberian IMD dan keluarga/masyarakat tentang IMD dan Bila jawaban Setuju skor =1, Tidak Median=9
ASI ekslusif dan pemberian ASI ekslusif dan makanan setuju skor=0.. Pernyataan Untuk kepentingan analisis,
makanan tambahan tambahan selain ASI pada bayi baru lahir unfavourable: sikap dibagi menjadi 2
yang dilakukan oleh ibu, seperti: madu, Bila jawaban Setuju skor =0, Tidak katagori: -
kelapa muda, kurma lumat, pisang lumat, setuju skor=1, Penilaian dilakukan 1.Baik skor > 9
air putih. dengan menggunakan skala likert. 2.Kurang baik < 9
26

c. Dukungan keluarga Dukungan/saran dari anggota keluarga Pernyataan favourable: Distribusi tidak normal. Ordinal
tentang pemberian lain, seperti : suami, ibu, bapak, mertua Bila jawaban ya diberi skor 1, bila Median=11
IMD dan ASI dan saudara yang diberikan pada jawaban tidak skor 0 Untuk kepentingan analisis,
eksklusif responden mengenai pemberian ASI saja Pernyataan unfavourable: dukungan keluarga dibagi
Bila jawaban ya diberi skor 0, bila
pada bayi usia 6 – 12 bulan dan IMD. menjadi 2 katagori:
jawaban tidak skor 1
1.Mendukung skor > 11
Penilaian dilakukan dengan total skor. 2.Tidak mendukung skor <
11.
Variabel terikat:
Pemberian ASI eksklusif Pemberian ASI saja tanpa penambahan Pernyataan favourable: Untuk kepentingan analisis Nominal
cairan atau makanan padat lain, kecuali Bila jawaban ya diberi skor 1, bila pemberian ASI dibagi
sirup yang berisi vitamin, suplemen, jawaban tidak skor 0 menjadi 2 katagori:
mineral atau obat selama 6 bulan pertama 1. ASI eksklusif = 1
kehidupan. 2. Tidak eksklusif= 0

Pelaksanaan IMD Pemberian ASI dimulai sedini mungkin Pernyataan favourable: Untuk kepentingan analisis, Nominal
segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat Bila jawaban ya diberi skor 1, bila pelaksanaan IMD dibagi
dipotong, bayi tengkurap di dada ibu jawaban tidak skor 0 menjadi 2 kategori:
dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. 1. IMD
Bayi dibiarkan kontak kulit dengan kulit 2. Tidak IMD
ibu menetap selama setidaknya 1 jam
bahkan lebih sampai bayi dapat menyusu
sendiri
27

3.4.8 Instrumen Penelitian dan Cara Penelitian


3.4.8.1 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini alat untuk mengumpulkan data menggunakan
kuesioner terstruktur dengan pertanyaan yaitu pertanyaan yang memungkinkan
jawabannya sudah ditentukan terlebih dahulu dan responden tidak diberi
kesempatan memberikan jawaban lain.
3.4.8.2 Cara Penelitian
Cara pengambilan data yang akan dilakukan pada penelitian ini meliputi :
1) Mengurus perijinan
2) Pelaksanaan penelitian yaitu kuesioner dibagikan pada responden untuk diisi
3) Pengumpulan kuesioner untuk dilakukan koreksi
4) Analisis data
5) Pembahasan dan kesimpulan
3.4.8.3 Tehnik Pengelolaan dan Analisa Data
1. Tehnik pengolahan Data
1) Editing
Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban dari
kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian dilakukan
koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing dilakukan di
lapangan sehingga apabila terjadi kekurangan atau tidak sesuai dapat
segera dilengkapi.
2) Coding
Dilakukan dengan cara memberikan kode (angka) pada jawaban responden
guna mempermudah dalam proses pengelompokan dan pengisian
3) Tabulating
Dilakukan dengan cara mengelompokkan jawaban hasil penelitian yang
serupa dan menjumlahkannya dengan cara teliti dan teratur ke dalam tabel
yang telah disediakan.
2. Analisa Data
Pada tahap ini dilakukan analisa data yang sudah di entry sehingga
dihasilkan informasi yang dapat digunakan untuk menjawab dan menguji
hipotesis. Hasil pengukuran pada variabel dependen dikategorikan menjadi 2
kategori.
Analisis data pada penelitian ini dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Analisis Univariat
Sebelum analisis univariat, dilakukan uji normalitas kolmogorov
smirnov,apabila nilai p>0,05 maka data berdistribusi normal, bila nilai p<0,05
maka data berdistribusi tidak normal, kemudian data disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi dan persentasi dari masing-masing variabel penelitian.
2) Analisa Bivariat
28

Untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Apabila


data penelitian berdistribusi normal maka menggunakan uji statistik Pearson
Produc Moment, bila berdistribusi tidak normal maka menggunakan uji statistik
Rank Spearman.
3) Analisis Multivariat
Untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama variabel bebas
terhadap variabel terikat yaitu dengan menggunakan uji regresi logistik. Apabila
didapatkan nilai P<0,05 maka Ho ditolak yang berarti ada pengaruh antara
variabel bebas dengan variabel terikat. (Soekidjo Notoatmodjo, 2005).

BAB 5

HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Payaman merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

Solokuro, Kabupaten Lamongan. Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan ± 1

Km dan jarak dari ibu kota kabupaten Lamongan ± 35 Km. Desa Payaman

terdiri dari 7 dusun, yaitu: Dusun Sawo, Dusun Ringin, Dusun Gayam, Dusun
29

Asem, Dusun Palirangan, Dusun Bango, dan Dusun Sejajar. Luas wilayah

desa mencapai 865.134 Ha, yang terdiri dari: sawah (228.565 Ha), tegalan

(448.384 Ha), pekarangan (71.885 Ha), dan hutan (116.300 Ha). Sebelah utara

berbatasan dengan desa Kranji (Kecamatan Paciran), sebelah selatan

berbatasan dengan desa Godog (Kecamatan Laren), Sebelah Barat berbatasan

dengan Desa Sedang (kecamatan Paciran), dan sebelah timur berbatasan

dengan desa Banyubang (Kecamatan Solokuro).

B. Analisis Univariat
Gambaran karakteristik ibu, pemberian ASI eksklusif, Pelaksanaan

IMD, pengetahuan, sikap terhadap pemberian ASI dan makanan tambahan, dan

dukungan keluarga.
1. Karakteristik responden
a. Umur
Distribusi frekuensi berdasarkan kelompok umur, dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Di Desa


Payaman (n=43)

Umur Frekuensi Prosentase (%)


≤ 27 19 44,2
> 27 24 55,8
Jumlah 43 100
Berdasarkan karakteristik umur pada tabel 2 dapat dilihat bahwa

responden yang berumur ≤27 tahun yaitu sebanyak 19 responden (44,2

%) sedangkan responden yang berumur >27 tahun yaitu sebanyak 24

responden (55,8 %).


b. Pendidikan
Distribusi frekuensi berdasarkan kelompok pendidikan, dapat dilihat

pada tabel berikut :


Tabel 3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Pendidikan Di Desa Payaman (n=43)
30

Pendidikan Frekuensi Prosentase (%)


SD 9 20,9
SMP 6 14,0
SMA 24 55,8
PT 4 9,3
Jumlah 43 100

Tingkat pendidikan responden dikategorikan menjadi empat kelompok

yaitu SD, SMP, SMA, dan PT. Sebagian besar responden tergolong

tingkat pendidikan SMA yaitu 24 responden (55,8%).


c. Pekerjaan
Distribusi frekuensi berdasarkan kelompok pendidikan, dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut,


Pekerjaan Di Desa Payaman (n=43)

Pekerjaan Frekuensi %
Bekerja 26 60,5
Tidak Bekerja 17 39,5
Jumlah 43 100

Karakteristik responden yang berhubungan dengan pekerjaan

didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden bekerja sebanyak 26

orang (60,5%).
2. Pengetahuan Responden Tentang Pemberian ASI Eksklusif
Kategori tingkat pengetahuan tentang pemberian ASI eksklusif

digolongkan menjadi tiga kategori yaitu baik, cukup, kurang baik. Distribusi

frekuensi pengetahuan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :


Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Pemberian
ASI Eksklusif Di Desa Payaman

Pengetahuan tentang ASI


Frekuensi %
eksklusif
Baik (skor >76-100%) 23 53,5
Cukup (skor 56-75%) 11 25,6
Kurang (skor ≤55%) 9 20,9
31

Jumlah 43 100
Tabel 5 menunjukkan bahwa persentase pengetahuan responden

tentang pemberian ASI eksklusif sebagian besar pengetahuan baik yaitu 23

orang (53,5%). Semakin tinggi pengetahuan responden maka semakin

mudah untuk menerima informasi baru.

