Anda di halaman 1dari 10

Kecakapan Hidup Abad 21: Problem Solving

Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas
Matakuliah Pengembangan Modul
Dibina oleh Prof. Dra. Herawati Susilo, M. Sc., Ph. D

Oleh
Gresia Lukluk Nurjannah
110341421509

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Februari 2014
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memasuki zaman globalisasi, dimana setiap individu dituntut untuk
melakukan pekerjaan secara cepat dan tepat dengan kemampuan yang tinggi
dalam memutuskan setiap tindakan, maka diperlukan adanya kualitas dan
keterampilan yang mumpuni. Keterampilan yang dimaksudkan diartikan dapat
mengoperasikan teknologi, mengumpulkan dan mengolah setiap informasi yang
di dapatkan, berinovasi, terampil berkarir, dan hidup dalam keadaan serba
modern. Kecakapan seperti ini memang sangat diperlukan untuk keberlangsungan
hidup di abad 21.
Menurut Depdiknas (2002), kecakapan hidup adalah kecakapan yang
dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan
kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan
kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.
Dalam pandangan Kendall dan Marzano (1997), kecakapan hidup merupakan
diskripsi seperangkat kategori pengetahuan yang bersifat lintas isi atau
kemampuan yang dipandang penting dan dapat digunakan untuk dunia kerja.
Sedangkan Brolin (1989) mengemukakan bahwa kecakapan hidup merupakan
pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan oleh seseorang untuk berfungsi
dan bertindak secara mandiri dan otonom dalam kehidupan sehari-hari, tidak
harus selalu meminta bantuan dan petunjuk pihak lain. Maka dapat disimpulkan
bahwa bentuk dari kecakapan hidup berupa pengetahuan sebagai praksis dan kiat
(praxis dan techne), bukan teori; pengetahuan sebagai skills of doing sekaligus
skills of being.
Dalam mewujudkan keterampilan tersebut maka pembelajaran dalams
sekolah harus merujuk ada 4C, yaitu: (1) Communication, pembelajaran
Berpembelajaran menganut pada teori konstruktivisme; (2) Collaboration, proses
belajar siswa dilakukan secara berkelompok sehingga tercipta perbaikan sosial
dengan memberikan dan menerima saran dari orang lain; (3) Critical Thinking
and Problem Solving, pembelajaran harus didasarkan pada permasalahan sehingga
siswa mampu memilikirkan sebuah pemecahan yang orisinil atas permasalahan
tersebut. (4) Creativity and Innovation, pembelajaran harus mengkondisikan siswa
untuk menciptakan inovasi dan mengembangkan kreativitasnya (Depdiknas,
2002).
Berdasarkan pemaparan di atas, maka pembelajaran berbasis pemecahan
masalah adalah pembelajaran yang dirasa sangat penting dan besar manfaatnya
dalam membangun generasi berkompetensi dan memiliki keterampilan dalam
memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, didapatkan beberapa rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian problem solving?
2. Bagaimana sintaks problem solving?
3. Bagaimana contoh penerapan problem solving dalam pembelajaran Biologi?
4. Apa kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran berbasis problem solving?

C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan kali ini adalah:
1. Mengetahui pengertian problem solving.
2. Mengetahui sintaks problem solving.
3. Mengetahui contoh penerapan problem solving dalam pembelajaran Biologi.
4. Mengetahui kelemahan dan kelebihan dari pembelajaran berbasis problem
solving.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Problem Solving


