Anda di halaman 1dari 10

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN


SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
Jalan Kurnia Makmur No. 64 RT. 24 Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa Janan Ilir
Samarinda Kalimantan Timur Telp (0541)738153, Faksimile (0541)768523
Laman:http// www.poltekkes-kaltim.ac.id Surat Elektronik: poltekkes_smd2007@yahoo.co.id

LAPORAN PENDAHULUAN

NAMA PRESEPTEE : Emmy Putri Wahyuni


NIM : P07220418015
SEMESTER/JALUR : I/ Profesi Ners
RUMAH SAKIT/RUANG : RSUD Abdul Wahab Sjahranie/ IBS
KASUS : Sistem Digestif, Odontektomi

A. Pengertian Odontektomi
Odontektomi adalah pengeluaran atau pencabutan gigi yang dalam keadaan tidak dapat
bertumbuh atau gigi bertumbuh sebagian dimana gigi tersebut tidak dapat dikeluarkan
dengan cara pencabutan dengan tang biasa melainkan diawali dengan pembuatan flap
mukoperiostal, diikuti dengan pengambilan tulang undercut yang menghalangi pengeluaran
gigi tersebut, sehingga diperlukan persiapan yang baik dan rencana operasi yang tepat dan
benar dalam melakukantindakan bedah pengangkatan molar yang terpendam, untuk
menghindari terjadinya komplikasi-komplikasi yang tidak diinginkan (Chanda & Zahbia,
2007).
Odontektomi sebaiknya dilakukan pada saat pasienmasih muda yaitu pada usia 25-26
tahun sebagai tindakan profilaktik atau pencegahan terhadap terjadinya patologi (Pedersen,
1996). Odontektomi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dikeluarkan secara utuh dan
secara separasi (Peterson et al., 2003).

Gambar 1.
Anatomi dan pertumbuhan gigi bungsu. Pada usia 12 tahun, sebagian mahkota benih gigi bungsu mulai
terbentuk: (1a) Pada usia 14 tahun, mahkota gigi sudah terbentuk lengkap; (1b) Pada usia 17 tahun,
mahkota gigi dan akar gigi mulai terbentuk sebagian; (1c) Akhirnya pada usia 25 tahun, mahkota dan
akar gigi terbentuk sempurna; (1d) Tampak benih gigi bungsu atas dan bawah dalam keadaan impaksi
(American Association of Oral and Maxillofacial Surgeons).

Jurusan Keperawatan, Jurusan Kebidanan: Jalan Wolter Monginsidi No. 38 Samarinda – Kalimantan Timur, Kode Pos 75123, Telepon (0541) 738153
Jurusan Analis Kesehatan : Jalan Kurnia Makmur No. 64 Rt. 24 Kel. Harapan Baru Kec. Loa Janan Ilir
Program Studi Diploma III Kebidanan Balikpapan, Jalan Sorong No. 9 RT.081 Gunung Pipa Balikpapan Utara Telepon : (0542) 424704 Fax : (0542) 415551
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
Jalan Kurnia Makmur No. 64 RT. 24 Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa Janan Ilir
Samarinda Kalimantan Timur Telp (0541)738153, Faksimile (0541)768523
Laman:http// www.poltekkes-kaltim.ac.id Surat Elektronik: poltekkes_smd2007@yahoo.co.id

