Anda di halaman 1dari 17

Makalah Teknologi Pengolahan Karet

Disusun Oleh : M A Mustafa Hafizuddin


NPM :122017067P
Program Studi : Teknik Kimia

Universitas Muhammadiyah
Palembang
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Teknologi Pengolahan Karet”.

Saya menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua sumber yang telah menjadi
panduan saya dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga makalah ini
selalu bermanfaat bagi semua pihak.

Cilacap, 22 Oktober 2017


Penyusun,

M A Mustafa Hafizuddin
DAFTAR ISI

i. Kata Pengantar ………………………………………………………………… I


BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………….. 1
1.2 Maksud ………………………………………………………………………….. 1
1.3 Tujuan ………………………………………………………………………….... 1
BAB II. LANDASAN TEORI
2.1 Tanaman Karet ………………………………………………………………….. 2
2.2 Komposisi Kimia ………………………………………………………………... 3
2.3 Jenis-Jenis Karet Alam ………………………………………………………….. 4
2.4 Teknologi Pengolahan Karet ……………………………………………………. 6
2.5 Manfaat Hasil Olahan Karet …………………………………………………….. 10
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………… 11
DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Karet adalah polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks beberapa jenis tumbuhan.
Sumber utama produksi karet dalam perdagangan internasional adalah para atau Hevea brasiliensis
(suku Euphorbiaceae). Karet merupakan salah satu bahan alam yang sangat berperan penting
dalam kehidupan sekarang ini. 80% barang yang kita gunakan dalam sehari-hari merupakan barang
yang bahan dasarnya karet. Pada dasarnya karet diperoleh dari tumbuhan pohon karet yang
kemudian diolah melalui berbagai cara sehingga menghasilkan produk yang kita gunakan saat ini.
Proses pengolahan karet sangat di pengaruhi oleh kualitas bahan baku karet yang di olah, mesin-
mesin yang digunakan, proses pengolahan, sumber daya manusia dan kondisi lingkungan pabrik,
sehinga di perlukan pembuatan standar operasional prosedur (SOP) pengolahan karet sebagai
standar tatacara kerja, proses pengolahan terbaik yang menjamin konsistensi mutu yang berlaku
untuk semua pabrik karet.

1.2 TUJUAN
Penulis telah menentukan tujuan dari penulisan makalah teknologi pengolahan karet
sebagai berikut :
- Memberi pengetahuan terkait karet dan manfaatnya
- Meberi pengetahuan terkait cara pengolahan karet
- Mengetahui produk-produk hasil pengolahan karet

1.3 RUMUSAN MASALAH


Penulis telah menentukan rumusan masalah terkait makalah teknologi pengolahan karet
sebagai berikut :
- Pengertian & Jenis-jenis karet
- Metode pengolahan karet
- Hasil akhir dari pengolahan karet

1
BAB II. LANDASAN TEORI

2.1 TANAMAN KARET

Karet adalah polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks beberapa jenis tumbuhan.
Sumber utama produksi karet dalam perdagangan internasional adalah para atau Hevea brasiliensis
(suku Euphorbiaceae). Beberapa tumbuhan lain juga menghasilkan getah lateks dengan sifat yang
sedikit berbeda dari karet, seperti anggota suku ara-araan (misalnya beringin), sawo-sawoan
(misalnya getah perca dan sawo manila), Euphorbiaceae lainnya, serta dandelion.
Tanaman karet berasal dari bahasa latin yaitu Hevea braziliensis. Tanaman karet mula-
mula ditemukan di lembah sungai Amazone (Brazil). Tanaman karet dapat tumbuh tinggi dan
berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa dapat mencapai 15-25 meter. Batangnya biasanya
tumbuh lurus dan memiliki percabangan diatas. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan
tangkai anak daun. Panjang tangkai anak daun utama 3-20 cm. panjang tangkai anak daun 3-10
cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Anak daun berbentuk eliptis, memanjaang dengan ujung
meruncing, tepinya rata dan gundul. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jumlah biji
biasanya ada 3-6 buah sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dan memiliki kulit yang
keras. Warnanya coklat kehitaman dan bercak-bercak berpola yang khas. Tanaman karet adalah
tanaman dikotil sehingga memiliki akar tunggang.