Secara umum, problem solving atau pemecahan masalah didefinisikan
sebagai suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi
antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan (Pramana, 2006). Salah satu
bagian dari proses pemecahan masalah adalah pengambilan keputusan (decision
making), yang didefinisikan sebagai memilih solusi terbaik dari sejumlah
alternatif yang tersedia (Pramana, 2006). Pengambilan keputusan yang tidak tepat,
akan mempengaruhi kualitas hasil dari pemecahan masalah yang dilakukan.
Masalah itu sendiri didefinisikan sebagai keadaan yang tidak sesuai dengan
harapan yang diinginkan.
Memecahkan masalah juga merupakan bentuk berpikir. Kemampuan untuk
melakukan pemecahan masalah bukan saja terkait dengan ketepatan solusi yang
diperoleh, melainkan kemampuan yang ditunjukkan sejak mengenali masalah,
menemukan alternatif-alternatif solusi, memilih salah satu alternatif sebagai
solusi, serta mengevaluasi jawaban yang telah diperoleh. Kemampuan problem
solving dianggap fungsi intelektual yang paling kompleks (Peng, 2004).
Sementara menurut Barrows dalam Paidi (2010) kemampuan problem solving
termasuk keterampilan berpikir dan menalar (thinking and reasoning skill), yang
di dalamnya juga tercakup kemampuan metakognitif dan berpikir kritis.
Menurut Ommundsen (2001), pemecahan masalah yang efektif memerlukan
langkah pendekatan yang benar-benar terurut. Keterampilan memecahkan
masalah bukan seperti keterampilan pesulap mengeluarkan merpati dari telapak
tangan yang semula terlihat kosong, sebuah gerakan-gerakan tipu, melainkan
kemampuan yang benar-benar logis dan empiris, yang sering memerlukan
sejumlah waktu. Berdasarkan pengertian di atas, maka pemecahan masalah atau
problem solving adalah proses atau cara dalam menghilangkan perbedaan hasil
dengan hendak dicapai dengan melibatkan keterampilan berpikir dan menalar
dalam pengambilan keputusan dan pendekatan secara runtut dan bijak. Berhasil
tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu tujuan dari pembelajaran
problem solving, sebagai berikut.
a. Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian
menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.
b. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi
siswa.
c. Potensi intelektual siswa meningkat.
d. Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses
melakukan penemuan.

B. Sintaks Problem Solving


Ommundsen (2001) mengusulkan langkah-langkah spesial, yang secara
heuristic (jembatan keledai-nya) dikenal dengan DENT, yaitu Define, Explore,
Narrow, Test, yang detailnya adalah sebagai berikut;
1. Define the Problem Carefully (menemukenali problem dengan cermat)
2. Explore Possible Solutions (menemukan sebanyak mungkin alternatif
solusi)
3. Narrow Your Choices (memilih salah satu alternatif solusi)
4. Test Your Solution (menguji solusi melalui pengumpulan data empiris).
Sedangkan menurut Hudojo dan Sutawijaya dalam Hudojo (2003),
menjelaskan bahwa langkah dalam penyelesaian problem solving sebagai berikut;
1. Pemahaman terhadap masalah.
2. Perencanaan penyelesaian masalah.
3. Melaksanakan perencanaan.
4. Melihat kembali penyelesaian.
Adapun langkah-langkah lain yaitu menurut konsep Dewey dalam Paidi
(2010) yang merupakan berpikir itu menjadi dasar untuk problem solving adalah
sebagai berikut;
1. Merumuskan masalah, mengetahui dan menemukan masalah secara jelas.
2. Menelaah masalah, menggunakan pengetahuan untuk memperinci,
menganalisis masalah dari berbagai sudut.
3. Merumuskan hipotesis, berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab
akibat dan alternatif penyelesaian.
4. Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian
hipotesis, kecakapan mencari dan menyusun data, menyajikan data dalam
bentuk diagram, gambar.
5. Pembuktian hipotesis, cakap menelaah dan membahas data, menghitung dan
menghubungkan, keterampilan mengambil keputusan dan kesimpulan.
6. Menentukan pilihan penyelesaian, kecakapan membuat alternatif
penyelesaian kecakapan menilai pilihan dengan memperhitungkan akibat
yang akan terjadi pada setiap langkah.
Dengan latihan mengidentifikasi masalah dan memecahkannya, siswa
terlatih untuk dapat menemukan keterampilan metakognisi atau keterampilan
berpikir tingkat tinggi (DeGallow, 1999). Adapun langkah yang harus
diperhatikan oleh guru di dalam memberikan pembelajaran problem solving yaitu,
1. Menyajikan masalah dalam bentuk umum.
2. Menyajikan kembali masalah dalam bentuk operasional.
3. Menentukan strategi penyelesaian.
4. Menyelesaikan masalah.

