Anda di halaman 1dari 12

98 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 08 No.

01 Januari 2017

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEIKUTSERTAAN SUAMI MENJADI


AKSEPTOR KB DI DESA SUMBER AGUNG JETIS BANTUL

Factors Which Related To Men’s Participation In Family Planing In Sumber Agung Vilage Jetis
Bantul

1, 1
Niken Setyaningrum Fitria Melina
1
STIKes Yogyakarta

ABSTRAK
Latar Belakang : Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang
diinginkan. Partisipasi pria dalam ber-KB masih sangat rendah yaitu sekitar 1,3 %. Angka tersebut bila
dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya seperti Pakistan 9%, Banglades 18% dan
Malaysia 16,8% adalah yang terendah.
Tujuan Penelitian : Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keikutsertaan suami menjadi akseptor
KB di Desa Sumber Agung Jetis Bantul.
Metode Penelitian : Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan survey analitik dengan desain Cross
Sectional. Populasi yang digunakan adalah semua pria pasangan usia subur yang ada di Desa Sumber
Agung Jetis Bantulsebanyak 1074 orang dan sampel berjumlah 291, diambil dengan metode statifed
proportional random sampling. Instrumen penelitian berupa kuesioner.
Hasil Penelitian : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi dan
informasi dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana KB di Desa Sumber Agung
Jetis Bantul.
Kesimpulan : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi dan
informasi dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana KB di Desa Sumber Agung
Jetis Bantul. Faktor paling dominan yang berpengaruh dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor KB
di Desa Sumber Agung Jetis Bantul adalah Tingkat Ekonomi

Kata Kunci : tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, informasi, keikutsertaan KB

ABSTRACT
Background :Family planning is a program for helping couples to set, control the interval between
pregnancies and birth in the family. Men’s participation in family program was very low. That is a 1,3%,
this is when appeal with another developing countrys like Pakistan 9%, Bangladesh 18% and Malaysia
16,8% still low the most.
Method : The type of this research was quantitativeresearch used analytical survey method and the cross
sectional approach. Population which used in the research are all men productif age in Sumber Agung
village Jetis Bantul as 1074 people and sample as 291 . The sampling method used stratifed proportional
random sampling technique. The instrumen of the research is questionnaire
Result : The study found significantcorrelation between knowladge level, educated level, economy
level,and information with men’s participation in family program inSumber Agung village Jetis Bantul.
Factor which most dominant with men’s participation in family program inSumber Agung village Jetis
Bantul is economy level
Keyword : Knowladge level, educated level, economy level, information, men’s participation in family
program

PENDAHULUAN Total Fertilitas Rate (TFR) yang cukup


Pengembangan program KB yang menggembirakan, namun permasalahan
secara resmi dimulai sejak tahun 1970 telah yang terjadi dalam Program KB diantaranya
memberikan dampak terhadap penurunan adalah rendahnya partisipasi kaum pria.
Niken Setyaningrum, F., “Faktor-Faktor Yang Berhubungan ....” 99

