Anda di halaman 1dari 7

LTM RINGKASAN MODUL BAGIAN I

MATA KULIAH MPKT A

Nama Mahasiswa/NPM : Muhammad Fadhillah Ansyari/1706985786


Kelas/Nama Dosen : MPKT A – 07/Prof. Ir. Mahmud Sudibandriyo M.Sc., Ph.D
Tanggal Pengumpulan : Minggu, 18 Februari 2018

A. DEFINISI FILSAFAT
Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia. Seiring
perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti philosophic
dalam kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis, philosophy dalam bahasa
Inggris, philosophia dalam bahasa Latin, dan falsafah dalam bahasa Arab. Filsafat
berasal dari bahasa Yunani Philosophia. Philos berarti teman, selanjutnya Sophos
berarti bijaksana, sedangkan Sophia berarti kebijaksanaan. Maka secara etimologi
(asal-usul kata) maka ada dua arti filsafat yang sedikit berbeda. Pertama, artinya
mencintai hal-hal yang bersifat bijaksana, dan yang kedua artinya teman bijaksanaan.
Pengertian Filsafat adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan
pemikiran manusia secara kritis dengan mengutarakan problem secara persis, mencari
solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu.

B. SIFAT – SIFAT FILSAFAT


Berfilsafat adalah berfikir, namun tidak semua berfikir adalah berfilsafat.
Berfikir filsafat mempunyai karakteristik atau ciri-ciri khusus. Bermacam-macam buku
menjelaskan cirri-ciri berfikir filsafat dengan bermacam-macam pula. Sifat – sfiat
filsafat diantaranya:
1. Radikal
Berfilsafat berarti berfikir radikal. Filsuf adalah pemikir yang radikal
karena berfikir secara radikal ia tidak akan pernah berhenti hanya pada suatu
wujud realitas tertentu. Keradikalan berfikirnya itu akan senantiasa
mengobarkan hasratnya untuk menemukan realitas seluruh kenyataan yang
berarti dirinya sendiri sebagai suatu realitas telah termasuk ke dalamnya
sehingga ia pun berupaya untuk mencapai akar pengetahuan tentang dirinya
sendiri. Berfikir radikal bisa diartikan berfikir sampai ke akar-akarnya, tidak
tanggung-tanggung, sampai kepada konsekuensinya yang terakhir. Berfikir itu
tidak setengah-setengah, tidak berhenti di jalan tetap terus sampai ke ujungnya.
Berfikir radikal tidak berarti hendak mengubah, membuang atau
menjungkirbalikkkan segala sesuatu, melainkan dalam arti sebenarnya, yaitu
berfikir secara mendalam. Untuk mencapai akar persoalan yang
dipermasalahkan. Berfikir radikal justru hendak memperjelas realitas.

2. Kritis
Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki hal-hal mendasar dan
menyeluruh. Berbeda dengan cabang ilmu lainnya, filsafat mengkaji segala
sesuatu secara menyeluruh. Ia terus-menerus mempertanyakan dan berupaya
menjawab berbagai macam permasalahan yang tak dapat dijawab oleh cabang

