Dosen:
Ada beberapa macam dampak pada kesehatan seperti sakit kepala, pusing, letih,
iritasi mata dan ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di atas. Yang jelas,
pada dosis yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan Kematian.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya
dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak
lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan lapisan
tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang panjang dan
pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah
utama. Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem.
Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia
beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat
menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda
yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan
beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi akibat yang besar
terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan tersebut.
B. Fungsi Tanah terhadap Bahan Pencemar
Diterangkan oleh Sutanto (2005), terdapat tiga fungsi tanah terhadap bahan pencemar,
yaitu sebagai:
1. Penyaring (filter )
Banyak bahan residu padat dan bahan lain yang berpotensi mencemari seperti
debu dan sedimen, serta bahan padat seperti kotoran ternak, dan buangan pabrik.
Bahan-bahan tersebut kemungkinan mengandung bahan atau senyawa yang
bersifat meracun dalam konsentrasi tertentu seperti kadmium (Cd), tembaga
(Cu), seng (Zn), fluorin (F), dan raksa (Hg). Unsur-unsur tersebut ternyata dapat
diikat oleh tanah sehingga tanah lapisan bawah dan air domestik/ air minum
tetap murni, tak terkontaminasi bahan pencemar. Tanah lempungan dan debuan
merupakan tanah yang bertekstur halus dan mempunyai kemampuan yang
tinggi sebagai penyaring, tetapi permeabilitasnya rendah. Kapasitas penyaring
sama dengan jumlah air yang dapat dimurnikan per satuan waktu. Kapasitas
penyaring ini cukup rendah pada tanah lempungan dan debuan, tetapi cukup
tinggi pada tanah geluhan. Tanah pasiran mempunyai efisiensi yang rendah
sebagai filter, tetapi cepat meloloskan air.
2. Penyangga (buffer)
Kapasitas penyangga juga sangat penting dalam hubungannya dengan masalah
lingkungan karena kompleks pertukaran juga menyerap senyawa yang larut
dalam air hujan. Contohnya, Nitrogen Monoksida dan Sulfur, senyawa meracun
terlarut, insektisida terlarut, dan bahan pencemar industri, atau kemungkinan
secara kimia dapat terendapkan karena sangat dipengaruhi pH dan potensial
redoks. Kapasitas penyangga cukup tinggi pada tanah lempungan dan debuan,
serta kandungan bahan organik yang tinggi.
Gundukan sampah yang berasal dari limbah domestik dapat mengganggu atau
mencemari karena: lindi (air sampah), bau dan estetika. Gundukan sampah juga
menutupi permukaan tanah sehingga tanah tidak bisa dimanfaatkan. Selain itu,
gundukan sampah dapat menghasilkan gas nitrogen dan asam sulfida, adanya zat
mercury, chrom dan arsen pada timbunan sampah dapat menimbulkan gangguan
terhadap bio tanah, tumbuhan, merusak struktur permukaan dan tekstur tanah. Limbah
lain seperti oksida logam, baik yang terlarut maupun tidak pada permukaan tanah
menjadi racun.
Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di lahan kosong atau
TPA yang dioperasikan secara sembarangan akan menyebabkan lahan setempat
mengalami pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik dan mungkin juga
mengandung Bahar Buangan Berbahaya (B3). Bila hal ini terjadi maka akan diperlukan
waktu yang sangat lama sampai sampah terdegradasi atau larut dari lokasi tersebut.
Selama waktu itu lahan setempat berpotensi menimbulkan pengaruh buruk terhadap
manusia dan lingkungan sekitamya.
Langkah pengendalian
Pada umumnya pencegahan ini pada prinsipnya adalah berusaha untuk tidak
menyebabkan terjadinya pencemaran, misalnya mencegah/mengurangi terjadinya
bahan pencemar, antara lain:
1. Sampah organik yang dapat membusuk/diuraikan oleh mikroorganisme antara
lain dapat dilakukan dengan mengukur sampah-sampah dalam tanah secara
tertutup dan terbuka, kemudian dapat diolah sebagai kompos/pupuk. Untuk
mengurangi terciumnya bau busuk dari gas-gas yang timbul pada proses
pembusukan, maka penguburan sampah dilakukan secara berlapis-lapis dengan
tanah.