Keikutsertaan pria dalam ber-KB di berpandangan bahwa KB adalah program


Indonesia lebih kurang 1,3%. Bila untuk wanita, pria cukup memberi dukungan
dibandingkan dengan partisipasi pria di saja. Pengambil keputusan untuk menjadi
negara-negara tetangga seperti: Korea peserta KB yang masih didominasi suami.
(27%), Sri Langka (26%), Filipina (24%), Dominasi ini dapat terjadi karena
Bangladesh (18%), Nepal (18%), Malaysia terbatasnya pengetahuan suami tentang KB
(16,8%), Cina (11%), Thailand (9%), dan dan kesehatan reproduksi serta anggapan
Pakistan (9%), maka Indonesia menempati salah bahwa suami pengambil keputusan
angka paling rendah partisipasi prianya dalam keluarga dan KB urusan perempuan
dalam ber-KB ( Saifull, 2015). (Saputra,2012).
Berdasarkan data dari BKKBN (2015) Saat ini pemerintah Indonesia telah
diketahui, bahwa di Indonesia yang mulai melaksanakanpembangunan yang
menggunakan kontrasepsi dengan metode berorientasi pada kesetaraan dan keadilan
kondom sebanyak 1.110.341 (3,15%), MOP gender,namun demikian, masalah utama
sebanyak 241.642 (0,69%). Rendahnya yang kita hadapi saat ini adalahrendahnya
partisipasi pria dalam ber KB dapat partisipasi laki-laki dalam pelaksanaan
memberikan dampak negatif bagi kaum program KB danKesehatan
wanita karena dalam kesehatan reproduksi Reproduksi.Sasaran Rencana
tidak hanya kaum wanita saja yang selalu Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
berperan aktif. Salah satu penyebab dari tahun 2010-2014 salah satunya adalah
rendahnya pemakai kontap/vasektomi ini meningkatnya peserta KB baru pria dari
adalah karena tingkat pengetahuan masih 3,5% menjadi 5%.Partisipasi pria/suami
rendah, informasi dan motivasi para kaum dalam KB adalah tanggung jawab
pria yang berstatus Pasangan Usia pria/suamidalam kesertaan ber-KB, serta
Subur(PUS) masih sangat rendah berperilaku seksual yang sehat dan
(Saifull,2015). amanbagi dirinya, pasangan dan
Era baru program KB Nasional yang keluarganya. Bentuk partisipasi
dicanangkan sejak tahun 1999, telah pria/suamidalam KB dapat dilakukan secara
mengalami perubahan paradigma dari langsung dan tidak langsung.
aspek demografis menjadi lebih kearah Partisipasipria/suami secara langsung
pendekatan kesehatan reproduksi dengan (sebagai peserta KB) adalah
lebih memperhatikan hak-hak reproduksi pria/suamimenggunakan salah satu cara
dan kesetaraan jender. Namun demikian atau metode pencegahan kehamilan,seperti
menurut Askary (2002) lebih dari 70% pria kondom,vasektomi (kontap pria), serta KB
100 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 08 No. 01 Januari 2017

alamiah yangmelibatkan pria/suami (metode disebabkan pula karena sebagian besar


sanggama terputus dan metode kontrasepsi diciptakan untuk wanita (Dinkes
pantangberkala). DIY, 2015).
Berdasarkan hal ini, partisipasi laki- Berdasarkan studi pendahuluan bulan
laki baik dalam praktek KB maupun Juni 2016 data terakhir jumlah peserta KB
dalampemeliharaan Kesehatan Ibu dan tahun 2015 di Desa Sumber Agung, Jetis,
Anak termasuk pencegahan Bantul didapatkan akseptor KB IUD
kematianMaternal hingga saat ini masih sebanyak 328(14,36%), akseptor KB MOW
rendah.Untuk menurunkan AngkaKematian sebanyak 116(5,07%), akseptor KB Implant
Ibu, diperlukan gerakan nasional yang juga sebanyak 79(3,45%), akseptor KB suntik
melibatkan semuapihak dengan program sebanyak 210(9,19%),akseptor KB pil
dan kegiatan yang komprehensif, terkait sebanyak 190(8,31%), akseptor KB MOP
terukur dan seimbang yang pada akhirnya sebanyak 25(1,09%)dan akseptor KB
peran pria/suami dalam program KBakan kondom sebanyak 97(4,24%) dari total 2284
mampu mendorong peningkatan kualitas PUS. Dari data tersebut menunjukkan
pelayanan KB, peningkatankesetaraan dan bahwa jumlah akseptor KB pria MOP
keadilan gender, peningkatan penghargaan sebanyak 25 ( 1,09% ) dan kondom
terhadap hakasasi manusia, dan sebanyak 97 (4,24%) masih sangat rendah
berpengaruh positif dalam mempercepat jika dibandingkan dengan akseptor KB
penurunanangka kelahiran total (TFR), wanita.
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Penelitian ini bertujuan untuk faktor-
danpenurunan Angka Kematian Bayi (AKB) faktor yang berhubungan dengan
( Angraini dan Martini, 2011 ). keikutsertaan suami menjadi akseptor KBdi
Data terakhir tahun 2015 di DIY Desa Sumber Agung, Jetis, Bantul.
jumlah keseluruhan KB aktif sebanyak
427.955 akseptor, dari total PUS 535.943, METODE PENELITIAN
sedangkan untuk peserta KB pria MOP Jenis penelitian ini adalah kuantitatif
3.000 akseptor ( 0,70%), kondom 32.077 dengan menggunakan survey analitik
akseptor (7,49%). Sedangkan di kabupaten dengan desain Cross Sectional. Penelitian
Bantul sendiri jumlah peserta MOP 1.234 dilakukan di Desa Sumber Agung Jetis
akseptor (0,82%), dan kondom 7989 Bantul dan dilaksanakan pada bulan
akseptor (5,32%) dari total PUS 150.105. September 2016.Populasi dalam penelitian
Dari kondisi ini kita ketahui bahwa peserta ini semua pria pasangan usia subur (PUS)
KB didominasi oleh kaum wanita yang
Niken Setyaningrum, F., “Faktor-Faktor Yang Berhubungan ....” 101