LTM Ringkasan Modul Bagian 1 : Filsafat (Mata Kuliah MPKT A – 07) Halaman 1
ilmu lainnya dan juga pertanyaan lintas ilmu secara rasional dan bertanggung
jawab. Oleh karena itu, filsafat tidak dapat tidak bersifat kritis. Kritis di sini
dalam artian terus menerus bertanya secara eksternal mempertanyakan hal-hal
di luar dirinya (lingkup ilmu khusus) dan juga secara internal mempertanyakan
diri sendiri, sehingga tidak berhenti pada sebuah klaim kebenaran tentang hal-
hal fundamental dan mencari jawaban secara rasional dan bertanggung jawab.
Menurut Franz Magnis Suseno, sifat kritis merupakan merupakan
tuntutan internal dari berpikir filosofis itu sendiri. Filsuf harus selalu kritis,
bertanya dan mencari jawaban - jawaban rasional. Berfilsafat dengan demikian
merupakan berpikir kritis, selalu harus bertanya secara fundamental dan
mencari jawaban rasional. Di sinilah terletak tanggung jawab filsafat, yakni
dimana filsafat secara kritis terus menerus mempertanyakan dan juga harus
berani menawarkan jawaban-jawaban rasionalnya bagi permasalahan-
permasalahan manusia. Filsuf bertanggung jawab dalam mempertanyakan apa
yang nampaknya sudah jelas dan juga berani mengajukan jawaban-jawaban
rasionalnya, serta terbuka pada kritik dan pertanyaan.
3. Sistematis
Sistematis disini artinya susunan dan urutan (hierarki), juga kaitan suatu
masalah dengan materi atau masalah lain yang terdapat pada filsafat. Sistematis
berarti berfikir dalam suatu keterkaitan antar unsur-unsur dalam suatu
keseluruhan sehingga tersusun suatu pola pemikiran filsufis. Sistematis yang
dimaksud adalah upaya memahami segala sesuatu itu dilakukan menurut sesuai
aturan tertentu, runut dan bertahap, serta hasilnya dituliskan mengikuti suatu
aturan pula. Befilsafat sistematis yaitu berpikir kefilsafatan antara satu konsep
dengan konsep yang lain memiliki keterkaitan berdasarkan azas keteraturan
untuk mengarah suatu tujuan tertentu.

C. MANFAAT FILSAFAT
1. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa dengan belajar filsafat semakin menjadikan
orang mampu untuk menagani berbagai pertanyaan mengajar manusia yang tidak
terletak dalam wewenang metodis ilmu-ilmu khusus.
2. Menambah ilmu pengetahuan sehingga dapat membantu penyelesaian masalah
dengan bijaksana, membuat manusia hidup lebih tanggap (peka) terhadap diri dan
lingkungannya.
3. Kegunaan filsafat ialah untuk memperoleh pengertian (makna) dan untuk
menjelaskan gejala atau peristiwa alam dan sosial.
4. Orang berfilsafat harus mampu menjelaskan hubungan antara sebab dan akibat,
antara bentuk dan isi, antara gejala dan hakikat, ke hususan dan keumuman,
kebutulan dan kehausan.
D. CIRI – CIRI FILSAFAT
Menurut Clarence I. Lewis seorang ahli logika mengatakan bahwa filsafat itu
sesungguhnya suatu proses refleksi dari bekerjanya akal sedangkan sisi yang
terkandung dalam proses refleksi adalah berbagai kegiatan atau problema kehidupan
manusia. Kegiatan atau problem tersebut terdapat beberapa ciri yang dapat mencapai
derajat pemikiran filsafat yaitu
1. Sangat umum dan universal

LTM Ringkasan Modul Bagian 1 : Filsafat (Mata Kuliah MPKT A – 07) Halaman 2
Pemikiran filsafat mempunyai kecenderungan sangat umum dan tingkat
keumumannya sangat tinggi karena pemikiran filsafat tidak bersangkutan
dengan obyek-obyek khusus, akan tetapi bersangkutan dengan konsep-konsep
yang sifatnya umum. Misalnya tentang manusi, tentang keadilan , tentang
kebebasan dan lainnya.
2. Tidak factual
Pengertian tidak faktual kata lainnya adalah spekulatif, yang artinya
filsafat membuat dugaan-dugaan yang masuk akal mengenai sesuatu dengan
tidak berdasarkan ada bukti. Hal ini sebagai sesuatu hal yang melampaui batas
dari fakta-fakta pengetahuan ilmiah.
3. Bersangkutan dengan nilai
C.J. Ducasse mengatakan bahwa filsafat merupakan usaha untuk
mencari pengetahuan, berupa fakta-fakta yang disebut penilaian. Yang
dibicarakan dalam penilaian adalah tentang yang baik dan yang buruk, yang
susila dan asusila dan akhirnya filsafat sebagai suatu usaha untuk
mempertahankan nilai.
4. Berkaitan dengan arti
Sebelumnya telah dikemukakan bahwa nilai selalu dipertahankan dan
dicari. Sesuatu yang bernilai tentu di dalamnya penuh dengan arti. Agar upaya
para filosof dalam mengungkapkan ide-idenya agar syarat dengan arti, maka
para filosof harus dapat menciptakan kalimat-kalimat yang logis dan bahasa
yang tepat(ilmiah), kesemuanya itu berguna untuk menghindari adanya
kesalahan.
5. Implikatif
Pemikiran filsafat yang baik dan terpilih selalu mengandun implikasi
(akibat logis), dan dari implikasi tersebut diharapkan akan mampu melahirkan
pemikiran baru, sehingga akan terjadi proses pemikiran yang dinamis: dari tesis
ke anti tesis kemudian sintesis, dan seterusnya sehingga tiada habis-habisnya.
Pola pemikiran yang implikatif (dialektis) akan dapat menambah intelektual.