3. Sikap Responden terhadap Tradisi Pemberian ASI dan Makanan


Tambahan
Kategori sikap responden terhadap tradisi pemberian ASI dan

makanan tambahan digolongkan dua kategori yaitu baik dan kurang baik,

berdasarkan total skor yang dicapai dibandingkan dengan rata-rata skor atau

nilai tengah skor. Dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :


Tabel 6. Distribusi Frekuensi Sikap Terhadap Tradisi Pemberian ASI Dan
Makanan Tambahan Di Desa Payaman

Sikap terhadap tradisi


pemberian ASI dan makanan Frekuensi %
tambahan
Baik 28 65,1
Kurang Baik 15 34,9
Jumlah 43 100

Dari tabel 6 diketahui bahwa sikap responden terhadap tradisi

pemberian ASI dan makanan tambahan sebagian besar baik yaitu (65,1%);

Responden mempunyai sikap setuju dengan pemberian ASI selama 2

tahun, makanan dan minuman tambahan diberikan setelah bayi umur 6

bulan.
4. Dukungan Keluarga Dalam Pemberian ASI Eksklusif
Dukungan keluarga dalam pemberian ASI eksklusif digolongkan

dua kategori yaitu mendukung dan tidak mendukung. Distribusi frekuensi

dukungan keluarga dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :


Tabel 7. Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Dalam Pemberian ASI
Eksklusif Di Desa Payaman
32

Dukungan Keluarga Frekuensi Prosentase (%)


Mendukung 29 67,4
Kurang mendukung 14 32,6
Jumlah 43 100

Dari tabel 7 diketahui bahwa sebagian besar responden sebanyak 29

orang (67,4%) mendapat dukungan keluarga dalam pemberian ASI

eksklusif dan responden yang kurang mendapatkan dukungan keluarga

sebesar 14 orang (32,6%).


5. Pemberian ASI Eksklusif
Distribusi pemberian ASI eksklusif dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut:
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI eksklusif Frekuensi Prosentase (%)


Ya 27 62,8
Tidak 16 37,2
Jumlah 43 100

Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa sebagian besar responden

memberikan ASI secara eksklusif sebanyak 27 orang (62,8%) dan yang

tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 16 orang (37,2%).


6. Pelaksanaan IMD (Inisiasi Menyusu Dini)
Distribusi pelaksanaan IMD dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan IMD

Prosentase
Pelaksanaan IMD Frekuensi
(%)
IMD 25 58,1
Tidak IMD 18 41,9
Jumlah 43 100
Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa responden yang melaksanakan IMD

sebanyak 25 orang (58,1%) dan yang tidak melaksanakan IMD sebanyak

18 orang (41,9%).
C. Analisis Bivariat
33

Analisis bivariat dilakukan terhadap variabel bebas (karakteristik,

pengetahuan tentang ASI eksklusif, sikap terhadap tradisi pemberian ASI dan

makanan tambahan, dukungan keluarga) dengan variabel terikat yaitu

pemberian ASI eksklusif dan pelaksanaan IMD. Analisis bivariat seperti

dibawah ini:
1. Hubungan Antara Umur Responden Dengan Pemberian ASI
Eksklusif
Hubungan antara umur dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu

setelah dilakukan uji statistik dapat dilihat pada Tabel 10 berikut:


Tabel 10. Tabel Hubungan Antara Umur Dengan Pemberian ASI Eksklusif
Di Desa Payaman

Pemberian ASI eksklusif


Total
Umur Ya Tidak P Value

∑ % ∑ % ∑ %

≤ 27 Tahun 13 68,4 6 31,6 19 100

> 27 Tahun 14 58,3 10 41,7 24 100 0,497

Total 27 62,8 16 37,2 43 100

Tabel 10 menunjukkan bahwa responden pada kelompok umur ≤27

tahun yang memberikan ASI secara eksklusif sebanyak 13 orang (68,4%)

dan yang tidak memberikan ASI secara eksklusif sebanyak 6 orang

(31,6%). Responden pada kelompok umur >27 tahun yang memberikan

ASI Eksklusif sebanyak 14 orang (58,3%) dan yang tidak memberikan ASI

secara eksklusif sebanyak 10 orang (41,7%).


Berdasarkan uji statistik Chi Square antara variabel umur dengan

variabel pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai p value 0,497 (p>0,05).

Bisa disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara umur responden


34

dengan pemberian ASI eksklusif di desa Payaman. Untuk lebih jelasnya,

bisa dilihat pada grafik berikut ini:

Gambar 2. Grafik Hasil Uji Hubungan Umur dengan Pemberian ASI


Eksklusif

Analisis bivariat menunjukkan bahwa umur ibu tidak memiliki

hubungan yang bermakna dengan pemberian ASI eksklusif. Ibu yang

berumur ≤27 tahun lebih banyak yang memberikan ASI eksklusif

dibandingkan dengan ibu berumur >27 tahun. Usia reproduksi yang sehat

adalah pada usia 20-35 tahun, di mana usia tersebut merupakan periode

yang paling baik untuk hamil, melahirkan, dan menyusui. Dalam kurun

waktu reproduksi sehat, produksi ASI akan cukup karena fungsi alat

reproduksi masih dapat bekerja secara optimal. Ibu yang berusia <20 tahun

masih belum matang dalam fisik dan psikologisnya sehingga kemungkinan

akan adanya gangguan dalam produksi ASI lebih besar, sedangkan ibu

yang berusia >35 tahun dianggap berbahaya karena baik alat

reproduksinya maupun organ tubuh lainnya mengalami penurunan fungsi

sehingga resiko terjadinya komplikasi baik dalam kehamilan, persalinan,

dan menyusui sangat tinggi (DEPKES RI, 2006)


35

Ibu yang umurnya lebih muda lebih banyak memproduksi ASI

dibandingkan dengan ibu yang sudah tua. Hal ini terjadi karena

pembesaran payudara setiap siklus ovulasi mulai dari permulaan tahun

menstruasi sampai umur 30 tahun, di atas umur 30 tahun terjadi degenerasi

payudara dan kelenjar alveoli secara keseluruhan sehingga ASI yang

diproduksi berkurang karena alveoli merupakan kelenjar penghasil ASI.

Umur merupakan faktor yang menentukan banyak tidaknya ASI yang

dihasilkan. Hal ini dikarenakan ibu yang berumur lebih muda memiliki

kemampuan laktasi yang lebih baik dari pada yang berumur lebih tua,

sehingga kemungkinan umur ibu yang lebih muda mempunyai peluang

yang lebih besar untuk memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya

(Pudjiadi, 2000).
Perbedaan hasil penelitian ini dengan teori mungkin dipengaruhi

oleh faktor lain yang salah satunya adalah kondisi kesehatan ibu seperti

puting lecet atau adanya pembengkakan payudara (engorgement). Hal

tersebut bagi ibu yang sedang dalam masa menyusui, baik ibu pemberi ASI

eksklusif maupun ASI non eksklusif, dapat mempengaruhi perilaku ibu

untuk terus melanjutkan pemberian ASI eksklusif atau tidak meskipun

mereka memiliki umur yang sama di atas 35 tahun dan memiliki

pengalaman menyusui yang baik.