yang ada di Desa Sumber Agung Jetis b. Tingkat Pendidikan Suami di Desa
Bantul tahun 2015 sebanyak 1074. Sumber Agung Jetis Bantul
Teknik sampling yang digunakan Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pendidikan
Terakhir Suami
adalah Stratifed Proportional Random Pendidikan Frekuensi Prosentase
Sampling dengan jumlah sampel 291 orang. (n) (%)
SD 66 22,7 %
Instrument yang digunakan pada penelitian SMP 150 51,5 %
SMA 61 21 %
ini adalah kuesioner untuk variabel PT 14 4,8 %
pengetahuan, check list untuk variabel Total 291 100 %
sumber : Data Primer, 2016
pendidikan, tingkat ekonomi, Keikutsertaan
Berdasarkan pada tabel 2 diketahui
Suami Menjadi Akseptor KB, informasi.
bahwa dari 291 suami di Desa Sumber
Untuk mengetahui hubungan antara faktor
Agung Jetis Bantul paling banyak
pengetahuan, pendidikan, informasi,
berpendidikan SMP yaitu sebanyak 150
ekonomi terhadap keikutsertaan suami
orang (51,5 %), sedangkan yang paling
menjadi akseptor KB dianalisis dengan
sedikit suami dengan Pendidikan Tinggi
menggunakan uji Chi square.
sebanyak 14 orang (4,8%).

HASIL DAN PEMBAHASAN


c. Tingkat Ekonomi Suami di Desa
1. Analisa univariat
Sumber Agung Jetis Bantul
a. Tingkat Pengetahuan Suami Tentang
Tabel 3. Distribusi FrekuensiTingkat Ekonomi
KB Suami
Tabel 1.Distribusi Frekuensi Tingkat Pendapatan Frekuensi Prosentase
Pengetahuan Suami Tentang KB (%)
Pengetahuan Frekuensi Prosentase Kurang mampu 129 44,3 %
Tentang KB (n) (%) Cukup mampu 130 44,7 %
Baik 60 20,6 % Mampu 2 11 %
Cukup 168 57,7 % Total 291 100 %
Kurang 63 21,6 % Sumber : Data Primer, 2016
Total 291 100% Berdasarkan pada tabel 3 diketahui
Sumber : Data Primer, 2016 bahwa dari 291 suami di Desa Sumber
Berdasarkan pada tabel 1 diketahui Agung Jetis Bantul paling banyak
bahwa dari 291 suami di Desa Sumber berpenghasilan cukup mampu (UMR) yaitu
Agung Jetis Bantul paling banyak sebanyak 130 orang (47,1%), sedangkan
mempunyai pengetahuan cukup sebanyak paling sedikit berpenghasilan mampu
168 orang (57,7%), sedangkan yang paling (>UMR) yaitu sebanyak 32 orang (11%).
sedikit adalah suami yang mempunyai
pengetahuan baik yaitu sebanyak 60 orang
(20,6%).
102 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 08 No. 01 Januari 2017

d. Informasi yang Diterima Suami Tentang e. Keikutsertaan Suami Dalam Program KB


KB di Desa Sumber Agung Jetis Bantul di Desa Sumber Agung Jetis Bantul
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Informasi Tentang Tabel 5. Distribusi Frekuensi Keikutsertaan
KB Suami Dalam Program KB
Informasi Frekuensi Prosentas Keikutsertaan Frekuensi Prosentase
(n) e(%) KB (n) (%)
Pernah ( > 3 ) 104 35,7 % Ikut 55 18,9 %
Tidak Pernah (<3) 187 64,3 % Tidak Ikut 236 81,1 %
Total 291 100 % Total 291 100 %
Sumber : Data Primer, 2016 Sumber : Data Primer, 2016
Berdasarkan pada tabel 4 diketahui Berdasarkan pada tabel 4.6
bahwa dari 291 suami di Desa Sumber diketahui bahwa dari 291 suami di Desa
Agung Jetis Bantul paling banyak belum Sumber Agung Jetis Bantul paling banyak
pernah mendapatkan informasi tentang KB tidak ikut ber-KB yaitu sebanyak 236 orang
yaitu sebanyak 187 orang (64,3%). (81,1%).

