TINJAUAN PUSTAKA
Daerah Aliran Sungai (DAS) atau drainage basin adalah suatu daerah
yang terhampar di sisi kiri dan kanan dari suatu aliran sungai, dimana semua anak
sungai bermuara ke dalam suatu sungai induk. Seluruh hujan yang terjatuh di
dalam suatu drainage basin, semua airnya akan mengisi sungai yang terdapat di
dalam DAS tersebut. Oleh sebab itu, areal DAS juga merupakan daerah tangkapan
air yang mengalir melalui sungai bergerak meninggalkan daerah tangkapan sungai
adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan keadaan jaringan air sungai
secara kuantitatif. Karakteristik ini terkait dengan proses pengatusan drainase air
hujan yang jatuh di dalam DAS. Parameter keadaan yang dimaksud untuk analisis
aliran sungai antara lain meliputi: luas DAS, panjang dan lebar, gradien sungai,
a. Luas DAS
pada peta topogafi. Garis batas antara DAS memisahkan dan membagi air hujan
kontur dari peta topogafi, sedangkan luas DAS nya dapat diukur dengan alat
4
5
batas DAS berdasarkan kontur yang kemudian dapat dihitung nilai luasnya
Panjang DAS adalah sama dengan jarak datar dari muara sungai ke arah
hulu sepanjang sungai induk. Sedangkan lebar DAS adalah perbandingan antara
jarak yang diukur sepanjang sungai mulai dari ujung hulu sampai muara.
DAS. Air bergerak ke hilir karena pengaruh gaya gravitasi, sehingga semakin
besar kemiringan semakin besar pula kecepatan aliran, dan sebaliknya waktu
d. Orde Sungai
Alur sungai dalam suatu DAS dapat dibagi dalam beberapa orde sungai.
Orde sungai adalah posisi percabangan alur sungai di dalam urutannya terhadap
induk sungai di dalam suatu DAS. Dengan demikian semakin banyak jumlah orde
sungai akan semakin luas pula DAS nya dan akan semakin panjang pula alur
indeks yang ditentukan berdasarkan jumlah alur sungai untuk suatu orde. Untuk
Rb = Nu/Nu+1
Keterangan :
Rb = Indeks tingkat percabangan sungai
Nu = jumlah alur sungai untuk orde ke-u
Nu+1 = jumlah alur sungai untuk orde ke u+1
e. Kerapatan Sungai
anak sungai di dalam suatu DAS. Indeks tersebut diperoleh dengan persamaan
Keterangan:
Dd = Indeks kerapata sungai (km/km2)
L = jumlah panjang sungai termasuk anak-anak sungainya
A = Luas DAS (km2)
Kemiringan sungai dapat diukur dalam parameter-parameter tertentu.
Berikut parameter pengukuran tingkat kerapatan sungai disajikan pada Tabel 2.1
7
Tabel 2.1
Parameter Tingkat Kerapatan Sungai
No Dd Kelas Keterangan
(km/km2) Kerapatan
f. Kemiringan Sungai
jarak yang diukur sepanjang sungai mulai dari ujung hulu sampai muara.
DAS. Air bergerak ke hilir karena pengaruh gaya gravitasi, sehingga semakin
besar kemiringan semakin besar pula kecepatan aliran, dan sebaliknya waktu
Pola sungai menentukan bentuk suatu DAS. Bentuk DAS mempunyai arti
𝟒𝛑𝐀
RC =
𝐏𝟐
Keterangan:
Rc = Basin circularity P = Keliling (m)
A = Luas DAS (m2) 𝜋 = 3,14
Kondisi fisik daerah aliran sungai adalah kondisi lingkungan daerah aliran
sungai yang memberikan masukan atau ikut berkontribusi dalam daerah aliran
sungai. Adapun kondisi fisik DAS antara lain: penggunaan lahan dan jenis tanah
a. Penggunaan Lahan
dengan fungsi vegetasi sebagai penutup lahan dan sumber bahan organik yang
dapat meningkatkan kapasitas infiltrasi. Di samping itu secara fisik vegetasi akan
Apabila terjadi proses alih fungsi lahan dari hutan ke fungsi lainnya
(pemukiman), maka kondisi hidrologi pada DAS tersebut akan berubah secara
drastis. Hal ini dikarenakan hutan mempunyai fungsi ekologi yang sangat penting,
9
antara lain sebagai penyimpan sumber genetik dan pengatur kesuburan tanah
(Soemarwoto, 2004). Vegetasi yang lebat, seperti hutan lebat, mampu menahan
laju derasnya air hujan sehingga tidak menyebabkan terjadinya kerusakan tanah.