Gambar 2.1 Tanaman Karet

2
Secara lengkap, struktur botani tanaman karet adalah :

a. Divisi : Spermatophyta
b. Sub Divisi : Angiospermae
c. Kelas Dicotyledonae
d. Ordo : Euphorbiales
e. Family : Euphobiaceae
f. Genus : Hevea
g. Species : Hevea braziliensis
Tanaman karet ini apabika digores/disayat pada kulit batangnya akan mengeluarkan cairan
pekat berwarna putih yang disebut lateks. Lateks ini akan kering dan menggumpal apabila
dibiarkan lebih dari 2 jam. Pohon karet ini baru boleh dipanen (diambil lateksnya) setelah berusia
5 tahun dan memiliki usia produktif 25 sampai 30 tahun. Lateks inilah yang selanjutkan akan
diolah menjadi bentuk baru (Produk barang jadi). Lateks yang masih dalam bentuk cairan menjadi
bahan baku produk seperti balon karet, mainan, permen karet, sarung tangan karet, kondom dan
lain-lain. Sedangkan lateks yang sudah kering disebut kompo dapat diubah menjadi bahan baku
ban mobil, conveyor belt, karet pelindung pada bodi mobil dan lain-lain.

2.2 KOMPOSISI KIMIA


Lateks adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyebut getah yang dikeluarkan oleh
pohon karet. Lateks terdapat pada bagian kulit, daun dan integument biji karet. Lateks diperoleh
dari tanaman Hevea brasiliensis, diolah dan diperdagangkan sebagai bahan industri dalam
bentukkaret sheet, crepe, lateks pekat dan karet remah (Crumb rubber).
Lateks merupakan suatu larutan koloid dengan partikel karet dan bukan karet yang
tersupensi di dalam suatu media yang banyak menganding bermacam-macam zat. Bagian-bagian
yang terkandung tersebut tidak larut sempurna, melainkan terpencar secara atau merata di dalam
air. Partikel-partikel koloidal ini sedemikian kecil dan halusnya sehingga dapat menembus
saringan.
Susunan bahan lateks dapat dibagi menjadi dua komponen. Komponen yang pertama
adalah bagian yang mendispersikan atau memancarkan bahan-bahan yang terkandung secara
merata, biasa disebut serum. Bahan-bahan bukan karet yang larut dalam air, seperti protein, garam-

3
garam mineral, enzim dan lainnya termasuk ke dalam serum. Komponen kedua adalah butir-butir
karet yang dikelilingi lapisan tipis protein.

Secara menyeluruh komponen lateks Hevea brasiliensis L adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2 Diagram Lateks Kebun

Partikel karet murni (isoprene) tersuspensi dalam serum lateks dan bergabung membentuk rantai
panjang yang disebut Poli Isoprene (C5H8) seperti gambar dibawah ini :

Gambar 2.3 Komposisi Polu Isoprene

2.3 JENIS-JENIS KARET


2.3.1 Karet Alam
Karet alam mempunyai sifat daya elastisitas dan daya lentur yang baik, plastis dan tidak
mudah panas, dan tidak murah retak, berbagai jenis karet alam yaitu :

4
a. Bahan Olah Karet
Bahan olah karet yaitu bahan mentah yang digunakan untuk pengolahan di pabrik.
Terdiri dari lateks kebun, lembar angin, lapisan (slab) tipis, gumpalan (lumb) segar.
Semuanya berasal langsung dari pohon karet atau telah mengalami proses pengolahan yang
minimal oleh penyadap.

b. Karet Alam Konvensional


Karet yang telah diolah dari bahan lateks alami. Secara garis besar terdiri atas 2
golongan yaitu lembaran (sheet) dan lembaran tebal (crepe). Karet alam konvensional
terbagi atas beberapa jenis seperti Ribbed Smoked Sheet (RSS), White Creep and Pale
Creep, Estate Brown Crepe, Compo Crepe, Thin Brown Crepe Remills, Thick Blanket
Crepe Amber, Plat Bark Crepe, Pure Smoked Blanket Crepe, Off Crepe.

c. Lateks Pekat
Bahan untuk pembuatan barang yang tipis dan bermutu tinggi.

d. Karet Bongkah
Berasal dari karet remah yang dikeringkan dan di kilang menjadi bandela-bandela
dengan ukuran yang ditentukan.

e. Karet Spesifikasi Teknis (Crumb Rubber)

Karet yang dibuat secara khusus. Sehingga mutu teknisnya terjamin yang
penetapannya didasarkan pada sifat-sifat teknis. Karet ini dikemas dalam bongkahan kecil
dengan berat dan ukuran seragam.

f. Karet Ban (Tyre Rubber)


Karet setengah jadi, sehingga bisa langsung digunakan oleh konsumen, seperti
untuk membuat ban.

g. Karet Reklaim (Reclaimed Rubber)


Karet yang didaur ulang dari karet bekas, seperti bekas roda-roda karet berjalan
pabrik, bekas ban mobil. Kelebihan karet ini adalah daya lekatnya bagus, kokoh, awet dan
tahan lama, relatif lebih tahan terhadap bensin dan minyak pelumas dibandingkan karet
alam yang baru dibuat. Kekurangannya adalah kurang kenyal dan kurang tahan gesekan.

