Anda di halaman 1dari 11

Makalah Penyehatan Tanah dan Pengolahan Sampah – B

TEKNIK PENGENDALIAN PENCEMARAN TANAH


OLEH SAMPAH DAN ANALISIS KOMPOSISI SAMPAH

Disusun oleh Kelompok 3:


2 DIV B
1. Aulia Runisa P23133117047

2. Christian Kawatasi P23133117072

3. Nisrina Huwaida P23133117058

4. Putri Nabila P23133117060

Dosen:

Catur Puspawati, ST., M.KM

Tugiyo, SKM., M.Si

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Jalan Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12120
Tlp.021-7397641, 7397643 Fax. 62 (021)7397769
2019
A. Dampak Pencemaran Tanah
1. Dampak Pada Kesehatan

Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung jalur masuk ke dalam


tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium, berbagai macam pestisida dan
herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Timbal sangat
berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan
ginjal. Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada konsentrasi tertentu
dapat meningkatkan kemungkinan terkena leukemia. Merkuri (air raksa) dan siklodiena
dikenal dapat menyebabkan kerusakan ginjal, dan mungkin tidak bisa diobati, PCB dan
siklodiena terkait pada keracunan hati, Organofosfat dan karmabat menyebabkan
ganguan pada saraf otot.

Ada beberapa macam dampak pada kesehatan seperti sakit kepala, pusing, letih,
iritasi mata dan ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di atas. Yang jelas,
pada dosis yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan Kematian.

2. Dampak Pada Lingkungan Atau Ekosistem

Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya
dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak
lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan lapisan
tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang panjang dan
pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah
utama. Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem.
Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia
beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat
menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda
yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan
beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi akibat yang besar
terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan tersebut.
B. Fungsi Tanah terhadap Bahan Pencemar

Diterangkan oleh Sutanto (2005), terdapat tiga fungsi tanah terhadap bahan pencemar,
yaitu sebagai:

1. Penyaring (filter )
Banyak bahan residu padat dan bahan lain yang berpotensi mencemari seperti
debu dan sedimen, serta bahan padat seperti kotoran ternak, dan buangan pabrik.
Bahan-bahan tersebut kemungkinan mengandung bahan atau senyawa yang
bersifat meracun dalam konsentrasi tertentu seperti kadmium (Cd), tembaga
(Cu), seng (Zn), fluorin (F), dan raksa (Hg). Unsur-unsur tersebut ternyata dapat
diikat oleh tanah sehingga tanah lapisan bawah dan air domestik/ air minum
tetap murni, tak terkontaminasi bahan pencemar. Tanah lempungan dan debuan
merupakan tanah yang bertekstur halus dan mempunyai kemampuan yang
tinggi sebagai penyaring, tetapi permeabilitasnya rendah. Kapasitas penyaring
sama dengan jumlah air yang dapat dimurnikan per satuan waktu. Kapasitas
penyaring ini cukup rendah pada tanah lempungan dan debuan, tetapi cukup
tinggi pada tanah geluhan. Tanah pasiran mempunyai efisiensi yang rendah
sebagai filter, tetapi cepat meloloskan air.

2. Penyangga (buffer)
Kapasitas penyangga juga sangat penting dalam hubungannya dengan masalah
lingkungan karena kompleks pertukaran juga menyerap senyawa yang larut
dalam air hujan. Contohnya, Nitrogen Monoksida dan Sulfur, senyawa meracun
terlarut, insektisida terlarut, dan bahan pencemar industri, atau kemungkinan
secara kimia dapat terendapkan karena sangat dipengaruhi pH dan potensial
redoks. Kapasitas penyangga cukup tinggi pada tanah lempungan dan debuan,
serta kandungan bahan organik yang tinggi.

3. Proses alih rupa (transformation).


Bahan pencemar dalam bentuk senyawa organik, misalnya urin, tinja, pupuk
kandang, limbah cair, limbah padat dan insektisida kemungkinan besar akan
mengalami proses alihrupa dan terpecah menjadi senyawa yang tidak meracun
karena mengalami peruraian oleh kegiatan mikroorganisme, di samping itu
terjadi proses humifikasi.
C. Pencemaran Tanah Oleh Sampah

Gundukan sampah yang berasal dari limbah domestik dapat mengganggu atau
mencemari karena: lindi (air sampah), bau dan estetika. Gundukan sampah juga
menutupi permukaan tanah sehingga tanah tidak bisa dimanfaatkan. Selain itu,
gundukan sampah dapat menghasilkan gas nitrogen dan asam sulfida, adanya zat
mercury, chrom dan arsen pada timbunan sampah dapat menimbulkan gangguan
terhadap bio tanah, tumbuhan, merusak struktur permukaan dan tekstur tanah. Limbah
lain seperti oksida logam, baik yang terlarut maupun tidak pada permukaan tanah
menjadi racun.

Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di lahan kosong atau
TPA yang dioperasikan secara sembarangan akan menyebabkan lahan setempat
mengalami pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik dan mungkin juga
mengandung Bahar Buangan Berbahaya (B3). Bila hal ini terjadi maka akan diperlukan
waktu yang sangat lama sampai sampah terdegradasi atau larut dari lokasi tersebut.
Selama waktu itu lahan setempat berpotensi menimbulkan pengaruh buruk terhadap
manusia dan lingkungan sekitamya.

D. Pengendalian Pencemaran Tanah oleh Sampah

Langkah pengendalian
Pada umumnya pencegahan ini pada prinsipnya adalah berusaha untuk tidak
menyebabkan terjadinya pencemaran, misalnya mencegah/mengurangi terjadinya
bahan pencemar, antara lain:
1. Sampah organik yang dapat membusuk/diuraikan oleh mikroorganisme antara
lain dapat dilakukan dengan mengukur sampah-sampah dalam tanah secara
tertutup dan terbuka, kemudian dapat diolah sebagai kompos/pupuk. Untuk
mengurangi terciumnya bau busuk dari gas-gas yang timbul pada proses
pembusukan, maka penguburan sampah dilakukan secara berlapis-lapis dengan
tanah.
2. Sampah senyawa organik atau senyawa anorganik yang tidak dapat
dimusnahkan oleh mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara membakar
sampah-sampah yang dapat terbakar seperti plastik dan serat baik secara
individual maupun dikumpulkan pada suatu tempat yang jauh dari pemukiman,
sehingga tidak mencemari udara daerah pemukiman. Sampah yang tidak dapat
dibakar dapat digiling/dipotong-potong menjadi partikel-partikel kecil,
kemudian dikubur.
3. Pengolahan terhadap limbah industri yang mengandung logam berat yang akan
mencemari tanah, sebelum dibuang ke sungai atau ke tempat pembuangan agar
dilakukan proses pemurnian.
4. Sampah zat radioaktif sebelum dibuang, disimpan dahulu pada sumursumur
atau tangki dalam jangka waktu yang cukup lama sampai tidak berbahaya, baru
dibuang ke tempat yang jauh dari pemukiman, misal pulau karang, yang tidak
berpenghuni atau ke dasar lautan yang sangat dalam.
5. Penggunaan pupuk, pestisida tidak digunakan secara sembarangan namun
sesuai dengan aturan dan tidak sampai berlebihan.
6. Usahakan membuang dan memakai detergen berupa senyawa organik yang
dapat dimusnahkan/diuraikan oleh mikroorganisme.

Langkah penanggulangan
Apabila pencemaran telah terjadi, maka perlu dilakukan penanggulangan
terhadap pencemara tersebut. Tindakan penanggulangan pada prinsipnya
mengurangi bahan pencemar tanah atau mengolah bahan pencemar atau mendaur
ulang menjadi bahan yang bermanfaat. Tanah dapat berfungsi sebagaimana
mestinya, tanah subur adalah tanah yang dapat ditanami dan terdapat
mikroorganisme yang bermanfaat serta tidak punahnya hewan tanah. Ada
beberapa langkah penangan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh
pencemaran tanah. Diantaranya adalah :

1. Remidiasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang
tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau
off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih
murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan
bioremediasi. Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan
kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut
dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki
yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut.
Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah
dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan
rumit.

2. Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan
menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk
memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun
atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).
Kita juga dapat melakukan penanganan-penanganan seperti:
 Sampah-sampah organik yang tidak dapat dimusnahkan (berada dalam jumlah
cukup banyak) dan mengganggu kesejahteraan hidup serta mencemari tanah,
agar diolah atau dilakukan daur ulang menjadi barang-barang lain yang
bermanfaat, misal dijadikan mainan anak-anak, dijadikan bahan bangunan,
plastik dan serat dijadikan kesed atau kertas karton didaur ulang menjadi tissu,
kaca-kaca di daur ulang menjadi vas kembang, plastik di daur ulang menjadi
ember dan masih banyak lagi cara-cara pendaur ulang sampah.
 Bekas bahan bangunan (seperti keramik, batu-batu, pasir, kerikil, batu bata,
berangkal) yang dapat menyebabkan tanah menjadi tidak/kurang subur, dikubur
dalam sumur secara berlapis-lapis yang dapat berfungsi sebagai resapan dan
penyaringan air, sehingga tidak menyebabkan banjir, melainkan tetap berada di
tempat sekitar rumah dan tersaring. Resapan air tersebut bahkan bisa masuk ke
dalam sumur dan dapat digunakan kembali sebagai air bersih.
 Hujan asam yang menyebabkan pH tanah menjadi tidak sesuai lagi untuk
tanaman, maka tanah perlu ditambah dengan kapur agar pH asam berkurang.

E. Analisis Komposisi Sampah


Komposisi sampah adalah persentase dari komponen pembentuk sampah yang secara
fisik dapat dibedakan antara sampah sisa makanan, kertas, plastik, kaca, logam, kulit,
kayu, tekstil, dan lain-dain.

Komposisi sampah dapat diartikan sebagai penggambaran dari masing-masing


komponen yang terdapat pada sampah dan distribusinya. Data ini penting untuk
mengevaluasi peralatan yang diperlukan, sistem, pengolahan sampah dan rencana
manajemen persampahan suatu kota. Komposisi dan sifat -sifat sampah
menggambarkan keanekaragaman aktivitas manusia. Komposisi sampah
merupakan salah satu pengelompokkan sampah yang paling sering dilakukan.

Menurut Tchobanoglous (1993), komposisi sampah dibagi dalam dua golongan,


yaitu:
1. Komposisi fisik sampah
Secara fisik terdiri dari sampah basah (garbage), sampah halaman, taman,
kertas, kardus, kain, karet, plastik, kulit, kayu, kaca, logam, debu, dan lain-lain.
Informasi mengenai komposisi fisik sampah diperlukan untuk memilih dan
menentukan cara pengoperasian setiap peralatan serta fasilitas-fasilitas lainnya,
memperkirakan kelayakan pemanfaatan kembali sumber daya dan energi dari
sampah, serta sebagai perencanaan fasilitas pembuangan akhir.
2. Komposisi kimia sampah
Umumnya komposisi kimia sampah terdiri dari unsur Karbon, Hidrogen,
Oksigen, Nitrogen, Sulfur, Fosfor, serta unsur lainnya yang terdapat dalam
protein, karbohidrat, dan lemak. Untuk mengetahui komposisi kimia sampah,
perlu dilakukan analisa kandungan kimia sampah di laboratorium. Unsur-unsur
kimia yang diselidiki tergantung dari alternatif cara pengolahan sampah yang
akan dievaluasi.

Dari komposisi sampah yang telah diperoleh dapat diketahui karakteristik sampah
yang mencakup:
1. Persentasi masing-masing komponen sampah
Persentasi komponen sampah perkotaan bervariasi terhadap lokasi, musim,
ekonomi, kondisi daerah dan banyak faktor lainnya. Oleh karena itu, distribusi
persentasi komponen sampah merupakan faktor yang menentukan dalam proses
kebijaksanaan pengelolaannya.
2. Kepadatan sampah
Kepadatan sampah menyatakan berat sampah per satuan volume
(Tchobanoglous, 1993). Data kepadatan sampah penting untuk menentukan
jenis peralatan pengumpul dan peralatan pemindahan. Selain itu, digunakan
juga untuk merencanakan sistem pembuangan akhir sebab rendahnya kepadatan
(densitas) sampah mengakibatkan meningkatnya luas areal yang diperlukan
untuk pembuangan akhir dan penurunan permukaan tanah setelah penimbunan.
Kepadatan sampah berbeda-beda nilainya tergantung dari lokasi, musim, dan
lamanya di pewadahan/ penyimpanan.
3. Kadar Air Sampah
Kadar air sampah biasanya dinyatakan sebagai berat air per satuan berat basah
atau berat kering sampah. Kadar air sampah merupakan faktor yang penting
untuk merencanakan dan pengoperasian incinerator yang akan berpengaruh
terhadap nilai kalor dan karakteristik pembakaran sampah. Besarnya kadar air
sampah pada setiap tempat tergantung dari musim, kelembaban, keadaan iklim,
dan komposisi sampah itu sendiri.
4. Distribusi Ukuran Partikel Sampah
Distribusi ukuran partikel sampah mempengaruhi dua hal dalam perencanaan
pengolahan sampah, yaitu:
a. Kebutuhan untuk pemadatan dan tanah penutup pada sanitary landfill,
Semakin besar ukuran partikel sampah, semakin lama pemadatan dilakukan
dan semakin banyak diperlukan tanah penutup.
b. Kebutuhan untuk mengurangi/ mereduksi ukuran dengan shredding
pendahuluan untuk pengomposan/ produksi biogas atau insinerasi. Pada
pengomposan dan produksi biogas ukuran partikel yang kecil akan
mempercepat proses pembusukan. Pada insinerasi, tujuan dari pengecilan
ukuran partikel adalah untuk memperluas permukaan sampah sehingga
mempercepat penguapan dan menurunkan kadar air dari sampah yang akan
dibakar.

