Anda di halaman 1dari 19

ANALISA JURNAL

“Chest Physiotherapy Effectiveness to Reduce Hospitalization and


Mechanical Ventilation Length of Stay, Pulmonary Infection Rate
and Mortality in ICU Patients”

OLEH:
1. AFRILIA SAFIRA : 164131
2. AMINA YUSRIATI : 16413120
3. ANNISA FITRIANI NASUTION : 1641312027
4. WELLY RISA : 1641312011

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fisioterapi dada merupakan tindakan yang dilakukan pada klien

yangmengalami retensi sekresi dan gangguan oksigenasi yang memerlukan

bantuan untuk mengencerkan atau mengeluarkan sekresi. Fisioterapi dada ini

meliputi rangkaian : postural drainage, perkusi, dan vibrasi.

Postural drainase (PD) merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan

sekresi dari berbagai segmen paru denganmenggunakan pengaruh gaya gravitasi.

Waktu yang terbaik untuk melakukan PD yaitu sekitar 1 jam sebelum sarapan

pagi dan sekitar 1 jam sebelum tidur pada malamhari.

Perkusi/ clapping adalah tepukan yang dilakukan pada dinding dada

atau punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkok. Vibrasi merupakan

kompresidan getaran manual pada dinding dada dengan tujuan menggerakkan

secret ke jalannapas yang besar.

Vibrasi adalah getaran kuat secara serial yang dihasilkan oleh tangan

perawatyang diletakan datar pada dinding dada klien. Tujuan fisioterapi dada

vibrasi iniadalah untuk meningkatkan turbulensi udara ekspirasi dan melepaskan

mukus yangkental setelah dilakukan fisioterapi dada perkusi. Sering dilakukan

bergantian denganfisioterapi dada perkusi.

Menurut Chenet al pada tahun 2009 mengatakan bahwa hampir 80%

dari pasien di unit perawatan intensif terintubasi dan dan terpasang ventilasi

mekanis. Dengan demikian, kemampuannya bersihan jalan nafasnya dapat

terganggu dan meningkatkan risiko kolaps paru-paru. Literatur menunjukkan


bahwa insiden kolaps paru-paru pada pasien yang terpasang ventilasi dapat

mencapai 23-30% bagi merekayang telah menjalani operasi perut bagian atas,

74% bagi mereka dengan kerusakan tulang belakang akut, 85% bagi mereka

dengan keparahan neuromuskular, dan hingga 90% setelah operasi

kardiovaskular. Kolaps paru, jika tidak diobati, dapat menyebabkan kegagalan

pernapasan atau Acut Respiratory Syndrom (ARDS).

Rumah Sakit RSUP Dr M. Djamil Padang adalah rumah sakit rujukan untuk

wilayah Sumatera Bagian Tengah yang memiliki ruangan ICU yang cukup

representative dengan 8 tempat tidur dan 2 ruang isolasi. Sebagian besar pasien

yang dirawat di ruang ICU terpasang ventilator sehingga menyebabkan bersihan

jalan nafas jadi terganggu. Oleh karena diperlukan suatu intervensi keperawatan

yang tepat untuk meningkatkan pengeluaran secret.

Oleh karena itu kami tertarik menelaah jurnal tentang perbandingan

fisioterapi dada selama 24 jam/hari atau cukup dengan 6 jam/hari.

B. Tujuan

Untuk mengetahui apakah perawatan fisioterapi dada yang diberikan dalam

waktu 24 jam/hari untuk pasien rawat inap diicu mengurangi lama tinggal, lama

penggunaan ventilator mekanik, infeksi paru dibandingkan dengan fisioterapi

yang diberikan dalam waktu 6 jam/hari.

