Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

“ LIMBAH KLINIK DAN BIOLOGI”

Dosen Pengampuh

Eva Dewi Rosmawati Purba, M.Kes

Yang Disusun Oleh

Desmita Rozanna (174840105)

Kurniawan (174840111)

Wulan Septiyana (174840128)

PRODI FARMASI

POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG

TAHUN PELAJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

‫ﺑﺳﻡ ﷲ اﻟﺮﺤﻤﻦ اﻟﺭ ﺤﻴﻢ‬

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. Karena dengan rahmat

dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik

mungkin.

Disini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tiada terhingga

kepada ibu Eva Dewi Rosmawati Purba, M.Kes selaku dosen mata kuliah

kesehatan dan keselamatan kerja, yang telah memberikan tugas kepada kami guna

untuk meningkatkan ilmu pengetahuan.

Makalah yang kami susun ini berjudul “limbah klinik dan biologi” Kami

menyusun makalah ini berdasarkan sumber-sumber yang tertulis yang kami kutip

dari berbagai sumber yang berkaitan dengan makalah ini.

Sebagai insan yang tidak pernah luput dari kesalahan, kami menyadari

bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan sangat dekat dengan kesalahan

dan kekurangan, maka kami sebagai penulis mengharapkan saran dan kritik dari

pembaca yang sifatnya membangun, guna menambah wawasan bagi penyusun

khususnya serta meningkatkan cara penulisan maupun kata demi kata. Akhirnya

kami sebagai penulis mengucapkan terima kasih.

Pangkalpinang, 8 februari 2019

(penyusun)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

B. Tujuan

C. Manfaat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian limbah

B. Pengertian limbah klinik

C. Pengelolahan limbah klinik

D. Pengelolahan limbah biologi

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Melihat belum optimalnya pelayanan kesehatan di masyarakat dan untuk

menigkatkan derajat kesehatan masyarakat, pendirian rumah sakit baik oleh

pemerintah maupun swasta khususnya di daerah perkotaan semakin meningkat.

Dampak negatif pendirian rumah sakit-rumah sakit tersebut salah satunya adalah

pencemaran lingkungan akibat limbah yang tidak ditangani secara serius. Hal ini

dikarenakan dalam limbah rumah sakit dapat mengandung berbagai jasad renik

penyebab penyakit pada manusia termasuk, disentri, demam typhoid dan hepatitis

sehingga limbah harus diolah sebelum dibuang ke lingkungan.

Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh kegiatan

rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah

rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu limbah klinis dan non klinis

baik padat maupun cair. Bentuk limbah klinis bermacam-macam. Limbah klinis

lebih bersifat infeksius daripada limbah non klinis

Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut: Limbah yang

berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan

intensif). Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi

dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular. Limbah jaringan

tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh, biasanya dihasilkan

pada saat pembedahan atau otopsi. Limbah sitotoksik adalah bahan yang
terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama

peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik.

Sampai saat ini sebagian rumah sakit pemerintah dan swasta telah

dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan limbah, meskipun perlu untuk

disempurnakan. Namun disadari bahwa pengelolaan limbah rumah sakit masih

perlu ditingkatkan terutama dilingkungan masyarakat rumah sakit.

B. TUJUAN

Adapun tujuan yang ingin kami capai dalam penulisan makalah ini :

1. Untuk mengetahui pengertian dari limbah

2. Untuk mengetahui pengertian limbah klinik

3. Untuk mengetahui bagaimana cara pengolahan limbah klinik

4. Untuk mengetahui dampak pengolahan limbah bagi kesehatan

C. MANFAAT

Dengan diselesaikannya makalah ini, pembaca dapat mengetahui atau

menambah pengetahuannya tentang pengelolahan limbah klinik dan biologi


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Limbah

Limbah (menurut PP NO 12, 1995) adalah bahan sisa suatu kegiatan dan

atau proses produksi. Sedangkan limbah rumah sakit menurut Permenkes RI

nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan

Rumah Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit

dalam bentuk padat, cair, dan gas.

Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme

bergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum

dibuang. Limbah cair rumah sakit dapat mengandung bahan organik dan

anorganik yang umumnya diukur dan parameter BOD, COD, TSS, dan lain-lain.