2. Hubungan antara Pendidikan dengan Pemberian ASI Eksklusif
Hasil pengujian hubungan antara pendidikan dengan pemberian ASI

eksklusif pada ibu setelah dilakukan uji statistik dapat dilihat pada tabel

11.
Tabel 11. Tabel Hubungan Antara Pendidikan Dengan Pemberian ASI
Eksklusif
36

Pemberian ASI eksklusif


Total
Pendidikan Ya Tidak P Value

∑ % ∑ % ∑ %

SD 4 44,4 5 55,6 9 100

SMP 4 66,7 2 33,3 6 100

SMA 15 62,5 9 37,5 24 100 0,295

PT 4 100 0 0 4 100

Total 27 62,8 16 37,2 43 100

Tabel 11 menunjukkan bahwa responden yang memberikan ASI

secara eksklusif paling banyak pada kategori PT yaitu sebesar (100%).


Berdasarkan uji statistik Chi Square antara variabel pendidikan

dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai p value 0,295 (p>0,05),

yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan

pemberian ASI eksklusif di desa Payaman. Untuk lebih jelasnya, bisa

dilihat pada grafik di bawah ini:

Gambar 3. Grafik Uji Hubungan Pendidikan dengan Pemberian ASI


eksklusif

Hasil analisis bivariat antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI

secara eksklusif menunjukkan bahwa pendidikan ibu tidak memiliki


37

hubungan yang bermakna dengan pemberian ASI eksklusif. Belum tentu

ibu dengan pendidikan tinggi mempunyai pengetahuan yang baik tentang

ASI eksklusif yang dapat berpengaruh terhadap perilaku ibu untuk

memberikan ASI eksklusif (Wijayanti, 2005).


3. Hubungan Antara Pekerjaan Dengan Pemberian ASI Eksklusif
Hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif pada

ibu setelah dilakukan uji statistik dapat dilihat pada Tabel 4.17.
Tabel 12. Tabel Hubungan Antara Pekerjaan Dengan Pemberian ASI
Eksklusif

Pemberian ASI eksklusif


Total
Pekerjaan Ya Tidak P value

∑ % ∑ % ∑ %

Bekerja 14 53,8 12 46,2 26 100

Tidak bekerja 13 76,5 4 23,5 17 100 0,133

Total 27 62,8 16 37,2 43 100

Tabel 12 menunjukkan bahwa responden yang bekerja dan

memberikan ASI eksklusif sebanyak 14 orang (53,8%) sedangkan

responden yang bekerja dan tidak memberikan ASI eksklusif sebaanyak 12

orang (46,2%). Responden yang tidak bekerja dan memberikan ASI

eksklusif sebanyak 13 orang (76,5%) sedangkan responden yang tidak

bekerja dan tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 4 orang (23,5%).


Berdasarkan uji statistik Chi Square antara variabel pekerjaan dan

pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai p value 0,133 (p>0,05), yang

artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara ibu yang bekerja

dengan pemberian ASI eksklusif di desa Payaman. Untuk lebih jelasnya,

bisa dilihat dari grafik di bawah ini:


38

Gambar 4 Grafik Hasil Uji Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian


ASI eksklusif

Berdasarkan hasil penelitian di atas, didapatkan sebagian besar ibu

tidak bekerja memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Ibu yang bekerja

cenderung tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya (Wenas,

2012). Selain itu, kecenderungan ini juga terjadi pada ibu yang bekerja

dikarenakan masa cuti yang terlalu singkat yaitu sekitar 3 bulan

dibandingkan dengan masa menyusui eksklusif selama 6 bulan, sehingga

membuat banyak ibu memberikan susu formula sebagai pengganti ASI.

Menurut Mohanis (2014), ibu yang bekerja mengalami kegagalan dalam

pemberian ASI eksklusif dikarenakan masih kurangnya informasi terkait

manajemen laktasi bagi ibu-ibu yang bekerja.


Tidak adanya hubungan yang bermakna antara pekerjaan dan

pemberian ASI secara eksklusif dapat disebabkan oleh faktor yang

mempengaruhi pemberian ASI secara eksklusif seperti jenis pekerjaan ibu.


4. Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Pemberian ASI Eksklusif
Dengan Pemberian ASI Eksklusif
39

Hubungan antara pengetahuan tentang pemberian ASI eksklusif

dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu setelah dilakukan uji statistik

dapat dilihat pada Tabel 13.


Tabel 13. Tabel Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Pemberian ASI
Eksklusif Di Kecamatan Paciran

Pemberian ASI eksklusif


Total
Pengetahuan Ya Tidak P value

∑ % ∑ % ∑ %

Baik (>76-100%) 21 91,3 2 8,7 23 100

Cukup (56-75%) 2 18,2 9 81,8 11 100


0,000
Kurang (≤55%) 4 44,4 5 55,6 9 100

Total 27 62,8 16 37,2 43 100

Tabel 13 menunjukkan bahwa responden yang berpengetahuan baik

dan memberikan ASI secara eksklusif sebanyak 21 orang (91,3%)

sedangkan responden yang berpengetahuan baik tetapi tidak memberikan

ASI secara eksklusif sebanyak 2 orang (8,7%). Responden yang

berpengetahuan kurang dan memberikan ASI eksklusif sebanyak 4 orang

(44,4%) sedangkan responden berpengetahuan kurang dan tidak

memberikan ASI eksklusif sebanyak 5 orang (55,6%).


Berdasarkan uji statistik Chi Square antara variabel pengetahuan ibu

tentang ASI dengan variabel pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai p

value 0,000 (p<0,05). Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian ASI

eksklusif di desa Payaman. Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat dari grafik di

bawah ini:
40

Gambar 5. Hasil Uji Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI


eksklusif

Berdasarkan hasil penelitian di atas, didapatkan bahwa sebagian

besar ibu yang berpengetahuan baik memberikan ASI eksklusif kepada

bayinya. Pengetahuan tentang ASI berupa apa saja yang diketahui

responden tentang ASI. Pengetahuan merupakan dasar seorang individu

untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah

yang dihadapi, termasuk masalah kesehatan. Pengetahuan tentang

kesehatan dapat diperoleh melalui pendidikan formal, penyuluhan maupun

informasi media massa. Dengan adanya pengetahuan tentang ASI eksklusif

maka akan timbul kesadaran dan mempengaruhi sikap terhadap pemberian

makanan prelakteal. Pengetahuan juga berfungsi sebagai motivasi dalam

bersikap dan bertindak termasuk dalam penolakan pemberian makanan

prelakteal. Ibu kurang pengetahuan dan kurang diberi nasehat tentang

pentingnya pemberian kolostrumpada hari-hari pertama kelahiran dapat

menyebabkan ibu memberikan makanan prelakteal (Rahardjo,2006).

5. Hubungan Antara Sikap Terhadap Tradisi Pemberian ASI Dan


Makanan Tambahan Dengan Pemberian ASI Eksklusif
41

Hubungan antara sikap terhadap tradisi pemberian ASI dan makanan

tambahan terhadap pemberian ASI eksklusif pada ibu setelah dilakukan uji

statistik dapat dilihat pada Tabel 14.


Tabel 14. Tabel Hubungan Antara Sikap Terhadap Tradisi Pemberian ASI
Dan Makanan Tambahan Dengan Pemberian ASI Eksklusif
Di Desa Payaman

Sikap Terhadap Pemberian ASI eksklusif P


Tradisi pemberian Total
Ya Tidak value
ASI dan makanan
tambahan ∑ % ∑ % ∑ %

Baik (>9) 22 78,6 6 21,4 28 100

Kurang baik (<9) 5 33,3 10 66,7 15 100 0,003

Total 27 62,8 16 37,2 43 100

Tabel 14 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai sikap

baik dan memberikan ASI eksklusif sebanyak 22 orang (78,6%) sedangkan

responden yang mempunyai sikap kurang baik terhadap pemberian ASI

dan memberikan ASI eksklusif sebanyak 5 orang (33,3%).


Berdasarkan uji statistik Chi Square antara variabel sikap ibu

terhadap tradisi pemberian ASI dengan variabel pemberian ASI eksklusif

diperoleh nilai p value 0,003 (p<0,05). Hal ini berarti bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara sikap ibu terhadap pemberian ASI dengan

pemberian ASI eksklusif di desa Payaman. Untuk lebih jelasnya, bisa

dilihat dari grafik di bawah ini:


42

Gambar 6. Hasil Uji Hubungan Sikap terhadap Tradisi Pemberian ASI


dengan Pemberian ASI eksklusif

Pembentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya.