5
2.3.2 Karet Sintesis
Karet sintesis terdiri atas 2 macam yaitu karet sintesis untuk kegunaan umum seperti SBR
(Styrene Butadiene Rubber), BR (Butadiene Rubber), atau PR (Polybutadiene Rubber), IR
(Isoprene Rubber) dan karet sintesis untuk kegunaan khusus seperti karet yang memiliki ketahanan
terhadap minyak, oksidasi, panas atau sihu tinggi dan kedap gas diantaranya IIR (Isobutene
Isoprene Rubber), NBR (Nytrite Butadine Rubber), CR (Chloroprene Rubber), dan EPR (Etylene
Propylene Rubber).

Kelebihan karet sintesis dibandingkan karet alam yaitu tahan minyak karena karet ini
banyak digunakan untuk pembuatan pipa karet untuk minyak dan bensin, seal, gasket. Karet CR
mempunyai kelebihan tahan api, untuk pembuatan pipa karet pembungkus kabel, seal, gasket,

sabuk/ban berjalan. Jenis IR yang tahan gas digunakan untuk campuran pembuatan ban kendaraan
bermotor, pembalut kabel listrik, serta pelapis tangki penyimpan minyak atau lemak.

2.3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN KARET ALAM


Karet alam adalah hidrokarbon yang merupakan mikromolekul poliisoprene (C5H8)n
dengan rumus kimia 1,4-cis-poliisoprene. Partikel karet tersuspensi atau tersebar secara merata
dalam serum lateks dengan ukuran 0.04 – 3.00 mikron dengan bentuk partikel bulat sampai
lonjong.
2.3.1 Bahan Baku
Getah pohon karet atau biasa disebut dengan lateks merupakan bahan baku karet yang
dipergunakan untuk pembuatan berbagai macam alat untuk keperluan dalam rumah ataupun
pemakaian di luar rumah seperti sol sepatu, ban mobil dan berbagai produk lainnya yang semuanya
terbuat dari bahan karet
2.3.2 Alur Pengolahan Karet
Adapun alur proses pengolahan karet berlangsung melalui beberapa tahapan seperti pada gambar
dibawah ini .

6
Gambar 2.3 Diagram Pengolahan Karet

a. Penerimaan Lateks Kebun


Tahap awal dalam pengolahan karet adalah penerimaan lateks kebun dari pohon karet
yang telah disadap. Lateks pada mangkuk sadap dikumpulkan dalam suatu tempat kemudian
disaring untuk memisahkan kotoran serta bagian lateks yang telah mengalami prakoagulasi.
Setelah proses penerimaan selesai, lateks kemudian dialirkan ke dalam bak koagulasi untuk
proses pengenceran dengan air yang bertujuan untuk menyeragamkan Kadar Karet Kering.

b. Pengenceran
Tujuan pengenceran adalah untuk memudahkan penyaringan kotoran serta
menyeragamkan kadar karet kering sehingga cara pengolahan dan mutunya dapat dijaga tetap.
Pengenceran dapat dilakukan dengan penambahan air yang bersih dan tidak mengandung unsur
logam, pH air antara 5.8-8.0, kesadahan air maks. 6 serta kadar bikarbonat tidak melebihi 0.03
%. Pengenceran dilakukan hingga KKK mencapai 12-15 %. Lateks dari tangki penerimaan
dialirkan melalui talang dengan terlebih dahulu disaring menggunakan saringan aluminium
Pedoman Teknis Pengolahan Karet Sit Yang Diasap (Ribbed Smoked Sit). Lateks yang telah
dibekukan dalam bentuk lembaran-lembaran (koagulum).