Sementara limbah padat rumah sakit terdiri atas sampah mudah membusuk,

sampah mudah terbakar, dan lain-lain. Limbah-limbah tersebut kemungkinan

besar mengandung mikroorganisme patogen atau bahan kimia beracun berbahaya

yang menyebabkan penyakit infeksi dan dapat tersebar ke lingkungan rumah sakit

yang disebabkan oleh teknik pelayanan kesehatan yang kurang memadai,

kesalahan penanganan bahan-bahan terkontaminasi dan peralatan, serta

penyediaan dan pemeliharaan sarana sanitasi yang masih buruk. Limbah benda

tajam adalah semua benda yang mempunyai permukaan tajam yang dapat melukai

/ merobek permukaan tubuh.


Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari

kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti insinerator, dapur, perlengkapan

generator, anastesi, dan pembuatan obat citotoksik. Limbah sitotoksis adalah

limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan pemberian obat

sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang mempunyai kemampuan untuk

membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup.

B. limbah klinik

Limbah klinik adalah limbah yang dihasilkan selama pelayanan pasien

secara rutin pembedahan dan di unit-unit resiko tinggi. Limbah ini mungkin

berbahaya dan mengakibatkan resiko tinggi infeksi kuman dan populsi umum dan

staf rumah sakit. Oleh karena itu perlu diberikan lebel yang jelas sebagai resiko

tinggi. Contoh limbah jenis tersebut ialah perban atau pembungkus yang kotor,

cairan badan, anggota badan yang diamputasi, jarum-jarum dan semprit bekas,

kantung urine dan produk darah.

C. Jenis-jenis limbah

Jenis-jenis limbah rumah sakit meliputi bagian sebagai berikut ini :

1. Limbah Klinik

Limbah dihasilkan selama pelayanan pasien secara rutin pembedahan dan

di unit-unit resiko tinggi. Limbah ini mungkin berbahaya dan mengakibatkan

resiko tinggi infeksi kuman dan populasi umum dan staf Rumah Sakit. Oleh

karena itu perlu diberi label yang jelas sebagai resiko tinggi. Contoh limbah jenis

tersebut ialah perban atau pembungkus yang kotor, cairan badan, anggota badan
yang diamputasi, jarum-jarum dan semprit bekas, kantung urine dan produk

darah.

2. Limbah Patologi

Limbah ini juga dianggap beresiko tinggi dan sebaiknya diautoclaf

sebelum keluar dari unit patologi. Limbah tersebut harus diberi label biohazard.

3. Limbah Bukan Klinik

Limbah ini meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik

yang tidak berkontak dengan cairan badan. Meskipun tidak menimbulkan resiko

sakit, limbah tersebut cukup merepotkan karena memerlukan tempat yang besar

untuk mengangkut dan membuangnya.

4. Limbah Radioaktif

Walaupun limbah ini tidak menimbulkan persoalan pengendalian

infeksi di rumah sakit, pembuangan secara aman perlu diatur dengan baik.

Pemberian kode warna yang berbeda untuk masing-masing sangat membantu

pengelolaan limbah tersebut.

Tempat limbah diseluruh rumah sakit harus memiliki warna yang

sesuai, sehingga limbah dapat dipisah-pisahkan ditempat sumbernya.

1. Bangsal harus memiliki dua macam tempat limbah dengan dua warna, satu

untuk limbah klinik dan yang lain untuk bukan klinik

2. Semua limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis dianggap sebagai

limbah bukan klinik


3. Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai

limbah klinik dan perlu dinyatakan aman sebelum dibuang.

D. Pengelolaan limbah klinik

Pengelolaan limbah RS dilakukan dengan berbagai cara. Yang

diutamakan adalah sterilisasi, yakni berupa pengurangan (reduce) dalam

volume, penggunaan kembali (reuse) dengan sterilisasi lebih dulu, daur

ulang (recycle), dan pengolahan (treatment).

Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam

merumuskan kebijakan kodifikasi dengan warna yang menyangkut hal-

hal berikut :

1. Pemisahan Limbah

a. Limbah harus dipisahkan dari sumbernya

b. Semua limbah beresiko tinggi hendaknya diberi label jelas

c. Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda

yang menunjukkan kemana kantong plastik harus diangkut untuk

insinerasi atau dibuang.

2. Penyimpanan Limbah

Dibeberapa Negara kantung plastik cukup mahal sehingga sebagai

gantinya dapat digunkanan kantung kertas yang tahan bocor (dibuat secara

lokal sehingga dapat diperloleh dengan mudah) kantung kertas ini dapat

ditempeli dengan strip berwarna, kemudian ditempatkan ditong dengan kode

warna dibangsal dan unit-unit lain.