Sikap terbentuk dalam hubungan suatu obyek, orang, kelompok, lembaga,

nilai melalui hubungan antar individu, hubungan di dalam kelompok,

komunikasi surat kabar, buku, poster, radio, televisi, dan sebagainya

(Ahmadi, 2000).

6. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Pemberian ASI


Eksklusif
Hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI

eksklusif pada ibu setelah dilakukan uji statistik dapat dilihat pada Tabel

15.
Tabel 15. Tabel Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Pemberian
ASI Eksklusif Di Desa Payaman

Pemberian ASI
eksklusif Total
Dukungan
P value
Keluarga Ya Tidak

∑ % ∑ % ∑ %

Mendukung (>11) 22 75,9 7 24,1 29 100 0,011


43

Tidak mendukung
5 35,7 9 64,3 14 100
(≤11)

Total 27 62,8 16 37,2 43 100

Tabel 15 menunjukkan bahwa responden yang mendapatkan

dukungan dari keluarga dan memberikan ASI secara eksklusif sebanyak 22

orang (75,9%) sedangkan responden yang mendapatkan dukungan dari

keluarga tetapi tidak memberikan ASI secara eksklusif sebanyak 7 orang

(24,1%). Responden yang tidak mendapatkan dukungan dari keluarga dan

memberikan ASI secara eksklusif sebanyak 5 orang (35,7%) sedangkan

responden yang tidak mendapat dukungan dari keluarganya dan tidak

memberikan ASI secara eksklusif sebanyak 9 orang (64,3%).


Berdasarkan uji statistik Chi Square antara variabel dukungan

keluarga dan pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai p value 0,011

(p<0,05), yang artinya terdapat hubungan yang antara ibu yang

mendapatkan dukungan dari keluarga dengan pemberian ASI eksklusif di

desa Payaman. Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat dari grafik di bawah ini:

Gambar 7. Hasil Uji Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemberian


ASI Eksklusif
44

Dukungan merupakan pemberian dorongan atau pengorbanan,

semangat dan nasihat kepada orang lain dalam satu situasi pembuatan

keputusan. Dukungan keluarga diartikan sebagai sebuah sistem pendukung

bagi anggotanya dengan selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan

jika diperlukan (Anonim, 2008). Dukungan keluarga bisa diperoleh dari

keluarga internal seperti suami, saudara kandung atau bisa juga diperoleh

dari luarkeluarga inti. Dukungan dalam pemberian ASI eksklusif diartikan

sebagai sikap, tindakan dan penerimaan yang mendorong ibu untuk

memberikan ASI secara ekslusif. Hasil analisis yang menunjukkan

tingginya dukungan keluarga terhadap pemberian ASI secara eksklusif

diartikan sebagai suatu penerimaan dan dorongan kepada ibu menyusui

baik dari suami ataupun lingkungan keluarga sekeliling untuk memberikan

ASI secara eksklusif. Baiknya dukungan keluarga terhadap pemberian ASI

eksklusif dipengaruhi oleh banyak faktor. Rahmat (2005) menyebutkan

faktor Dukungan Keluarga yang mempengaruhi dukungan diantaranya

adalah pengalaman, motivasi dan kepribadian. Pengalaman berkaitan

dengan sesuatu yang pernah dialami. Keluarga yang anggotanya sudah ada

yang pernah memberikan ASI eksklusif akan mempunyai pengalaman

yang lebih baik sehingga akan memberikan dorongan yang lebih baik.

Motivasi berkaitan dengan harapan yang ingin dicapai ketika bayi

diberikan ASI secara eksklusif. Dorongan tersebut diantaranya adalah

tercapainya derajat kesehatan anak. Sedangkan kepribadian berhubungan

dengan hubungan kasih sayang personal keluarga terhadap ibu dan bayi,
45

sehingga akan selalu memberikan dukungan segala tindakan yang positif

termasuk juga dalam pemberian ASI secara eksklusif.


Bentuk dukungan yang diberikan keluarga bisa dalam bentuk

dukungan moril maupun materiil. Hal ini sejalan dengan Taylor (1999)

yang menyebutkan bentuk-bentuk dukungan yang dapat diberikan

diantaranya yaitu dukungan instrumental, dukungan informasional,

dukungan emosional, dukungan pada harga diri dan dukungan dari

kelompok sosial. Dukungan instrumental berupa dukungan dalam bentuk

penyediaan materi, dukungan informasional berupa dukungan melalui

pemberian informasi yang bermanfaat. Dukungan emosional berkaitan

dengan penciptaan suasana nyaman, dukungan pada harga diri berkaitan

dengan pemberian penghargaan kepada ibu yang telah rela memberikan

ASI secara eksklusif. Dukungan dari kelompok sosial berupa dorongan

anggota kelompok yang mempunyai kesamaan situasi sehingga ibu akan

merasa mempunyai teman.

7. Hubungan antara Umur Responden dengan Pelaksanaan IMD


Hubungan antara umur dengan pelaksanaan IMD pada ibu setelah

dilakukan uji statistik dapat dilihat pada Tabel 4.15.


Tabel 16. Tabel Hubungan Antara Umur Dengan Pelaksanaan IMD Di

Desa Payaman

Pelaksanaan IMD
Total
Umur Ya Tidak P Value

∑ % ∑ % ∑ %

≤ 27 Tahun 11 57,9 8 42,1 19 100 0,977

> 27 Tahun 14 58,3 10 41,7 24 100


46

Total 25 58,1 18 41,9 43 100

Tabel 16 menunjukkan bahwa responden pada kelompok umur ≤ 27

tahun yang melaksanakan IMD sebanyak 11 orang (57,9%) dan yang tidak

melaksanakan IMD sebanyak 8 orang (42,1%). Responden pada

kelompok umur >27 tahun yang melaksanakan IMD sebanyak 14 orang

(58,3%) dan yang tidak melaksanakan IMD sebanyak 10 orang (41,7%).


Berdasarkan uji statistik Chi Square antara variabel umur dengan

variabel pelaksanaan IMD diperoleh nilai p value 0,977 (p>0,05). Bisa

disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara umur responden

dengan pelaksanaan IMD di desa Payaman. Untuk lebih jelasnya, bisa

dilihat pada grafik berikut ini:

Gambar 8. Grafik Hasil Uji Hubungan Umur dengan pelaksanaan IMD

8. Hubungan antara Pendidikan Responden dengan Pelaksanaan IMD


Hasil pengujian hubungan antara pendidikan dengan pelaksanaan

IMD pada ibu setelah dilakukan uji statistik dapat dilihat pada tabel 17.
Tabel 17. Tabel Hubungan Antara Pendidikan Dengan Pelaksanaan IMD

Pendidikan Pelaksanaan IMD Total P Value

Ya Tidak
47

∑ % ∑ % ∑ %

SD 3 33,3 6 66,7 9 100

SMP 4 66,7 2 33,3 6 100

SMA 14 58,3 10 41,7 24 100 0,149

PT 4 100 0 0 4 100

Total 25 58,1 18 41,9 43 100

Tabel 17 menunjukkan bahwa responden yang melaksanakan IMD

paling banyak pada kategori PT yaitu sebesar (100%).


Berdasarkan uji statistik Chi Square antara variabel pendidikan

dengan pelaksanaan IMD diperoleh nilai p value 0,149 (p>0,05), yang

artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan

pelaksanaan IMD di desa Payaman. Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat pada

grafik di bawah ini:

Gambar 9. Hasil Uji Hubungan Pendidikan dengan Pelaksanaan IMD


Berdasarkan pendapat Notoatmodjo (2003), bahwa dengan pendidikan

yang cukup tinggi terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan atau

perubahan kea rah yang lebih dewasa, lebih baik, dan matang pada diri

individu. Sehingga semakin tinggi pendidikan ibu maka semakin banyak


48

pengetahuan yang diterima, namun tidak menutup kemungkinan bahwa

ibu dengan tingkat pendidikan yang rendah memiliki pengetahuan yang

luas.
9. Hubungan antara Pekerjaan Responden dengan Pelaksanaan IMD
Hubungan antara pekerjaan dengan Pelaksanaan IMD pada ibu setelah

dilakukan uji statistik dapat dilihat pada Tabel 18.