Komposisi sampah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor:


1. Cuaca
Pada daerah yang kandungan airnya tinggi, kelembaban sampah juga cukup
tinggi
2. Frekuensi pengumpulan
Semakin sering sampah dikumpulkan maka semakin tinggi tumpukan sampah
terbentuk. Tetapi sampah organik akan berkurang karena membusuk, dan yang
akan terus bertambah adalah kertas dan dan sampah kering lainnya yang sulit
terdegradasi
3. Musim
Jenis sampah akan ditentukan oleh musim, seperti misalnya akan lebih banyak
sampah daun saat musim gugur tiba, atau bisa juga terdapat sampah buah-
buahan sesuai dengan musim yang sedang berlangsung
4. Tingkat sosial ekonomi
Daerah ekonomi tinggi pada umumnya menghasilkan sampah yang terdiri atas
bahan kaleng, kertas, dsb
5. Pendapatan per kapita
Masyarakat dari tingkat ekonomi lemah akan menghasilkan total sampah yang
lebih sedikit dan homogeny

6. Kemasan produk
Kemasan produk bahan kebutuhan sehari-hari juga akan mempengaruhi.
Negara maju seperti Amerika tambah banyak yang menggunakan kertas sebagai
pengemas, sedangkan negara berkembang seperti Indonesia banyak
menggunakan plastik sebagai pengemas.
7. Geografis
Lokasi tempat pembuangan apakah di daerah pegunungan, lembah, pantai, atau
di daerah dataran rendah, akan mempengaruhi jenis sampah yang dihasilkan
oleh suatu wilayah sesuai dengan kondisi geografisnya
8. Budaya
Semakin maju tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin kompleks pula
macam dan jenis sampahnya
9. Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi memberikan ragam atau karakteristik sampah yang
semakin besar
10. Bencana alam
Komposisi sampah dapat dipengaruhi oleh bencana alam seperti banjir,
tsunami, putting beliung, dll. Karena, berbagai jenis dan ragam sampah akan
bercampur menjadi satu terbawa oleh bencana (ketika terjadinya bencana)
Contoh:
DATA KOMPOSISI SAMPAH DINAS KEBERSIHAN

Komposisi Sampah antar Wilayah (Kota vs. Desa)


NO. KOMPONEN SAMPAH DKI JAKARTA BANYUWANGI
1. Organik/Makanan 55.37 % 77.40 %
2. Kertas 20.57 % 4.10 %
3. Kayu - -
4. Plastik 13.25 % 14.00 %
5. Logam 1.60 % 0.30 %
6. Karet 0.19 % 0.00 %
7. Tekstil/Kain 0.61 % 2.00 %
8. Kaca/Gelas 1.91 % 0.30 %
9. Baterai - -
10. Lain-lain 7.67 % 1.90 %

DAFTAR PUSTAKA

Amzani, Fuad. 2012. Pencemaran Tanah Dan Cara Penanggulannya. Di ambil dari :

https://hortikulturapolinela.files.wordpress.com/2012/10/fuad-amzani.pdf
Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah: Konsep dan Kenyataan. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.

Wardhana, Wisnu Arya. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta:


Penerbit Andi

Santoso, Slamet. Dampak Negatif Sampah Terfiadap Lingkungan Dan Upaya


Mengatasinya. Di ambil dari :

http://bio.unsoed.ac.id/sites/default/files/Dampak%20Negatif%20Sampah%20terhada
p%20Lingkungan%20dan%20Upaya%20Mengatasinya-.pdf (26 Februari 2018)

Anda mungkin juga menyukai