Sebagian besar EID dan REID disebabkan oleh agen patogen yang telah
ada di lingkungan dan hewan lebih sering bertindak sebagai reservoar alami
sumber agen penyakit pada manusia (Chomel 1998). Diperkirakan sekitar 75%
EID dan REID pada awal abad ke-21 bersifat zoonotik yang disebabkan oleh
patogen bersumber hewan atau produk asal hewan, terutama penyakit yang
disebabkan oleh virus dan atau yang ditularkan melalui vektor (Taylor et al. 2001;
WHO/FAO/OIE 2004). Zoonosis terhitung sebagai mayoritas penyakit EID dan
REID (Chomel 2003). Di sebagian besar negara berkembang, zoonosis
menimbulkan permasalahan kesehatan masyarakat yang secara signifikan
berkontribusi terhadap terganggunya sistem kesehatan. Di negara maju,
zoonosis menjadi perhatian khusus bagi kelompok berisiko tinggi terinfeksi, yakni
orang tua, anak-anak, ibu melahirkan, dan individu imunosupresif (Katare dan
Kumar 2010).
Zoonosis yang baru muncul (emerging zoonoses/EZ) dan zoonosis yang
muncul kembali (re-emerging zoonoses/REZ) didefinisikan sebagai penyakit
yang ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya yang disebabkan oleh
patogen baru atau patogen yang baru berevolusi atau patogen yang telah
diketahui muncul pada area geografis dan/atau spesies baru dimana penyakit
tersebut belum pernah terjadi sebelumnya atau pernah terjadi namun
menunjukkan peningkatan insidensi dan cakupan inang dan vektor (Meslin 1992;
5
Bengis et al. 2004; WHO/FAO/OIE 2004). Menurut Wolfe et al. (2007), EZ dan
REZ berpotensi terjadi perubahan penularan dari hewan ke manusia menjadi
manusia ke manusia, misalnya human immunodeficiency virus (HIV). Contoh
dari EZ antara lain simian immunodeficiency virus (SIV) dan acquired immune
deficiency syndrome (AIDS), virus Ebola, hantavirus, virus Hendra, virus Nipah,
virus Menangle, virus West Nile, SARS, influenza A, monkeypox, lyme
borreliosis, ehrlichiosis, dan bovine spongiform encephalopathy (BSE). Contoh
dari REZ antara lain Rift Valley Fever, alveolar echinococcosis, rabies, virus
Marburg, bovine tuberculosis, bruselosis, tularemia, plague, dan leptospirosis
(Bengis et al. 2004; Brown 2004).
Sebanyak 29 dari 96 penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada
manusia dan 25% kematian global berasal dari penyakit menular (WHO 2000).
Zoonosis merupakan mayoritas dari penyakit menular yang menimbulkan
morbiditas dan mortalitas pada manusia (Katare dan Kumar 2010). Menurut
Jones et al. (2008), sebanyak 335 penyakit menular pada manusia muncul
antara tahun 1940 dan 2004 dengan kejadian tertinggi saat terjadi pandemi HIV.
Menurut Taylor et al. (2001), sebanyak 1415 jenis organisme penyebab penyakit
pada manusia yang telah diidentifikasi. Jumlah tersebut terdiri atas 217 virus dan
prion, 538 bakteri dan riketsia, 307 cendawan (fungi), 66 protozoa, serta 287
cacing. Sekitar 868 (61%) dari organisme tersebut bersifat zoonotik dan 175
jenis di antaranya terkait EID dan REID, dengan 132 (75%) adalah patogen
zoonotik. Menurut Woolhouse (2002) dan Zowghi et al. (2008), sejak tahun 1973
telah dilakukan identifikasi patogen yang menjadi penyebab utama penyakit
menular pada manusia (Tabel 2). Woolhouse (2002) menjabarkan bahwa
beberapa patogen penyakit tersebut termasuk dalam patogen yang
menyebabkan EID, seperti HIV, virus Ebola, dan prion new variant Creutzfeldt-
Jakob disease (vCJD).
Beberapa penyakit menular relatif berdampak pada sedikit populasi
manusia, akan tetapi keberadaannya dapat mengancam manusia karena
mortalitas dan morbiditas yang tinggi serta minimnya upaya pencegahan, seperti
vaksinasi dan pengobatan efektif (Daszak et al. 2004). Keberadaan patogen
penyebab penyakit merupakan efek dari sistem yang dinamis dan komplek pada
proses-proses biologis, sosial, ekologi, dan teknologi (Coker et al. 2011).