2. Analisa Bivariat
Tabel 6. Tabulasi Silang Tingkat Pengetahuan dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor KB
Tingkat Keikutsertaan Suami Ber- p-value
Pengetahuan KB Total 𝒙𝟐 a
Ikut Tidak Ikut
N % N %
Baik 37 61,7 23 38,3 60 20,6
Cukup 18 10,7 150 89,3 168 57,7 ,454 0,000 0,05
Kurang 0 0 63 100 63 21,6
Total 55 18,9 236 81,1 291 100
Sumber : Data Primer, 2016
Berdasarkan pada tabel 6 diketahui bahwa ditolak artinya ada hubungan yang
paling banyak suami yang mempunyai signifikan antara tingkat pengetahuan
tingkat pengetahuan cukup dan tidak ikut dengan keikutsertaan suami menjadi
ber-KB sebanyak 150 (89,3%). akseptor KB di Desa Sumber Agung Jetis
Berdasarkan uji chi square nilai 𝑥 2 hitung = Bantul.
0,454 dengan p-value 0,000<0,05, Ho
Tabel 7. Tabulasi Silang Tingkat Pendidikan dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor KB
Tingkat Pendidikan Keikutsertaan Suami Ber-
KB Total 𝑥2 p- a
Ikut Tidak Ikut value
N % N %
SD 7 10,6 59 89,4 66 22,7
SMP 17 11,3 133 88,7 150 51,5 ,268 0,000 0,05
SMA 24 39,3 37 60,7 61 21
PT 7 50 7 50 14 0,5
Total 55 18,9 236 81,1 291 100
Sumber : Data Primer, 2016
Niken Setyaningrum, F., “Faktor-Faktor Yang Berhubungan ....” 103

Berdasarkan pada tabel 7 diketahui square nilai 𝑥 2 hitung = 0,268 dengan p-


bahwa paling banyak suami dengan tingkat value 0,000<0,05, Ho ditolak artinya ada
pendidikan SMP danikut ber-KB sebanyak hubungan yang signifikan antara tingkat
17 (11,3%), suami yang mempunyai tingkat pendidikan dengan keikutsertaan suami
pendidikan SMP dan tidak ikut ber-KB menjadi akseptor KB di Desa Sumber
sebanyak 133 (88,7%). Berdasarkan uji chi Agung Jetis Bantul
Tabel 8. Tabulasi Silang Tingkat Ekonomi dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor KB
Tingkat Ekonomi Keikutsertaan Suami Ber-KB
Ikut Tidak Ikut Total 𝑥2 p- A
N % N % value
Kurang mampu 15 11,6 114 88,4 129 44,3
Cukup mampu 36 27,7 94 72,3 130 44,7 ,534 0,03 0,05
Mampu 4 12,5 28 87,5 32 11
Total 55 18,9 236 81,1 291 100
Sumber : Data Primer, 2016
Berdasarkan pada tabel 8 diketahui hitung = 0,534 dengan p-value 0,03<0,05,
bahwa paling banyak suami yang Ho ditolak artinya ada hubungan yang
mempunyai tingkat ekonomi kurang mampu signifikan antara tingkat ekonomi dengan
(<UMR) dan tidak ikut ber-KB sebanyak 114 keikutsertaan suami menjadi akseptor KB di
(88,4%).Berdasarkan uji chi square nilai �2 Desa Sumber Agung Jetis Bantul.
Tabel 9. Tabulasi Silang Informasi dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor KB
Keikutsertaan Suami Ber-
Informasi KB Total 𝑥2 p- a
Ikut Tidak Ikut value
n % N %
Pernah 54 51,9 50 48,1 104 35,7
,523 0,000 0,05
Tidak Pernah 1 0,5 186 95,5 187 64,3

Total 55 18,9 236 81,1 291 100


Sumber : Data Primer, 2016
Berdasarkan pada tabel 9 diketahui PEMBAHASAN
bahwa paling banyak suami yang tidak 1. Tingkat Pengetahuan
pernah mendapatkan informasi tentang KB Hasil analisa univariat menunjukkan
dan tidak ikut ber-KB sebanyak 186 bahwa dari 291 suami di Desa Sumber
(95,5%). Berdasarkan uji chi square nilai �2 Agung Jetis Bantul paling banyak suami
hitung = 0,523 dengan p-value 0,000<0,05, yang mempunyai tingkat pengetahuan
Ho ditolak artinya ada hubungan yang cukup sebanyak 168 (57,7%), dan yang
signifikan antara informasi dengan paling rendah adalah suami dengan tingkat
keikutsertaan suami menjadi akseptor KB di pengetahuan baik sebanyak 60 (20,6%).
Desa Sumber Agung Jetis Bantul. Dari hasil analisa dapat dikatakan sebagian
104 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 08 No. 01 Januari 2017