C. Contoh Penerapan Problem Solving dalam Pembelajaran Biologi


Kemampuan pemecahan masalah dapat didefinisikan sebagai kemampuan
melakukan proses mengenal dan menghilangkan kesenjangan antara kenyataan
dan keadaan idealnya dari suatu fenomena atau hal-hal yang terkait dengan materi
pelajaran biologi (diadaptasi dari Peng, 2004 dan Pramana, 2006). Dalam
penelitian, pemecahan masalah dimulai dari mengenal masalah, menemukan
alternatif solusi, memilih alternatif solusi, dan melakukan pemecahan masalah,
serta melakukan refleksi keberhasilan pemecahan masalah. Kualitas hasil
pemecahan masalah diukur menggunakan tes khusus, adalah tes pemecahan
masalah (Paidi, 2010).
Masalah yang dipecahkan dalam kegiatan pemecahan masalah, adalah
permasalahan atau persoalan otentik. Masalah otentik banyak didefinisikan
sebagai ill-structured problems, adalah persoalan yang tidak hanya mempunyai
satu macam solusi, persoalan yang melibatkan berbagai disiplin ilmu/kajian, dan
juga yang berupa persoalan, yang memancing pemikiran untuk menemukan
alternatif-alternatif rumusan dan juga solusinya. Masalah otentik juga dimaknai
oleh permasalahan atau persoalan yang familiar, yang dikenal siswa, yang terjadi
di sekitar sekolah atau tempat tinggal siswa, dan atau masalah yang sedang
mengemuka (Paidi, 2010).
Dalam matapelajaran biologi di SMA, masalah otentik dapat dikaitkan
dengan materi-materi yang melibatkan banyak disiplin ilmu dalam kajiannya,
misalnya ekosistem, lingkungan hidup, dan bioteknologi. Materi-materi ini
banyak terkait dengan kehidupan manusia sehari-hari, atau mempunyai nilai sosial
yang tinggi, sehingga sangat familiar dan kontekstual bagi seluruh anggota
keluarga. Banyak permasalahan problematik dapat diidentifikasi dan diangkat dari
materi-materi pelajaran ini (Paidi, 2010).
Selain langsung dari lingkungan sekitar siswa atau sekolah, masalah otentik
banyak tersaji dalam majalah, surat kabar lokal, atau media masa lainnya.
Masalah kontekstual ini juga dapat dirunut di internet ataupun jurnal-jurnal
tertentu. Penyelidikan atau investigasi dalam pemecahan masalah merupakan
langkah paling tepat, yang mencakup kegiatan-kegiatan pengamatan objek biologi
(first hand information). Namun. Dalam kondisi tertentu, penelusuran jawaban
atau informasi dari referensi baik buku, majalah ilmiah, jurnal, maupun internet
(second hand information), juga dapat dilakukan untuk memperoleh jawaban
permasalahan (Paidi, 2010).

D. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran berbasis Problem Solving