B. Indikasi dan Kontraindikasi Odontektomi


Dalam pencabutan gigi impaksi, ada pertimbangan-pertimbangan yang harus
diperhatikanuntuk dapat melakukan tindakan, sebaliknya dalam kondisi-kondisi tertentu
juga tindakan odontektomi sebaiknya tidak dilakukan. Adapun indikasi dan kontraindikasi
tindakan odontektomi yang harus diperhatikan yakni:
1. Indikasi
Semua gigi impaksi tentunya ada pertimbangan untuk dapat dilakukan odontektomi.
Untuk itu terdapat beberapa indikasi yang perlu diperhatikan dalam tindakan, antara
lain:
a) Perikoronitis
Merupakan peradangan pada jaringan lunak disekeliling gigi yang akan erupsi,
sering terjadi pada gigi M3 bawah. Perikoronitis umum terjadi pada gigi impaksi
gigi molar dan cenderung berulang bila molar belum erupsi sempurna. Hal ini dapat
menyebabkan dekstruksi antara gigi molar dan gigi geraham di depannya. Gejala
perikoronitis dapat berupa rasa sakit di regio, pembengkakan, bau mulut, dan
pembengkakan limfonodi submandibular. Odontektomi dapat dilakukan sebagai
tindakan pencegahan dari terjadinya perikoronitis akibat gigi erupsi sebagian
(Pedersen, 1996).
b) Mencegah berkembangnya folikel menjadi kista odontegenik
Gigi impaksi mampu merangsang pembentukan kista atau bentuk patologi lainnya
terutama pada masa pembentukan gigi. Benih gigi mengalami gangguan sehingga
pembentukannya terganggu menjadi tidak sempurna dan dapat menimbulkan
primordial kista dan folikel kista (Pedersen, 1996).
c) Pencegahan karies
Gigi impaksi berpotensi menimbulkan infeksi atau karies pada gigi didekatnya.
Banyak kasus gigi M2 mengalami karies karena gigi M3 mengalami impaksi. Gigi
M3 merupakan penyebab tersering gigi M2 mengalami karies karena retensi
makanan. Posisi gigi M3 juga dapat menyebabkan karies distal M2 karena
desakannya kepada gigi M2 (Dym Harry, 2001).
d) Untuk keperluan terapi ortodontik

Jurusan Keperawatan, Jurusan Kebidanan: Jalan Wolter Monginsidi No. 38 Samarinda – Kalimantan Timur, Kode Pos 75123, Telepon (0541) 738153
Jurusan Analis Kesehatan : Jalan Kurnia Makmur No. 64 Rt. 24 Kel. Harapan Baru Kec. Loa Janan Ilir
Program Studi Diploma III Kebidanan Balikpapan, Jalan Sorong No. 9 RT.081 Gunung Pipa Balikpapan Utara Telepon : (0542) 424704 Fax : (0542) 415551
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
Jalan Kurnia Makmur No. 64 RT. 24 Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa Janan Ilir
Samarinda Kalimantan Timur Telp (0541)738153, Faksimile (0541)768523
Laman:http// www.poltekkes-kaltim.ac.id Surat Elektronik: poltekkes_smd2007@yahoo.co.id

Pencabutan gigi impaksi juga dapat dijadikan indikasi untuk keperluan ortodontik
bila ruangan yang dibutuhkan kurang untuk ekspansi lengkung gigi atau
dikhawatirkan akan terjadi relaps setelah dilakukan perawatan ortodontik (Dym
Harry, 2001).
e) Terdapat keluhan rasa sakit atau pernah merasa sakitRasa sakit dapat timbul karena
gigi impaksi dapat menekan nervus alveolaris inferiorpada kanalis mandibularis.
Selain itu, rasa sakit juga dapat timbul bila gigi impaksi menekan gigi tetangga, dan
tekanan tersebut juga dapat dilanjutkan ke gigi tetangga lain dalam deretan gigi
(Dym Harry, 2001).
2. Kontraindikasi
Dalam kondisi-kondisi tertentu, tindakan odontektomi sebaiknya tidak dilakukan.
Misalnya pada pasien-pasien compromised medis dan pasien dengan kerusakan gigi dan
jaringan di sekitarnya. Pada pasien compromised medis, bila pasien memiliki riwayat
medis gangguan fungsi kardiovaskular, gangguan pernapasan, gangguan pertahanan
tubuh, atau memiliki kongenital koagulopati, maka operator sebaiknya mempertimbang-
kan untuk dilakukan tindakan pencabutan gigi impaksi. Akan tetapi jika gigi impaksi
tersebut bermasalah maka operator harus melakukannya dengan sangat hati-hati dan
harus konsultasi medis terlebih dahulu. Bila pada pasien terdapat kerusakan dari gigi
atau jaringan terdekatnya, dikhawatirkan kerusakan yang diakibatkan oleh tindakan
odontektomi tidak sebanding dengan manfaat yang didapatkan, maka sebaiknya
odontektomi tidak dilakukan (Peterson et al., 2003).

C. Komplikasi Tindakan Odontektomi


Komplikasi-komplikasi di bawah ini dapat terjadi pada tindakan pembedahan
odontektomi:
1. Perdarahan
Perdarahan dari alveolar merupakan perdarahan normal bila terjadi 12-24 jam pertama
pasca pembedahan. Perdarahan dapat pula disebabkan oleh adanya gangguan dalam
masa perdarahan dan masa pembekuan darah (Tjiptono et al., 1989).