Tabel 18. Tabel Hubungan Antara Pekerjaan Dengan Pelaksanaan IMD

Pelaksanaan IMD P value


Total
Pekerjaan Ya Tidak

∑ % ∑ % ∑ %

Bekerja 14 53,8 12 46,2 26 100

Tidak bekerja 11 64,7 6 35,3 17 100 0,480

Total 25 58,1 18 41,9 43 100

Tabel 18 menunjukkan bahwa responden yang bekerja dan melaksanakan

IMD sebanyak 14 orang (53,8%) sedangkan responden yang bekerja dan

tidak melaksanakan IMD sebanyak 12 orang (46,2%). Responden yang

tidak bekerja dan melaksanakan IMD sebanyak 11 orang (64,7%)

sedangkan responden yang tidak bekerja dan tidak melaksanakan IMD

sebanyak 6 orang (35,3%).


Berdasarkan uji statistik Chi Square antara variabel pekerjaan dan

pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai p value 0,480 (p>0,05), yang

artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara ibu yang bekerja

dengan pelaksanaan IMD di desa Payaman. Untuk lebih jelasnya, bisa

dilihat dari grafik di bawah ini:


49

Gambar 10. Hasil Uji Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Pelaksanaan IMD

10. Hubungan antara Pengetahuan tentang ASI Eksklusif dengan

Pelaksanaan IMD
Hubungan antara pengetahuan dengan pelaksanaan IMD pada ibu setelah

dilakukan uji statistik dapat dilihat pada Tabel 19.


Tabel 19. Tabel Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Pelaksanaan
IMD

Pelaksanaan IMD P value


Total
Pengetahuan Ya Tidak

∑ % ∑ % ∑ %

Baik (>76-100%) 20 87 3 13 23 100

Cukup (56-75%) 3 27,3 8 72,7 11 100


0,000
Kurang (≤55%) 2 22,2 7 77,8 9 100

Total 25 58,1 18 41,9 43 100

Tabel 19 menunjukkan bahwa responden yang berpengetahuan baik

dan melaksanakan IMD sebanyak 20 orang (87%) sedangkan responden

yang berpengetahuan baik tetapi tidak melaksanakan IMD sebanyak 3


50

orang (11%). Responden yang berpengetahuan kurang dan melaksanakan

IMD sebanyak 2 orang (22,2%) sedangkan responden berpengetahuan

kurang dan tidak melaksanakan IMD sebanyak 7 orang (77,8%).


Berdasarkan uji statistik Chi Square antara variabel pengetahuan ibu

tentang ASI dengan variabel pelaksanaan IMD diperoleh nilai p value

0,000 (p<0,05). Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara pengetahuan ibu tentang ASI dengan pelaksanaan IMD di desa

Payaman. Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat dari grafik di bawah ini:

Gambar 11. Hasil Uji Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pelaksanaan


IMD

Menurut Walgito (2002) pengetahuan mempengaruhi dalam

mempersepsikan objek sikap individu. Objek sikap dipersepsikan oleh

individu dan hasil persepsi akan dicerminkan dalam sikap yang diambil

oleh individu yang bersangkutan. Maka dari itu, pengetahuan dari seorang

ibu tentang menyusui mempunyai peran yang sangat penting dalam

membentuk sikap tentang IMD.


Hal ini juga diperkuat dengan pendapat Notoatmodjo (2003) yang

menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

seseorang memiliki hubungan yang positif terhadap tingkah laku yang


51

dilakukannya, berarti semakin baik pengetahuan seseorang, maka semakin

sering melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini, dan sebaliknya semakin

kurang pengetahuan seseorang maka semakin jarang pula melaksanakan

Inisiasi Menyusu Dini.

11. Hubungan antara Sikap terhadap Pemberian ASI Eksklusif dan


Makanan Tambahan dengan Pelaksanaan IMD
Hubungan antara sikap terhadap tradisi pemberian ASI dan makanan

tambahan terhadap pelaksanaan IMD pada ibu setelah dilakukan uji

statistik dapat dilihat pada Tabel 20.


Tabel 20. Tabel Hubungan Antara Sikap Terhadap Tradisi Pemberian ASI
Dan Makanan Tambahan Dengan Pelaksanaan IMD Di Desa Payaman

P
Sikap Terhadap Pelaksanaan IMD
Total value
Tradisi pemberian
ASI dan makanan Ya Tidak
tambahan
∑ % ∑ % ∑ %

Baik (>9) 19 67,9 9 32,1 28 100

Kurang baik (<9) 6 40 9 60 15 100 0,078

Total 25 58,1 18 41,9 43 100

Tabel 20 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai sikap

baik dan melaksanakan IMD sebanyak 19 orang (67,9%) sedangkan

responden yang mempunyai sikap kurang baik terhadap pemberian ASI

dan melaksanakan IMD sebanyak 6 orang (40%).


Berdasarkan uji statistik Chi Square antara variabel sikap ibu

terhadap tradisi pemberian ASI dengan variabel pelaksanaan IMD

diperoleh nilai p value 0,078 (p>0,05). Hal ini berarti bahwa tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara sikap ibu terhadap pemberian ASI dengan
52

pelaksanaan IMD di desa Payaman. Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat dari

grafik di bawah ini:

Gambar 12. Hubungan Sikap terhadap Tradisi Pemberian ASI dengan


Pelaksanaan IMD

Menurut Alia (2011), menyatakan bahwa sikap ibu tidak memiliki

hubungan yang bermakna dengan pelaksanaan IMD, nilai p value sebesar

0,271. Hasil penelitian ini telah membuktikan bahwa tidak menjamin

seorang ibu bersalin dengan sikap favorable terhadap IMD bisa

menjalankan IMD dilakukan secara tepat.


Dalam teori Reasoned Action, mengatakan bahwa terdapat perbedaan

antara sikap seseorang terhadap objek atau masalah dengan sikap

seseorang terhadap perilaku yang berhubungan dengan objek atau masalah

tersebut. Hal ini berarti bahwa tidak semua ibu yang bersikap unfavorable

terhadap pelaksanaan IMD akan bersedia berperilaku untuk melaksanakan

IMD secara tepat (Emilia, 2009).

12. Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan IMD


Hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI

eksklusif pada ibu setelah dilakukan uji statistik dapat dilihat pada Tabel

21.
53

Tabel 21. Tabel Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan


Pelaksanaan IMD Di Desa Payaman

Pelaksanaan IMD
Dukungan Total
Ya Tidak P value
Keluarga
∑ % ∑ % ∑ %

Mendukung (>11) 21 72,4 8 27,6 29 100

Tidak mendukung
4 28,6 10 71,4 14 100 0,006
(≤11)

Total 25 58,1 18 41,9 43 100

Tabel 21 menunjukkan bahwa responden yang mendapatkan

dukungan dari keluarga dan melaksanakan IMD sebanyak 21 orang

(72,4%) sedangkan responden yang mendapatkan dukungan dari keluarga

tetapi tidak melaksanakan IMD sebanyak 8 orang (27,6%). Responden

yang tidak mendapatkan dukungan dari keluarga dan melaksanakan IMD

sebanyak 4 orang (28,6%) sedangkan responden yang tidak mendapat

dukungan dari keluarganya dan tidak melaksanakan IMD sebanyak 10

orang (71,4%).
Berdasarkan uji statistik Chi Square antara variabel dukungan

keluarga dan pelaksanaan IMD diperoleh nilai p value 0,006 (p<0,05),

yang artinya terdapat hubungan yang antara ibu yang mendapatkan

dukungan dari keluarga dengan pelaksanaan IMD di desa Payaman. Untuk

lebih jelasnya, bisa dilihat dari grafik di bawah ini:


54

Gambar 13. Hasil Uji Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pelaksanaan


IMD
Ibu menyusui memerlukan dukungan baik secara informasional,

maupun emosional dari keluarganya dalam melaksanakan inisiasi menyusu

dini. Keluarga salah satu faktor keberhasilan atau kegagalan menyusui

karena dukungan keluarga akan meningkatkan rasa percaya diri ibu.