6
Tabel 2 Patogen baru yang diketahui sejak 1973 (Woolhouse 2002; Zowghi et
al. 2008)
Beberapa EID dan REID yang terjadi di Indonesia, antara lain demam
berdarah dengue, tuberkulosis, malaria, polio, AIDS, SARS, H5N1 influenza, dan
rabies (Kandun 2006). Menurut Jones et al. (2008), kemunculan penyakit
disebabkan oleh (1) galur agen patogen yang baru berevolusi (misalnya
tuberkulosis multi-drug-resistant, dan malaria yang resisten terhadap
chloroquine); (2) agen patogen yang menginfeksi populasi manusia untuk
pertama kali (misalnya HIV-1, coronavirus severe acute respiratory
syndrome/SARS); atau (3) patogen yang kemungkinan telah ada sejak lama
namun menunjukkan peningkatan tingkat kejadian (misalnya lyme diseases).
Sebagian besar EID disebabkan oleh patogen yang telah ada di lingkungan dan
hewan lebih sering bertindak sebagai reservoar alami bagi agen penyakit baru
pada manusia (Chomel 1998).
Dampak yang diakibatkan dari munculnya EZ dan REZ sangat besar (Reilly
2009; Gummow 2010). Contoh dari EZ dan REZ antara lain plague yang
menyebabkan 54 kematian manusia di India dari April hingga Oktober 1994
(Chugh 2008). Dari Agustus hingga Oktober 2007 virus Ebola dari filovirus
menyebabkan sindrom pendarahan dengan 249 kasus dan 183 kematian di
Republik Demokratik Kongo (Shakespeare 2009). Virus Nipah yang termasuk
paramyxovirus muncul kali pertama di Malaysia tahun 1998 menyerang babi
dengan gejala pada respirasi dan syaraf dan menyebabkan kematian beberapa
manusia yang kontak langsung dengan babi dan memakan dagingnya (Wild
2009). SARS menyebabkan kematian 774 manusia pada tahun 2003 di Asia.
SARS juga berdampak sosial karena menyebabkan kekhawatiran, kecemasan,
dan ketakutan masyarakat. Di bidang politik, SARS menyebabkan kekisruhan
politik sebagai akibat dari penerapan sistem peringatan perjalanan (travel
warning) dan boikot perdagangan oleh negara lain yang dapat mengganggu
hubungan internasional. SARS juga menurunkan budaya konsumsi masyarakat
dalam menggunakan karnivora liar sebagai obat dan makanan. Selain itu, spora
bakteri antraks yang disebarkan di Amerika Serikat tahun 2001 menyebabkan
gangguan keamanan yang dikaitkan dengan bioterorisme (Gummow 2010; Coker
et al. 2011).
Salah satu EZ bersumber satwa liar adalah HIV/AIDS pada manusia yang
disebabkan oleh dua dari 26 galur simian immunodeficiency virus (SIV) yakni
virus HIV-1 dan HIV-2. Kedua galur virus berevolusi dari simpanse (Pan
troglodytes) dan sooty mangabeys (Cercocebus torquatus) di Afrika.
Penyebaran virus terjadi pertama kali pada tahun 1980-an di daerah ekuator
Afrika akibat perburuan kera untuk bahan pangan. Kedua galur virus bertahan
dan menyebar pada populasi manusia (Hahn et al. 2000; Bengis et al. 2004).
Faktor pemicu kemunculan HIV/AIDS adalah perubahan ekologi, perkembangan
populasi manusia, deforestasi, urbanisasi, perilaku seksual, penggunaan obat
secara parenteral, serta perjalanan lokal dan internasional (Hahn et al. 2000).
Menurut WHO (2010), HIV/AIDS menjadi pandemi zoonosis terbesar dalam
sejarah manusia dengan jumlah 2.6 juta manusia baru terinfeksi pada tahun
2009.