Jurusan Keperawatan, Jurusan Kebidanan: Jalan Wolter Monginsidi No. 38 Samarinda – Kalimantan Timur, Kode Pos 75123, Telepon (0541) 738153
Jurusan Analis Kesehatan : Jalan Kurnia Makmur No. 64 Rt. 24 Kel. Harapan Baru Kec. Loa Janan Ilir
Program Studi Diploma III Kebidanan Balikpapan, Jalan Sorong No. 9 RT.081 Gunung Pipa Balikpapan Utara Telepon : (0542) 424704 Fax : (0542) 415551
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
Jalan Kurnia Makmur No. 64 RT. 24 Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa Janan Ilir
Samarinda Kalimantan Timur Telp (0541)738153, Faksimile (0541)768523
Laman:http// www.poltekkes-kaltim.ac.id Surat Elektronik: poltekkes_smd2007@yahoo.co.id

2. Perikoronitis
Merupakan infeksi yang terjadi pada jaringan lunak yang mengelilingi mahkota gigi
impaksi sebagian. Kondisi yang biasa terjadi adalah inflamasi pada jaringan lunak yang
sangat dekat dengan mahkota gigi, paling sering terjadi pada molar ke tiga mandibular
(Tjiptono et al., 1989).

Gambar 2.
Perikoronitis akibat gigi impaksi (Bedah Dento Alveolar, 2011).
3. Perforasi Sinus Maksilaris
Perforasi sinus maksilaris sering terjadi pada pencabutan gigi impaksi molar ketiga
bagian atas karena dekatnya gigi dengan cekungan alveolar dari sinus (Tjiptono et al.,
1989).
4. Masuknya gigi impaksi ke dalam Sinus Maksilaris
Pembedahan secara kasar atau penggunaan elevator dengan ceroboh dapat menyebabkan
gigi molar ketiga atau akar yang mengalami fraktur bergeser atau masuk ke dalam sinus.
Hal ini dapat terjadi karena akar molar tiga bagian atas dan sinus maksilaris hanya
terpisah oleh lapisan tulang yang sangat tipis, dan secara anatomi akar molar tiga bagian
atas berbentuk konus (Tetsch, 1992).
5. Parastesi
Parestesi akan terjadi pada seluruh daerah yang di inervasi oleh nervus yang terpotong.
Pada molar ketiga yang dikhawatirkan yaitu terkenanya atau terpotongnya nervus
fasialis yang berakibat mulut pasien bisa menjadi merot (Harshanur, 1991).
6. Trauma molar dua
Apabila molar kedua trauma dapat menyebabkan gigi goyah, mahkota pecah dan
peradangan pada gigi. Komplikasi ini terjadi akibat dari kuatnya tekanan pada
penggunaan instrumenyang digunakan (Harshanur, 1991).

Jurusan Keperawatan, Jurusan Kebidanan: Jalan Wolter Monginsidi No. 38 Samarinda – Kalimantan Timur, Kode Pos 75123, Telepon (0541) 738153
Jurusan Analis Kesehatan : Jalan Kurnia Makmur No. 64 Rt. 24 Kel. Harapan Baru Kec. Loa Janan Ilir
Program Studi Diploma III Kebidanan Balikpapan, Jalan Sorong No. 9 RT.081 Gunung Pipa Balikpapan Utara Telepon : (0542) 424704 Fax : (0542) 415551
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
Jalan Kurnia Makmur No. 64 RT. 24 Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa Janan Ilir
Samarinda Kalimantan Timur Telp (0541)738153, Faksimile (0541)768523
Laman:http// www.poltekkes-kaltim.ac.id Surat Elektronik: poltekkes_smd2007@yahoo.co.id

7. Dry socket
Merupakan alveolus yang setelah pencabutan gigi tidak terisidengan koagulum darah
dan terasa sangat sakit, biasanya rasa sakit terjadi pada hari ke 3-5 setelah pembedahan.
Pada pencabutan gigi molar ketiga bagian atas komplikasi dry socket jarang terjadi
(Harshanur, 1991).

Gambar 3.
Gambaran dry socket (About Dry Socket, 2011).

E. Instrumen Odontektomi
Beberapa instrumen yang digunakan dalam tindakan bedah dapat bervariasi pada
tiap tindakan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kondisi tiap pasien, termasuk tipe
impaksi dan anatomi jaringan sekitar, misalnya letak nervus alveolaris inferior dan nervus
lingualis.

Gambar 4.
Instrumen yang digunakan dalam prosedur odontektomi.