Pembukaan hutan (clearing) yang membuat lapisan top soil hilang dapat merusak
struktur dan tekstur tanah, memperbesar jumlah dan kecepatan aliran permukaan
secara cepat (Arsyad, 2010). Jika daerah hutan ini dijadikan daerah pembangunan,
maka kapasitas infiltrasi akan menurun akibat penambahan lapisan kedap air
b. Jenis Tanah
Setiap jenis tanah memiliki ciri khasnya masing-masing dimana hal ini
mempengaruhi keadaan air di atas, dibawahnya dan diantara ruang porinya, hal ini
Menurut Indarto (2010) kepekaan tanah terhadap pukulan air hujan yang jatuh di
1. Porositas : Ruang pori adalah ruang kosong diantara partikel – partikel tanah.
Jumlah air hujan yang dapat terinfiltrasi ditentukan oleh jumlah ruang pori yang
tersedia pada lapisan tanah. Semakin banyak ruang pori yang tersedia, maka akan
10
semakin banyak air hujan yang dapat terinfiltrasi sehingga aliran permukaan
2. Permeabilitas :Tekstur tanah menentukan jumlah air yang dapat diikat oleh
tanah. Jika pada tanah, kandungan pasir cukup banyak, maka infiltrasi dan
drainase air lebih cepat terjadi karena ruang pori besar. Tanah berpasir lebih cepat
menyerap hujan dengan intensitas tinggi atau dapat dikatakan memiliki laju
infiltrasi tinggi. Tanah berlempung mempunyai ruang pori kecil sehingga infiltrasi
dengan 200 cm. Wilayah dengan kedalaman tanah cukup dalam akan mempunyai
kapasitas besar untuk menyerap dan menyimpan air, sebaliknya lapisan tanah
yang tipis akan cepat jenuh dan menghasilkan lebih banyak aliran permukaan
sehingga akan lebih banyak volume air yang masuk ke badan sungai dengan
kecepatan tinggi.
a. Karakteristik Latosol
dan pelapukan lanjut, perbedaan horizon tidak jelas, dengan kandungan mineral
primer dan hara rendah, pH rendah 4.5 – 5.5, kandungan bahan organiknya relatif
umur tanah, iklim dan elevasi. Latosol di Indonesia merupakan tanah mineral
yang berbahan induk tufa volkan, bahan volkan intermedier dan basa, mempunyai
remah, karena kaolinit memiliki sifat plastisitas dan kohesi sangat rendah.
Plastisitas dan kohesi yang sangat rendah ini merangsang drainase dalam yang
lebat tanpa menyebabkan kerusakan sifat fisik yang berat. Sifat lain dari Latosol
adalah kapasitas tukar kation rendah. Hal ini sebagian disebabkan oleh kadar
bahan organik yang rendah dan sebagian oleh sifat liat hidro-oksida (Soepardi,
1983). Sifat tanah yang gembur dan memiliki kohesi rendah menyebabkan jenis
tanah ini memiliki ikatan antar partikel tanah cukup rendah, sehingga mudah
tererosi. Hasil dari erosi ini mengakibatkan pengaruh terhadap debit aliran sungai
b. Karakteristik Andosol
solum tanah dalam, biasanya dengan stratifikasi penimbunan yang jelas, biasanya
gembur di bagian atas, lapisan atas (topsoil), berwarna coklat tua sampai hitam,
Lapisan bawah (subsoil) bersifat porous dengan bobot isi yang rendah dan
kapasitas menahan air yang tinggi, agegasi struktur agak lemah dengan gumpalan-
12
memiliki struktur permukaan tanah yang remah dan struktur masiv di lapisan
bawah akan tetapi memiliki permeabilitas yang relatif tinggi. Struktur remah di
sehingga mempengaruhi pergerakan air serta ketersediaan air bagi tanaman. Hasil
Andosol di berbagai negara lain. Bobot isi, retensi air dan distribusi ukuran
partikel berkaitan erat dengan komposisi mineral liat, sehingga secara tidak
langsung berkaitan dengan bahan induk dan iklim. Nilai bobot isi yang rendah
(0.3-0.8 g/cm3) terutama akibat tingginya kandungan alofan dan imogolit. Bobot
isi cenderung rendah pada tanah yang memiliki kondisi pencucian yang besar
kandungan kalsium dapat ditukar. Retensi ada berbagai tegangan lebih tinggi pada
tanah-tanah Andosol yang memiliki kandungan alofan dan imogolit yang semakin
tinggi. Distribusi ukuran partikel berkaitan erat dengan bahan induk, tanah yang
berasal dari bahan induk basalt cenderung memiliki kandungan liat yang tinggi.
