Bab I Pendahuluan: 1.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan: 1.1 Latar Belakang
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertambangan adalah suatu kegiatan pencarian, penyelidikan, pengambilan pengolahan dan
penjualan mineral-mineral yang memiliki nilai ekonomis.
Teknik pertambangan adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang bahan galian /sumbeerdaya
mineral, dan Batu bara mulai dari penyelidikan umum (prospeksi), eksplorasi, penamangan
(eksploitasi), pengolahan, pemurnian, pengangkutan, sampai ke pemassaran, sehingga dapat di
manfaatkan oleh manusia.
Dari proses pertambangan pastinya akan ada masalah-masalah yang timbul di wiayah bekas
tambang diantaranya : perubahan lingkungan, perubahan kimiawi berdampak pada air tanah dan air
permukaan, perubahan morfologi dan topografi lahan, perubahan iklim mirko yang di sebabkan
perubahan kecepatan Angin, gangguan habitat biologi berupa flora dan fauna, penurunan
produktifitas tanah dengan akibat menjadi tandus atau gundul. Mengacu pada perubahan tersebut
peerlu di lakukan upaya reklamasi.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana reklamasi pada tambang bawa tanah, menceritakan lahan bekas Tambang bawa tanah
rencana reklamasi pada penggunaan lahan bekas tambang bawa tanah, dan alat media untuk
reklamasi tambang bawa tanah.
BAB II
KAJIAN TEORI
2,1 Pengertian Reklamasi dan Pascatambang
Reklamasi adalah kegiatan yang di akukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata,
memulihkan, merprbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai
peruntukannya.
Pasca tambang adalah kegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut setelah akhir sebagian atau
seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan alam dan fungsi social
menurut kondisi lokal di seluruh wilayah penambangan.
Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan
Pascatambang pasal 2 ayat 1 “Pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK eksplirasi wajib melaksanakan
Reklamasi.” Dan pada pasal 3 ayat 1 Pelaksanaan reklamasi oleh pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK
Eksplorasi diantaranya wajib memenuhi prinsip “Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
pertambangan.”
Kegiatan reklamasi tambang bawa tanah lebih sulit di lakukan daripada pada tambang terbuka
karena pada tambang bawa tanah ada hal yang harus di perhatikan beberapa hal diantaranya :
Salah satu contoh penutupan permanen tambang bawa tanah di Indonesia adalah di Sawa Lunto
dikarenakan terjadi swabakar Batubara di LBU2 Sawah Rasau diperkirakan sebagai akibat dari
kegiatan PETI (penambangan tanpa izin) yang menambang pelar dan lapisan Batubara bagian atas
daerah LBU2lubang tambang LBU2 Sawah rasau V di tutup permanen karena telah menewaskan
orang dan poensi .
Penutupan permanen lubang ambang sawa rasau di lakukan dengan
- Pembuatan dam berlapis panjang 8 meter terdiri dari pembuatan stufling (penumpukkan balok
kayu) untuk menyangga atap
- Pemasangan pipa untuk pemantauan gas dan penirisan air
- Pengisian lubang oleh kantong pasir
- Pemasangan pipa untuk injeksi pengisian
- Pipa balik penguntrol semen grouting
- Dilakukan pembuatan tembok bata dan pengecoran lubang tambang
- Tahap akhir kegiatn sealing adalah injeksi semen groting melalui pipa pengisian ke ruang
kantong pasir
- Dengan konstruksi yang sama seanyak 5 buah dam telah dibuat untuk penutupan permanen
lubang tambang
JIka penutupan prmanen tambang bawa tanah menjadi suatu keputusan maka di perlukan
penutupan bukaan tambang bawa tana baik saft maupun adit harus di lakukan sebaik mungkin agar
terhindar dari berbagai Bahaya. Shaft adalah suatu lubang bukan vertikal atau miring yag
menghubungkan tambang bawa tanah dengan permukaan bumi dan berfungsi sebagai jalan
pengangkutan karyawan, alat-alat kebutuhan tambang, ventilasi, penirisan, dan lain lain, Sedangkan
adit adalah suatu bukaan mendatar atau hamper mendatar menghubungkan tambang bawa tanah
dengan permukaan bumi.
Dalam kegiatan di atas harus mematuhi hokum, ketentuan dan kesepakatan yang berlaku misalnya
penimbunan tanah atau batuan sebagai bahan pengisi lubang tambang harus terhindar dari erosi.