2. Sampah senyawa organik atau senyawa anorganik yang tidak dapat
dimusnahkan oleh mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara membakar
sampah-sampah yang dapat terbakar seperti plastik dan serat baik secara
individual maupun dikumpulkan pada suatu tempat yang jauh dari pemukiman,
sehingga tidak mencemari udara daerah pemukiman. Sampah yang tidak dapat
dibakar dapat digiling/dipotong-potong menjadi partikel-partikel kecil,
kemudian dikubur.
3. Pengolahan terhadap limbah industri yang mengandung logam berat yang akan
mencemari tanah, sebelum dibuang ke sungai atau ke tempat pembuangan agar
dilakukan proses pemurnian.
4. Sampah zat radioaktif sebelum dibuang, disimpan dahulu pada sumursumur
atau tangki dalam jangka waktu yang cukup lama sampai tidak berbahaya, baru
dibuang ke tempat yang jauh dari pemukiman, misal pulau karang, yang tidak
berpenghuni atau ke dasar lautan yang sangat dalam.
5. Penggunaan pupuk, pestisida tidak digunakan secara sembarangan namun
sesuai dengan aturan dan tidak sampai berlebihan.
6. Usahakan membuang dan memakai detergen berupa senyawa organik yang
dapat dimusnahkan/diuraikan oleh mikroorganisme.
Langkah penanggulangan
Apabila pencemaran telah terjadi, maka perlu dilakukan penanggulangan
terhadap pencemara tersebut. Tindakan penanggulangan pada prinsipnya
mengurangi bahan pencemar tanah atau mengolah bahan pencemar atau mendaur
ulang menjadi bahan yang bermanfaat. Tanah dapat berfungsi sebagaimana
mestinya, tanah subur adalah tanah yang dapat ditanami dan terdapat
mikroorganisme yang bermanfaat serta tidak punahnya hewan tanah. Ada
beberapa langkah penangan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh
pencemaran tanah. Diantaranya adalah :
1. Remidiasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang
tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau
off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih
murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan
bioremediasi. Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan
kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut
dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki
yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut.
Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah
dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan
rumit.
2. Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan
menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk
memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun
atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).
Kita juga dapat melakukan penanganan-penanganan seperti:
Sampah-sampah organik yang tidak dapat dimusnahkan (berada dalam jumlah
cukup banyak) dan mengganggu kesejahteraan hidup serta mencemari tanah,
agar diolah atau dilakukan daur ulang menjadi barang-barang lain yang
bermanfaat, misal dijadikan mainan anak-anak, dijadikan bahan bangunan,
plastik dan serat dijadikan kesed atau kertas karton didaur ulang menjadi tissu,
kaca-kaca di daur ulang menjadi vas kembang, plastik di daur ulang menjadi
ember dan masih banyak lagi cara-cara pendaur ulang sampah.
Bekas bahan bangunan (seperti keramik, batu-batu, pasir, kerikil, batu bata,
berangkal) yang dapat menyebabkan tanah menjadi tidak/kurang subur, dikubur
dalam sumur secara berlapis-lapis yang dapat berfungsi sebagai resapan dan
penyaringan air, sehingga tidak menyebabkan banjir, melainkan tetap berada di
tempat sekitar rumah dan tersaring. Resapan air tersebut bahkan bisa masuk ke
dalam sumur dan dapat digunakan kembali sebagai air bersih.
Hujan asam yang menyebabkan pH tanah menjadi tidak sesuai lagi untuk
tanaman, maka tanah perlu ditambah dengan kapur agar pH asam berkurang.