Pembelajaran problem solving ini memiliki keunggulan dan kelemahan.
Adapun keunggulan model pembelajaran problem solving diantaranya yaitu
melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan, berpikir dan bertindak kreatif,
memecahkan masalah yang di hadapi secara realistis, mengidentifikasi dan
melakukan penyelidikan, menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan,
merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi dengan tepat, serta dapat membuat pendidikan sekolah
lebih relevan dengan kehidupan khususnya dunia kerja.
Sementara kelemahan model pembelajaran problem solving itu sendiri
seperti beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini.
Misalnya terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan
mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
Dalam pembelajaran problem solving ini memerlukan alokasi waktu yang lebih
panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.
Pembelajaran dengan problem solving mungkin merupakan strategi, model,
atau pendekatan yang baru bagi beberapa rekan guru. Hal ini tentu menimbulkan
beberapa kesulitan dalam impletentasinya. Berikut ini beberapa saran yang
berkaitan dengan hambatan dan kesalahan dalam memecahkan masalah.
1. Kenali kebiasaan umum yang menghambat pemecahan masalah atau
kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan dalam usaha memecahkan
masalah.
2. Setelah mengetahui sumber-sumber ketidakmampuan memecahkan masalah
seperti di atas, maka kita perlu mengindentifikasi kesalahan atau hambatan
apa saja yang sering dilakukan oleh siswa.
3. Beri contoh kepada siswa tentang kesalahan atau hambatan memecahkan
masalah. Ini akan sangat baik bila dilakukan berangkat dari jawaban siswa
sendiri. Setiap siswa gagal menyelesaikan suatu masalah, upayakan untuk
sama-sama mempelajari dimana letak kegagalannya dan bagaimana langkah
perbaikan yang perlu dilakukan.
4. Arahkan siswa untuk berpikir sebelum bertindak, termasuk memahami
masalah sejelas-jelasnya.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
1. Pemecahan masalah atau problem solving adalah proses atau cara dalam
menghilangkan perbedaan hasil dengan hendak dicapai dengan melibatkan
keterampilan berpikir dan menalar dalam pengambilan keputusan dan
pendekatan secara runtut dan bijak.
2. Langkah-langkah dalam pemecahan masalah yaitu (1) Merumuskan
masalah, (2) Menelaah masalah, (3) Merumuskan hipotesis, (4)
Mengumpulkan dan mengelompokkan data, (5) Pembuktian hipotesis, dan
(6) Menentukan pilihan penyelesaian.
3. Contoh penerapan dalam pembelajaran Biologi adalah disesuaikan dengan
materi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan memiliki
pemecahan masalah yang lebih dari satu. Selain itu penyelidikan juga bisa
mengambil kesimpulan berdasarkan data primer ataupun data sekunder.
4. Kelebihan dari pembelajaran problem solving adalah melatih siswa untuk
mendesain suatu penemuan, berpikir dan bertindak kreatif, memecahkan
masalah yang di hadapi secara realistis, mengidentifikasi dan melakukan
penyelidikan, menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan, merangsang
perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi dengan tepat, serta dapat membuat pendidikan sekolah lebih
relevan dengan kehidupan khususnya dunia kerja. Sedangkan untuk
kelemahannya adalah beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk diterapkan
dan alokasi waktunya lama.

B. Saran
Pembelajaran berbasis problem solving atau pembelajaran berbasis masalah
perlu diterapkan pada kegiatan belajar mengajar karena sistemnya yang menuntun
dan mengajarkan siswa untuk berfikir secara kritis dan menyeluruh juga
mengajarkan siswa untuk mencari solusi dan pemecahan dari permasalahan
tersebut. Hal ini sesuai dengan perkembangan zaman pada era globalisasi.
Daftar Rujukan

Brolin, D.E. 1989. Life Centered Career Education: A Competency Based


Approach. Reston VA: The Council for Exepctional Children.
DeGallow. 2001. What is Problem-Based Learning? (Online),
(http://www.pbl.uci.edu/-whatispbl/html.htm), diakses tanggal 22 Februari
2014.
Depdiknas. 2002. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup. Buku I,
II, dan III. Jakarta: Depdiknas.
Kendall, John S dan Marzano, Robert J. 1997. Content Knowledge: A Compedium
of Standards and Benchmarkes for K-12 Education. Aurora, Colorado,
USA: Mc REL Mid – Continent Regional Educational Laboratory;
Alexandria, Virginia, USA: ASCD.
Paidi. 2010. Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Biologi SMA. (Online),
(staff.uny.ac.id/sites/..../Integrative%20Science.pdf), diakses tanggal 22
Februari 2014
Pramana, B. 2006. Problem Solving. (Online). (http://sarengbudi.web.id/-
wpcontent-/uploads/problem-solving.doc), diakses 22 Februari 2014.
Peng, C.N. 2004. Successful Problem-Based Learning for Primary and Secondary
Classrooms. Singapore: Federal Publications
Ommundsen P., 2001. Problem-Based Learning With 20 Case Examples. (Online
article). (www.saltspring.com/capewest/pbl.htm), diakses tanggal 22
Februari 2014

Anda mungkin juga menyukai