3. Penanganan Limbah

a. Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah terisi 2/3

bagian. Kemudian diikiat bagian atasnya dan diberik label yang jelas.

b. Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga jika

dibawa mengayun menjauhi badan limbah tidak tercecer keluar dan

diletakkan ditempat tertentu untuk dikumpulkan.

c. Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan

warna yang sama telah dijadikan satu dan dikirimkan ketempat yang

sesuai.

d. Kantung harus disimpan pada kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan

hewan perusak sebelum diangkut ketempat pembuangan.

4. Pengangkutan Limbah

Kantung limbah dipisahkan dan sekaligus dipisahkan menurut kode

warnanya. Limbah bagian bukan klinik misalnya dibawa kekompaktor,

limbah bagian Klinik dibawa keinsenerator. Pengangkutan dengan

kendaraan khusus (mungkin ada kerjasama dengan dinas pekerja umum)

kendaraan yang digunakan untuk mengangkut limbah tersebut sebaiknya

dikosongkan dan dibersihkan setiap hari, jika perlu (misalnya bila ada

kebocoran kantung limbah) dibersihkan dengan menggunakan larutan

klorin.

5. Pembuangan Limbah
Setelah dimanfaatkan dengan konpaktor, limbah bukan klinik dapat

dibuang ditempat penimbunan sampah (Land-fill site), semua limbah

infeksi harus diolah dengan cara desinfeksi, dekontaminasi, sterilisasi, dan

insinerasi. Jika tidak mungkin harus ditimbun dengan kapur dan ditanam

limbah dapur sebaiknya dibuang pada hari yang sama sehingga tidak

sampai membusuk.

Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang

menarik dalam teknologi pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi

volume dan massa limbah hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat).

Teknologi ini sebenarnya bukan solusi final dari sistem pengolahan limbah

padat karena pada dasarnya hanya memindahkan limbah dari bentuk padat

yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata.

E. Pegolahan Limbah Industri Secara Biologi

1. Klasifikasi

Proses pengolahan limbah secara biologi diklasifikasikan berdasarkan

ketergantungan mikroorganisme penguraiakan oksigen:

a. Proses Aerob (memerlukan oksigen)

Contoh: Trickling Filter

Activated Sludge

Aerobic Stabilization Ponds

Aerated Lagoons

b. Proses Anaerob (tanpa oksigen)


Contoh: Anaerobic Sludge Digestion

Anaerobic Contact Processes

Anaerobic Lagoons dan Ponds

2. Metode pengolahan Proses Aerob

a. Lumpur Aktif [Aktivated Sludge]

lumpur adalah mikroorganisme yang aktif mendegradasi limbah dengan

bantuan oksigen, oksigen disuplai melalui aerasi dengan blower /

pengaduk mekanis. Limbah dikontakkan dalam bak beberapa waktu

sehingga limbah terdegradasi dan diendapkan kemudian diteruskan ke

pengolahan lebih lanjut, endapan yg mengandung mikroba dikembalikan

ke tangki aerasi.

Kelebihan & kekurangan sistem pengolahan lumpur aktif

1) Kelebihan :

o Dapat mengolah air limbah dengan beban BOD yang cukup besar

yaitu 250-300 mg/liter

o Tidak memerlukan lahan yang luas

o Mampu membentuk gumpalan (flok) yang dapat menjerap bahan

anorganik, seperti logam berat

o Jumlah biomassa tidak akan pernah habis (melimpah).

2) Kekurangan :
 Perlu pengontrolan yang relatif ketat agar diperoleh perbandingan

yang tepat antara jumlah makanan dan jumlah mikroorganisme

yang ada

 Sering menimbulkan bau bila jumlah lumpur terlalu banyak

 Banyak menghabiskan suplay oksigen.

Contoh aplikasi : sistem pegolahan air limbah pada rumah sakit &

industri kertas (pulp).

b. Kolam Aerasi [Lagoon Aeration]

Lagoon aeration adalah sebuah kolam yang dilengkapi dengan aerator.

Proses kerja reaktor ini ialah menampung air limbah dalam sebuah kolam

besar yang diatur supaya suasana aerobik berjalan melalui pengadukan

mekanis ataupun memasang penggelembung udara seperti gambar

dibawah ini. Biomassa yang terbentuk akan mendegradasi polutan organik.