Keutamaan keselamatan tim yang melakukan tinjawan ke dalam trowongan harus di perhatikan.
Maka dari itu pekerja harus menggunakan berbagai safety seperti safety barriers, taly, safety belt,
gas detector, dan peralatan lainnya. Peralatan tersebut harus di gunakan selama kegiatan surfei dan
penyelidikan. Selama pembangunan, zona bahaya reruntuhan harus jelas di tandai dengan pagar
ataupun peringatan pemberitahuan, dan tidak ada yang masuk zona ini tanpa mengenakan peralatan
keselamatan yang tepat.
Bumper blok atau perangkat lain harus digunakan untuk menjaga mesin dan truk tidak
jatuh ke shaft dan lubang amblesan. Jika memungkinkan, peralatan blade atau buckets harus
lebih besar dibandingkan lubang bukaan yang diisi.
Mengenai laporan kegiatan penutupan dan investigasi pada tambang bawah tanah wajib
mendokumentasikan informasi berikut:
Daerah bekas pertambangan Sala Silvermine, Kota Vastmanland, Swedia menjadi wisata
yang tidak biasa. Jika kebanyakan lahan bekas tambang hanya dijelajahi, kini ada hotel di dalam
area pertambangan. Hotel Sala Silvermine memiliki kamar yang berada di lorong-lorong bekas
penambangan.
Menurut situs resmi hotel salasilvergruva.se, Rabu (28/3/2012), kedalaman lorong ini
mencapai 155 meter dari permukaan tanah. Lubang menyerupai gua ini diisi dengan tempat tidur
nyaman dan sofa empuk, lengkap dengan penerangan yang hangat. Di kamar hotel ini pula, Anda
bisa melihat gua-gua dan danau-danau bawah tanah yang memesona. Untuk akses keluar masuk
ke kamar-kamar ini, Anda bisa menggunakan lift khusus untuk kawasan pertambangan.
Dulunya, daerah ini merupakan tambang perak yang bisa mengasilkan 3 ton perak per
tahun. Kebanyakan perak yang dihasilkan dari sini dibuat menjadi uang koin, namun ada juga
yang jadi artefak dan patung. Kini gua-gua tersebut sudah tidak terpakai dan dijadikan kamar
hotel yang bisa dibilang unik.
2.3 Alat dan Media Untuk Reklamasi Lahan Bekas Tambang Bawah Tanah
Bahan penutup lubang bekas galian yang biasanya dibuar dari bhan material tambang
yang tidak terpakai atau tidak memiliki nilai jual. Salah satu contoh bahan pengisi lahan bekas
tambang bawah tanah adalah;
Pasta Backfill
Teknologi pasta backfill memanfaatkan material filling yang dikenal dengan material pasta
seperti pada (Gambar 3.4). Material pasta terbuat dari campuran material tailing hasil
pengolahan, dan material pengikat seperti semen, fly ash dan material slag. Menurut Mitchell
(1989) Penambahan material pengikat dalam material pasta berguna untuk meningkatkan nilai
kohesi sehingga material pasta dapat menyangga front penambangan. Menurut Morteza (2015)
pasta backfill merupakana materia campuran yang terdiri dari campuran tailing, air, dan semen.
Komposisi campuran material pasta yakni tailing sebesar 70 – 80%, air dan material pengikat
sebesar 3 – 7 % dari total material pasta.
Proses pembuatan material pasta biasanya menggunakan thickener untuk mengurangi
kadar air pada material pasta. Dari proses tersebut diharapkan persen solid dari material pasta
sebesar 70 – 85 %. Selanjutnya, hasil dari proses thickening dicampur dengan material pengikat
yakni semen, slag dan fly ash serta ditambahkan air. (Helmes, 1988). Menurut Fall et al (2008)
biaya operasi pasta backfill mencapai rata-rata 20% dari total biaya operasi tambang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kegiatan pertambangan merupakan kegiatan usaha yang kompleks dan sangat rumit,
sarat risisko, merupakan kegiatan usaha jangka panjang, melibatkan teknologi tinggi, padat
modal, dan aturan regulasi yang dikeluarkan dari beberapa sektor. Reklamasi yang berkaitan
tentang kegiatan Pertambangan yaitu suatu usaha memperbaiki atau memulihkan kembali lahan
dan regetasi dalam kawasan hutan yang rusak sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan dan
energi agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya, juga agar bisa berguna
bagi kehidupan masnyarakat lokal.
3.2 Saran