E. CABANG FILSAFAT
Filsafat dapat dikelompokkan dalam beberapa kelompok bagian. Dapat
dikelompokkan berdasarkan sistematika permasalahan, juga dapat dikelompokkan
berdasarkan objek yang di kaji, dan lainnya. Berdasarkan sistematika permasalahan,
filsafat dapat dikelompokkan menjadi: ontologi, epistomologi, dan axiologi. Sedangkan
bila dikelompokkan berdasarkan objek kajiannya: filsafat alam, filsafat matematika,
filsafat ilmu, filsafat sejarah, filsafat ketuhanan, filsafat bahasa, filsafat agama, dan
filsafat politik. Bahasan berikut akan membahas pengelompokkan yang pertama.
1. Ontologi
Berasal dari kata onta yang berarti 'ada' dan logia yang berarti 'ilmu'.
Secara umum, ontologi adalah filsafat yang membahas tentang hakikat ada,
eksistensi, realitas, dasar keberadaan dan hubungan mereka. Sampai saat ini
terjadi perbedaan paham mengenai ontologi diantara para filsuf. Ada beberapa
filsuf yang menganggap ontologi penting, ada juga yang menganggap ontologi
tidaklah penting lagi dalam filsafat.

LTM Ringkasan Modul Bagian 1 : Filsafat (Mata Kuliah MPKT A – 07) Halaman 3
Secara umum ontologi terbagi atas 2 subbidang, ontologi (dalam arti
khusus) dan metafisika. Ontologi dalam arti khusus membahas mengenai 'ada'
yang keberadaannya tidak disangsikan lagi. Sedangkan metafisika membahas
mengenai 'ada' yang keberadaannya masih disangsikan. Ontologi dalam arti
khusus membahas tentang sesuatu yang keberadaannya dipersepsikan secara
fisik dan tertangkap oleh indra.
Dalam perkembangannya, metafisika membahas 'ada' yang
keberadaannya masih disangsikan. Metafisika berhubungan dengan objek-
objek yang tidak dapat dijangkau secara inderawi karena objek itu melampaui
sesuatu yang bersifat fisik. Secara fisik 'hal' itu tidak tampak namun oleh
sebagian orang dianggap ada, misalnya jiwa, eksistensi Tuhan, dan sebagainya.
Dapat dikatakan juga bahwa metafisika asalah cabang ilmu filsafat yang
mengkaji realitas yang supra-inderawi dibalik gejala-gejal fisik.
2. Epistemologi
Epistemologi adalah cabang ilmu filsafat yang mengkaji teori-teori
tentang sumber-sumber, hakikat, dan batas pengetahuan. Disini dikaji mengenai
bagaiman manusia memperoleh pengetahuan dan sejauh mana manusia dapat
mengetahui pengetahuan. Dalam epistemologi terdapat empat cabang yang
lebih kecil: epistemologi dalam arti sempit, filsafat ilmu, metodologi, dan
logika.
Epistemologi dalam arti sempit mengkaji hakikat pengetahuan sehari-
hari. Hal ini dapat di tekusuri dengan 4 pokok: sumber pengetahuan, struktur
pengetahuan, keabsahan pengetahuan dan batas-batas pengetahuan.
Pengetahuannya merupakan pengetahuan umum, sehari-hari, atau pengetahuan
yang berguna bagi manusia secara praktis.
Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang mengkaji ciri-ciri dan cara
memperoleh ilmu pengetahuan (science). Perbedaan filsafat ilmu dan
epistemologi dalam arti sempit adalah pengetahuan di filsafat ilmu adalah ilmu
ilmiah atau ilmu pengetahuan (science). Sedangkan pada epistemologi dalam
arti sempit adalah pengetahuan sehari-hari (knowledge).
Metodologi adalah cabang yang membahas mengenai cara dan metode
memperoleh pengetahuan secara sistematis, logis, valid, dan teruji. Cara dan
metode dikaji sejauh mana kesahihannya dalam menemukan ilmu pengetahuan.
Di dalamnya juga termasuk kritik dan upaya pengujian keabsahan cara kerja san
metode ilmu pengetahuan.
Logika adalah kajian filsafat yang mempelajari teknik dan kaidah
penalaran yamg tepat. Yang menjadi satuan logika adalah argumen yang
merupakan ungkapan dari putusan. Proposisi tersusun dari premis ke
kesimpulan lewat proses penyimpulan. Secara umum ada dua jenis argumen:
induktif dan deduktif. Argumen induktif bergerak dari premis khusus ke
kesimpulan. Sedangkan argumen deduktif bergerak dari kesimpulan ke premis
khusus.
3. Axiologi
Axiologi adalah salah satu cabang filsafat yang berbicara mengenai apa
yang dilakukan manusia dan apa yang seharusnya dilakukan manusia. Secara

LTM Ringkasan Modul Bagian 1 : Filsafat (Mata Kuliah MPKT A – 07) Halaman 4
umum, axiologi terdiri atas etika dan estetika. Estetika mengkaji pengalaman
dan penghayatan manusia dalam menanggapi sesuatu itu indah atau tidak.
Etika adalah cabang filsafat yang mengkaji nilai apa yang berkaitan
dengan kebaikan dan apa itu perilaku baik. Cabang ini meliputi apa dan
bagaimana hidup yang baik. Etika sendiri menunjuk dua hal. Pertama: disiplin
ilmu yang mempelajari nilai-nilai dan pembenarannya. Kedua: pokok
permasalahan disiplin ilmu itu sendiri yaitu nilai-nilai hidup manusia yang
sesungguhnya dan hukum-hukum tingkah laku manusia.

F. ALIRAN FILSAFAT
Dalam perkembangan filsafat, berbagai aliran, berbagai isme bermunculan.
Berikut beberapa aliran filsafat yang cukup berpengaruh dalam perkembangan ilmu
filsafat:
1. Rasionalisme : berpandangan bahwa semua pengetahuan berasal dari akal (rasio).
2. Empirisme : aliran yang menekankan pengalaman sebagai sumber pengetahuan.
3. Kritisisme : berpandangan bahwa akal menerima bahan-bahan yang belum tertata
dari pengalaman empirik, lalu mengaturnya dan menertibkannya dalam kategori-
kategori.
4. Idealisme : berpendapat bahwa pengetahuan adalah proses-proses mental ataupun
proses-proses psikologis yang sifatnya subyektif.
5. Vitalisme : berpandangan bahwa hidup tidak dapat sepenuhnya dijelaskan secara
mekanis karena pada hakikatnya manusia berbeda dengan benda mati.
6. Fenomenologi : aliran yang mengkaji penampakan (gejala) dan memandang
gejala dan kesadaran selalu saling terkait.

G. ALTERNATIF LANGKAH BELAJAR FILSAFAT


Ketika mempelajari filsafat pertama kali, tentunya kita kebingungan akan
permulaannya dan terus membayangi pikiran kita. Biasanya kia takan dibingungkan
oleh masalah-masalah: saya harus belajar dari mana, saya harus belajar apa; apakah
saya harus belajar dengan sistematik atau tidak; apakah saya harus mempelajari seluruh
materi filsafat atau hanya sebagian saja; apakah ada manfaatnya kalau belajar filsafat
apa tidak; apakah saya akan 'gila' atau menjadi 'tidak waras' kalau belajar filsafat apa
tidak; dan yang terakhir, mungkinkah saya belajar filsafat apa tidak.Semua
kebingungan atau kekhawatiran yang muncul ini adalah wajar dan setiap individu juga
mengalaminya. Pada saat situasi ini muncul, lebih baik kita memilih untuk belajar
filsafat dengan cara mempelajari sejarahnya. Artinya, mulailah masuk dalam dunia
filsafat dengan mengawalinya pada materi sejarah filsafat. Cara ini cukup efektif buat
kita, namun dihadapkan pada pengembaraan nan panjang dan melelahkan.
Jostein Gaarder, seorang pengajar filsafat dari Oslo, Norwegia, yang mengarang
buku "Sofies verden" (Sophie's World) sebagai wahana baru untuk menjelaskan sejarah
filsafat melalui novel. Versi Indonesia untuk buku ini telah diterjemahkan oleh penerbit
Mizan dengan judul Dunia Sophie. Selain pada Gaarder, kita dapa berguru kepada mas
Antariksa, salah seorang mahasiswa di Fakultas Filsafat UGM. Dia yang mengajarkan
untuk belajar filsafat secara having fun atau menyenangkan. Itu karena dia adalah orang
yang tidak mau dipusingkan oleh teori-teori filsafat yang rumit. (Mas Antariksa ini aktif

LTM Ringkasan Modul Bagian 1 : Filsafat (Mata Kuliah MPKT A – 07) Halaman 5
mengelola jurnal Kunci yang mengangkat tema Cultural Studies semenjak 1999 hingga
sekarang).
Gaarder memberikan contoh untuk mempelajari filsafat dengan enak dan mas
Antariksa mengajarkan untuk tidak selalu berpaku pada teori filsafat yang rumit.
Namun, tidak ada dari mereka yang mengajarkan suatu cara untuk belajar filsafat
dengan mudah. Meskipun begitu, jangan pernah merasa segan untuk mencari cara
belajar filsafat dengan mudah. Ini diperuntukkan bukan hanya bagi saya secara pribadi,
tetapi juga bagi Anda yang ingin dan minat belajar filsafat.
Untuk mendapatkan solusinya, kita harus mencoba menganalisis terlebih
dahulu cara belajar yang lalu. Berikut adalah alternatif belajar filsafat yang mudah :
1. Learn by Try
Ketika belajar filsafat untuk yang pertama kali, lebih baik kita
menggunakan cara learn by try (belajar dengan coba-coba). Ini adalah cara
belajar yang umum dipakai oleh setiap orang ketika ia dihadapkan pada masalah
atau persoalan yang belum ia kenal sepenuhnya. Bahkan, pada riset yang paling
canggih sekalipun di bidang ilmu dan teknologi, cara ini masih dipakai.
Terutama untuk menemukan sesuatu yang baru dan riset itu tidak pernah
dilakukan sebelumnya.
Walaupun demikian, tetap ada kelemahan dalam cara ini. Sebab, cara
belajar seperti ini lebih banyak menghabiskan waktu, tenaga, dan tentu saja
biaya. Padahal, kita tahu, setiap orang memiliki waktu, tenaga, dan harta yang
terbatas. Dalam kaitannya dengan masalah ini, belajar filsafat seringkali
dipandang sebagai sesuatu yang mahal dan mewah. Itu karena dalam pikiran
orang awam, filsuf itu dibayar hanya untuk "melamun".
Oleh karena itu, kita sebaiknya memilih cara belajar yang lain. Cara
belajar lainnya yang mungkin dapat kita lakukan ada dua macam, yaitu (1) learn
by experience dan (2) learn by guidance.

2. Learn by Experience
Cara belajar Learn by Experience difokuskan pada bagaimana caranya
kita mempelajari sesuatu dengan berdasarkan pada pengalaman yang kita
miliki. Sedangkan pada yang kedua, cara belajarnya terfokus pada petunjuk
yang akan mengarahkan kita pada tujuan pembelajaran.
3. Learn by Guidance
Sedangkan pada cara belajar Learn by Guidance, inilah yang ditempuh
ketika seseorang belajar filsafat di perguruan tinggi. Namun, model belajar
filsafat di perguruan tinggi menjadi tidak efektif ketika dilaksanakan dalam
kelas yang besar dan terdiri dari banyak orang. Belajar filsafat dengan model
learn by guidance hanya akan berlaku efektif bila diterapkan pada hubungan
Guru dan Murid satu-satu. Artinya, murid ini dibimbing khusus secara pribadi
oleh seorang Guru. Ini mirip ketika seorang mahasiswa mengajukan skripsi
sebagai syarat untuk ujian akhir yang dibantu oleh Dosen Pembimbing.

Menurut beberapa filsafat terdapat suatu alternatif langkah belajar filsafat yang
umum diakai para filsuf, juga oleh ahli filsafat dan lmuwan untuk memecah masalah
filsafat secara umum dan mengkaji aliran filsafat tertentu. Secara umum, filsuf berusaha

LTM Ringkasan Modul Bagian 1 : Filsafat (Mata Kuliah MPKT A – 07) Halaman 6
memperoleh makna istilah-istilah dengan cara melakukan analisis berdasarkan
pengenalan objeknya dalam kenyataannya. Menurut Kattsoff (2004), secara filosofis
analisis adalah pengumpulan semua pengetahuan yang dapat dikumpulkan oleh
manusia untuk menyusun suatu pandangan tentang dunia. Setelah menganalisis, filsuf
berusaha untuk memadukan hasil hasil penyelidikan melalui aktivitas sintetis.menurut
Kattsoff (2004), sintetis adalah aktifitas menemukan benang merah antar bagian yang
dipilah berdasarkan kategori tertentu untuk kemudian menemukan kesamaan makna
diantara bagian-bagian itu.
Secara ringkas, Kattsoff mengemukakan langkah-langkah umum yang
disarankan dalam menganalisis dan sintesis
1. Memastikan adanya masalah yang diragukan kesempurnaan atau kelengkapannya
2. Masalah umumnya terpecahkan dengan mengikuti dua langkah, yakni menguji
prinsip-prinsipkesahihannya dan menentukan sesuatu yang tak dapat diragukan
kebenarannya (untuk menyimpulkan kebenaran yang lain )
3. Meragukan dan menguji secara rasional segala hal yang ada sangkut pautnya
dengan kebenaran
4. Mengenali apa yang dikatakan orang lain mengenai masalah yang bersangkutan
dan menguji penelesaian-penyeesaian mereka
5. Menyarankan suatu hipotesis yang kiranya memberikan jawaban atas masalah
yang diajukan
6. Menguji konsekuensi-konsekuensi dengan melakukan verifikasi terhada hasil-
hasil penjabaran yang telah dilakukan
7. Menarik kesimpulan mengenai masalah yang mengawali penyelidikan
Secara umum, filsafat digunakan manusia untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapinya. Jika orang menyadarinya maka lebih banyak lagi manfaat berfikir filosofi
yang dihadapinya. Dengan berfikir filosofi orang dapat berfikir mendasar dan
mendalam. Dengan demikian, berfikir filosofi merupakan suatu cara untuk membangun
keutamaan pengetahuan dan kebijaksanaan dengan kekuatan-kekuatan yang
dikandungnya.

LTM Ringkasan Modul Bagian 1 : Filsafat (Mata Kuliah MPKT A – 07) Halaman 7

Anda mungkin juga menyukai