Jurusan Keperawatan, Jurusan Kebidanan: Jalan Wolter Monginsidi No. 38 Samarinda – Kalimantan Timur, Kode Pos 75123, Telepon (0541) 738153
Jurusan Analis Kesehatan : Jalan Kurnia Makmur No. 64 Rt. 24 Kel. Harapan Baru Kec. Loa Janan Ilir
Program Studi Diploma III Kebidanan Balikpapan, Jalan Sorong No. 9 RT.081 Gunung Pipa Balikpapan Utara Telepon : (0542) 424704 Fax : (0542) 415551
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
Jalan Kurnia Makmur No. 64 RT. 24 Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa Janan Ilir
Samarinda Kalimantan Timur Telp (0541)738153, Faksimile (0541)768523
Laman:http// www.poltekkes-kaltim.ac.id Surat Elektronik: poltekkes_smd2007@yahoo.co.id

Keterangan gambar:
1. Anesthetic syringe, needles, and 12. Crane pick
cartridges 13. Angular elevator
2. Mouth prop 14. Root tip picks
3. Tissue retractor 15. Surgical curette
4. Austin tissue retractor 16. Molt curette
5. Surgical bur 17. Bone file
6. Hemostat 18. Tissue scissor
7. Surgical aspirating tip 19. Extraction forceps
8. Mouth mirror 20. Needle holder
9. Cotton pliers 21. Scalpel(s)
10. Periosteal elevator 22. Suture
11. Straight elevator

D. Prosedur Tindakan Odontektomi


Terdapat prosedur-prosedur yang harus dilakukan sebelum dan saat tindakan
odontektomi agar tidak terjadi keselahan dalam tindakan. Prosedur yang harus dilakukan
dalam tindakan odontektomi ialah:
1. Anamnesa
Pemeriksaan keadaan umum pasien (Lawrence, 2010)
2. Pemeriksaan penunjang seperti foto rontgen
Foto rontgen juga diperlukan untuk mengevaluasi dan mengetahui kepadatan dari tulang
yang mengelilingi gigi. Pemeriksaan ini sebaiknya didasarkan dengan pertimbangan
usia, hubungan antara gigi impaksi dan kanalis mandibularis, morfologi gigi impaksi,
serta keadaan jaringan yang menutupi gigi impaksi, apakah terletak pada jaringan lunak
saja atau juga terpendam didalam tulang (Firmansyah, 2008).
3. Anestesi
Anestesi yang dapat digunakan berupa anestesi lokal dan umum (Lawrence, 2010).
Anestesi lokal dapat dilakukan pada pasien yang memiliki keadaan umum yang normal
dan baik, dengan bahan yang bersifat vasokonstriktor untuk mendapat efek anestesi

Jurusan Keperawatan, Jurusan Kebidanan: Jalan Wolter Monginsidi No. 38 Samarinda – Kalimantan Timur, Kode Pos 75123, Telepon (0541) 738153
Jurusan Analis Kesehatan : Jalan Kurnia Makmur No. 64 Rt. 24 Kel. Harapan Baru Kec. Loa Janan Ilir
Program Studi Diploma III Kebidanan Balikpapan, Jalan Sorong No. 9 RT.081 Gunung Pipa Balikpapan Utara Telepon : (0542) 424704 Fax : (0542) 415551
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
Jalan Kurnia Makmur No. 64 RT. 24 Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa Janan Ilir
Samarinda Kalimantan Timur Telp (0541)738153, Faksimile (0541)768523
Laman:http// www.poltekkes-kaltim.ac.id Surat Elektronik: poltekkes_smd2007@yahoo.co.id