Keluarga juga berperan dalam menentukan kelancaran refleks pengeluaran

ASI (let down reflex) yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau

perasaan ibu. Jenis dari dukungan termasuk memberi informasi, emosi dan

memberi pertolongan. Dukungan informasi termasuk bagian dari

pengetahuan tentang keuntungan menyusui dan cara menyusui, dukungan

emosi termasuk memberi pengertian, membesarkan hati dan menyayangi,

dukungan pertolongan termasuk memberi pertolongan fisik untuk dapat

menyusui banyinya. Tenaga kesehatan harus memberikan konseling dalam

pemberian informasi mengenai inisiasi menyusu dini diberikan selama

pemeriksaan kehamilan khususnya pada suami maupun orang tua dan

lebih menyakinkan pada keluarga agar ibu mau untuk melakukan inisiasi

menyusu dini bahwa insiasi menyusu dini itu penting dan memiliki
55

dampak yang positif untuk bayi dan ibunya, kecuali ibu yang setelah

melahirkan mengalami komplikasi yang harus cepat ditangani, misalnya

ibu mengalami perdarahan.


13. Hubungan Antara Variabel Bebas Dengan Variabel Terikat
Setelah dilakukan analisis bivariat maka dapat disimpulkan beberapa

variabel bebas (karakteristik, pengetahuan, sikap terhadap tradisi,

dukungan keluarga) yang berhubungan dengan variabel terikat (pemberian

ASI eksklusif dan pelaksanaan IMD) adalah sebagai berikut :


Tabel 22. Rekapitulasi Hubungan Antara Variabel Bebas Dengan Variabel
Terikat (ASI Eksklusif)

Sig.
No Variabel bebas Variabel P Value Keterangan
terikat

Tidak
1 Umur 0,497
signifikan
Tidak
2 Pendidikan 0,295
signifikan

Tidak
3 Pekerjaan 0,133
signifikan
Pemberian
ASI
Pengetahuan tentang eksklusif
4 0,000 Signifikan
ASI eksklusif
Sikap terhadap
tradisi pemberian
5 0,003 Signifikan
ASI dan makanan
tambahan
6 Dukungan keluarga 0,011 Signifikan
Tabel 22 hasil analisis hubungan antara variabel bebas dengan

variabel terikat (ASI Eksklusif), menunjukkan bahwa dari beberapa

variabel bebas setelah dilakukan analisis mengunakan uji statistik Chi

Square menunjukkan variabel yang berhubungan secara signifikan dengan

pemberian ASI eksklusif di Desa Payaman yaitu pengetahuan, sikap


56

terhadap tradisi pemberian ASI dan makanan tambahan, dan dukungan

keluarga tentang pemberian ASI eksklusif. sedangkan variabel yang tidak

signifikan yaitu umur, pendidikan, dan pekerjaan.


Tabel 23. Rekapitulasi Hubungan Antara Variabel Bebas Dengan Variabel
Terikat (IMD)

Sig.
No Variabel bebas Variabel P Value Keterangan
terikat
Tidak
1 Umur 0,977
Signifikan
Tidak
2 Pendidikan 0,149
signifikan
Tidak
3 Pekerjaan 0,480
Signifikan
IMD
Pengetahuan tentang
4 0,000 Signifikan
ASI eksklusif
Sikap terhadap tradisi
Tidak
5 pemberian ASI dan 0,078
signifikan
makanan tambahan
6 Dukungan keluarga 0,006 Signifikan
Tabel 23 hasil analisis hubungan antara variabel bebas dengan

variabel terikat (IMD), menunjukkan bahwa dari beberapa variabel bebas

setelah dilakukan analisis mengunakan uji statistik Chi Square

menunjukkan variabel yang berhubungan secara signifikan dengan

pelaksanaan IMD di Desa Payaman yaitu pengetahuan dan dukungan

keluarga tentang pemberian ASI eksklusif. sedangkan variabel yang tidak

signifikan yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, dan sikap terhadap tradisi

pemberian ASI dan makanan tambahan.

D. Analisis Multivariat
1. Variabel bebas (Pengetahuan, sikap, dukungan) dan variabel terikat

(ASI Eksklusif)
57

Analisis Multivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara

variabel bebas yaitu pengetahuan, sikap terhadap tradisi pemberian ASI

dan makanan tambahan, dukungan keluarga, dan pemberian ASI eksklusif.


Hasil analisis multivariat menggunakan analisis uji regresi logistik

untuk menentukan variabel-variabel yang dominan dalam pola hubungan

antar variabel penelitian. Analisis regresi logistik merupakan analisis yang

dipergunakan untuk menganalisis variabel bebas yang dapat menjadi

prediktor pemberian ASI eksklusif di Desa Payaman. Setelah dilakukan

analisis multivariat hasilnya sebagai berikut:


Tabel 24. Hasil Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Antara Variabel
Bebas (Pengetahuan, Sikap, Dukungan) Dengan Variabel Terikat
(ASI eksklusif)

Variabel Independen S.E Wald Sig Exp (B)

1. Pengetahuan 1,192 8,312 0,004 0,024

2. Dukungan keluarga 1,113 4,034 0,045 0,107

3. Sikap terhadap tradisi


pemberian ASI dan 1,101 5,003 0,025 0,085
makanan tambahan

Tabel 24 maka diketahui variabel bebas yang paling dominan

berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif adalah pengetahuan tentang

pemberian ASI eksklusif dengan p value 0,004. Dari hasil analisisnya

diperoleh nilai Exp(B) adalah 0,024 artinya ibu yang pengetahuannya baik

mempunyai kemungkinan 0,024 kali lebih besar untuk memberikan ASI

secara eksklusif dibandingkan dengan ibu yang tidak mempunyai

pengetahuan baik.
Dukungan keluarga dengan p value 0,045. Dari hasil analisisnya

diperoleh nilai Exp(B) adalah 0,107 artinya ibu yang memperoleh


58

dukungan keluarga mempunyai kemungkinan 0,107 kali lebih besar untuk

memberikan ASI secara eksklusif dibandingkan dengan ibu yang tidak

memperoleh dukungan keluarga.


Sikap terhadap tradisi pemberian ASI dan makanan tambahan

dengan p value 0,025. Dari hasil analisisnya diperoleh nilai Exp (B) adalah

0,085 artinya ibu yang mempunyai sikap baik terhadap pemberian ASI dan

makanan tambahan mempunyai kemungkinan 0,085 kali lebih besar untuk

memberikan ASI secara eksklusif dibandingkan dengan ibu yang tidak

mempunyai sikap baik terhadap pemberian ASI dan makanan tambahan.


2. Variabel bebas (Pengetahuan, dukungan) dan variabel terikat (IMD)
Hasil analisis multivariat uji regresi logistik antara variabel bebas

(pengetahuan, dukungan) dengan variabel terikat (IMD) bisa dilihat dari

tabel di bawah ini:


Tabel 25. Hasil Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Antara Variabel
Bebas (Pengetahuan, Dukungan) Dengan Variabel Terikat (IMD)

Variabel Independen S.E Wald Sig Exp (B)

1. Pengetahuan 1,013 7,272 0,007 0,065

2. Dukungan keluarga 0,956 4,575 0,032 0,129

Tabel 25 maka diketahui variabel bebas yang paling dominan

berhubungan dengan pelaksanaan IMD adalah pengetahuan tentang

pemberian ASI eksklusif dengan p value 0,007. Dari hasil analisisnya

diperoleh nilai Exp(B) adalah 0,065 artinya ibu yang pengetahuannya baik

mempunyai kemungkinan 0,065 kali lebih besar untuk melaksanakan IMD

dibandingkan dengan ibu yang tidak mempunyai pengetahuan baik.


Dukungan keluarga dengan p value 0,032. Dari hasil analisisnya

diperoleh nilai Exp(B) adalah 0,129 artinya ibu yang memperoleh

dukungan keluarga mempunyai kemungkinan 0,129 kali lebih besar untuk


59

melaksanakan IMD dibandingkan dengan ibu yang tidak memperoleh

dukungan keluarga.