Dari komposisi sampah yang telah diperoleh dapat diketahui karakteristik sampah
yang mencakup:
1. Persentasi masing-masing komponen sampah
Persentasi komponen sampah perkotaan bervariasi terhadap lokasi, musim,
ekonomi, kondisi daerah dan banyak faktor lainnya. Oleh karena itu, distribusi
persentasi komponen sampah merupakan faktor yang menentukan dalam proses
kebijaksanaan pengelolaannya.
2. Kepadatan sampah
Kepadatan sampah menyatakan berat sampah per satuan volume
(Tchobanoglous, 1993). Data kepadatan sampah penting untuk menentukan
jenis peralatan pengumpul dan peralatan pemindahan. Selain itu, digunakan
juga untuk merencanakan sistem pembuangan akhir sebab rendahnya kepadatan
(densitas) sampah mengakibatkan meningkatnya luas areal yang diperlukan
untuk pembuangan akhir dan penurunan permukaan tanah setelah penimbunan.
Kepadatan sampah berbeda-beda nilainya tergantung dari lokasi, musim, dan
lamanya di pewadahan/ penyimpanan.
3. Kadar Air Sampah
Kadar air sampah biasanya dinyatakan sebagai berat air per satuan berat basah
atau berat kering sampah. Kadar air sampah merupakan faktor yang penting
untuk merencanakan dan pengoperasian incinerator yang akan berpengaruh
terhadap nilai kalor dan karakteristik pembakaran sampah. Besarnya kadar air
sampah pada setiap tempat tergantung dari musim, kelembaban, keadaan iklim,
dan komposisi sampah itu sendiri.
4. Distribusi Ukuran Partikel Sampah
Distribusi ukuran partikel sampah mempengaruhi dua hal dalam perencanaan
pengolahan sampah, yaitu:
a. Kebutuhan untuk pemadatan dan tanah penutup pada sanitary landfill,
Semakin besar ukuran partikel sampah, semakin lama pemadatan dilakukan
dan semakin banyak diperlukan tanah penutup.
b. Kebutuhan untuk mengurangi/ mereduksi ukuran dengan shredding
pendahuluan untuk pengomposan/ produksi biogas atau insinerasi. Pada
pengomposan dan produksi biogas ukuran partikel yang kecil akan
mempercepat proses pembusukan. Pada insinerasi, tujuan dari pengecilan
ukuran partikel adalah untuk memperluas permukaan sampah sehingga
mempercepat penguapan dan menurunkan kadar air dari sampah yang akan
dibakar.
6. Kemasan produk
Kemasan produk bahan kebutuhan sehari-hari juga akan mempengaruhi.
Negara maju seperti Amerika tambah banyak yang menggunakan kertas sebagai
pengemas, sedangkan negara berkembang seperti Indonesia banyak
menggunakan plastik sebagai pengemas.
7. Geografis
Lokasi tempat pembuangan apakah di daerah pegunungan, lembah, pantai, atau
di daerah dataran rendah, akan mempengaruhi jenis sampah yang dihasilkan
oleh suatu wilayah sesuai dengan kondisi geografisnya
8. Budaya
Semakin maju tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin kompleks pula
macam dan jenis sampahnya
9. Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi memberikan ragam atau karakteristik sampah yang
semakin besar
10. Bencana alam
Komposisi sampah dapat dipengaruhi oleh bencana alam seperti banjir,
tsunami, putting beliung, dll. Karena, berbagai jenis dan ragam sampah akan
bercampur menjadi satu terbawa oleh bencana (ketika terjadinya bencana)
Contoh:
DATA KOMPOSISI SAMPAH DINAS KEBERSIHAN
DAFTAR PUSTAKA
Amzani, Fuad. 2012. Pencemaran Tanah Dan Cara Penanggulannya. Di ambil dari :
https://hortikulturapolinela.files.wordpress.com/2012/10/fuad-amzani.pdf
Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah: Konsep dan Kenyataan. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
http://bio.unsoed.ac.id/sites/default/files/Dampak%20Negatif%20Sampah%20terhada
p%20Lingkungan%20dan%20Upaya%20Mengatasinya-.pdf (26 Februari 2018)