Suplay oksigen juga terkadang mendapat bantuan dari fotosintesis alga

maupun ganggang dalam kolam tersebut.

Kelebihan & kekurangan sistem pengolahan lagoon aeration

1) Kelebihan :

 Biaya pemeliharaan rendah

 Effluent yang dihasilkan baik karena daya larut oksigen dalam air

limbah lebih besar sehingga mengoptimalkan kinerja

mikroorganisme
 Dapat menampung air limbah dengan kuantitas volume yang

sangat besar

 Tidak menimbulkan bau.

2) Kekurangan :

 Membutuhkan lahan yang luas

 Membutuhkan energi yang besar, karena disamping untuk suplai

oksigen juga untuk pengadukan secara sempurna.

Contoh aplikasi : sistem pengolahan air limbah pada industri

pangan.

c. Saringan Tetes [Trickling Filter]

Merupakan wahana penyaring berbentuk silinder dengan media berpori

yang disusun secara bertumpuk. Proses kerja dari reaktor ini yakni

mendistribusikan air limbah melalui bagian atas oleh lengan yang dapat

berputar sehingga membentuk spray/tetes-tetes kecil, kemudian berkontak

dengan mikroorganisme yang menempel pada media. Tujuan

pendisribusian berputar ialah untuk menyebarkan air limbah ke permukaan

seluruh media secara merata. Media itu sendiri dapat berupa potongan –

potongan batu kerikil/zeolit, silika, arang, pozzolan ataupun bahan isian

dari plastik yang berukuran antara 40 -80 mm. Permukaan batuan ini

mengandung lapisan (film) mikroorganisme – biasanya, bakteri Zoogloea

ramigera dan spesies protozoa bersilia (Carchesium, Opercularia dan

Vorticella). Suplai oksigen didapat dari penghembusan oleh blower dari


bagian bawah. Penghembusan oleh blower ini juga berfungsi untuk

mendistribusikan air limbah menjadi tetesan kecil pada lengan putar.

Prinsipnya adalah bakteri aerob mendegradasi bahan organik melekat dan

tumbuh pada suatu lapisan media, saat limbah melewati lapisan yg seperti

lendir, limbah yg mengandung polutan akan terdegradasi. Limbah

mengalir melalui pipa distributor yg berlubang shg terdapat zona basah

dan kering bergantian dan terjadilah transfer oksigen kemudian limbah

mengalir dan kontak dg mikroorganisme lalu keluar melalui pipa under -

drain di bawah bak penampung.

Kelebihan & kekurangan sistem pengolahan trickling filter

1) Kelebihan :

 Tidak memerlukan lahan yang terlalu luas serta mudah

pengoperasiannya

 Sangat ekonomis dan praktis

 Tidak membutuhkan pengawasan yang ketat

 Suplai oksigen dapat diperoleh secara alamiah melalui permukaan

paling atas media.

2) Kekurangan :

 Tidak bisa diisi dengan beban volume yang tinggi mengingat masa

biologi pada filter akan bertambah banyak sehingga bisa

menimbulkan penyumbatan filter.

 Timbulnya bau yang tidak sedap


 Prosesnya sering terganggu oleh lalat-lalat yang datang

menghampiri.

Contoh aplikasi : sistem pengolahan limbah cair domestik dan

industri obat herbal.

3. Metode pengolahan Proses Anaerob

1. Pengertian

Limbah cair adalah kotoran dari masyarakat dan rumah tangga dan

juga berasal dari industri, air tanah, air permukaan serta buangan

lainnya. Dengan demikian air buangan ini merupakan hal yang bersifat

kotoran umum.

Pengolahan anaerobik adalah pengolahan air limbah dengan

menggunakan bakteri anaerob atau tanpa membutuhkan oksigen dalam

proses pengolahan atau penguraian air limbahnya oleh bakteri.

Pengolahan air limbah secara biologi anaerob bertujuan untuk

merombak bahan organic dalam air limbah menjadi bahan yang lebih

sederhana yang tidak berbahaya. Disamping itu pada proses

pengolahan secara biologi anaerob akan dihasilkan gas-gas seperti gas

CH4 dan CO2. Proses ini dapat diaplikasikan untuk air limbah organic

dengan beban bahan organic (COD) yang tinggi. Pengolahan anaerob

dapat digunakan dalam proses pengolahan air limbah industri dan air

limbah domestik (McCarty and Smith, 1986).