C. Manfaat

a. Praktik Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi tambahan tentang

fisioterapi dada untuk pasien ICU.


b. Bagi Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk

pengembangan ilmu keperawatan khususnya dalam melakukan perawatan

pasien ICU

c. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan pertimbangan oleh pihak rumah sakit dalam menjalankan

asuhan keperawatan di ruangan ICU.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi

Fisioterapi dada adalah: suatu rangkaian tindakan keperawatan yang terdiri

atas perkusi dan vibrasi, postural drainase, latihan pernapasan/napas dalam, dan

batuk yang efektif. (Brunner & Suddarth, 2002). Tujuannya untuk membuang

sekresi bronkial, memperbaiki ventilasi, dan meningkatkan efisiensi otot-otot

pernapasan. Beberapa penyakit respirasi mengakibatkan produksi sekret

meningkat sampai menimbulkan manifestasi klinis yang ada sehingga muncul

masalah dan salah satu masalah tersebut adalah ketidakefektifan bersihan jalan

nafas. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas merupakan keadaan dimana individu

tidak mampu mengeluarkan sekret dari saluran nafas untuk mempertahankan

kepatenan jalan nafas (Ginting, 2010).

Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna

bagi penderita penyakit respirasi, baik yang bersifat akut maupun kronis.

Fisioterapi dada sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki

ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang terganggu. Jadi tujuan pokok

fisioterapi pada penyakit paru adalah mengembalikan dan memelihara fungsi otot-

otot pernafasan dan membantu membersihkan sekret dari bronkus dan untuk

mencegah penumpukan sekret, memperbaiki pergerakan dan aliran sekret.

Karakteristik dari ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah batuk, sesak, suara

nafas abnormal (Ronchi), penggunaan otot bantu nafas, pernafasan cuping hidung

(Potter dan Perry, 2006).


Fisioterapi dada ini dapat digunakan untuk pengobatan dan pencegahan

pada penyakit paru obstruktif menahun, penyakit pernafasan restriktif termasuk

kelainan neuromuskuler dan penyakit paru restriktif karena kelainan parenkim paru

seperti fibrosis dan pasien yang mendapat ventilasi mekanik. Fisioterapi dada ini

meliputi rangkaian : postural drainage, perkusi, dan vibrasi.

B. Tujuan

a. Mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernapasan

b. Membantu membersihkan secret dari bronkus

c. Mencegah penumpukan sekret

d. Memperbaiki pergerakan dan aliran sekret

e. Meningkatkan efesiensi pernapasan dan ekspansi paru

f. Pasien dapat bernafas dengen bebas dan tubuh mendapatkan oksigen yang

cukup

C. Indikasi dan kontraindikasi

Indikasi:

1. Terdapat penumpukan sekret pada saluran napas yang dibuktikan dengan

pengkajian fisik, X Ray, dan data klinis.

2. Sulit mengeluarkan atau membatukkan sekresi yang terdapat pada saluran

pernapasan.

Kontra indikasi:

1. Hemoptisis

2. Penyakit jantung

3. Serangan Asma Akut

4. Deformitas struktur dinding dada dan tulang belakang.

5. Nyeri meningkat.
6. Kepala pening

7. Kelemahan.

D. Teknik Fisioterapi Dada

1. Postural drainase

Postural drainase adalah pengaliran sekresi dari berbagai segmen paru

dengan bantuan gravitasi. Postural drainase menggunakan posisi khusus yang

memungkinkan gaya gravitasi membantu mengeluarkan sekresi bronkial.

Sekresi mengalir dari bronkiolus yang terkena ke bronki dan trakea lalu

membuangnya dengan membatukkan dan pengisapan. Tujuan postural drainase

adalah menghilangkan atau mencegah obstruksi bronkial yang disebabkan oleh

akumulasi sekresi. Dilakukan sebelum makan (untuk mencegah mual, muntah

dan aspirasi ) dan menjelang/sebelum tidur.

Postural drainase merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi

dari berbagai segmen paru dengan menggunakan pengaruh gaya

gravitasi. Mengingat kelainan pada paru bisa terjadi pada berbagai lokasi maka

Postural drainase dilakukan pada berbagai posisi disesuaikan dengan kelainan

parunya. Waktu yang terbaik untuk melakukan Postural drainase yaitu sekitar 1

jam sebelum sarapan pagi dan sekitar 1 jam sebelum tidur pada malam

hari. Postural drainase dapat dilakukan untuk mencegah terkumpulnya sekret

dalam saluran nafas tetapi juga mempercepat pengeluaran sekret sehingga tidak

terjadi atelektasis. Pada penderita dengan produksi sputum yang banyak

Postural drainase lebih efektif bila disertai dengan clapping dan vibrating.
2. Perkusi

Perkusi atau disebut clapping adalah tepukkan atau pukulan ringan pada

dinding dada klien menggunakan telapak tangan yang dibentuk seperti mangkuk

dengan gerakan berirama di atas segmen paru yang akan dialirkan. Perkusi

dapat membantu melepaskan sekresi yang melekat pada dinding bronkus dan

bronkiolus.