besar suami di Desa Sumber Agung Jetis sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Bantul mempunyai tingkat pengetahuan oleh Nurwanti (2007) yang menyatakan ada
cukup. Hasil penelitian ini sesuai dengan pengaruh antara faktor pendidikan terhadap
penelitian yang dilakukan oleh Sri Madya penggunaan metode kontrasepsi pria.
Bhakti Ekarini (2008) yang menyatakan ada Hal ini sesuai dengan pernyataan Ratih
hubungan yang bermakna antara (2011), yaitu pendidikan diperoleh dari
pengetahuan Keluarga Berencana dengan proses belajar melalui pendidikan formal
partisipasi pria dalam Keluarga Berencana. maupun informal. Pendidikan yang lebih
Hal ini sesuai dengan teori Notoadmodjo tinggi akan memudahkan seseorang dalam
(2007) yaitu pengetahuan seseorang menerima informasi dan pengetahuan untuk
biasanya dipengaruhi dari pengalaman menuju hidup sehat serta mengatasi
yang berasal dari berbagai macam sumber, masalah kesehatan.Tidak disangkal bahwa
misalnya : media massa, poster, kerabat pendidikan seseorang itu berpengaruh
dekat dan sebagainya. Pengetahuan ini dalam memberikan respon terhadap
dapat membentuk keyakinan tertentu sesuatu yang datang dari luar. Orang yang
sehingga seseorang berperilaku seperti mempunyai pendidikan tinggi akan
keyakinan tersebut. memberikan respon yang lebih rasional
Berkaitan dengan penelitian ini dibandingkan mereka yang berpendidikan
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan rendah atau mereka yang tidak
menjadi salah satu faktor pengaruh berpendidikan, maka dalam menghadapi
terhadap keikutsertaan suami menjadi gagasan barupun mereka akan lebih
akseptor KB. Menurut asumsi peneliti banyak mempergunakan rasio dari pada
seseorang yang berpengetahuan baik akan emosi.
lebih berpartisipasi dalam program KB. Masyarakat yang tidak berpendidikan
2. Tingkat Pendidikan maupun berpendidikan rendah tentu akan
Hasil analisa univariat menunjukkan lebih banyak memberikan respon terhadap
bahwa dari 291 suami di Desa Sumber sesuatu gagasan baru itu dengan emosi.
Agung Jetis Bantul paling banyak suami Karena hal yang baru dianggapnya dapat
yang berpendidikan SMP 150 (51,5%), dan mengguncangkan masyarakat atau
yang paling sedikit suami yang merubah apa yang telah mereka lakukan
berpendidikan Tinggi 14 (0,5%). Dari hasil pada masa yang lalu. Tingkat pendidikan
analisa dapat dikatakan sebagian besar tidak saja mempengaruhi kerelaan
suami di Desa Sumber Agung Jetis Bantul menggunakan keluarga berencana, tetapi
berpendidikan SMP. Hasil penelitian ini juga pemilihan suatu metode.
Niken Setyaningrum, F., “Faktor-Faktor Yang Berhubungan ....” 105