7
c. Pembekuan/Koagulasi

Pembekuan lateks dilakukan di dalam bak koagulasi dengan menambahkan zat


koagulan yang bersifat asam. Pada umunya digunakan larutan asam format/asam semut atau
asam asetat /asam cuka dengan konsentrasi 1-2% ke dalam lateks dengan dosis 4 ml/kg karet
kering Dasar Pengolahan Karet. Jumlah tersebut dapat diperbesar jika di dalam lateks telah
ditambahkan zat antikoagulan sebelumnya. Penggunaan asam semut didasarkan pada
kemampuannya yang cukup baik dalam menurunkan pH lateks serta harga yang cukup
terjangkau bagi petani karet dibandingkan bahan koagulan asam lainnya. Tujuan dari
penambahan asam adalah untuk menurunkan pH lateks pada titik isoelektriknya sehingga
lateks akan membeku atau berkoagulasi, yaitu pada pH antara 4.5-4.7. Asam dalam hal ini ion
H+ akan bereaksi dengan ion OH- pada protein dan senyawa lainnya untuk menetralkan
muatan listrik sehingga terjadi koagulasi pada lateks.
Penambahan larutan asam diikuti dengan pengadukan agar tercampur ke dalam lateks
secara merata serta membantu mempercepat proses pembekuan. Pengadukan dilakukan
dengan 6-10 kali maju dan mundur secara perlahan untuk mencegah terbentuknya gelembung
udara yang dapat mempegaruhi mutu sit yang dihasilkan. Kecepatan penggumpalan dapat
diatur dengan mengubah perbandingan lateks, air dan asam sehingga diperoleh hasil bekuan
atau disebut juga koagulum yang bersih dan kuat. Lateks akan membeku setelah 40 menit.
Proses selanjutnya ialah pemasangan plat penyekat yang berfungsi untuk membentuk
koagulum dalam lembaran yang seragam.

d. Proses Penggilingan Koagulum Menjadi Sheet

Penggilingan dilakuan setelah proses pembekuan selesai. Hasil bekuan atau koagulum
digiling untuk mengeluarkan kandungan air, mengeluarkan sebagian serum, membilas,
membentuk lembaran tipis dan memberi garis pada lembaran. Untuk memperoleh lembaran
sit, koagulum digiling dengan beberapa gilingan rol licin, rol belimbing dan rol motif (batik).
Setelah digiling, sheet dicuci kembali dengan air bersih untuk menghindari permukaan yang
berlemak akibat penggunaan bahan kimia, membersihkan kotoran yang masih melekat serta
menghindari agar sheet tidak menjadi lengket saat penirisan. Koagulum yang telah digiling
kemudian ditiriskan diruang terbuka dan terlindung dari sinar matahari selama 1-2 jam.

8
Tujuan penirisan adalah untuk mengurangi kandungan air di dalam lembaran sheet
sebelum proses pengasapan. Penirisan tidak boleh terlalu lama untuk menghindari terjadinya
cacat pada sheet yang dihasilkan, misalnya timbul warna yang seperti karat akibat teroksidasi.
Penirisan dilakukan pada tempat teduh dan terlindung dari sinar matahari.

e. Proses Pengasapan Sheet

Sheet yang sudah melalui penirisan kemudian dilakukan proses pengasan didalam
kamar asap sampai matang. Sheet yang telah matang dari kamar asap diturunkan kemudian
ditimbang dan dicatat dalam arsip produksi.

f. Proses Sortasi

Proses sortasi dilakukan secara visual berdasrkan warna, kotoran, gelembung udara,
jamur dan kehalusan gilingan yang mengacu pada standard yang terdapat pada SNI 06-0001-
1987. Secara umum sit diklasifikasikan dalam mutu RSS 1, RSS 2, RSS 3, RSS 4, RSS 5 dan
Cutting. Cutting merupakan potongan dari lembaran yang terlihat masih mentah, atau terdapat
gelembung udara hanya pada sebagian kecil, sehingga dapat digunting.

g. Pengujian Barang Karet

Untuk mendapatkan barang karet dengan mutu yang baik, perlu dilakukan analisis karet
beserta bahan kimia yang digunakan sebagai addiftiv dalam pembuatan kompon karet, baik
terhadap barang karet yang belum divulkanisasi maupun yang sudah divulkanisasi.

Analisis barang karet dapat dilakukan berupa pengujian sifat fisika dan analisis kimia,
analisis kimia yang dilkukan meliputi analisis jenis bahan dan analisis jumlah setiap bahan
yang terdapat dalam barang karet. Sedangkan analisis fisika meliputi uji ketebalan, kuat tarik,
kekerasan, perpanjangan putus, ketahanan sobek, bobot jenis, ketahanan kikis, ketahanan retak
lentur dan organoleptis. Analisis jenis bahan yang digunakan bertujuan untuk memberikan
informasi mengenai jenis karet, bahan pelunak, bahan pengisi, bahan pencepat, antioksidan
dan bahan kimia karet lainnya. Analisis jumlah memberikan informasi tentang komposisi
bahan utama penyusun barang karet yaitu karet, serta bahan pelunak, karbon black, abu dan
ekstrak acetone. Hasil analisis dapat digunakan sebagai dasar perkiraan dalam pembuatan
barang karet atau yang lebih baik.