E. LUARAN YANG DICAPAI

Luaran yang telah dicapai sampai bulan September 2018 ini adalah

1. Seminar Nasional Peningkatan Kualitas Hasil Penelitian dan Abdimas


Berpotensi HKI, yakni sebagai pemakalah (oral presentation) dengan
judul HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN
ASI EKSKLUSIF DI DESA PAYAMAN yang dilaksanakan pada tanggal
3 Oktober 2018 di Universitas Islam Lamongan. Bukti terlampir berupa
Letter of Acceptance (LoA) (Lampiran 3).

2. Jurnal nasional tidak terakreditasi Journal Quality in Women’s Health


Volume 2 No.1 Maret 2019, dengan judul HUBUNGAN ANTARA
DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEBERHASILAN
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA PAYAMAN,
KECAMATAN SOLOKURO, LAMONGAN yang diterbitkan oleh
STIKES Surya Mitra Husada Kediri. Bukti terlampir berupa Letter of
Acceptance (LoA) (Lampiran 4)
60

BAB 6

RENCANA TAHAPAN SELANJUTNYA

Rencana yang akan dilakukan selanjutnya adalah menambahkan

pembahasan hubungan sikap dan dukungan keluarga dengan pemberian ASI

eksklusif serta pembahasan terkait faktor-faktor yang berhubungan dengan

pelaksanaan IMD dalam laporan kemajuan. Proses tersebut akan selesai pada awal

Oktober 2018.
61

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagian besar ibu memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, yaitu


sebesar 62,8 % dan sebagian besar ibu melaksanakan IMD yaitu sebesar
58,1%

2. Variabel yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif adalah


pengetahuan (p=0,000), sikap (p=0,003), dan dukungan keluarga
(p=0,011).

3. Variabel yang berhubungan dengan pelaksanaan IMD adalah pengetahuan


(p=0,000) dan dukungan keluarga (p=0,006).

B. Saran

1. Bagi Institusi kesehatan

a. Melakukan penyuluhan terkait pentingnya ASI eksklusif dan IMD

kepada masyarakat khususnya ibu nifas


62

b. Meningkatkan pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya

kolostrum untuk kekebalan tubuh dan bahaya pemberian makanan

prelakteal bagi bayi kurang dari 6 bulan.

c. Ibu hamil diberikan latihan cara menyusui yang benar, untuk

persiapan laktasi.

2. Bagi Dinas Kesehatan


a. Persamaan persepsi bagi penolong persalinan agar tidak menyediakan

susu formula di tempat persalinan untuk bayi kurang dari 6 bulan dan

menganjurkan ibu untuk melaksanakan IMD segera setelah lahir.


b. Penyuluhan pentingnya ASI eksklusif bagi tumbuh kembang bayi dan

bahaya pemberian makanan prelakteal serta bahaya susu formula,

kepada kelompok potensial di tingkat kecamatan, antara lain : PKK,

karang taruna, kelompok arisan dan pengajian.


c. Pengadaan sarana dan media KIE yang berkaitan dengan pemberian

ASI eksklusif yang dapat dimanfaatkan untuk penyuluhan/pembinaan

antara lain : ruang laktasi, book let, poster dan spanduk.


63

DAFTAR PUSTAKA

1. Agudelo, S. Gamboa, O. Rodriguez, F. Cala,S. Gualdron, N. Obando, E and


Padron, M.L. (2016). The effect of skin-to skin contact at birth, early versus
immediate, on the duration of exclusive human lactancy in full-term
newborns treated at the Clinica Universidad de La Sabana: study protocol
for a randomized clinical trial. Biomed Central (2016) 17:251
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27782829, diakses 12 Juli 2018

2. Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Ilmu

3. Aprillia, Y.Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusu Dini dan ASI


Eksklusif Kepada Bidan Di Kabupaten Klaten. MIKM UNDIP. Semarang.
(Tesis). 2009.

4. Afifah. Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif di
Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Universitas Sumatra
Utara. Medan. (Tesis). 2009.

5. Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan. Profil Kesehatan Lamongan.


Lamongan. 2017.

6. Depkes, 2017. Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Konseling Menyusui


Dan Pelatihan Fasilitator Konseling Menyusui, Jakarta.

7. Diana, NA. Faktor yang Berperan dalam Kegagalan Praktik Pemberian ASI
Eksklusif (Studi Kualitatif di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang Tahun
2007). Universitas Diponegoro. (Tesis). 2007.
64

8. Fikawati dan Syafiq. (2009). Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan Praktik


Pemberian ASI Eksklusif. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 4
No. 3 http://jurnalkesmas.ui.ac.id/kesmas/article/view/184/184, diakses 5 Juli
2018

9. Handayani, S dan Husna, P.H (2016). Faktor Determinan Rendahnya


Pemberian ASI Eksklusif. Jurnal Keperawatan Volume 5 Nomor 1.
http://journal.akpergshwng.ac.id/index.php/gsh/article/view, diakses 1 Juli
2018

10. Haniarti.Pengaruh Edukasi Terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap


Inisiasi Menyusui Dini dan Manajemen Laktasi Pada Ibu Hamil di Kota
Pare-pare. Universitas Hasanuddin Makassar. (Tesis). 2011.

11. Irianto, A. Pengaruh Perawatan Payudara Antenatal Terhadap Inisiasi


Laktasi Dan PraktekASI Ekslusif di Yokyakarta. dalam Prosiding kongres
nasional persagi dan temu ilmiah XII. Persagi, Jakarta. 2002.

12. Khrist, GJ. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Pemberian ASI


Eksklusif pada ibu. Fakultas kedokteran Universitas diponegoro. Semarang.
(Skripsi). 2011.

13. Kemenkes RI. Modul Pelatihan Konseling dan Tes Sukarela HIV. 2010

14. Kasniyah, N. Pendekatan Kualitatif : kebiasaan dan kepercayaan pemberian


makanan padat dini pendamping ASI kepada bayi pada orang sasak di
Daerah Nusa Tenggara Barat 1995.Dari
URL:http//www.ede.gov/ncidcd/EID/eid.htm diakses pada tanggal15 Mei
2018.

15. Mahtab, S.Maternal nutrition status and practice & perinatal, neonatal
mortality in rural Andhara Pradesh.Indian J Med Res 127.India. 2017.

16. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan Teori Aplikasi. Rineka Cipta. Jakarta.


2005.

17. Medscape. Practice of prelacteal feeding tonewborns among hinduand


muslim families: what are prelacteals?2008.diakses
.URL.http://www.medscape./EID/htm. diakses pada tanggal 20 Juni 2018.

18. Minarto, 2011. Rencana aksi pembinaan gizi masyarakat tahun 2010-2014.
Online (www.gizikia.depkes.go.id, diakses 18 Mei 2018)

19. Pudjiadi, S. Ilmu gizi Klinis Pada Anak. Eds. 4. FKUI. Jakarta. 2005.

20. Purwanti, S.H. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. EGC. Jakarta.2014


65

21. Rahmi.Menyusui Dini Cegah Kematian Balita. Halohalo parenting guide.


2008
22. Roesli, U. Mengenal ASI Ekslusif seri 1, PT Pustaka Pembangunan Swadaya
Nusantara. 2005.

23. Roesli, U. ASI Ekslusif :Tinjauan dari Aspek Medis dalam Prosiding Kongres
Nasional Persagi dan Temu Ilmiah XII. Persagi, Jakarta. 2002.

24. Roesli, U. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Pustaka Bunda (Grup
Puspa Swara). Jakarta. 2008

25. Saputra, N dan Lasmini, P.S (2015). Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini
terhadap Waktu Pengeluaran dan Perubahan Warna Mekonium Serta
Kejadian Ikterik Fisiologis. Jurnal Ilmu Kesehatan, Jilid 9, Nomor 2,
September 2015, Hal. 87-94.
http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JIK/article/view/3177, diakses 15 Juli
2018.