3. Vibrasi

Vibrasi merupakan kompresi dan getaran manual pada dinding dada dengan

tujuan menggerakkan secret ke jalan napas yang besar. Vibrasi adalah kompresi

dan getaran kuat secara serial oleh tangan yang diletakan secara datar pada

dinding dada klien selama fase ekshalasi pernapasan. Vibrasi dilakukan setelah

perkusi untuk meningkatkan turbulensi udara ekspirasi sehingga dapat

melepaskan mucus kental yang melekat pada bronkus dan bronkiolus. Vibrasi

dan perkusi dilakukan secara bergantian.

E. PROSEDUR TINDAKAN

1. Persiapan Alat

a. Handuk
b. Bantal ( 2 – 3 buah )
c. Segelas air
d. Tissue
e. Sputum pot, berisi cairan desinfektan
f. Buku catatan.
2. Persiapan Pasien

a. Informasikan klien mengenai : tujuan pemeriksaan, waktu dan prosedur


b. Pasang sampiran / jaga privacy pasien
c. Atur posisi yang nyaman.
3. Persiapan Perawat

a. Cuci tangan
b. Perhatikan prosedur universal.
4. Prosedur

a. Lakukan auskultasi bunyi napas klien


b. Instruksikan klien untuk mengatakan bila mengalami mual, nyeri dada,
dispneu
c. Berikan medikasi yang dapat membantu mengencerkan sekresi
d. Kendurkan pakaian klien.

Postural Drainase

- Pilih area yang tersumbat yang akan didrainase

- Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainase area yang tersumbat

- Letakkan bantal sebagai penyangga

- Minta klien untuk mempertahankan posisi selama 10 – 15 menit

- Selama dalam posisi ini, lakukan perkusi dan vibrasi dada di atas area

yang didrainase

- Setelah drainase pada posisi pertama, minta klien duduk dan batuk

efektif. Tampung sekresi dalam sputum pot

- Istirahatkan pasien, minta klien minum sedikit air

- Ulangi untuk area tersumbat lainnya

- Tindakan tidak lebih dari 30 – 60 menit.

Vibrasi

- Letakkan tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area yang

didrainase, satu tangan di atas tangan yang lain dengan jari-jari

menempel bersama dan ekstensi


- Anjurkan klien inspirasi dalam dan ekspirasi secara lambat lewat

mulut(pursed lip breathing)

- Selama ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan, dan

gunakan hamper semua tumit tangan, getarkan tangan, gerakkan ke arah

bawah

- Hentikan getaran saat klien inspirasi

- Lakukan vibrasi selama 5 kali ekspirasi pada segmen paru yang

terserang.

Perkusi

- Tutup area yang akan diperkusi dengan menggunkan handuk

- Anjurkan klien untuk tarik napas dalam dan lambat untuk meningkatkan

relaksasi

- Jari dan ibu jari berhimpitan dan fleksi membentuk mangkuk

- Secara bergantian, lakukan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan secara

cepat menepuk dada

- Perkusi pada setiap segmen paru selama 1-2 menit, jangan pada area

yang mudah cedera

- Kembalikan posisi klien dengan nyaman

- Evaluasi respon klien (subyektif dan obyektif)

- Dokumentasikan hasil pemeriksaan


BAB III

ANALISA JURNAL

A. Identitas Jurnal

Judul Jurnal Chest physiotherapy effectiveness to reduce hospitalization and


mechanical ventilation length of stay, pulmonary infection rate
and mortality in ICU patients
Penulis Antonio A.M. Castro, Suleima Ramos Calil, Su´si Andre´a Freitas,
Alexandre B. Oliveira,Elias Ferreira Porto.
Tahun Publikasi 2012
Judul Publikasi Respiratory Medicine
Tempat publikasi San Paolo
Negara Publikasi Brazil
Subjek publikasi Medical Sciences--Nurses And Nursing
Penerbit Elsevier
Volume 107
Jumlah Halaman 8
Hal 68-74
Jenis Sumber Scholarly Journals

B. Tujuan Penulisan Jurnal

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memverifikasi apakah perawatan

fisioterapi diberikan dalam waktu 24 jam / hari untuk pasien rawat inap di ICU

mengurangi lama tinggal, ventilasi mekanis dukungan, infeksi paru-paru dan

kematian dibandingkan dengan perawatan fisioterapi yang diberikan dalam

waktu 6 jam / hari.

C. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan ini yaitu pembaca khususnya perawat mendapatkan

informasi mengenai manfaat dari fisioterapi dada yang dilakukan pada pasien
rawat inap ICU serta dapat membandingkan pemberian fisioterapi dada yang

efektif apakah selama 24 jam/hari atau cukup dengan 6 jam/hari.

D. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam jurnal ini yaitu design penelitian

kohort dirancang untuk menilai perbedaan antara satu rumah sakit di mana

pasien diberi perawatan fisioterapi selama 24 jam / hari dan rumah sakit lain

dengan hanya 6 jam / hari. Lalu mempertimbangkan hal berikut sebagai

pengukuran hasil: diagnosis klinis, pengobatan digunakan, adanya penyakit

terkait, nilai APACHE II dan SOFA, ICU dan lama pemakaian ventilasi

mekanik, perkembangan infeksi paru dan kelangsungan hidup.

 Kriteria inklusi

Pasien yang dirawat umum di ICU dari dua rumah sakit umum terdaftar

dan pasien memenuhi syarat untuk terapi fisik setelah penilaian awal

rujukan dokter dan unit fisik terapis.

 Kriteria ekslusi

Pasien didiagnosis dengan stadium akhir kanker dan pasien dengan

kematian otak yang terbukti secara klinis pada hari pertama rawat inap.

E. Protokol

Pasien dievaluasi pada hari pertama masuk ICU dan hari-hari berikutnya

selama dirawat. Peneliti mempertimbangkan parameter evaluasi: diagnosis

klinis, waktu diagnosis, pengobatan yang digunakan dan obat yang

diperkenalkan atau mulai digunakan saat periode ICU, adanya penyakit terkait,

kebutuhan dukungan ventilasi mekanis, operasi sebelumnya, durasi

penggunaan antibiotik, tingkat keparahan analisis penyakit pasien dari skor


APACHE II, kejadian dan tingkat keparahan disfungsi organ dianalisis dengan

menggunakan skor SOFA (Sequential Evalution of Failure of Organ), Glasgow

coma scale (untuk pasien tanpa sedasi) dan sedasi skala Ramsay (untuk pasien

yang diberi obat penenang). Data dikumpulkan setiap hari melalui catatan medis

pasien dan tes laboratorium yang dilakukan.

Waktu ventilasi mekanik (MV) pasien diserahkan ke diukur dalam

hitungan hari dan dimulai dari saat intubasi trakea sampai ekstubasi. Waktu

ventilasi yang bersifat noninvasif tidak dianggap sebagai lama pemakaian

ventilasi mekanik. Infeksi pernafasan terjadi setelah pasien dirawat setiap

rumah sakit. Oleh karena itu, pneumonia terkait ventilator (VAP) ditandai

dengan definisi sebagai berikut: 1) Pneumonia terjadi> 48 jam setelah intubasi

endotrakeal; 2) Faktor risiko bakteri penyebab multidrug (MDR) yang

menyebabkan VAP. Selain itu, pneumonia nosokomial juga dinilai dengan

memburuknya pola radiologis pasien pada radiogram dada sebelum dirawat di

rumah sakit ICU dan juga ke peningkatan jumlah sel darah putih.

Kelangsungan hidup dan kematian dianggap sebagai variabel hasil besar.

Pasien yang dipulangkan dari ICU ke bangsal klinis lain di rumah sakit, atau

perawatan di rumah dianggap telah selamat dari periode rawatan ICU. Kematian

dimaksudkan jika terjadi pada kasus dimana kematian terjadi selama dalam

rawat inap ICU. Durasi tinggal ICU diukur dalam hitungan hari.

