Oleh
Wink
-
20 Desember 2011
2362
1
Berawal dari kematian sang adik Arief Budiman saat berumur tiga tahun akibat
penyakit campak, membuat Seto mulai menekuni dunia anak. Sehingga pernah
suatu saat Seto dan Kresno Mulyadi (adik kembar Seto) pergi ke sebuah toko
mainan, tiba-tiba terucap dari dua bersaudara ini untuk membeli salah satu boneka
untuk sang adik. Namun, sang ibu Mariati dengan bijak meminta kedua anaknya
untuk berdoa agar mendapat adik lagi. Akan tetapi, hingga keduanya beranjak
dewasa belum dikaruniakan adik. Seto juga tidak dapat menghilangkan pengalaman
masa lalu saat gagal masuk Fakultas Kedokteran yang menjadi impian terbesarnya.
Bahkan sangkin nekatnya, Tong -panggilan sayang Seto- pergi ke Jakarta dengan
bermodal teman kenal di kereta.
Pengalaman pahitpun pernah dirasakan pria kelahiran 28 Agustus 1951 Klaten, Jawa
Tengah ini. “Saya pernah menjadi pengaduk semen, tukang batu. Tukang parkir
pernah saya lalui saat pertama kali berada di Jakarta,” ujar Ketua Umum Komisi
Nasional Perlindungan Anak ini. Sampai akhirnya, Tong melihat salah satu acara
anak yang selalu ditangkan sore hari di Stasiun TVRI dengan asuhan Ibu Sandiah’
Kasur. Saat itu, hatinya tergerak untuk ambil bagian dalam acara tersebut. Dengan
tekad yang kuat, Tong menghampiri rumah Ibu Kasur berharap dapat menyalurkan
kecintaannya di dunia anak.
Pucuk dicinta ulampun tiba, saat menghampiri rumah Ibu Kasur malah bertemu
dengan Bapak Soerjono’ Kasur. “Kemudian, saya meminta menjadi asisten Pak
Kasur secara sukarela tanpa dibayar. Tanpa pikir panjang, Pak Kasur menerima saya
menjadi asisten pada 4 April 1970. Hingga sekarang, saya jadikan tanggal itu
sebagai tanggal yang bersejarah di dalam hidup saya,” imbuh Pendiri dan Ketua
Yayasan Nakula Sadewa ini.
Dari sinilah awal kegemilangan Tong mulai meningkat, hingga akhirnya Pak Kasur
berpesan kepada Seto yang tidak bisa dilupakannya. “Dik, kalau saya mati. Adik
yang harus melanjutkan perjalanan saya. Sejak saat itu, saya mulai giat dan aktif
dalam menekuni dunia anak-anak,” tutur Pendiri dan Ketua Yayasan Mutiara
Indonesia ini.
Bermoto ~Bangsa yang besar adalah Bangsa yang mencintai anak-anak’ membuat
Seto konsisten terjun ke dunia anak-anak. “Walaupun saya ditawari untuk terjun di
dunia politik, saya tidak menginginkannya. Dengan berat hati saya akan
menolaknya, karena saya tidak mempunyai keahlian yang lain selain momong
anak,” tandas lulusan Fakultas Psikologi UI 1981 ini. Seto berpesan, maraknya
penculikan, penganiayaan dan perdagangan anak yang terjadi akhir-akhir ini
membuat miris hati Tong. Sehingga orang tua harus berperan aktif dalam menjaga
anak-anak walau dengan kesibukan yang menyita waktu dan perhatian orang tua.
Bahkan, kalau perlu titipkan anak kepada orang yang bertanggung jawab penuh.