Menurut asumsi peneliti tingkat pendapatan seseorang dapat diasumsikan


pendidikan mempunyai pengaruh yang bahwa derajat kesehatannya akan semakin
bermakna terhadap pemilihan kontrasepsi baik, karena akses untuk mendapatkan
pada pria. Pria yang bertingkat pendidikan pelayanan kesehatan akan semakin
rendah masih beranggapan bahwa mudah.Tingkat penghasilan akan
wanitalah yang harus menggunakan mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi.
kontrasepsi, karena wanitalah yang bisa Hal ini disebabkan karena untuk
hamil. Sedangkan pria dengan tingkat mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang
pendidikan tinggi, dengan pertimbangan diperlukan akseptor harus menyediakan
beberapa hal dengan istrinya, kemungkinan dana yang diperlukan. Seseorang pasti
besar mereka mau menggunakan akan memilih kontrasepsi yang sesuai
kontrasepsi. dengan kemampuan mereka mendapatkan
3. Tingkat Ekonomi kontrasepsi tersebut.
Hasil analisa univariat menunjukkan Berkaitan dengan penelitian ini tingkat
bahwa dari 291 suami di Desa Sumber ekonomi akan berpengaruh pada
Agung Jetis Bantul paling banyak suami keikutsertaan suami dalam program KB
dengan tingkat ekonomi cukup mampu dikarenakan untuk mendapatkan pelayanan
(UMR) sebanyak 130 (44,7%), dan yang kontrasepsi yang diinginkan para akseptor
paling sedikit suami dengan tingkat ekonomi KB harus menyiapkan dana sesuai
mampu (>UMR) sebanyak 32 (11%). Dari kebutuhan.
hasil analisa dapat dikatakan sebagian 4. Informasi
besar suami di Desa Sumber Agung Jetis Hasil analisa univariat menunjukkan
Bantul mempunyai tingkat ekonomi cukup bahwa dari 291 suami di Desa Sumber
(UMR). Hasil penelitian ini sesuai dengan Agung Jetis Bantul paling banyak suami
penelitian yang dilakukan oleh Nurwanti yang belum pernah mendapatkan informasi
(2007) yang menyatakan ada pengaruh tentang KB sebanyak 187 (64,3%). Dan
antara faktor ekonomi terhadap yang paling sedikit suami yang pernah
penggunaan metode kontrasepsi pria. mendapatkan informasi tentang KB
Hal ini sesuai dengan pernyataan Ratih sebanyak 104 (35,7%). Dari hasil analisa
(2011), yaitu tingkat penghasilan adalah dapat dikatakan sebagian besar suami di
ukuran kelayakan seseorang dalam Desa Sumber Agung Jetis Bantul tidak
memperoleh penghargaan dari hasil pernah mendapatkan informasi tentang KB.
kerjanya yang digunakan untuk memenuhi Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
kebutuhan hidupnya. Makin tinggi yang dilakukan oleh Nurhulaifah (2013)
106 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 08 No. 01 Januari 2017

yang menyatakan ada pengaruh antara kurang dan tidak ikut ber-KB sebanyak 63
informasi terhadap keikutsertaaan suami orang (100%).
menjadi akseptor KB kondom.Hal ini sesuai Berdasarkan uji chi square nilai �2
dengan pernyataan Peneliti Pusat Studi hitung = 0,454 dengan p-value 0,000<0,05,
Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) UGM Ho ditolak artinya ada hubungan yang
Issac Tri Oktaviatie, S.Ant, MSc, kurangnya signifikan antara tingkat pengetahuan
promosi atau sosialiasi tentang KB pria dengan keikutsertaan suami menjadi
dikarenakan kebijakan KB di Indonesia akseptor KB di Desa Sumber Agung Jetis
yang masih berfokus pada pencapaian Bantul.
target peserta KB perempuan. Perempuan Hasil penelitian ini sejalan dengan
masih tetap menjadi sasaran utama penelitian yang dilakukan oleh Sri Madya
sosialisasi program KB dengan harapan istri Bhakti Ekarini ( 2008 ) yang menyatakan
yang akan mengkomunikasikan dan ada hubungan yang bermakna antara
menegosiasikan pemakaian alat pengetahuan Keluarga Berencana dengan
kontrasepsi (alkon) kepada suaminya. partisipasi pria dalam Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian masih Berencana.Hal ini sesuai dengan teori
banyak masyarakat yang belum Notoadmodjo (2007) yaitu pengetahuan
mendapatkan informasi mengenai KB pria. seseorang biasanya dipengaruhi dari
Semakin banyak masyarakat mendapatkan pengalaman yang berasal dari berbagai
informasi mengenai KB akan semakin macam sumber, misalnya : media massa,
banyak kemungkinan suami berpartisipasi poster, kerabat dekat dan sebagainya.
dalam program KB. Pengetahuan ini dapat membentuk
5. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan keyakinan tertentu sehingga seseorang
Keikutsertaan Suami menjadi akseptor berperilaku seperti keyakinan tersebut.
KB Hasil penelitian di Desa Sumber Agung
Hasil analisis bivariat pada tabel 6 Jetis Bantul menunjukkan masih ada suami
menunjukkan bahwa suami yang dengan tingkat pengetahan baik namun
mempunyai tingkat pengetahuan baik dan tidak ikut ber-KB sebanyak 23 orang
ikut ber-KB sebanyak 37 orang (61,7%), (38,3%). Hal ini disebabkan oleh faktor lain
suami yang mempunyai tingkat seperti media massa, poster, kerabat dekat
pengetahuan cukup dan tidak ikut ber-KB dan lainnya. Hal ini dapat dilihat dari
sebanyak 150 orang (89,3%), dan suami separuh responden (54%) berpengetahuan
yang mempunyai tingkat pengetahuan salah bahwa vasektomi dapat mengganggu
hubungan seksual, ini yang memungkinkan
Niken Setyaningrum, F., “Faktor-Faktor Yang Berhubungan ....” 107