26. Tamimi, M. Jurnalis, M.D. Sulastri, D. (2016). Hubungan Pemberian ASI


Eksklusif dengan Kejadian Diare pada Bayi di Wilayah Puskesmas Nanggalo
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas 2016; 5 (1) 12
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/460/388, diakses
9 Juni 2018

27. Tewabe, T. (2016). Timely initiation of breastfeeding and associated factors


among mothers in Motta town, East Gojjam zone, Amhara regional state,
Ethiopia, 2015: a cross-sectional study. BMC Pregnancy and Childbirth
(2016) 16:314 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27756253, diakses 17
Juli 2018

28. Wijayanti, Y.T. Hubungan antara Karakteristik, Pengetahuan Ibu tentang ASI
Eksklusif dan Dukungan Eksternal dengan Praktek Pemberian ASI pada Bayi
di Kelurahan Yosonmulyo Kota Metro Propinsi Lampung Tahun 2005.
Skripsi. FKM UI
66

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian


67

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN
INISIASI MENYUSU DINI DAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA
PAYAMAN, KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN
TAHUN 2018

Kode Responden : .................. (diisi oleh peneliti)

A. Karakteristik Responden

Nama : (Inisial)

Umur :

Pekerjaan :

Pendidikan :

B. Pengetahuan tentang ASI eksklusif

Berilah tanda cek ( √ ) pada kolom yang tersedia untuk jawaban yang paling
tepat menurut ibu, Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan menyatakan
“benar” atau “salah”.

No Pernyataan Benar Salah


1 ASI adalah makanan yang terbaik bayi dan keluar dari
payudara ibu.
2 ASI diberikan segerasetelah bayi lahir.
3 Bayi yang berumur 1 minggu hanya di berikan ASI saja.
4* ASI eksklusif diberikan kepada bayi sampai umur 7
bulan.
5 ASI eksklusif yaitu bayi hanya diberikan ASI saja sampai
berumur 6 bulan tanpa makanan tambahan.
68

6* Semakin sering bayi diberi ASI, maka produksi ASI


semakin berkurang.
7* ASI yang keluar pertama kali dapat menyebabkan infeksi.
8* Makanan pendamping ASI segera diberikan setelah bayi
umur 2 bulan.
9* ASI yang keluar pertama kali tidak boleh diberikan pada
bayi.
10 Bayi tidak cukup hanya diberi ASI saja sampai umur 6
* bulan.
11 Bayi yang mendapat vitamin sebelum umur 6 bulan
termasuk ASI eksklusif.
12 Bayi yang diberi obat sebelum umur 6 bulan tidak
* termasuk ASI eksklusif.
13 Bayi sering sakit bila diberi ASI saja.
*
14 ASI selalu siap diberikan kapan saja.
15 ASI lebih hemat dari pada susu formula.
16 Hubungan batin ibu dan bayi lebih dekat bila sering
disusui.
17 Bayi diberikan bubur sebelum umur 6 bulan.
*
18 Susu formula lebih baik kualitasnya dari ASI.
*
19 ASI eksklusif adalah salah satu metode kontrasepsi
setelah persalinan.
20 ASI yang keluar pertama kali diberikan pada bayi

C. Sikap terhadap pemberian ASI dan makanan tambahan

Berilah tanda cek( √ ) pada kolom yang tersedia untuk jawaban yang paling
tepat menurut ibu, Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan menyatakan ”S”
(setuju), atau “TS” (tidaks etuju).

No Pernyataan S TS
1* Bayi baru lahir harus segera diberi madu.
2* Memberikan kelapa muda pada bayi baru lahir sangat
dianjurkan.
3* Memberikan kurma lumat pada bayi baru lahir sangat baik.
4* Sebelum ASI keluar bayi segera diberi air putih.
5* Masyarakat biasa memberikan pisang lumat padabayi yang
berusia kurang dari 6 bulan.
6* Memberikan pisang campur nasi lumat pada bayi sebelum
umur 6 bulan, biasa dilakukan.
7* Air tajin biasanyadiberikan pada bayi sebelum umur 6 bulan.
8* Memberikan minuman air gula pada bayi sebelum umur 6
69

bulan merupakan kebiasaan yang baik.


9* Memberikan biscuit lumat pada bayi umur 6 bulan,
merupakan kebiasaan yang baik.
10* Memberikan air buah pada bayi dibawah 6 bulan sangat baik.
11 Bayi cukup diberikan ASI saja sampai umur 6 bulan.
12 Madu diberikan pada bayi setelah umur 6 bulan.
13 Susu formula diberikan pada bayi setela husia 6 bulan.
14 Bayi hanya diberi minum ASI saja tanpa makanan
pendamping sebelum umur 6 bulan.
15 Sebaiknya ASI yang pertama kali keluar langsung diberikan
pada bayi.
16 Makanan selain ASI diberikan setelah umur 6 bulan.
17 Saya tidak memberikan pisang lumat sebelum bayi umur 6
bulan.
18 Walaupun sakit bayi tetap diberi ASI.
19 Obat dan vitamin boleh diberikan pada bayi sebelum umur 6
bulan.

D. Dukungan keluarga

Berilah tandacek( √ ) pada kolom yang tersedia untuk jawaban yang paling
tepat menurut ibu, Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan menyatakan “ya”
atau “tidak”.

NO Pernyataan Ya Tidak
1 Suami saya menyarankan untuk memberikan ASI saja
hingga bayi berusia 6 bulan (secara eksklusif).
2 Suami saya menganjurkan untuk memberikan ASI
yang keluar pertama kali pada bayi.
3 Suami saya menganjurkan untuk menyusui secara
bergantian. Payudara kanan dan kiri.
4 Suami saya melarang bila bayi diberi madu.
5* Suami saya pernah menyuruh untuk tidak menyusui
bayi.
6 Suami saya menganjurkan untuk tetap menyusui,
walaupun saya sedang sakit.
7* Suami saya melarang memberikan ASI, ketika bayi
sakit.
8* Suami saya menganjurkan bayi diberi susu formula.
9 Mertua saya menganjurkan untuk memberikan ASI
saja hingga bayi berusia 6 bulan (secara eksklusif).
10 Saudara/keluarga saya menyarankan untuk
memberikan ASI saja hingga bayi berusia 6 bulan
(secara eksklusif).
11 Ibu saya menganjurkan untuk memberikan ASI saja
70

hingga bayi berusia 6 bulan (secara eksklusif).


12* Ibu saya menyarankan memberikan makanan selain
ASI pada bayi sebelum umur 6 bulan.
13* Mertua saya menganjurkan memberikan makanan
selain ASI sebelum bayi umur 6 bulan.
14* Keluarga sayamenyarankan memberikan minuman
selain ASI pada bayi sebelum umur 6 bulan.

E. ASI Eksklusif

Berilah tanda cek( √ ) pada kolom yang tersedia untuk jawaban yang paling
tepat menurut ibu, Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan menyatakan “ya”
atau “tidak”.

No Pernyataan Ya Tidak
1 Bayi segera saya beri ASI setelah proses persalinan.
2 Bayi hanya diberi ASI tanpa makanan lain.
3 Bayi diberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan.
4 Dalam kondisi sakit, bayi tetap diberikan ASI.
5 Madu, air tajin, pisang lumat tidak diberikan sebelum
umur 6 bulan.
6 Susu formula tidak diberikan sebelum bayi umur 6 bulan.
7 Bubur tidak diberikan sebelum umur 6 bulan.

F. IMD

No Pernyataan Ya Tidak
1 Saya memberikan ASI kurang dari satu jam setelah
melahirkan
2 Setelah lahir, bayi segera diletakkan di atas dada ibu dan
membiarkan bayi mencari puting susu ibu
3 Bayi dibedong terlebih dahulu sebelum disusukan kepada
ibu
4 Tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan di dada
atau perut ibu sehingga terjadi kontak antara kulit ibu dan
bayi
71

Lampiran 3. Letter of Acceptance (LoA) Seminar Nasional Peningkatan Kualitas


Penelitian dan Abdimas Berpotensi HKI – Universitas Islam Lamongan
72

Lampiran 4. Letter of Acceptance (LoA) Journal for Quality in Women’s Health


73

Anda mungkin juga menyukai