9
2.4 PEMANFAATAN HASIL OLAHAN KARET (PRODUK JADI)

2.4.1 Manfaat karet alam


Barang yang dapat dibuat dari karet alam antara lain aneka ban kendaraan ( dari sepeda,
motor, mobil, traktor, hingga pesawat terbang ), sepeda karet, sabuk penggerak mesin besar dan
mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator, dan bahan-bahan pembungkus logam.
Bahan baku karet banyak digunakan untuk membuat perlengkapan seperti sekat atau
tahanan alat-alat penghubung dan penahan getaran. Misalnya shockabsorbers. Karet bisa juga
dipakai untuk tahanan dudukan mesin. Pemakaian lapisan karet pada pintu, kaca pintu, kaca mobil,
dan pada alat-alat lain membuat pintu terpasang kuat dan tahan getaran serta tidak tembus air.
Dalam pembuatan jembatan sebagai penahan getaran juga digunakan karet.

Gambar 2.4 Produk Ban Hasil Karet Alam

Gambar 2.5 Gambar ShockReducer Car

10
2.4.2 Manfaat karet sintetis
Karena memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh karet alam, maka dalam
pembuatan beberapa jenis barang banyak digunakan bahan baku karet sintetis.
Jenis NBR ( Nytrile Butadiene Rubber ) yang memiliki ketahanan tinggi terhadap minyak
biasa digunakan dalam pembuatan pipa karet untuk bensin dan minyak, membran, seal, gasket,
serta barang lain yang banyak dipakai untuk peralatan kendaraan bermotor atau industri gas.
Jenis CR ( Chloroprene rubber ) yang tahan terhadap nyala api banyak digunakan dalam
pembuatan pipa karet, pembungkus kabel, seal, gasket, dan sabuk pengangkut. Perekat kadang-
kadang dibuat dengan menggunakan jenis CR tertentu.
Sifat kedap terhadap gas yang dimiliki oleh jenis IIR dapat dimanfaatkan untuk pembuatan
ban kendaraan bermotor, juga pembalut kawat listrik, serta pelapis bagian dalam tangki penyimpan
lemak atau minyak. Jenis EPR juga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan kabel listrik.

Gambar 2.5 Rubber Pipe & Pelapis Kabel

11
BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Karet adalah suatu produk yang berasal dari alam yaitu dari getah pohon karet (latex),
maupun produksi manusia (sintetis). Karet diolah dengan berbagai proses sehingga diperoleh
berbagai produk yang sering kita temui dan sering digunakan di kehidupan sekarang ini. 80%
barang-barang keperluan seluruh manusia di muka bumi berasal dari bahan dasar karet. Karet juga
terdiri dari berbagai macam jenis. Sebelum karet dapat digunakan oleh manusia, karet diolah
dengan berbagai cara. Setelah karet diolah karet juga diuji terlebih dahulu sebelum diperjual
belikan dan digunakan oleh manusia.

12
DAFTAR PUSTAKA

- Anonim. 1982. “Standar International untuk Mutu dan Kemasan Karet Alam. Jakarta :
Departemen Perdagangan dan Koperasi.
- Anonim. 2014. “Proses Pengolahan Karet Crumb Rubber”.
https://sites.google.com/site/gapoktanpetanikaretrakyat/classroom-news/proses-pen
golahan -karet-crumb-rubber. Diakses Sabtu 24 Oktober 2015.
- Anonim. “Teknologi Pengolahan Karet Crumb Rubber”.
http://elnuhacenter.yolasite.com/reso
urces/karet/TEKNOLOGI%20PENGOLAHAN%20KARET%20CRUMB%20RUBBER.
pptx. Diakses Sabtu 24 Oktober 2015.
- Abednego JG. 1989. “Pengolahan Karet Crepe”. Bogor : Balai Penelitian Perkebunan.
- Nurazizah, Ulfa. 2013. “Proses Pengolahan Karet”. http://rafhaulfa.blogspot.co.id/2013/
05/contoh-makalah-pengolahan-karet-proses.html. Diakses Sabtu 24 Oktober 2015.
- Panca Wardanu, Adha. 2010. “Teknologi Pengolahan Karet”. https://apwardhanu.word
press.com/politeknik-ketapang/teknologi-pengolahan-karet/. Diakses Sabtu 24 Oktober
2015.
- Rahmawati, Irma. 2011. “Industri Karet dan Pengolahannya”.
http://irizlovely.blogspot.co.id/ 2011/08/industri-karet-dan-pengolahannya.html. Diakses
Sabtu 24 Oktober 2015.
- Untung, Ony. 1996. “Peremajaan Karet Ala Goodyear”. Trubus no 324.

13
14

Anda mungkin juga menyukai