Pada proses pengolahan secara biologi anaerob terjadi empat tahapan

proses yang terlibat diantaranya :

a. Proses hydrolysis : suatu proses yang memecah molekul organic

komplek menjadi molekul organic yang sederhana

b. Proses Acidogenisis : suatu proses yang merubah molekul organic

sederhana menjadi asam lemak

c. Proses Acetogenisis : suatu proses yang merubah asam lemak

menjadi asam asetat dan terbentuk gas-gas seperti gas H2, CO2,

NH4 dan S

d. Proses Methanogenisis : suatu proses yang merubah asam asetat

dan gas-gas yang dihasilkan pada proses acetogenisis menjadi gas

methane CH4 dan CO2. Pengaturan pH awal proses sangat penting.

Tahap pembentukan asam akan menurunkan pH awal. Jika

penurunan ini cukup besar akan dapat menghambat aktivitas

mikroorganisme penghasil metana. Untuk meningkatkat pH dapat

dilakukan dengan penambahan kapur.

2. Kelebihan dan Kekurangan

Dalam pengolahan air limbah secara anaerobik mempunyai kelebihan

dan kekurangan bila dibandingkan dengan proses pengolahan lainnya.

Kelebihan dan kekurangannya antara lain sebagai berikut (Metcalf and

Eddy, 2003): kelebihan pengolahan anaerob : efisiensi yang tinggi,

mudah dalam konstruksi dan pengoperasiannya, membutuhkan


lahan/ruang yang tidak luas, membutuhkan energi yang sidikit,

menghasilkan lumpur yang sedikit, membutuhkan nutrien dan kimia

yang sedikit. Sedangkan kekurangan dari pada pengolahan anaerob :

penyisihan kandungan nutrient dan patogen yang rendah,

membutuhkan waktu yang lama untukstart-up, menimbulkan bau.

4. Metode Pengolahan Proses Fakultatif

Pengolahan air limbah secara biologi “Fakultatif”, yaitu pengolahan air

limbah dengan mikroorganisme Tanpa injeksi oksigen (udara) secara

langsung kedalam proses. Pada proses ini terdapat dua jenis

mikroorganisme yang dipergunakan yaitu mikroorganisme aerob dan

anaerob. Pada proses ini, umumnya pada bagian atas kolam (tangki) akan

bersifat aerob sedangkan pada bagian bawah kolam akan bersifat anaerob.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Limbah (menurut PP NO 12, 1995) adalah bahan sisa suatu kegiatan dan

atau proses produksi.

2. Limbah klinik adalah limbah yang dihasilkan selama pelayanan pasien

secara rutin pembedahan dan di unit-unit resiko tinggi.

3. Jenis- jenis limbah rumah sakit

 Limbah klinik

 Limbah Patologi

 Limbah bukan klinik

 Limbah dapur

 Limbah produktif

4. Pengolahan limbah klinik

Pengolahan limbah RS pengelolaan limbah RS dilakukan dengan berbagai

cara yang diutamakan adalah sterilisasi, yakni berupa pengurangan

(reduce) dalam volume, penggunaan kembali (reuse) dengan sterilisasi

lebih dalu, daur ulang (recyle), dan pengelolahan (treatment)

5. Pengolahan limbah biologi

Proses pengolahan limbah secara biologi diklasifikasikan berdasarkan

ketergantungan mikroorganisme penguraiakan oksigen:

a. Proses Aerob (memerlukan oksigen)


Contoh: Trickling Filter

Activated Sludge

Aerobic Stabilization Ponds

Aerated Lagoons

b. Proses Anaerob (tanpa oksigen)

Contoh: Anaerobic Sludge Digestion

Anaerobic Contact Processes

Anaerobic Lagoons dan Ponds

B. SARAN

Penulis menyadari makalah ini penuh dengan kekurangan, maka saran dan

masukan sangat dapat membantu penulis dalam memperbaiki makalah

dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 2004.Permenkes RI nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

2. Arifin.M,2008, pengaruh limbah rumah sakit terhadap kesehatan. FKUI

3. Departemen kesehatan RI.1997. profil kesehatan indonesia. Diakses

www.google.com. Pada tanggal 8 februari 2019

Anda mungkin juga menyukai