yang cukup lama dan memberikan daerah operasi yang relatifbebas darah (Maulani,
2010). Dan pada pasien yang gelisah dapat dilakukan anestesi umum (Lawrence, 2010).
4. Teknik Operasi
Adapun teknik-teknik operasi yang digunakan dalam tindakan odontektomi, yaitu
sebagai berikut:
a. Insisi untuk pembuatan flap
Insisi dilakukan pada jaringan yang sehat dan mempunyai basis yang cukup lebar,
sehingga pengaliran darah cukup baik (Lawrence, 2010).
b. Pengambilan tulang yang menghalangi gigi
Dengan menggunakan alat bur dan dibantu dengan irigasi larutan saline agar gigi
dapat terlihat untuk dilakukan pemotongan atau pengambilan (Maulani, 2010)
c. Pengambilan gigi
Pengambilan gigi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu intoto atau utuh dan in
separasi atau terpisah. Bila dengan cara intoto, tulang yang mengelilingi gigi
diambil secukupnya, sehingga didapatkan cukup ruangan untuk dapat melakukan
elevator dibawah korona. Kemudian dengan elevator tersebut dilakukan gerakan
mengungkit gigi. Sedangkan metode in separasi, pengambilam gigi impaksi
dilakukan dengan membuang sedikit tulang. Gigi yang impaksi diambil dengan cara
dibelah terlebih dahulu lalu diambil sebagian-sebagian (Lawrence, 2010).
d. Pembersihan luka dan penutupan flap
Setelah pengeluaran gigi, soket dibersihkan dari sisa-sisa tulang bekas pengeboran.
Folikel dan sisa enamel organ harus dibersihkan atau diirigasi dengan air garam
fisiologis 0.9% karena dapat menyebabkan kista residual bila tertinggal. Kemudian
flap dikembalikan pada tempat yang dijahit (Lawrence, 2010).

F. Konsep Asuhan Keperawatan Odontektomi


1. Pre operatif
a. Diagnosa keperawatan
1) Defisit pengetahuan (NANDA, 00126)
NOC : Pengetahuan tentang penyakit

Jurusan Keperawatan, Jurusan Kebidanan: Jalan Wolter Monginsidi No. 38 Samarinda – Kalimantan Timur, Kode Pos 75123, Telepon (0541) 738153
Jurusan Analis Kesehatan : Jalan Kurnia Makmur No. 64 Rt. 24 Kel. Harapan Baru Kec. Loa Janan Ilir
Program Studi Diploma III Kebidanan Balikpapan, Jalan Sorong No. 9 RT.081 Gunung Pipa Balikpapan Utara Telepon : (0542) 424704 Fax : (0542) 415551
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
Jalan Kurnia Makmur No. 64 RT. 24 Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa Janan Ilir
Samarinda Kalimantan Timur Telp (0541)738153, Faksimile (0541)768523
Laman:http// www.poltekkes-kaltim.ac.id Surat Elektronik: poltekkes_smd2007@yahoo.co.id

NIC : Pengajaran
1.1 Informasikan pasien waktu pelaksanaan prosedur operasi/ perawatan
1.2 Informasikan pasien lama waktu pelaksanaan prosedur operasi/ perawatan
1.3 Kaji pengalaman pasien dan tingkat pengetahuan pasien tentang prosedur
operasi yang akan dilakukan
1.4 Jelaskan tujuan prosedur operasi/ perawatan
1.5 Jelaskan hal-hal yang perlu dilakukan setelah prosedur operasi/ perawatan
1.6 Instruksikan klien menggunakan tehnik koping untuk mengontrol beberapa
aspek selama prosedur operasi/ perawatan (relaksasi)
1.7 Pastikan persetujuan operasi telah ditandatangani
1.8 Lengkapi ceklist operasi.
2) Ansietas (NANDA, 00146)
NOC : Kontrol kecemasan dan koping
NIC : Penurunan kecemasan
2.1 Bina hubungan saling percaya
2.2 Libatkan keluarga
2.3 Jelaskan semua prosedur tindakan
2.4 Hargai pengetahuan klien tentang penyakitnya
2.5 Bantu klien untuk mengefektifkan sumber dukungannya
2.6 Berikan reinforcement untuk menggunakan sumber koping yang efektif.
2. Intra operatif
a. Diagnosa keperawatan
1) Risiko infeksi, dengan faktor risiko: prosedur invasif; pembedahan, infus, dc
NOC : Kontrol infeksi
NIC : Kontrol infeksi intra operasi
1.1 Gunakan pakaian khusus di ruang operasi
1.2 Pertahankan prinsip aseptik dan antiseptik.
2) Risiko hipertermi, dengan faktor risiko: berada di ruangan yang dingin
NOC : Kontrol suhu ruangan
NIC : Pengaturan temperature: intraoperatif

Jurusan Keperawatan, Jurusan Kebidanan: Jalan Wolter Monginsidi No. 38 Samarinda – Kalimantan Timur, Kode Pos 75123, Telepon (0541) 738153
Jurusan Analis Kesehatan : Jalan Kurnia Makmur No. 64 Rt. 24 Kel. Harapan Baru Kec. Loa Janan Ilir
Program Studi Diploma III Kebidanan Balikpapan, Jalan Sorong No. 9 RT.081 Gunung Pipa Balikpapan Utara Telepon : (0542) 424704 Fax : (0542) 415551
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
Jalan Kurnia Makmur No. 64 RT. 24 Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa Janan Ilir
Samarinda Kalimantan Timur Telp (0541)738153, Faksimile (0541)768523
Laman:http// www.poltekkes-kaltim.ac.id Surat Elektronik: poltekkes_smd2007@yahoo.co.id