Instrumen yang digunakan untuk menilai pasien adalah: Skor APACHE

II dan SOFA untuk menilai tingkat keparahan Penyakit ; skala koma Glasgow,

yang menilai tingkat kesadaran dan status neurologis; dan Skala Ramsay, yang

menilai tingkat sedasi.


F. Hasil Penelitian

Sebanyak 146 pasien yang trpilih dari rumah sakit A (dengan fisioterapi

24jam/hari) dan sebanyak 73 pasien terpilih dari rumah sakit B (dengan

fisioterapi 6 jam/hari), menunjukkan hasil bahwa perawatan terapi fisioterapi

dada yang diberikan dalam basis 24 jam bisa mengurangi lamanya pemakaian

ventilasi mekanis dan lamanya rawat inap serta kejadian infeksi pernafasan dan

kematian.

G. Pembahasan

Temuan baru dari penelitian ini adalah bahwa perawatan fisioterapi full
time 24 jam/hari berkaitan dengan pengurangan hospitalisasi dan lama
pemakaian ventilasi mekanis, dan menurunkan kejadian infeksi saluran
pernafasan dan kematian di ICU.
Peneliti menunjukkan bahwa kelompok tersebut serupa di banyak
variable. Namun, layanan B (6 jam / hari) menunjukkan bahwa suhu tubuh,
tekanan arteri rata-rata, bikarbonat, dan Ramsay lebih tinggi dari pada layanan
A (24 h / hari). Sedangkan dalam pelayanan A (24 jam/ hari) oksigen arteri,
tekanan dan hematokrit lebih tinggi. Temuan ini dianggap tidak relevan karena
variabilitas yang umum ini variabel hadir sementara prosedur fisioterapi
dilkukan seperti dilaporkan sebelumnya-Jones et al- menunjukkan bahwa
Teknik fisioterapi mengurangi shunt intrapulmoner dan meningkatkan
kepatuhan terhadap sistem pernafasan. Mekanisme utama adalah bertanggung
jawab atas peningkatan denyut jantung, tekanan darah sistolik, tekanan darah
rata-rata, konsumsi oksigen dan produksi karbon dioksida paling banyak pasien
dalam sesi perawatan fisioterapi. Meskipun demikian, garis dasar nilai
APACHE II dan SOFA serupa antara pasien di kedua rumah sakit.
Selain itu, kami telah melaporkan bahwa tingkat neurologis pasien dan
pneumonia lebih sering diobati kelompok fisioterapi (29% dan 17%, masing-
masing). Meskipun perbedaan yang ditemukan pada penyakit etiologi antara
dua rumah sakit hasil kami tidak terpengaruh oleh salah satu faktor pengganggu
ini. Salah satu alasannya adalah sejak awal dan mobilisasi dan penyapihan yang
memadai telah tercapai di kedua rumah sakit namun dengan jumlah kurang (6 h
/ hari) atau lebih (24 jam / hari) intensitas. Kami telah mengendalikan teknik
yang digunakan oleh fisioterapis di kedua rumah sakit, serta medis dan
perawatan perawat, hanya menyisakan jumlah terapi fisik diberikan untuk setiap
pasien sebagai variabel hasil. Sebagaimana yang diharapkan, peneliti tidak bisa
mengendalikan jumlah yang spesifik penyakit terdaftar dalam protokol karena
kita dimaksudkan untuk mensimulasikan karakteristik unit ICU umum. Juga,
kita dengan saksama memilih model rekrutmen sampel kenyamanan Setelah
dipilih rumah sakit untuk melakukan protokol. Meski begitu, kami bisa
memastikan bahwa meski ada perbedaan ternyata tidak mempengaruhi hasil
utama karena faktanya bahwa skala koma Glasgow, skor APACHE II dan
SOFA adalah sama untuk kedua rumah sakit.
Diagnosis ventilator-associated pneumonia (VAP) adalah ditandai
dengan definisi yang diakui yaitu: 1) Pneumonia terjadi> 48 jam setelah
intubasi endotrakeal; 2) Faktor risiko bakteri resisten multidrug (MDR)
menyebabkan VAP. Peneliti menemukan bahwa tingkat pneumonia lebih tinggi
pada kelompok terapi fisik rendah dibandingkan kelompok 24 jam. Namun,
perbedaan ini tidak mengubah hasil akhir karena tingkat keparahan penyakit
(skor APACHE II dan SOFA) dan perawatan yang digunakan (medis, terapi
fisik dan keperawatan) sama dalam kedua kelompok. Selain itu, kami hanya
memiliki sedikit pasien yang mengembangkan polineuropati penyakit kritis
untuk layanan A dan B (3% dan 5%, masing-masing) faktor pembaur tambahan
untuk hasil penelitian kami.
Beberapa penulis telah menunjukkan keefektifan fisioterapi untuk pasien
yang menjalani ventilasi mekanis di ICU, terutama mengenai perbaikan fungsi
paru dan hemodinamik, mengurangi kejadian komplikasi paru studi Tapi masih
acak untuk bukti pengurangan rawat inap dan mekanik- Panjang ventilasi ical
diperlukan. Studi kami menunjukkan bahwa layanan A memiliki 57 pasien di
Ventilasi mekanis dan pelayanan B memiliki 59 pasien. Kami menemukan
bahwa panjang ventilasi mekanik tinggal di layanan A jauh lebih rendah
daripada layanan B
Seperti dalam penelitian kami, orang lain penulis menunjukkan
pengurangan lama ventilasi mekanis tinggal bersama perawatan fisioterapi dada
Banyak penelitian melaporkan hal itu penyapihan dan mobilisasi dini adalah
hasil prioritas dicapai untuk meningkatkan ventilasi mekanis dan umur rawat
inap pengurangan tinggal. Di sisi lain, ada beberapapenelitian yang
menunjukkan Manfaat fisioterapi dada pada pasien ICU, Namun, tidak satu pun
dari mereka menganggap pencegahan komplikasi pulmonary dengan
penggunaan fisioterapi dada. Di Penelitian kami menemukan pengurangan
waktu ICU yang signifikan tinggal di layanan A untuk layanan B. Kita percaya
bahwa hal ini terkait dengan intensitas yang diberikan Perawatan fisioterapi
ditawarkan untuk pasien. Keselamatan dan perawatan fisioterapi intensif
mempromosikan tidak hanya pengurangan dari biaya tetapi juga pengurangan
kejadian infeksi pernafasan.
Peneliti menemukan bahwa angka kematian 15% lebih tinggi pada
layanan B yang memberikan perawatan fisioterapi kurang dari pada layanan A
yang menyediakan fisioterapi penuh waktu. Sebagian besar penelitian tidak
tunjukkan asosiasi itu Ali et al. menunjukkan bahwa pasien dengan kelemahan
otot yang didapat lebih mungkin terjadi pada kematian, Namun, tidak ada
penelitian yang pernah menunjukkan apakah ada fisioterapi teknik efektif untuk
memulihkan pasien tersebut.
Stiller menyatakan bahwa efek fisioterapi hanya berjangka pendek dan
oleh karena itu tidak ada bukti itu fisioterapi dada mengurangi komplikasi dan
kematian di sebuah ICU. Namun, tidak dapat diasumsikan bahwa teknik
fisiioterapi di ICU tidak efektif seperti literatur menyajikan bukti yang tidak
cukup mengenai hal itu. Penelitian ini adalah yang pertama menunjukkan bahwa
pasien dengan full time perawatan fisioterapi dapat mengurangi terjadi
kematian. Kami menemukan bahwa pasien dengan perawatan kurang
fisioterapi ada setidaknya 30% kemungkinan kematian lebih banyak dibanding
pasien dengan full time perawatan fisioterapi.
Keterbatasan penelitian ini adalah fakta bahwa layanan B
mempresentasikan lebih banyak pasien yang didiagnosis dengan trauma otak
daripada di layanan A. Karena kami merancang penelitian kami sebagai kohort
kami tidak mengontrol perekrutan agar menghindari bias Namun, ini tidak
membuat penelitian tidak valid karena tingkat keparahan penyakitnya sama
pasien dari kedua layanan.
H. Kesimpulan

Dari hasil penelitian jurnal ini dapat disimpulkan bahwa pemberian fisioterapi

dada di unit perawatan intensif berkontribusi terhadap pemulihan dini dari

pasien, mengurangi lama tinggal di rawat inap ICU dan mengurangi lamanya

pemakaian ventilasi mekanik serta mengurangi kejadian infeksi pernafasan dan

kematian

I. Kelebihan Dan Kekurangan Dari Jurnal

 Kelebihan jurnal

Jurnal ini mampu membuktikan bahwa pemberian fisioterapi dada

24jam/hari mampu memberikan kontribusi terhadap pemulihan dini

pasien yang dirawat di ICU dengan mengurangi lamanya hari rawat

inap, mengurangi lamanya pemakaian ventilator dan mengurangi

kejadian infeksi serta mengurangi kematian.