Infeksi virus Ebola pertama kali terjadi di bagian barat daya Sudan dan
Republik Demokratik Kongo tahun 1976 (Shakespeare 2009). Virus Ebola
memiliki tingkat mortalitas tinggi pada manusia karena memiliki subtipe yang
berbeda-beda (Leroy et al. 2004). Kasus yang terjadi pada manusia dikaitkan
dengan penanganan karkas gorila (Gorilla sp.), simpanse, atau duiker
(Sylvicapra grimmia), dan kontak langsung manusia dengan hewan mati (Bengis
et al. 2004). Contoh lainnya adalah hantavirus yang menyebabkan hemorrhagic
fever with renal syndrome (HFRS) di Eropa dan Asia serta hantavirus pulmonary
syndrome (HPS) di Amerika Serikat. Hantavirus menyebar ke lingkungan melalui
aerosol dari ekskreta deer mouse Amerika Utara (Peromyscus maniculatus)
dengan gejala asimtomatik. Di Amerika Serikat, penyebaran hantavirus
dipengaruhi oleh perubahan iklim El Niňo Southern Oscillation (ENSO) dan
peningkatan aktivitas manusia, seperti deforestasi dan perkembangan populasi
manusia (Mills et al. 2010).
Paramyxovirus yang merupakan EZ adalah virus Hendra dan virus Nipah.
Tahun 1994 terjadi wabah yang disebabkan oleh virus Hendra pada kuda dan
manusia di Queensland, Australia. Reservoar alami virus Hendra adalah
kelelawar dari famili Megachiroptera (Pteropus sp.). Penularan ke manusia
terkait dengan kontak langsung dengan kuda yang mati akibat virus Hendra saat
melakukan nekropsi. Cara penularan dari kuda ke manusia belum diketahui,
namun keberadaan virus pada urin kelelawar mengindikasikan penularan dapat
melalui kontaminasi makanan dan air (Westbury 2000). Wabah virus Nipah yang
13
Faktor Penyebab Contoh EID dan REID terkait dengan faktor penyebab
Perubahan dan adaptasi Escherichia coli O157:H7 yang lebih virulen
mikroba
Kerentanan manusia Manusia yang homozygous metionin pada kodon 129 gen
terhadap infeksi prion protein lebih rentan terhadap penyakit Creutzfeldt-
Jakob
Iklim dan cuaca Hujan lebat meningkatkan perkembangbiakan vektor
nyamuk dan penyakit menular oleh nyamuk
Perubahan ekosistem Pembangunan dam menyebabkan perubahan vektor ekologi
dan kemunculan Rift Valley fever di Mesir
Demografi dan perilaku Tindik anggota tubuh dan potensi infeksi hepatitis C
manusia
Perkembangan ekonomi Penebangan hutan di Venezuela meningkatkan populasi
dan pemanfaatan lahan tikus yang menjadi inang reservoar virus Guanarito dan
wabah Venezuelan hemorrhagic fever
Perjalanan internasional Impor raspberi Guatemala dan wabah siklosporiasis di
dan perdagangan Amerika Serikat
Teknologi dan industri Pengobatan massal menggunakan floroquinolon pada infeksi
Escherichia coli ayam menyebabkan resistensi antimikroba
pada manusia dan organisme lainnya
Gangguan kesehatan Gangguan pengendalian vektor meningkatkan distribusi dan
masyarakat kelimpahan Aedes aegyptii penyebab demam berdarah
dengue
Kemiskinan dan Memakan daging hewan yang mati akibat antraks
ketimpangan sosial menyebabkan terjadinya kasus antraks gastrointestinal pada
manusia
Perang dan kelaparan Bencana alam dan kerusuhan merusak sarana kesehatan
masyarakat terutama layanan pencegahan seperti imunisasi
dan pengendalian vektor
Kurangnya kebijakan Tidak dilaporkannya kejadian penyakit karena alasan
politik ekonomi dan politis menyebabkan kemunculan wabah SARS
di Cina
Kedekatan terhadap Penyebaran spora Bacillus anthracis di Amerika Serikat
kuman penyebab tahun 2001
penyakit
Kemunculan dan penyebaran EZ dan REZ bersumber satwa liar dipicu oleh
(1) peningkatan permintaan protein hewani sehingga menyebabkan perubahan
praktik pertanian (misalnya produksi perunggasan di Asia), pasar hewan,
18
Virus
Bolivian hemorrhagic fever, Perubahan pertanian yang memicu populasi inang rodensia
Argentina hemorrhagic fever
Ebola, Marburg Tidak diketahui (di Eropa dan Amerika Serikat dari impor
monyet)
Influenza (pandemi) Kemungkinan peternakan babi dan bebek yang memfasilitasi re-
assortment virus avian dan mamalia
Bakteri
Kolera Epidemi di Amerika Selatan kemungkinan berasal dari kapal
Asia yang menyebar melalui klorinasi air, perjalanan
Parasit
Cryptosporidium, patogen Kontaminasi air permukaan, kegagalan pemurnian air
penyakit air lainnya