2.1 Atur suhu ruangan yang nyaman


2.2 Lindungi area di luar wilayah operasi
3) Risiko cedera, dengan faktor risiko: gangguan persepsi sensori karena anastesi
NOC : Kontrol risiko
NIC : Prosedur operasi
3.1 Tidurkan pasien pada meja operasi dengan posisi sesuai kebutuhan
3.2 Monitor penggunaan instrumen, jarum dan kasa
3.3 Pastikan tidak ada instrumen, jarum atau kasa yang tertinggal dalam tubuh
pasien.
3. Post operatif
a. Diagnosa
1) Bersihan jalan napas tidak efektif
NOC : Jalan napas dan pola napas
NIC : Manajemen jalan napas
1.1 Atur posisi pasien
1.2 Pantau tanda-tanda ketidakefektifan pola napas
1.3 Ajarkan batuk efektif
1.4 Buka jalan napas
2) Risiko jatuh, dengan faktor risiko efek anastesi
NOC : Kontrol risiko
NIC : Pencegahan risiko jatuh
2.1 Identifikasi faktor risiko jatuh
2.2 Tingkatkan keamanan.

Jurusan Keperawatan, Jurusan Kebidanan: Jalan Wolter Monginsidi No. 38 Samarinda – Kalimantan Timur, Kode Pos 75123, Telepon (0541) 738153
Jurusan Analis Kesehatan : Jalan Kurnia Makmur No. 64 Rt. 24 Kel. Harapan Baru Kec. Loa Janan Ilir
Program Studi Diploma III Kebidanan Balikpapan, Jalan Sorong No. 9 RT.081 Gunung Pipa Balikpapan Utara Telepon : (0542) 424704 Fax : (0542) 415551
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
Jalan Kurnia Makmur No. 64 RT. 24 Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa Janan Ilir
Samarinda Kalimantan Timur Telp (0541)738153, Faksimile (0541)768523
Laman:http// www.poltekkes-kaltim.ac.id Surat Elektronik: poltekkes_smd2007@yahoo.co.id

DAFTAR PUSTAKA

American Association of Oral and Maxillofacial Surgeons. Wisdom teeth.Diunduh dari:


Anonymous. What Are Impacted Wisdom Teeth: Types of Impactions. Animated-
teeth.com. Diunduh dari http://www.animated_teeth.com/wisdom _teeth.
Dym Harry, Ogle Orrett E. Atlas of Minor Oral Surgery. Philadelphia: Saunders
Company. 2001. p. 69-79.
Firmansyah D, Iman T. Fraktur patologis mandibula akibat komplikasi odontektomi
gigi molar tiga bawah.Indonesian Journal of Dentistry. 2008. 15(3): 192-5
Lawrence, J. Impaksi Wisdom Tooth Rahang Bawah. Jakarta; 2010.
Peterson LJ, Ellis E, Hupp JR, Tucker MR, Contemporary oral and maxillofacial surgery,
Elsevier, India, 2003; 527-59.
Tjiptono TR, Harahap S, Arnus S, Osmani S. Ilmu bedah mulut. edisi VI. Medan: FKG USU,
1989: 249, 252, 271, 272.
Tetsch P, Wagner W. Pencabutan Gigi Molar Ketiga (Operative Extraction of Wisdom
Teeth). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1992.
Harshanur Iw. Anatomi Gigi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1991.
Peterson LJ, Ellis E, Hupp JR, Tucker MR, Contemporary oral and maxillofacial surgery,
Elsevier, India, 2003; 527-59

Jurusan Keperawatan, Jurusan Kebidanan: Jalan Wolter Monginsidi No. 38 Samarinda – Kalimantan Timur, Kode Pos 75123, Telepon (0541) 738153
Jurusan Analis Kesehatan : Jalan Kurnia Makmur No. 64 Rt. 24 Kel. Harapan Baru Kec. Loa Janan Ilir
Program Studi Diploma III Kebidanan Balikpapan, Jalan Sorong No. 9 RT.081 Gunung Pipa Balikpapan Utara Telepon : (0542) 424704 Fax : (0542) 415551

Anda mungkin juga menyukai