suami masih takut berpartisipasi dalam pendidikan seseorang itu berpengaruh


program KB. dalam memberikan respon terhadap
6. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan sesuatu yang datang dari luar. Orang yang
Keikutsertaan Suami menjadi akseptor mempunyai pendidikan tinggi akan
KB memberikan respon yang lebih rasional
Hasil analisis bivariat pada tabel 7 dibandingkan mereka yang berpendidikan
menunjukkan bahwa suami yang rendah atau mereka yang tidak
mempunyai tingkat pendidikan SD dan tidak berpendidikan, maka dalam menghadapi
ikut ber-KB sebanyak 59 orang (89,4%), gagasan barupun mereka akan lebih
suami yang mempunyai tingkat pendidikan banyak mempergunakan rasio dari pada
SMP dan tidak ikut ber-KB sebanyak 133 emosi.
orang (88,7%), suami yang mempunyai Hasil penelitian di Desa Sumber Agung
tingkat pendidikan SMA dan tidakikut ber- Jetis Bantul menunjukkan masih ada suami
KB sebanyak 37 orang (60,7%), suami yang yang mempunyai tingkat pendidikan SD
mempunyai tingkat pendidikan Tinggi sebanyak 7 orang (10,6%) dan SMP
dantidak ikut ber-KB sebanyak 7 orang sebanyak 17 orang (11,3%) namun ikut
(50%). dalam program KB dan suami yang
Berdasarkan uji chi square nilai �2 mempunyai tingkat pendidikan SMA
hitung = 0,268 dengan p-value 0,000<0,05, sebanyak 37 orang (60,7%) dan PT
Ho ditolak artinya ada hubungan yang sebanyak 7 orang (50%) namun tidak ikut
signifikan antara tingkat pendidikan dengan ber-KB hal ini disebabkan di dunia
keikutsertaan suami menjadi akseptor KB di pendidikan formal juga tidak ada materi
Desa Sumber Agung Jetis Bantul. khusus yang membahas tentang kesehatan
Hasil penelitian ini sesuai dengan reproduksi khususnya tentang keluarga
penelitian yang dilakukan oleh Nurwanti berencana sehingga disini seseorang
(2007) yang menyatakan ada pengaruh mengetahui tentang partisipasi suami dalam
antara faktor pendidikan terhadap KB bukan dari sektor pendidikan formal
penggunaan metode kontrasepsi pria. Hal melainkan dari sosialisasi tentang KB,
ini sesuai dengan pernyataan Ratih (2011) teman dan mass media terutama dari surat
pendidikan yang lebih tinggi akan kabar dan televisi.
memudahkan seseorang dalam menerima
informasi dan pengetahuan untuk menuju
hidup sehat serta mengatasi masalah
kesehatan. Tidak disangkal bahwa
108 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 08 No. 01 Januari 2017