Jurnal menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dengan runutan

yang jelas. Penjelasan mengenai pembahasan dalam jurnal telah

dijelaskan dengan rinci.

 Kekurangan jurnal

Penelitian ini dilakukan terhadap dua rumah sakit umum dalam satu kota

dengan cara pemberian fisioterapi dada yang berbeda sehingga hasilnya

mungkin tidak menggeneralisasi terhadap rumah sakit lain.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memverifikasi apakah perawatan


fisioterapi diberikan dalam waktu 24 jam / hari untuk pasien rawat inap di ICU
mengurangi lama tinggal, ventilasi mekanis dukungan, infeksi paru-paru dan
kematian dibandingkan dengan perawatan fisioterapi yang diberikan dalam waktu
6 jam / hari.
Kesimpulan dari telaah kritis terhadap artikel dengan judul Chest
physiotherapy effectiveness to reduce hospitalization and mechanical ventilation
length of stay, pulmonary infection rate and mortality in ICU patients ini adalah
bahwa artikel tersebut telah sesuai dengan kaidah penulisan artikel dalam jurnal
dan dapat digunakan sebagai acuan. Adapun kelebihan pada jurnal ini ialah
adanya pemaparan bukti ilmiah yang jelas untuk keefektifan fisioterapi.
Hasil penelitian ini sebanyak 146 pasien yang terpilih dari rumah sakit A
(dengan fisioterapi 24jam/hari) dan sebanyak 73 pasien terpilih dari rumah sakit
B (dengan fisioterapi 6 jam/hari), menunjukkan hasil bahwa Perawatan terapi
fisioterapi dada yang diberikan dalam basis 24 jam bisa menguragi lamanya
pemakaian ventilasi mekanis dan lamanya rawat inap serta kejadian infeksi
pernafasan dan kematian.

B. Saran

Hasil dari tinjauan sistematis ini telah mengungkapkan fisioterapi dada


yang dilakukan selama 24 jam/hari lebih efektif dibandingkan yang dilakukan
selama 6 jam/hari. Oleh karena itu disarankan untuk perawat melakukan
intervensi fisioterapi dada selama 24 jam /hari atau sebanyak 4 kali sehari dan
pelaksanaan fisioterapi dada dibarengi dengan pengaturan posisis dan ROM/
rentang gerak sebagai salah satu intervensi keperawatan di ruangan ICU.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Alih

Bahasa: Agung Waluyo,dkk. Jakarta: EGC.

Kusyati Eni Ns, dkk. 2006. Ketrampilan Dan Prosedur Laboratorium Keperawatan

Dasar. Jakarta: EGC.

Perry, Peterson, Potter. 2005. Buku Saku Ketrampilan Dan Prosedur Dasar. Edisi5.Alih

Bahasa: Rosidah, Monika Ester. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai

  • POA KB Ibu Hamil
    POA KB Ibu Hamil
    Dokumen3 halaman
    POA KB Ibu Hamil
    Qorry Aulia Yudha
    Belum ada peringkat
  • LP 5
    LP 5
    Dokumen2 halaman
    LP 5
    Qorry Aulia Yudha
    Belum ada peringkat
  • LP 6
    LP 6
    Dokumen2 halaman
    LP 6
    Qorry Aulia Yudha
    Belum ada peringkat
  • LP 4
    LP 4
    Dokumen2 halaman
    LP 4
    Qorry Aulia Yudha
    Belum ada peringkat
  • RENPRA KB Ibu Hamil
    RENPRA KB Ibu Hamil
    Dokumen4 halaman
    RENPRA KB Ibu Hamil
    Qorry Aulia Yudha
    Belum ada peringkat
  • Data Umum Disstribusi
    Data Umum Disstribusi
    Dokumen12 halaman
    Data Umum Disstribusi
    Qorry Aulia Yudha
    Belum ada peringkat
  • LP 1
    LP 1
    Dokumen3 halaman
    LP 1
    Qorry Aulia Yudha
    Belum ada peringkat
  • Laporan Hasil Penkes Hipertensii
    Laporan Hasil Penkes Hipertensii
    Dokumen9 halaman
    Laporan Hasil Penkes Hipertensii
    Qorry Aulia Yudha
    Belum ada peringkat
  • Metode Penkes
    Metode Penkes
    Dokumen12 halaman
    Metode Penkes
    hayatunnupus
    Belum ada peringkat
  • Askep Leukemia
    Askep Leukemia
    Dokumen3 halaman
    Askep Leukemia
    Qorry Aulia Yudha
    Belum ada peringkat
  • Laporan Hasil Penkes KB Iva
    Laporan Hasil Penkes KB Iva
    Dokumen5 halaman
    Laporan Hasil Penkes KB Iva
    Qorry Aulia Yudha
    Belum ada peringkat
  • Renpra Leukemia
    Renpra Leukemia
    Dokumen12 halaman
    Renpra Leukemia
    Qorry Aulia Yudha
    Belum ada peringkat
  • Preplanning MMK 2
    Preplanning MMK 2
    Dokumen7 halaman
    Preplanning MMK 2
    Qorry Aulia Yudha
    Belum ada peringkat
  • SP 3 DPD Lega Dan Dilla
    SP 3 DPD Lega Dan Dilla
    Dokumen9 halaman
    SP 3 DPD Lega Dan Dilla
    Qorry Aulia Yudha
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen3 halaman
    Bab Iii
    Qorry Aulia Yudha
    Belum ada peringkat
  • SP Risiko Bunuh Diri
    SP Risiko Bunuh Diri
    Dokumen4 halaman
    SP Risiko Bunuh Diri
    Qorry Aulia Yudha
    Belum ada peringkat
  • Cover Kepdewasa 1
    Cover Kepdewasa 1
    Dokumen3 halaman
    Cover Kepdewasa 1
    Qorry Aulia Yudha
    Belum ada peringkat
  • Askep Leukemia
    Askep Leukemia
    Dokumen3 halaman
    Askep Leukemia
    Qorry Aulia Yudha
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Imunisasi
    Leaflet Imunisasi
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Imunisasi
    Qorry Aulia Yudha
    Belum ada peringkat
  • Form Askep
    Form Askep
    Dokumen20 halaman
    Form Askep
    Janu Isworo
    Belum ada peringkat
  • Tugas Gerontik Muskulo
    Tugas Gerontik Muskulo
    Dokumen38 halaman
    Tugas Gerontik Muskulo
    Qorry Aulia Yudha
    Belum ada peringkat
  • LAMPIRAN 2 Anggaran Dana Penelitian
    LAMPIRAN 2 Anggaran Dana Penelitian
    Dokumen1 halaman
    LAMPIRAN 2 Anggaran Dana Penelitian
    Qorry Aulia Yudha
    100% (1)
  • BAB IV DG Sampel
    BAB IV DG Sampel
    Dokumen10 halaman
    BAB IV DG Sampel
    Qorry Aulia Yudha
    Belum ada peringkat
  • 2 Halaman Judul DLL
    2 Halaman Judul DLL
    Dokumen8 halaman
    2 Halaman Judul DLL
    Qorry Aulia Yudha
    Belum ada peringkat
  • LP Ca Bulibuli
    LP Ca Bulibuli
    Dokumen11 halaman
    LP Ca Bulibuli
    Qorry Aulia Yudha
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen4 halaman
    Bab Iv
    Qorry Aulia Yudha
    Belum ada peringkat
  • Sap Inos
    Sap Inos
    Dokumen7 halaman
    Sap Inos
    Qorry Aulia Yudha
    Belum ada peringkat
  • MINI CX f18
    MINI CX f18
    Dokumen18 halaman
    MINI CX f18
    Qorry Aulia Yudha
    Belum ada peringkat
  • Mobilisasi Dini
    Mobilisasi Dini
    Dokumen15 halaman
    Mobilisasi Dini
    lusia dirah
    Belum ada peringkat