Kandungan air pada tegangan 1/3 dan 15 bar (lembab lapang) masing-masing
13
berkisar antara 25 - 41% dan 16 - 17%. Kandungan pada semua tegangan air
menurun drastis apabila contoh tanah dikeringkan terlebih dahulu. Kandungan air
nilai bobot isi dan basa-basa dapat ditukar yang semakin meningkat. Pada jenis
tanah ini ikatan antar partikel tanahnya lebih erat dan sulit untuk tererosi atau
dipecahkan oleh partikel air yang jatuh akibat hujan, dari hasil erosi yang sedikit
maka hasil masukan sedimen yang masuk ke dalam aliran sungai sedikit, dan
perubahan debit yang terjadi pada aliran sungai menjadi lebih konstan.
2.2 Debit
Debit adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu
penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistem satuan SI besarnya
debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/dt). Dalam laporan-
laporan teknis, debit aliran biasanya ditunjukkan dalam bentuk hidrogaf aliran.
Hidrogaf aliran adalah suatu perilaku debit sebagai respon adanya perubahan
kegiatan pengelolaan DAS) dan atau adanya perubahan (fluktuasi musiman atau
Debit aliran sungai akan naik setelah terjadi hujan yang cukup, kemudian
akan turun kembali setelah hujan selesai. Gambar tentang naik turunnya debit
sungai menurut waktu disebut hidrogaf. Bentuk hidrogaf suatu sungai tegantung
dari sifat hujan dan sifat-sifat daerah aliran sungai yang bersangkutan (Arsyad,
2006). Sebagian besar debit aliran pada sungai kecil yang masih alamiah adalah
14
debit aliran yang berasal dari air tanah atau mata air dan debit aliran air
permukaan (air hujan). Dengan demikian aliran air pada sungai kecil pada
Sedangkan sungai besar, sebagian besar debit alirannya berasal dari sungai-sungai
kecil dan sungai sedang di atasnya. Aliran air sungai besar tidak mesti
sungai kecil terbentuk dari aliran mata air dan air tanah, sedang aliran Dasar pada
sungai besar dibentuk dari aliran dasar sungai-sungai kecil dan sedang di atasnya
dalam bentuk hidrograf aliran. Hidrograf aliran adalah suatu perilaku debit
dalam suatu DAS (oleh adanya kegiatan pengelolaan DAS) dan adanya perubahan
(fluktuasi musiman atau tahunan) iklim lokal. (Chay Asdak, 2010) terdapat dua
faktor utama untuk menentukan bentuk hidrograf adalah karakteristik DAS dan
iklim. Unsur iklim yang perlu diketahui adalah jumlah curah hujan total, intensitas
hujan (cm/jam), lama waktu hujan (jam, hari atau minggu). (Chay Asdak, 2010)
tinggi muka air dan debit pada lokasi penampang sungai tertentu. Debit sungai
adalah volume air yang melalui penampang basah sungai dalam satuan waktu
tertentu, biasanya dinyatakan dalam satuan m3/detik atau l/detik. Lengkung aliran
dibuat berdasarkan data pengukuran aliran yang dilaksanakan pada muka air dan
kondisi lokasi yang bersangkutan. Tinggi muka air digambarkan pada sumbu
sebagai dasar penentuan besarnya debit sungai di lokasi dan tinggi muka air pada
periode waktu tertentu, juga dapat digunakan untuk mengetahui adanya perubahan
sifat fisik dan sifat hidraulis dari lokasi penampang sungai yang bersangkutan.
Hidrograf dapat digambarkan sebagai penyajian grafis antara salah satu unsur
terhadap masukan tertentu. Sesuai dengan sifat dan perilaku DAS yang
bersangkutan, hidrograf aliran selalu berubah sesuai dengan besaran dan waktu
terjadinya masukan. Beberapa macam hidrograf yang dikenal (Sri Harto, 1993): 1.
Hidrograf muka air (stage hydrograph), yaitu hubungan antara perubahan tinggi
muka air dengan waktu. Hidrograf ini tidak lain adalah merupakan hasil rekaman
hydrograph), yaitu hubungan antara debit dengan waktu. Dalam pengertian sehari-
hari, bila tidak disebut lain, hidrograf debit ini sering disebut sebagai ‘hidrograf’.
Hidrograf ini dapat diperoleh dari hidrograf muka air dan rating curve. 3.
sedimen dengan waktu. Hidrograf terdiri dari tiga bagian (Sri Harto, 1993), yaitu
sisi naik (rising limb), puncak (crest), dan sisi resesi (recession limb). Bentuk
hidrograf dapat ditandai dengan tiga sifat pokoknya, yaitu waktu naik (time of
rise), debit puncak (peak discharge), dan waktu dasar (base time). Waktu naik
(TR) adalah waktu yang diukur dari saat hidrograf mulai naik sampai waktu
terjadinya debit puncak. Debit puncak adalah debit maksimum yang terjadi pada
16
suatu kasus tertentu. Waktu dasar adalah waktu yang diukur dari saat hidrograf
mulai naik sampai waktu dimana debit kembali pada suatu besaran yang
kepekaan sistem DAS terhadap pengaruh masukan hujan. Bentuk hidrograf pada
umumnya sangat dipengaruhi oleh sifat hujan yang terjadi, akan tetapi juga dapat
2.3 Sedimentasi
aliran dari bagian hulu akibat dari erosi. Sedimen dapat berada di berbagai lokasi
partikel (gaya tarik dan gaya angkat) dan kecepatan pengendapan partikel (Asdak,
disebut dengan bed load. Adanya bed load ditunjukkan oleh gerakan partikel di
dasar sungai yang ukurannya besar, gerakan itu dapat bergeser, menggelinding
atau meloncat-loncat, akan tetapi tidak pernah lepas dari dasar sungai.
Wash load transport adalah angkutan partikel halus yang dapat berupa
lempung (silk) dan debu (dust), yang terbawa oleh aliran sungai. Partikel ini akan
terbawa aliran sampai ke laut, atau dapat juga mengendap pada aliran yang tenang
melayang di dalam aliran dan terutama terdiri dari butir pasir halus yang
turbulensi aliran. Suspended load itu sendiri umumnya bergantung pada kecepatan
jatuh atau lebih dikenal dengan fall velocity. Pada kenyataan pada tiap satu satuan
waktu pergerakan angkutan sedimen yang dapat diamati hanyalah Bed Load
citra untuk mengidentifikasi suatu objek yang tergambar pada citra dan menilai
arti penting dari suatu objek tersebut. Interpretasi citra dapat dilakukan secara
manual dan digital. Interpretasi citra secara manual dilakukan berdasarkan unsur-
komputerisasi. Pengenalan identitas dan jenis objek pada citra dalam melakukan
atau atribut objek yang terdapat pada citra yang digunakan (Lillesand dan Keifer,
1994 dalam Syam, dkk., 2012). Karakteristik objek yang dimaksud terdiri dari 8
yaitu
1. Rona atau warna merupakan unsur utama dalam mengidentifikasi suatu objek.
Rona yaitu suatu tingkat kegelapan dan kecerahan suatu objek pada citra yang
digunakan, sedangkan warna yaitu wujud yang dapat dilihat oleh mata yang
citra tersebut. Rona menunjukkan tingkat kegelapan suatu objek pada citra
hitam putih. Warna mampu menunjukkan suatu tingkatan warna suatu objek
18
pada citra yang berwarna baik itu warna palsu ataupun warna yang sebenarnya.
Perbedaan warna suatu objek lebih mudah diidentifikasi pada saat melakukan
3. Ukuran adalah kenapampakan suatu objek pada citra yang memilki atribut
berupa jarak, luas, tinggi, lereng dan volume. Pengindentifikasian suatu objek
4. Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra. Tekstur pada citra
5. Pola adalah suatu ciri yang dimiliki suatu objek yang dibuat manusia dan
6. Bayangan adalah suatu objek yang tampak hitam atau terkadang terlihat samar-
penting pada saat melakukan interpretasi dalam mengenali suatu objek yang
7. Situs merupakan posisi atau letak suatu objek terhadap objek lainnya yang
8. Asosiasi adalah keterkaitan antara suatu objek dengan objek lainnya yang
membentuk suatu fungsi objek dalam suatu lokasi atau kawasan tertentu.