7. Hubungan Tingkat Ekonomi dengan akseptor harus menyediakan dana yang


Keikutsertaan Suami menjadi akseptor diperlukan. Seseorang pasti akan memilih
KB kontrasepsi yang sesuai dengan
Hasil analisis bivariat pada tabel 4.9 kemampuan mereka mendapatkan
menunjukkan bahwa suami yang kontrasepsi tersebut.
mempunyai tingkat ekonomi kurang mampu Hasil penelitian di Desa Sumber Agung
(<UMR) dan tidak ikut ber-KB sebanyak 114 Jetis Bantul menunjukkan masih ada suami
orang (88,4%), suami yang mempunyai dengan tingkat ekonomi kurang mampu
tingkat ekonomi cukup mampu (UMR) dan namun ikut dalam program KB sebanyak 15
tidak ikut ber-KB sebanyak 94 orang orang (11,6%) dan suami dengan tingkat
(72,3%). Untuk suami yang mempunyai ekonomi mampu namun tidak ikut dalam
tingkat ekonomi mampu (>UMR) dan tidak program KB sebanyak 28 orang (87,5%),
ikut ber-KB sebanyak 28 orang (87,5%). hal ini disebabkan pemerintah telah
Berdasarkan uji chi square nilai �2 memantapkan penjaminan kesehatan bagi
hitung = 0,534 dengan p-value 0,03<0,05, masyarakat miskin dengan menyediakan
Ho ditolak artinya ada hubungan yang alat kontrasepsi gratis seperti suntik, susuk
signifikan antara tingkat ekonomi dengan KB, kondom atau IUD termasuk
keikutsertaan suami menjadi akseptor KB di memberikan layanan gratis untuk akseptor
Desa Sumber Agung Jetis Bantul. yang ingin ber-KB secara permanen lewat
Hasil penelitian ini sesuai dengan operasi medis operatif. Kontrasepsi gratis
penelitian yang dilakukan oleh Nurwanti yang disediakan diharapkan dimanfaatkan
(2007) yang menyatakan ada pengaruh secara maksimal oleh pasangan usia subur
antara faktor ekonomi terhadap (PUS) terutama dari kelompok keluarga
penggunaan metode kontrasepsi pria. Hal prasejahtera.
ini sejalan dengan pernyataan Ratih (2011) 8. Hubungan Informasi dengan
yang menyatakan. Makin tinggi pendapatan Keikutsertaan Suami menjadi akseptor
seseorang dapat diasumsikan bahwa KB
derajat kesehatannya akan semakin baik, Hasil analisis bivariat pada tabel 4.10
karena akses untuk mendapatkan menunjukkan bahwa suami yang pernah
pelayanan kesehatan akan semakin mudah. mendapatkan informasi tentang KB dan ikut
Tingkat penghasilan akan mempengaruhi ber-KB sebanyak 54 orang (51,9%), suami
pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini yang tidak pernah mendapatkan informasi
disebabkan karena untuk mendapatkan tentang KB dan tidak ikut ber-KB sebanyak
pelayanan kontrasepsi yang diperlukan 186 orang (95,5%).
Niken Setyaningrum, F., “Faktor-Faktor Yang Berhubungan ....” 109

Berdasarkan uji chi square nilai �2 KESIMPULAN


hitung = 0,523 dengan p-value 0,000<0,05, Ada hubungan antara tingkat
Ho ditolak artinya ada hubungan yang pengetahuan,tingkat pendidikan, tingkat
signifikan antara informasi dengan ekonomi, dan Informasi dengan
keikutsertaan suami menjadi akseptor KB di keikutsertaan suami menjadi akseptor KB di
Desa Sumber Agung Jetis Bantul. Desa Sumber Agung Jetis Bantul.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Nurhulaifah DAFTAR PUSTAKA
(2013) yang menyatakan ada pengaruh 1. Saputra, D. 2012. Partisipasi Pria
antara informasi terhadap keikutsertaaan Dalam KB.
suami menjadi akseptor KB kondom. Hal ini http://sumsel.bkkbn.go.id/Lists/Artikel/Di
sesuai dengan penelitian yang dilakukan spForm.aspx?ID=10&ContentTypeId=0
Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan x01003DCABABC04B7084595DA3644
(PSKK) UGM yang menyatakan kurangnya 23DE7897, diakses 1 Maret 2015
promosi atau sosialiasi tentang KB pria 2. Anggraini, Y dan
dikarenakan kebijakan KB di Indonesia Martini.2011.Pelayanan Keluarga
yang masih berfokus pada pencapaian Berencana.Yogyakarta: Rohima
target peserta KB perempuan. Press.
Hasil penelitian di Desa Sumber Agung 3. Notoadmodjo, S.2007. Promosi
Jetis Bantul menunjukkan masih banyak Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
suami yang pernah mendapatkan informasi Rineka Cipta
tentang KB dan tidak ikut dalam program 4. Ratih, P. 2011. Beberapa Faktor Yang
KB sebanyak 50 orang (48,1%), hal ini di Berpengaruh Terhadap Keputusan
sebabkan kurangnya minat dari suami untuk Akseptor KB Pria dalam Menentukan
ikut dalam program KB serta sosial budaya Pilihan Kontrasepsi.
masyarakat yang menanggap bahwa https://asuhankebidanan.wordpress.co
sasaran program KB adalah wanita m/2011/11/20/materi-kuliah-semester-
walaupun seorang suami juga boleh iv-kebidanan, diakses 20 November
menjadi akseptor KB. 2011.
5. Dinas Kesehatan Provinsi DI
Yogyakarta. 2015. Profil Kesehatan DI
Yogyakarta. Dinkes Provinsi DI
Yogyakarta. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai