Anda di halaman 1dari 13

JIMKESMAS

JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT


VOL. 2/NO.6/ MEI 2017; ISSN250-731X ,

SURVEI FAKTOR RISIKO PENYAKIT TIDAK MENULAR PADA MAHASISWA UNIVERSITAS


HALU OLEO TAHUN 2017

Nur Agusti Antimas1Hariati Lestari2 Jusniar Rusli Afa3


Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo123
nuragustiantimas95@gmail.com1lestarihariati@yahoo.co.id2jusniar.rusliafa@yahoo.com3

ABSTRAK

Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian
nasional maupun global. PTM saat ini berisiko untuk semua kalangan baik usia anak, remaja, dewasa maupun
lansia. Terjadinya peningkatan kasus penyakit tidak menular di Kota Kendari khususnya pada usia 15-44 tahun.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran faktor risiko penyakit tidak menular pada mahaiswa
di Universitas Halu Oleo Kendari tahun 2017.Populasi dalam penelitian adalah seluruh mahasiswa Universitas
Halu Oleo yang terdaftar dan masih aktif mengikuti semester berjalan tahun 2016 dengan jumlah 37.427.
Sampel dalam penelitian sebanyak 380 orang, teknik pengambilan sampel menggunakan probability sampling.
Penelitian ini mengunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa untuk faktor risiko
konsumsi rokok berdasarkan kebiasaan merokok yaitu sebanyak 97 (25,5%), intensitas perokok ringan
sebanyak 73 (75,3%), penggunaan jenis rokok filter sebanyak 95 (97%) dan perilaku merokok pasif sebanyak
380 (100%). Berdasarkan faktor risiko kosumsi alkohol sebanyak 40 (10,5%), aktivitas fisik kurang sebanyak 214
(56,3%), dan pola makan berdasarkan frekuensi makan/minum pemicu penyakit tidak menular untuk sering
konsumsi jenis makanan yang mengandung gula adalah sebanyak 274 (72,1%), mengandung natrium (garam)
sebanyak 133 (35,0%), mengandung tinggi lemak dengan sebanyak 211 (55,5%), sedangkan jenis minuman
yang mengandung kafein dengan kebiasaan sering sebanyak 167 (43,9 %). Berdasarkan faktor risiko
kegemukkan 83 (21,8%), dan hipertensi sebanyak 53 (13,9%),

Kata kunci : penyakit tidak menular, konsumsi rokok, konsumsi alkohol, aktivitas fisik, pola makan,
kegemukan, hipertensi

ABSTRACT

Non-communicable diseases (NCDs) is one of the health issues that being national concern and global. NCDs
are currently at risk for all people, at the ages of children, adolescents, adults and elderly. Occurred to increase
cases of non-communicable diseases in Kendari Municipality especially at the age of 15-44 years old. The
purpose of this study was to determine the overview of the risk factors of non-communicable diseases in
students of Halu Oleo University Kendari in 2017. The population in this study was all students of Halu Oleo
University who registered and they were still actively in the semester on-going in 2016 with the number 37427
people. The samples in this study as many as 380 people, the sampling technique using probability sampling.
This study used descriptive analysis. The results showed that consumption of cigarettes based on smoking
habits as many as 97 (25.5%), intensity of the mild smokers as many as 73 (75.3%), the usage of the type of
cigarette filter as many as 95 (97%) and passive smoking behavior as many as 380 (100%). Based on the risk
factors of consumption of alcohols as many as 40 (10.5%), lack of physical activity as many as 214 (56.3%), and
diet based on the frequency of eating/drinking triggers noncommunicable diseases often consume foods that
contain sugar as many as 274 (72.1%), sodium (salt) as many as 133 (35.0%), contain high levels of fat by as
many as 211 ( 55.5%), while the types of beverages that was contained caffeine with the habit frequent as
many as 167 (43.9%). Based on the risk factors of overweight were 83 (21.8%) and hypertension as many as 53
(13.9%).

Keywords: non-communicable diseases, consumption of cigarettes, consumption of alcohols, physical


activity, diet, overweight, hypertension

1
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.6/ MEI 2017; ISSN250-731X ,
PENDAHULUAN 1,5 %, Diabetes Mellitus 1,4%, jantung Koroner 1,6%,
Ada lima penyakit tidak menular di Asia dan stroke 6,5%6. Hal ini diakibatkan karena didorong
Tenggara dengan angka kesakitan dan kematian yang oleh kekuatan yang meliputi urbanisasi yang tidak
tinggi, yaitu penyakit kardiovaskuler, diabetes direncanakan dengan cepat, dan gaya hidup yang tak
mellitus, kanker, penyakit pernapasan obstruktif sehat seperti diet tidak sehat, kurangnya aktivitas
kronik dan cedera. Namun, empat terbanyak dari fisik, pengguna tembakau dalam, dan paparan asap
penyakit tidak menular yaitu penyakit kardiovaskular, tembakau, dan penggunaan alkohol sehingga
diabetes mellitus, kanker, dan penyakit paru tekanan darah meningkat, peningkatan glukosa darah
obstruktif kronik1. Empat jenis PTM tersebut (hiperglikemia), lipid darah(kolesterol), dan
digolongkan sebagai satu kelompok PTM utama yang obesitas/kegemukkan5.
mempunyai faktor risiko bersama (common Sulawesi Tenggara sendiri, meskipun penyakit
underlying risk factor). Faktor risiko tersebut antara menular masih merupakan masalah kesehatan
lain konsumsi rokok, pola makan yang tidak utama, disaat yang sama jumlah penderita dan
seimbang, makanan yang mengandung zat adiktif, kematian akibat PTM terus meningkat. Hal tersebut
kurang berolahraga dan adanya kondisi lingkungan mejadi beban ganda (double burden) dalam
yang tidak kondusif terhadap kesehatan2. pelayanan kesehatan sekaligus menjadi tantangan
PTM membunuh 38 juta orang setiap tahun, yang harus dihadapi dalam pembangunan bidang
hampir tiga per empat dari kematian penyakit tidak kesehatan di Sulawesi Tenggara. Berdasarkan
menular 28 juta terjadi di Negara berpenghasilan Riskesdas untuk Sulawesi Tenggara tahun 2013
rendah dan menengah. Termasuk 4 jenis penyakit melaporkan bahwa prevalensi dari asma adalah 5,3%,
tidak menular utama yang meliputi penyakit PPOK 4,9%, Kanker 1.1%, diabetes (1,9%), jantung
kardiovaskuler yang menyebabkan kematian 17,5 (1,7%), stroke (8,8%)6.
juta orang pertahun, dan diikuti oleh kanker 8,2 juta, Kota Kendari mengalami peningkatan
penyakit pernapasan 4 juta, dan diabetes 1,5 juta. terjadinya kasus penyakit tidak menular khususnya
Hal ini diakibatkan karena meningkatnya beberapa pada usia 15-44 tahun, dimana kasus asma pada
faktor risiko baik faktor risiko dari perilaku yang tahun 2014 sebanyak 237, sedangkan pada tahun
meliputi penggunaan tembakau, aktivitas fisik, 2015 kasus meningkat sebanyak 255, selain itu
penggunaan alkohol dan diet tidak sehat, maupun kejadian kasus stroke dari 25 menjadi 34 kasus,
faktor risiko menengah meliputi tekanan darah penyakit jantung koroner dari 44 kasus meningkat
meningkat, peningkatan glukosa darah, lipid darah menjadi 52 kasus. Namun demikian, kasus PPOK dan
(kolesterol), dan obesitas. diabetes mellitus mengalami penurunan dimana
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang pada kasus PPOK pada tahun 2014 terjadi 29 kasus
dilakukan di Brazil menunjukkan bahwa remaja yang dan pada tahun 2015 turun menjadi 27 kasus,
berusia 14-19 tahun memiliki prevalensi yang tinggi sedangkan untuk diabetes mellitus dari 256 menurun
dari faktor risiko penyakit tidak menular, meliputi menjadi 230 kasus7.
aktivitas fisik yang tidak aktif (22,2%), konsumsi Faktor risiko adalah suatu karakteristik,
alkohol yang berlebihan (49,3%), merokok (21,7%), tanda-tanda, gejala penyakit individu bebas secara
perilaku menetap dan diet tidak sehat (3,1%)4. statistik yang berhubungan dengan peningkatan
Indonesia sendiri, terdapat beberapa jenis insiden penyakit selanjutnya8. Faktor risiko juga
PTM yang menjadi penyebab utama kematian dan sering disebut dengan faktor penyebab dalam
menjadi penyumbang terbesar beban penyakit penyakit tidak menular untuk membedakan dengan
remaja di Indonesia yakni penyakit kardiovaskular istilah etiologi pada penyakit menular atau diagnosis
(penyakit jantung koroner, stroke), kanker, penyakit klinis9.
pernafasan kronis (asma dan penyakit paru obstruksi Noncommunicable Diseases (NCD) tahun
kronis), dan diabetes. Berdasarkan data yang 2003 menjelaskan bahwa ada beberapa jenis faktor
dihimpun Kemenkes RI, angka kematian akibat PTM risiko yang sama penyebab PTM utama diantaranya
di Indonesia terus mengalami kenaikan. Pada tahun konsumsi alkohol, merokok, kurang aktivitas fisik,
2000, kematian akibat PTM menjadi 49%. Selanjutnya gizi, kegemukan-obesitas, hipertensi, hiperkolesterol
pada tahun 2010 angka tersebut kembali meningkat dan hiperglikemik10. Didalam penelitian sebelumnya
menjadi 58%. Terakhir, hingga pertengahan tahun menyatakan bahwa faktor risiko yang umumnya
2015, diketahui kematian akibat PTM telah mencapai dapat dicegah seperti penggunaan tembakau (rokok),
57%5. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar konsumsi alkohol tinggi, kenaikan tekanan darah,
(Riskesdas) tahun 2013 dilaporkan bahwa di gaya hidup tidak sehat, dan obesitas. Faktor risiko
Indonesia prevalensi dari beberapa PTM untuk usia tersebut berkontribusi terhadap peningkatan risiko
15-34 tahun yang meliputi asma adalah 11,3% PTM seperti penyakit jantung koroner, diabetes, dan
penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) 1,6%, kanker kanker11.

2
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.6/ MEI 2017; ISSN250-731X ,
Universitas Halu Oleo yang disingkat UHO No. Semester Jumlah (n) Persentase (%)
merupakan perguruan tinggi negeri di kota Kendari, 1. 1 72 18,9
2. 3 52 13,7
Sulawesi Tenggara. Universitas halu Oleo saat ini 3. 5 81 21,3
memilki 18 fakultas dengan jumlah mahasiswa 4. 7 175 46,1
37.427. Berdasarkan kegiatan observasi yang telah Total 380 100
dilakukan, menunjukkan bahwa kebanyakan perilaku Sumber : Data Primer, Februari 2017
mahasiswa universitas Halu Oleo tersebut cenderung Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan
berisiko untuk terkena penyakit tidak menular untuk bahwa dari 380 responden, sebagian besar
dekade berikutnya, karena remaja/mahasiswa saat responden berada pada semester 7 yaitu sebanyak
ini cenderung mempunyai gaya hidup yang tidak 175 responden (46,1%), dan terendah berada pada
sehat. Dan dari hasil pra survey yang dilakukan semester 3 yaitu sebanyak 52 responden (13,7%).
terhadap 38 mahasiswa menunjukkan bahwa Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Umur Pada
mahasiswa yang mempunyai perilaku merokok Mahasiswa Universitas Halu Oleo Tahun 2017
sebanyak 21 (55,2%), sedangkan penggunaan alkohol Umur responden
No. Jumlah (n) Persentase (%)
terdapat 9 (23,7%) mahasiswa, dan terdapat 35 (Tahun)
(92,1%) mahasiswa termasuk kategori aktivitas fisik 1. 19 120 31,6
2. 20 89 23,4
kurang. Untuk gizi sendiri mahasiswa mempunyai
3. 21 171 45,0
pola makan yang kurang baik dalam hal ini untuk
Total 380 100
jenis makanan dari 38 responden terdapat 18 (47,3%)
mahasiswa termasuk kriteria jenis makanan beragam, Sumber : Data Primer, Februari 2017
berdasarkan jumlah makan yang dikonsumsi Berdasarkan tabel diatas,menunjukkan bahwa
mahasiswa terdapat 10 (26,3%) yang berlebih dan 17 dari 380 responden, sebagian besar responden
(44,7%) cukup, dan kurang terdapat 11 (29%) berusia 21 tahun yaitu sebanyak 171 responden
mahasiswa. Sedangkan untuk frekuensi makan (45,0%), dan yang paling sedikit berusia 20 tahun
sendiri mayoritas mahasiswa mempunyai frekuensi yaitu sebanyak 89 responden (23,4%).
makan yang cukup dimana dari 38 responden Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Jenis
terdapat 35 (92,1%) mahasiswa, untuk yang berstatus Kelamin Pada Mahasiswa Universitas Halu Oleo
kegemukkan 5 mahasiswa (13,2%) dan berstatus Tahun 2017
No. Jenis kelamin Jumlah (n) Persentase (%)
hipertensi 7 mahasiswa (18,5%). 1. Laki-laki 186 48,9
2. Perempuan 194 51,1
METODE Total 380 100
Penelitian ini menggunakan rancangan
penelitian deskriptif pendekatan survei untuk Sumber : Data Primer, Februari 2017
mendapatkan gambaran frekuensi distribusi faktor Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa
risiko bersama penyakit tidak menular yang meliputi: dari 380 responden, sebagian besar responden
konsumsi rokok, konsumsi alkohol, aktivitas fisik, berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 194
kegemukkan, hipertensi pada mahasiswa Universitas responden (51,1%), sedangkan yang terendah
Halu Oleo Kota Kendari Tahun 201712. Populasi dalam berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 186
penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Universitas responden (48,9%).
Halu Oleo yang terdaftar dan masih aktif mengikuti Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Konsumsi
semester berjalan tahun 2016 dengan jumlah 37.427 Rokok Berdasarkan Kebiasaan Merokok Pada
orang yang tersebar di 18 (delapan belas) fakultas Mahasiswa Universitas Halu Oleo Tahun 2017
No. Status Perokok Jumlah (n) Persentase (%)
dan berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. 1 Perokok 97 25,5
Besarnya sampel dalam penelitian ini dihitung 2 Bukan Perokok 283 74,5
menggunakan rumus Lameshow sehingga besar
Total 380 100
sampel pada penelitian ini adalah 380 orang. Teknik
penarikan sampel yang akan digunakan dalam Sumber : Data Primer, Februari 2017
penelitian ini adalah probability sampling. Probability Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang dari 380 responden mahasiswa di Universitas Halu
memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi Oleo Kendari, yang berstatus perokok sebanyak 97
setiap individu dalam populasi untuk dipilih menjadi responden (25,5%), sedangkan yang berstatus bukan
sampel. perokok sebanyak 283 responden (74,5%).
Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Konsumsi
HASIL Rokok Berdasarkan Intensitas Perokok Pada
Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Semester Mahasiswa Universitas Halu Oleo Tahun 2017
Pada Mahasiwa Universitas Halu Oleo Tahun 2017

3
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.6/ MEI 2017; ISSN250-731X ,
No. IntensitasPerokok Jumlah (n) Persentase (%) Tabel 9. Distribusi Responden Menurut Aktivitas
1 Perokok Ringan 73 75,3 fisik Pada Mahasiswa Universitas Halu Oleo Tahun
2 Perokok Sedang 21 21,6
2017
3 Perokok Berat 3 3,1 No. Aktivitas Fisik Jumlah (n) Persentase (%)
Total 97 100 1 Aktif 166 43,7
2 Kurang Aktif 214 56,3
Sumber : Data Primer, Februari 2017
Total 380 100
Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa
dari 97 responden mahasiswa di Universitas Halu Sumber : Data Primer, Februari 2017
Oleo Kendari yang menyatakan merokok dengan Berdasarkan tabel diatas, menunjukan
intensitas perokok ringan sebanyak 73 responden bahwadari 380 responden mahasiswa di Universitas
(75,3%), perokok sedang sebanyak 21 responden Halu Oleo Kendari, sebanyak 214 responden (56,3%)
(21,6%), dan perokok berat sebanyak 3 responden yang memiliki aktivitas fisik kurang, dan sebanyak
(3,1%). 166 responden (43,7%) memiliki aktivitas fisik aktif.
Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Konsumsi Status Kegemukkan
Rokok Berdasarkan Jenis Rokok Pada Mahasiswa Tabel 10. Distribusi Responden Menurut Pola
Universitas Halu Oleo Tahun 2017 Makan Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Makanan/
No. Jenis Rokok Jumlah (n) Persentase (%) Minuman Pemicu PTM Pada Mahasiswa Universitas
1 Filter 95 97,9 Halu Oleo Tahun 2017
2 Nonfilter 2 2,1 Jenis Konsumsi
Kategori Jumlah (n) Persentase(%)
makanan/minuman
Total 97 100
Sering 274 72,1
Mengandung gula
Sumber : Data Primer, Februari 2017 Jarang 106 27,9
Berdasarkan tabel diatas, menunjukan Mengandung Sering 133 35,0
natrium Jarang 247 65,0
bahwadari 97 responden mahasiswa di Universitas Mengandung tinggi Sering 211 55,5
Halu Oleo Kendari yang menyatakan konsumsi rokok lemak Jarang 169 45,5
dengan jenis filter sebanyak 95 responden (97,9%), Mengandung kafein
Sering 167 43,9
dan yang menggunakan jenis rokok nonfilter Jarang 213 56,1
sebanyak 2 responden (2,1%). Sumber: Data Primer, Februari 2017.
Tabel 7.Distribusi Responden Menurut Konsumsi Hasil penelitian pada tabel 11, menujukkan
Rokok Berdasarkan Perilaku Merokok Pasif Pada bahwa mahasiswa yang sering mengkonsumsi jenis
Mahasiswa Universitas Halu Oleo Tahun 2017 makanan yang mengandung gula adalah sebanyak
Perilaku 274 mahasiswa (72,1%) sedangkan yang jarang
No. Jumlah (n) Persentase (%)
Merokok Pasif mengkonsumsi sebanyak 106 (27,9%). Untuk jenis
1 Terpapar 380 100 makanan yang mengandung natrium (garam) dengan
2 Tidak Terpapar 0 0 kebiasaan sering sebanyak 133 mahasiswa (35,0%)
Total 380 100 dan dengan kebiasaan jarang sebanyak 247 (65,0%).
Sumber : Data Primer, Februari 2017 Dan untuk jenis makanan yang menandung tinggi
Berdasarkan tabel diatas, menunjukan lemak dengan kebiasaan sering sebanyak 211 (55,5%)
bahwadari 380 responden mahasiswa di Universitas dan dengan kebiasaan jarang sebanyak 169 (45,5%).
Halu Oleo Kendari, mahasiswa yang meyatakan Jenis minuman yang mengandung kafein sendiri
sering terpapar asap rokok sebanyak 380 responden menunjukkan bahwa mahasiswa yang mempunyai
(100%). kebiasaan sering konsumsi minuman mengandung
Tabel 8. Distribusi Responden Menurut Konsumsi kafein sebanyak 167 (43,9 %) dan mahasiswa yang
Alkohol Pada Mahasiswa Universitas Halu Oleo mempunyai kebiasaan jarang konsumsi minuman
Tahun 2017 mengandung kafein sebanyak 213 (56,1 %).
No.
Konsumsi
Jumlah (n) Persentase (%) Tabel 11. Distribusi Responden Menurut Status
Alkohol Kegemukkan Pada Mahasiswa Universitas Halu Oleo
1 Konsumsi alkohol 40 10,5
Tidak konsumsi
Tahun 2017
2 340 89,5 Status
alkohol No. Jumlah (n) Persentase (%)
Kegemukkan
Total 380 100
1 Kegemukkan 83 21,8
Sumber : Data Primer, Februari 2017 2
Tidak
297 78,2
Berdasarkan tabel diatas, menunjukan Kegemukkan
bahwadari 380 responden mahasiswa di Universitas Total 380 100
Halu Oleo Kendari, yang konsumsi alkohol sebanyak Sumber : Data Primer, Februari 2017
40 responden (10,5%), dan mahasiswa yang tidak Berdasarkan tabel diatas, menunjukan
konusmsi alkohol sebanyak 340 responden (89,5 %). bahwadari 380 responden mahasiswa di Universitas

4
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.6/ MEI 2017; ISSN250-731X ,
Halu Oleo Kendari, jumlah mahasiswa dengan status dapat meningkatkan kejadian penyakit tidak menular
kegemukkan sebanyak 83 responden (21,8%), dan dengan prevalensi 51, 39%16.
status tidak kegemukkan sebanyak 297 responden Hal tersebut diperkuat dengan beberapa
(78,2%). penelitian yang telah dilakukan di antaranya,
Tabel 12. Distribusi Responden Menurut Status peneltian yang dilakukan tentang faktor risiko
Hipertensi Pada Mahasiswa Universitas Halu Oleo penyakit kardiovaskular berbasis sekolah
Kendari Tahun 2017 menyatakan bahwa perilaku merokok mempunyai
No.
Status
Jumlah (n) Persentase (%) risiko 2-4 kali lebih tinggi terserang penyakit jantung
Hipertensi dan stroke dari pada bukan perokok 17. Hal tersebut
1 Hipertensi 53 13,9
diakibatkan karena semakin lama merokok kolesterol
2 Tidak Hipertensi 327 86,1
dan lemak yang tertimbun di arteri karena zat nikotin
Total 380 100
yang ada pada rokok sehingga menyebabkan
Sumber : Data Primer, Februari 2017 pengerasan pembuluh darah dan menimbulkan
Berdasarkan tabel diatas, menunjukan panyakit kardiovaskular18.
bahwadari 380 responden mahasiswa di Universitas Kebiasaan merokok juga punya hubungan
Halu Oleo Kendari, jumlah mahasiswa dengan status dengan penyakit kanker.Dikarenakan jika menghisap
hipertensi sebanyak 53 responden (13,9%), dan rokok maka ribuan molekul radikal bebas masuk ke
status tidak hipertensi sebanyak 327 responden dalam tubuh. Dimana radikal bebas merupakan
(86,1%). senyawa yang kehilangan electron bebasnya
sehingga bersifat sangat reaktif, apabila radikal bebas
DISKUSI masuk ke dalm tubuh, maka cenderung mencuri
Konsumsi Rokok electron dalam tubuhh, sehinggan menyebabkan
Rokok merupakan zat psikoaktif berbahaya cedera pada membran sel dan khususnya paru-paru
yang mengandung 4000 zat kimia, dan 20 macam di sehingga terjadi kelainan dan kecacatan pada DNA.
antaranya adalah racun yang mematikan14. Adapun Yang mengakibatkan terjadilah proses pembelahan
kandungan yang berbahaya pada rokok yang dapat sel yang abnormal dan tidak terkendali terjadilah
menjadi bom waktu bagi tubuh diantaranya tar kanker.
dimana mengandung piridin zat yang dapet Hal tersebut diperkuat penelitian sebelumnya
menyebabkan kanker dan dapat merusak sel paru- secara kohort menunjukkan adanya hubungan antara
paru dikarenakan semakin dalam orang menghisap merokok dan kanker prostat serta kematian karena
rokok makan racun yang mengendap saluran kanker, dengan hasil analisis rokok mempunyai risiko
pernapasan pun semakin banyak, nikotin zat terserang kanker prostat yang terus meningkat
berbahaya yang dapat menyebabkan kecanduan (RR=1,114, 95% CI=1,06-1,19) dibandingkan dengan
(adiksi) dan dapat meningkatkan kadar kolesterol yang tidak merokok19. Selain itu, sebuah penelitian
jahat dalam tubuh manusia dan akhirnya akan yang meneliti tentang hubungan antara paparan
berdampak pada jantung sehat dan mengganggu asaprokok terhadap fungsi paru, didapatkan
program diet sehat seseorang, CO zat yang dapat kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang
mengurangi oksigen dalam tubuh, dan komponen bermakna antara paparan asap rokok terhadap fungsi
berbagai gas dan partikulat yang dapat menyebabkan paru pada penderita fibrosis kistik11.
gangguan paru dan dapat menyebabkan gangguan Penelitian yang dilakukan tentang hubungan
pernapasan kronik15. antara merokok dan diabetes bahwa perokok yang
Merokok adalah membakar tembakau yang menghabiskan sedikitnya 20 batang rokok perhari
kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok memilki risiko terserang diabetes 62% lebih tinggi
batangan maupun menggunakan pipa.Merokok (RR= 1,61, 9% CI, 1,43-1,80) dibandingkan dengan
merupakan salah satu kebiasaan yang lazim ditemui perokok ringan (RR= 1,29, 95% CI, 1,13-1,48)2. Hal
dalam kehidupan sehari-hari. Gaya hidup atau life tersebut diakibatkan karena zat nikotin yang ada
style ini menarik sebagai suatu masalah kesehatan, dalam rokok mempengaruhi kurang beresponnya
karena dianggap sebagai faktor risiko dari berbagai jaringan sasaran (otot, jaringan adipose dan hepar)
penyakit tidak menular (PTM) utama, seperti terhadap hormon insulin20.
penyakit kardiovaskular, penyakit paru kronik, Merokok mempunyai hubungan dengan
berbagai jenis kanker dan diabetes mellitus. kejadian pernafasan kronis.Hal ini dibuktikan dengan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kajian epidemiologis bahwa 95% kasus PPOK
sebelumnya yang menyatakan bahwa risiko penyakit disebabkan karena rokok.Komponen rokok dapat
tidak menular dan kontribusi untuk insiden PTM di merangsang perubahan-perubahan pada sel-sel
Kenya menjelaskan bahwa di negara Kenya merokok penghasil mucus bronkus dan silia. Dimana silia yang
melapisi bronkus akan mengalami kelumpuhan atau

5
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.6/ MEI 2017; ISSN250-731X ,
disfungsional serta melaplasia perubahan tersebut menggunakan jenis rokok nonfilter sebanyak 2
akan mengganggu system escalator mukosiliaris dan responden (2,10%). Artinya bahwa jenis rokok filter
menyebabkan penumpukan mucus kental dalam merupakan jenis rokok yang paling banyak
jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas dikonsumsi oleh mahasiswa Universitas Halu oleo.
sehingga terjadi gangguan pernafasan. Selain itu Dan dari hasil survei, sebagian besar mahasiswa
rokok merangsang terjadinya peradangan kronik memilih rokok filter karena menurut mereka rokok
pada paru, dimana rokok akan mengaktivasi filter mempunyai gabus pada bagian pangkalnya yang
makrofag yang kemudian akan melepaskan mediator mampu menyaring zat-zat yang terkandung pada
inflasmasi, kemudian melengkapi mekanisme seluler rokok walaupun tidak berpengaruh terhadap bahaya
yang menghubungkan rokok dengan inflamasi pada yang ditimbulkan oleh rokok.
PPOK. Merokok usia dini akan menyebabkan
Masa remaja sering kali dianggap masa kritis terjadinya perubahan struktur dan fungsi saluran
yang menentukan apakah nantinya mereka menjadi napas serta jaringan paru lainnya yang menjadi dasar
perokok atau bukan, sebab hasil studi menunjukkan utama bagi terjadinya penyakit paru obstruktif
bahwa perokok berat telah memulai kebiasaannya ini kronik21. Rokok memiliki efek dose respon, dimana
sejak berusia belasan tahun dan hampir tidak ada semakin muda umur seseorang saat mulai merokok,
perokok berat yang baru memulai merokok pada saat semakin besar pengaruhnya terhadap kesehatan
dewasa21. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan tubuh. Dibuktikan berdasarkan penelitian
bahwa remaja yang berstatus perokok sebanyak sebelumnya bahwa terdapat 8 reponden (11,1%)
sebanyak 97 responden (25,5%), sedangkan yang yang mulai merokok pada umur kurang dari 10
berstatus bukan perokok sebanyak 283 responden tahun. Bukan hal yang tidak mungkin apabila suatu
(74,5%). hari nanti umur mulai merokok ini akan terus
Remaja yang bersatus perokok dapat bergeser pada kelompok umur yang lebih muda,
meningkatkan risiko mereka terhadap beberapa jenis karena dalam penelitian ini juga ditemukan 7
PTM.Dan jika dilihat berdasarkan jenis kelamin responden (2,0%) yang berusia 6-9 tahun sudah
bahwa dari 97 responden yang bersatus merokok mulai merokok. Dan juga dalam penelitian yang
semuanya berjenis kelamin laki-laki.Hal ini menunjukkan bahwa usia 13-15 tahun prevalensi
dibuktikan dengan penelitian sebelumnya dimana merokok sebesar 34%23.
terdapat perbedaan proporsi yang bermakna Fakta lain yang ditemukan mengenai
beroperasi statistik antara laki-laki dengan kebiasaan yang dilakukan oleh responden yang
perempuan dimana proporsi merokok 39,2% pada bersatus merokok adalah jumlah batang rokok yang
laki-laki dan 3,7% pada perempuan22. Serupa dengan biasa dihisap. Jumlah batang rokok yang dihisap per
penelitian tentang gambaran perilaku berisiko pada hari, sebenarnya perokok dapat dibedakan menjadi 3
faktor risiko penyakit tidak menular di kalangan golongan, yaitu perokok ringan (<10 batang per hari),
remaja dimana, menunjukkan bahwa dari 240 remaja perokok sedang (10-20 batang per hari), dan perokok
yang dilibatkan dalam penelitian terdapat 47 remaja berat (>20 batang perhari). Dan berdasarkan
(42,7%) yang mempunyai kebiasaan merokok dan penggolongan tersebut, di Universitas Halu Oleo
dan hasil penelitian ini juga memperlihatkan bahwa menunjukkan bahwa seluruh responden dalam
perilaku merokok aktif berbeda secara nyata dimana penelitian yang menyatakan dirinya sebagai perokok
lebih banyak dilakukan oleh laki-laki dibandingkan dengan jumlah 97 responden, terdapat jumlah
perempuan. Hal ini disebabkan karena laki-laki mahasiswa dengan intensitas perokok ringan
memiliki gaya hidup yang berbeda dari perempuan sebanyak 73 responden (75,3%), perokok sedang
dimana laki-laki menganggap merokok sebagai sebanyak 21 responden (21,7%), dan perokok berat
sesuatu sensasi tersendiri21. sebanyak 3 responden (3,0%). Dimana berdasarkan
Berbagai macam jenis rokok yang dikonsumsi data dari hasil survei kebanyakan mahasiswa
di Indonesia. Salah satunya adalah rokok dengan jenis konsumsi rokok dalam satu hari sebanyak 1 bungkus
filter dan non filter, dimana rokok jenis filter adalah (16 batang) dengan proporsi 15,4%. Menurut para
rokok yang bagian pangkalnya terdapat gabus, ahli bahwa perokok yang menghisap dua bungkus
sedangkan rokok nonfilter adalah rokok bagian rokok berarti ia telah mengurangi umurnya 8 tahun.
pangkalnya tidak terdapat gabus, guna gabus Begitu juga dengan orang yang terkena asap dari dua
tersebut ialah untuk menyaring nikotin. Dalam bungkus rokok, akan mengurangi umurnya 4 tahun.
penelitian ini, menunjukkan bahwa dari 97 Olehnya itu banyaknya seseorang konsumsi rokok
responden mahasiswa di Universitas Halu Oleo maka semakin besar dampak yng ditimbulkan bagi
Kendari yang berstatus merokok, terdapat jumlah kesehatan18.
mahasiswa yang menggunakan jenis rokok filter Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut
sebanyak 95 responden (97,9%), dan yang pandang sangat merugikan, untuk diri sendiri

6
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.6/ MEI 2017; ISSN250-731X ,
maupun orang disekelilingnya. Dimana paparan asap berefek memambukkan yang ditandai dengan
rokok tidak hanya berbahaya bagi perokoknya secara perubahan mental dan perilaku serta hilangnya
langsung tetapi juga orang-orang disekitar secara keseimbangan bahkan jika kadar alkohol didalam
tidak sengaja ikut menghisap asap rokok yang terlampau tinggi, maka menyebabkan koma dan
dinyalakannya, orang-orang tersebut biasa disebut kematian15.
sebagai perokok pasif. Risiko yang ditanggung Studi epidemiologi yang dilakukan terhadap
perokok pasif lebih besar dan berbahaya dari beberapa orang telah diketahui bahwa konsumsi
perokok aktif itu sendiri karena daya tahan terhadap alkohol dosis tinggi berhubungan dengan
zat-zat berbahaya yang terkandung dalam rokok peningkatan mortalitas penyakit kardiovaskular,
sangat rendah. diabetes mellitus, dan kanker tertentu.Konsumsi
Peningkatan populasi asap rokok dalam alkohol yang berlebihan dapat mengubah sistem
kampus dapat menyebabkan meningkatnya paparan kardiovaskular, dikarenakan kekurangan tiamin atau
asap rokok terhadap remaja. Tingginya paparan asap zat yang mencemari minuman alkohol.
rokok itu pula yang dapat meningkatkan risiko remaja Konsumsi rutin alkohol jenis apapun
untuk menderita PTM. Di lingkungan Universitas Halu menunjukkan terjadinya berbagai kanker, termasuk
Oleo Kendari, mahasiswa cenderungan untuk kanker laring, esophagus, hati, payudara, dan
berperilaku merokok dilingkungan kampus, kantin, kolorektal.Konsumsi alkohol secara berlebihan
dan ruangan sekretariat Badan Eksekutif Mahasiswa. mengakibatkan lever bekerja lebih keras.Sehingga
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa lever terganggu dan tiak dapat memproses kelebihan
dari 380 responden mahasiswa di Universitas Halu estrogen. Estrogen yang berlebih akan diserap
Oleo Kendari yang diteliti, semuanya sering terpapar kembali oleh darah sehingga tubuh terus mengalami
asap rokok, artinya 100% mahasiswa yang diteliti kelebihan estrogen yang dapat meningkatkan risiko
sering terkenan paparan asap rokok. Dan juga kanker payudara25.
berdasarkan penelitian sebelumnya menunjukkan Konsumsi alkohol setiap hari juga akan
bahwa sebagian besar (79,2%) responden, baik laki- meningkatkan kadar gula dan kalori dalam tubuh
laki maupun perempuan menyatakan bahwa mereka sehingga dapat memperburuk penyakit diabetes25.
sering terpapar oleh asap rokok yang diakibatkan Berdasarkan penelitian yang menunjukkan bahwa
oleh aktivitas merokok orang lain disekitarnya 21. ada hubungan konsumsi alkohol dengan penyakit
Dilihat dari berbagai sudut pandang, perilaku diabetes mellitus (ρ=0,005) dengan nilai OR sebesar
merokok merupakan hal yang sangat merugikan, baik 0,40 artinya yang mengkonsumsi alkohol memilki
untuk sendiri maupun bagi orang lain yang ada di kecenderungan 0,40 kali untuk mengalami diabetes
sekelilingnya. Sehingga sudah sewajarnya apabila mellitus26.
perilaku merokok untuk dihindari agar terjauh dari Konsumsi alkohol dikategorikan menjadi dua
risiko penyakit tidak menular. kategori yaitu konsumsi alkohol dan konsumsi tidak
Konsumsi Alkohol alkohol.Perilaku konsumsi alkohol dapat terjadi
Alkohol merupakan zat psikoaktif dengan disemua lapisan masyarakat termasuk mahasiswa.
memproduksi substansi yang buat ketergantungan Penyalahgunaan alkohol pada remaja menurut
pengkonsumsinya.Konsumsi alkohol adalah konsumsi Laporan Status Global mengenai alkohol dan
minuman yang mengandung zat etanol antara lain kesehatan tak kurang dari 320.000 orang antara usia
adalah bir, wine, anggur sprit, fermentasi sari buah 15-29 tahun meninggal setiap tahun karena berbagai
atau minuman setempat seperti tuak, poteng cap penyebab terkait alkohol27.
tikus, topi miring. Mengonsumsi alkohol secara terus- Hasil penelitian sebelumnya tentang
menerus dalam jumlah yang tidak dibatasi akhirnya perilaku mengkonsumsi minuman beralkohol pada
akan menimbulkan banyak masalah kesehatan. Hal mahasiswa bahwa dari 39 mahasiswa (100%) yang
tersebut diperkuat dengan penelitian yang dilakukan mengkonsumsi minuman beralkohol, sejumlah 16
tentang pola konsumsi alkohol dan hubungan dengan mahasiswa (41%) mudah terserang penyakit akibat
penyakit tidak menular pada usia 15-87 tahun, mengkonsumsi minuman beralkohol, 19 mahasiswa
menunjukkan bahwa penyakit tidak menular secara (49%) berat badan menurun akibat mengkonsumsi
signifikan mempunyai hubungan dengan peminum minuman beralkohol, dan 20 mahasiswa (51%)
berat (4 atau lebih gelas perkesempatan) dengan ρ kurang bertenaga akibat mengkonsumsi minuman
value 0,000124. beralkohol27.
Alkohol yang masuk kedalam tubuh kita Hasil penelitian yang telah dilakukan di
akan dicerna dan diserap oleh darah untuk diedarkan Universitas Halu Oleo dari 380 responden yang
keseluruh organ, termasuk otak, dan menekan sistem diteliti terdapat 40 mahasiswa (10,5%) yang
saraf pusat yang ada dalamnya. Jika dikonsumsi konsumsi alkohol dan mahasiswa yang tidak
dalam jumlah banyak dan berlebihan, zat ini bisa konsumsi alkohol sebanyak 340 responden (89,5%).

7
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.6/ MEI 2017; ISSN250-731X ,
Dari ke 40 mahasiswa yang mengkonsumsi alkohol dianggap memiliki perilaku berisiko karena konsumsi
mayoritas berjenis kelamin laki-laki.Artinya alkohol yang berlebihan pada satu kesempatan sudah
mahasiswa di Universitas Halu Oleo saat ini belum merusak kesehatan4.
bisa dikatakan mempunyai faktor risiko penyakit Pola Makan
tidak menular. Hal ini sejalan dengan penelitian yang Frekuensi Makan/minum Pemicu PTM
dilakukan sebelumnya, dari 349 mahasiswa (100%) Masa remaja merupakan masa dimana
yang menjadi sampel hanya terdapat 39 mahasiswa terjadi perubahan gaya hidup yang mempengaruhi
(11%) yang mengkonsumsi minuman beralkohol. perubahan pola makan. Remaja cenderung memilih
Walaupun saat ini remaja dikatakan masih kurang makanan yang mengandung tinggi lemak, tinggi
konsumsi alkohol bukan berarti remaja tidak memiliki natrium, tinggi gula, rendah serat, dan tinggi kafein,
risiko penyakit tidak menular27. padahal makanan/minuman yang memiliki
Remaja pada umumnya, khususnya kandungan seperti itu dapat memicu terjadinya
mahasiswa mempunyai kebiasaan minum-minuman penyakit tidak menular.
keras dengan berbagai macam faktor pendorongya Hasil food frecuency questionare (FFQ)
dimulai dari coba-coba, karena solidaritas terhadap dalam penelitian ini menujukkan bahwa mahasiwa
teman, sebagai pencarian identitas diri, ataupun yang sering konsumsi jenis makanan yang
sebagai bentuk pelarian diri dari masalah yang mengandung gula adalah sebanyak 274 mahasiswa
dihadapi. Pernyataan tersebut diperkuat hasil (72,1 %) sedangkan yang jarang mengkonsumsi
penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa sebanyak 106 (27,9 %). Untuk jenis makanan yang
faktor-faktor yang mendorong kalangan remajan mengandung natrium (garam) dengan kebiasaan
mengkonumsi minuman beralkohol karena rasa ingin sering sebanyak 133 mahasiswa (35,0 %) dan dengan
tahunya dalam hal coba-coba dengan kebiasaan kebiasaan jarang sebanyak 247 (65,0 %). Dan untuk
mengkonsumsi minuman beralkohol dengan kategori jenis makanan yang menandung tinggi lemak dengan
rendah 33,3 %, dan kategori tinggi 66,7 % 28. kebiasaan sering sebanyak 211 (55,5 %) dan dengan
Hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya kebiasaan jarang sebanyak 169 (45,5 %). Untuk jenis
yang menyatakan bahwa responden yang minuman yang mengandung kafein sendiri
mengkonsumsi alkohol dikarenakan ada masalah menunjukkan bahwa mahasiswa yang mempunyai
besar dalam kehidupannya sebesar 39,5% 29. Selain kebiasaan sering konsumsi minuman mengandung
itu faktor penyebab mahasiswa mengkonsumsi kafein sebanyak 167 (43,9 %) dan mahasiswa yang
minuman alkohol 49% karena terdorong konsumsi mempunyai kebiasaan jarang konsumsi minuman
minuman alkohol, dan 77% mudah terpengaruh30. mengandung kafein sebanyak 213 (56,1 %).
Dan berdasarkan penelitian yang dilakukan Hal tersebut menunjukkan bahwa
sebelumnya dikarenakan pengaruh teman sebaya mahasiswa cenderung sering konsumsi jenis
sebesar 0,51%, dan suasana hati rendah 1,04%31. makanan yang mengandung gula, mengandung
Lingkungan pergaulan sangat berpengaruh natrium, dan tinggi lemak. Selain itu mahasiswa
besar terhadap remaja khususnya dalam konsumsi cenderung konsumsi minuman berkafein. Artinya
minuman beralkohol, cenderung pengaruh teman. mahasiswa tersebut cenderung mempunyai risiko
Selain itu, ketersediaan minuman beralkohol begitu terkena penyakit tidak menular.
mudah didapatkan. Mahasiswa di Universitas Halu Hasil penelitian sebelumnya menyatakan
Oleo sebagian besar menyatakan bahwa mereka bahwa faktor risiko perilaku penyakit tidak menular,
mempunyai kebiasaan konsumsi alkohol di kos. Hal menyatakan bahwa konsumsi makanan tinggi kalori
tersebut sejalan dengan penelitian yang30, seperti makanan olahan yang tinggi lemak dan gula
menunjukkan bahwa mahasiswa biasa konsumsi cenderung menyebabkan obesitas sehingga berisiko
alkohol di kos sebesar 47, 3%. terkena penyakit jantung koroner dan diabetes
Meminum-minuman keras dalam jumlah mellitus tipe 2. Sedangkan untuk garam sendiri jika
banyak menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan dikonsumsi keseringan dan berlebihan maka akan
fisik seperti gangguan otak dan kanker hati sehingga meningkatkan tekanan darah dan berisiko terkena
mengakibatkan koma bahkan kematian. Berdasarkan penyakit kardiovaskular34.
hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa rata- Aktivitas Fisik
rata mengkonsumsi alkohol yang berkadar rendah Aktivitas Aktivitas fisik adalah pergerakan
sebanyak 33 responden (82,5 %) dari 40 responden anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran
mahasiswa yang menyatakan konsumsi alkohol tenaga secara sederhana yang sangat penting bagi
dalam 30 hari terakhir, dengan rata-rata jumlah yang pemeliharaan fisik, mental dan kualitas hidup sehat.
dikonsumsi setiap kali sebanyak 1 botol paling Dimana dengan melakukan latihan fisik secara baik,
banyak. Dalam peneltian yang melaporkan bahwa benar dan teratur akan melatih otot dan sendi serta
jumlah konsumsi alkohol satu atau lebih segalas memperlancar peredaran darah dan oksigen dalam

8
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.6/ MEI 2017; ISSN250-731X ,
tubuh sehingga metabolisme tubuh menjadi optimal. diabetes, dan masalah kesehatan lain yang akan
Sehingga membantu seorang mengontrol berat timbul. Oleh sebab itu, remaja hendaknya dapat
badan, mencegah meningkatnya kolesterol dan kadar mempertahankan aktivitas mereka pada tingkatan
gula dalam darah serta mencegah terjadinya yang cukup sehingga menghindarkan mereka dari
hipertensi, kardiovaskular, DM tipe 2, dan berbagai risik beberapa jenis penyakit PTM.
jenis kanker17. Kegemukkan
Hal tersebut diperkuat dengan beberapa Kegemukkan atau obesitas adalah kondisi
penelitian. Dimana berdasarkan tentang faktor risiko dimana berat badan seseorang melebihi berat badan
penyakit kardiovaskular berbasis sekolah bahwa normal atau berat badan ideal bagi dirinya, karena
hubungan antara aktivitas fisik yang buruk dengan asupan energi yang masuk ke dalam tubuh lebih
kejadian penyakit kardiovaskular pada remaja besar dari yang dibutuhkan. Salah satu cara untuk
(p=0,002) dengan nilai keeratan hubungan 2,121, dan menilai status obesitas seseorang dengan melihat
juga berdasarkan hasil analisis regresi logistik Indeks Massa tubuh (IMT)-nya. Indeks ini merupakan
didapatkan hasil bahwa aktivitas fisik yang buruk perbandingan antara berat badan (kg) dengan
berisiko 2 kali lipat menyebabkan penyakit kuadrat tinggi badan (m2). Untuk Indonesia,
kardiovaskular17. Dan juga berdasarkan hasil seseorang dikatakan obesitas apabila IMT ≥ 30,0 dan
penelitian dalam jurnal Physical activity and breast dikatakan overweight atau kegemukkan jika IMT ≥23-
cancer risk in Chinese women menyatakan bahwa <30, keduanya merupakan kelompok yang berisiko
aktifitas fisik sangat mempengaruhi kejadian kanker terhadap berbagai jenis PTM.
payudara pada wanita Cina. Dalam hasil Orang dengan kelebihan berat badan atau
penelitiannya dikatakan bahwa semakin tinggi obesitas memiliki efek metabolik yang buruk pada
aktifitas fisik yang dilakukan maka akan semakin kecil tekanan darah, kolesterol, trigliserida, dan resistensi
resiko terkena kanker payudara dan demikian insulin. Risiko penyakit jantung koroner, stroke
sebaliknya32. iskemik, dan diabetes mellitus tipe 2 terus meningkat
Selain itu, penelitian juga dilakukan tentang seiring dengan meningkatnya IMT34.
faktor risiko diabetes mellitus di Indonesia Penelitian yang dilakukan tentang prevalensi
menunjukkan bahwa dari hasil uji statistik didapatkan faktor risiko kardiovaskular di kalangan remaja
nilai ρ value sebesar 0,000 yang berarti ada membuktikan bahwa asosiasi kardiovaskular faktor
hubungan yang signifikan antara tingkat aktivitas fisik risiko bmi khusunya badan berat lebih ditemukan
dengan kejadian diabetes mellitus dengan analisis secara statistic siginifikan pada p<0,0535. Hal ini
responden yang kurang aktif memiliki risiko terkena sejalan dengan penelitian yang dilakukan tentang
diabetes 2,3 kali lebih besar dibanding kelompok faktor risiko penyakit kardiovaskular berbasis sekolah
sangat aktif33. bahwa terdapat hubungan antara berat badan lebih
Aktivitas fisik dapat mengontrol gula darah. dengan kejadian penyakit kardiovaskular pada
Glukosa akan diubah menjadi energi pada saat remaja (p=0,000) dengan keeratan hubungan 5,874
beraktivitas fisik. Aktivitas fisik mengakibatkan insulin dan diperkuat dengan hasil analisis regresi logistic
semakin meningkat sehingga kadar gula darah akan bahwa berat badan lebih mempunyai risiko 6 kali
berkurang. Pada orang yang jarang berolahraga, zat lebih besar menyebabkan kejadian penyakit
makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar kardiovaskular pada remaja di Ponogoro 17.
tetapi ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Penyakit kardiovaskular berhubungan
Jika insulin tidak mencukupi untuk mengubah glukosa dengan obesitas dikarenakan orang kegemukkan/
menjadi energi maka akan timbul diabetes mellitus20. obesitas ada gangguan metabolisme sehingga energi
Sebagian besar aktivitas fisik remaja di tubuh dibawa ke hati untuk diubah menjadi lemak,
Universitas Halu Oleo kurang aktif, hal ini dibuktikan hal ini akan meningkatkan kadar lipid darah. Hal
dengan penelitian yang telah dilakukan bahwa dari tersebut membuat obesitas cenderung mempunyai
380 responden mahasiswa di Universitas Halu Oleo kolesterol total dan LDL yang lebih tinggi. Kolesterol
Kendari, terdapat jumlah mahasiswa dengan aktivitas LDL yang tinggi dalam darah akan sangat mudah
fisik aktif sebanyak 166 responden (43,7%), berubah bentuk dan sifatnya sehingga akan dianggap
sedangkan aktivitas fisik kurang aktif sebanyak 214 sebagai benda asing oleh tubuh dan akan
responden (56,3%). Walaupun sebagian besar difagositosis oleh sel-sel makrofag yang berperan
mahasiswa Universitas Halu Oleo memiliki aktivitas untuk mengeluarkan zat-zat yang sudah tidak
fisik yang kurang, namun hal ini belum bisa dikatakan berguna lagi atau berbahaya bagi tubuh. Sel-sel
bahwa mahasiswa Universitas Halu Oleo berisiko makrofag ini kemudian akan berubah menjadi sel-sel
terhadap penyakit tidak menular. busa (foam cell) yang dapat mengendap pada lapisan
Aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin dinding pembuluh arteri dan membentuk sumbatan-
dapat membantu mencegah penyakit jantung, sumbatan. Proses penyumbatan ini dikenal sebagai

9
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.6/ MEI 2017; ISSN250-731X ,
arterosklerosis, yang kemudian berlanjut menjadi dengan mempertahankan berat badan normal
penyakit jantung koroner17. memungkinkan seseorang dapat mencapai usia
IMT yang meningkat juga meningkatkan harapan hidup yang lebih panjang36.
risiko kanker payudara, kanker kolon, kanker prostat, Hipertensi
kanker endometrium, kanker ginjal, dan kanker Tekanan darah adalah kekuatan yang
hati34. Hal tersebut diperkuat sebuah penelitian yang ditimbulkan oleh jantung yang berkontraksi seperti
dilakukan sebelumnya yang menyebutkan bahwa pompa, untuk mendorong agar darah terus mengalir
orang yang mengalami obesitas akan mempunyai ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Hipertensi
risiko yang lebih besar untuk menderita kanker merupakan gejala peningkatan darah yang
tertentu. Berdasarkan relative risk, tipe kanker colon mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang
dan rectum (laki-laki) mempunyai tingkat risiko 1,5- dibawah oleh darah terhambat sampai ke jaringan
2,0 (moderate), clon dan rectum (wanita) 1,2-1,5 tubuh yang membutuhkan37. Hipertensi menjadi
(weak), endometrium 2,0-3,5 (moderate sampai masalah kesehatan utama karena prevalensinya yang
tinggi), ginjal 2,0 (moderate), esophagus 2,0-3,0 terus meningkat dan hubungannya dengan
(moderate)11. peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, dan
Hasil penelitian yang dilakukan tentang diabetes mellitus10.
faktor risiko diabetes mellitus di Indonesia bahwa Hasil penelitian yang menyatakan bahwa
responden yang memiliki berat badan badan lebih kejadian penyakit jantung koroner pada hipertensi
mempunyai risiko 4,2 kali lebih besar untuk terkena sering dan secara langsung berhubungan dengan
diabetes mellitus dibanding kelompok responden tingginya tekanan darah sistolik, hal ini disebabkan
yang kurus33. Adanya pengaruh IMT terhadap angina pektoris, insufisiensi koroner dan miokard
diabetes mellitus disebabkan karena tingginya infark11. Dan berdasarkan penelitian sebelumnya
konsumi karbohidrat, lemak dan protein serta menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna
kurangnya aktivitas fisik. Peningkatan kadar asam antara hipertensi dengan kejadian penyakit jantuung
lemak bebas ini akan menurunkan translokasi koroner pada penderita DM tipe 2 ρ=0,00737. Hal ini
transpoter glukosa ke membran plasma, dan sejalan dengan penelitian yang dilakukanpada pasien
menyebabkan terjadinya resistensi insulin pada rawat inap khusus jantung di Sumatera Barat bahwa
jaringan otot dan adipose20. ada hubungan yang bermakna antara riwayat
Obesitas/kegemukkan tidak hanya hipertensi dengan kejadian penyakit jantung koroner
ditemukan pada penduduk dewasa tetapi juga pada dengan ρ=0,00138.
anak-anak dan remaja. Berdasarkan survei Diabetes mellitus mempunyai hubungan
kegemukkan yang dilakukan pada anak remaja akhir yang erat dengan hipertensi, karena memiliki efek
mahasiswa-mahasiswi Universitas Halu Oleo Kendari yang sama dimana jika terjadi peningkatan volume
tahun 2017 menunjukkan bahwa dari dari 380 cairan maka diabetes meningkatkan jumlah total
mahasiswa di Universitas Halu Oleo Kendari, terdapat cairan dalam tubuh, dan cenderung meningkatkan
jumlah mahasiswa dengan status kegemukkan tekanan darah. Selain itu, jika terjadi peningkatan
sebanyak 83 responden (21,8%), dan status tidak kekakuan arteri maka diabetes dapat menurunkan
kegemukkan sebanyak 297 responden (78,2%). kemampuan pembuluh darah untuk meregang,
Kejadian overweight/kegemukkan ini lebih banyak namun meningkatkan tekanan darah rata-rata. Dan
ditemukan pada responden yang berjenis kelamin jika gangguan penanganan insulin maka perubahan
laki-laki sebanyak 51 responden (61,4 %). Hal ini dalam cara tubuh memproduksi dan menangani
sejalan dengan penelitian sebelumnya menunjukkan insulin dapat langsung menyebabkan peningkatan
bahwa kelebihan berat badan dan obesitas lebih tekanan darah.
banyak dijumpai pada laki-laki daripada perempuan Hal ini dibuktikan dengan penelitiantentang
terutam mulai usia remaja dimana sebesar 22,7% 21. faktor risiko diabetes mellitus di Indonesia dari hasil
Hal ini kemungkinan disebabkan karena laki-laki uji statistik didapatkan nilai p sebesar 0,000 yang
cenderung lebih banyak menghabiskan waktu berarti ada hubungan yang signifikan antara
senggangnya untuk aktivitas santai. hipertensi dengan kejadian diabetes mellitus, dimana
Sebagian besar mahasiswa Universitas Halu analisis odds rasio bahwa responden yang
Oleo belum bisa dikatakan mempunyai risiko mempunyai risiko 3,2 kali lebih besar mengalami
terhadap penyakit tidak menular. Hal ini dikarenakan diabetes dibanding responden yang tidak
kategori IMT mahasiswa Universitas Halu Oleo adalah hipertensi33.
kebanyakan tidak bersatus kegemukan. Berat badan Hipertensi dan pra hipertensi yang tinggi di
kurang, dapat meningkatkan resiko terhadap antara remaja mencerminkan perubahan kejadian
penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan penyakit tidak menular pada zaman sekarang. Dalam
meningkatkan penyakit degeneratif. Untuk itu penelitian ini menunjukkan bahwa dari 380

10
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.6/ MEI 2017; ISSN250-731X ,
responden mahasiswa di Universitas Halu Oleo kebiasaan konsumsi rokok, konsumsi alkohol,
Kendari, terdapat jumlah mahasiswa dengan status aktivitas fisik yang kurang.
hipertensi sebanyak 53 responden (13,9%), dan 4. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk
status tidak hipertensi sebanyak 327 responden mengembangkan penelitian tentang faktor risiko
(86,1%). Temuan ini tidak konsisten dengan bersama pada penyakit tidak menular uatama
penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode analitik mengingat
prevalensi hipertensi pada kelompok remaja penelitian ini masih jarang dilakukan serta masih
ditemukan hanya 7%39. memiliki banyak kelemahan. Misalnya dengan
memperluas faktor risiko yang dteliti meliputi
SIMPULAN pengukuran kadar gula darah sewaktu dan
1. Faktor risiko konsumsi rokok,berdasarkan kolesterol, serta mengembangkan instrument
perilaku konsumsi rokok menurut kebiasaan penelitian yang digunakan.
merokok pada mahasiswa di Universitas Halu oleo
mayoritas responden tidak mempunyai kebiasaan DAFTAR PUSTAKA
merokok. Dari mahasiswa Universitas Halu Oleo 1. Irianto, Koes. 2014. Epidemiologi Penyakit
yang menyatakan merokok mayoritas perokok Menular dan Tidak Menular Panduan Klinis.
ringan dengan jenis rokok yang sering dikonsumsi Alfabeta. Bandung.
jenis rokok filter. Namun berdasarkan penelitian 2. Anies, 2006. Waspada Ancaman Penyakit Tidak
seluruh responden yang diteliti menyatakan Menular Solusi Pencegahan dari Aspek Perilaku
bahwa sering terkena paparan asap rokok. dan Lingkungan. Elex Media Komputindo. Jakarta.
2. Faktor risiko kosumsi alkohol, konsumsi alkohol 3. World Health Organization. 2015.
pada mahasiswa di Universitas Halu oleo Noncommunicable Diseases.
mayoritas tidak konsumsi alkohol dalam 1 bulan (http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs3
terakhir. 55/en/. Diakses pada tanggal 2 November 2016.
3. Faktor risiko aktivitas fisik, aktivitas fisik pada 4. Nunes, HEG., Gonçalves, ECDA.,Vieira, JAJ., Diego
mahasiswa di Universitas Halu oleo sebagian Augusto Santos Silva,DAS. 2016. Clustering of Risk
besar memiliki aktivitas fisik yang kurang dengan Factors for NonCommunicable Diseases among
proporsi sebesar. Adolescents from Southern Brazil. PLoS ONE, 11
4. Faktor risiko hipertensi, mahasiswa di Universitas (7): e0159037doi: 10.1371/journal.pone.
Halu oleo sebagian besar responden tidak 0159037.
bersatus hipertensi 5. Kemenkes RI. 2015. Data Faktor Risiko Penyakit
5. Faktor risiko kegemukkan, indeks massa tubuh Tidak Menular. Jakarta: Departemen Kesehan RI.
pada mahasiswa di Universitas Halu oleo 6. Badan Penelitian dan Pembangunan Kesehatan.
Sebagian besar responden tidak berstatus 2013. Laporan Hasil Riset Dasar Kesehatan Dasar
kegemukkan. (RISKESDAS) Indonesia Tahun 2013. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
SARAN 7. Dinkes Kota Kendari. 2015. Laporan Penemuan
1. Bagi pemerintah, Dinas Kesehatan, dan unit Kasus Penyakit Tidak Menular Di Kota Kendari.
pelayanan kesehatan setempat, untuk melakukan Kendari.
upaya pencegahan terhadap faktor risiko penyakit 8. Bustan, MN. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak
tidak menular di usia sedini mungkin berupa Menular. PT Rineka Cipta. Jakarta.
penyuluhan kepada masyarakat guna 9. Irwan, 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang Menular. Deepublish. Yogyakarta.
akan pentingnya pencegahan faktor risiko 10. World Health Organization. 2003. The WHO
2. Bagi Universitas Halu oleo, diharapkan agar Stepwise Approach to Surveillance of
meningkatkan pemberian informasi tentang Noncommunicable Diseases (STEPS). Switzerland
kesehatan baik dari setiap fakultas maupun :Noncommunicable Diseases and Mental Health
kerjasama dengan sector terkait, misalnya World Health Organization 20 Avenue Appia.
melakukan penyuluhan ata seminar-seminar 11. Septyarini, Putri. 2015. Survei Beberapa Faktor
tentang akan bahayanya faktor risiko penyakit Risiko Penyakit Tidak Menular di Kabupaten
tidak menular terhadap tubuh. Rembang (Studi pada Sukarelawan). Jurnal
3. Bagi remaja diharapkan dapat meningkatkan Kesehatan Masyarakat (e-Journal), Volume 3,
pengeteahuan tentang berbagai faktor risiko Nomor 1, Januari 2015 (ISSN: 2356-3346).
penyakit tidak menular. Dan disarankan remaja 12. Notoatmodjo. 2012. Metode Penelitian
dapat lebih selektif dalam mencari tahu informasi Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
apa dampak yang dtimbulkan jika memilki 13. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan

11
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.6/ MEI 2017; ISSN250-731X ,
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Hidayatullah Jakarta. Jakarta.
ALFABETA. Bandung. 27. Priangguna, Candra. 2015. Consume Alcohol
14. Asizah, Nur. 2015. Faktor Individu yang Behavior Students Faculty Of Education Surabaya
Berhubungan dengan Tindakan Merokok State University. Jurnal BK UNESA. Volume 05
Mahasiwa di Universitas Hasanuddin. Skripsi. Nomor 01 Tahun 2015, 50-56.
Universitas Hasanuddin. Makassar. 28. Dahlan, M. 2011. Minuman Keras Di Kalangan
15. Simbolon, Demsa., Desri Sryani., Yandrizal. 2016. Remaja Di Dusun Nologaten Catur Tunggal,
Deteksi Dini Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular. Yogyakarta.
Deepublish. Yogyakarta. 29. Kalara, N., Siswanto, Y., Pranowowati, P. 2014.
16. Mwai, D., Murithii, M. 2015. Non-Communicable Gambaran Perilaku Konsumsi Alkohol Pada
Diseases Risk Factors And Their Contribution To Mahasiswa. PSKM STIKES Ngudi Waluyo.
NCD Incidences In Kenya. Vol.11. No.30. 30. Nento, N. 2013. Faktor-Faktor Kebiasaan
17. Nurhidayat, Saiful. 2014. Faktor Risiko Penyakit Mengkonsmsi Minuman Beralkohol Pada Remaja
Kardiovaskular Berbasis Sekolah. UNMUH Di Desa Timbuolo Kecamatan Botupinggae
Ponorogo PressPonorogo. Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo.
18. Sukmana, T. 2016. Mengenal Rokok dan Jurnal. Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas
Bahayanya. Be Hampion. Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan,
19. Huncharek, M., Haddock, KS., Reid, R., Kupelnick, Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.
B. 2010. Smoking As A Risk Factor For Prostate 31. Natasa, D., Jelena, B., Marina, K. 2011. Alcohol
Cancer: A Meta-analysis Of 24 Prospective Cohort Consumption Among Adolescents In Kraljevo,
Studies. Journal Public Health. 2010 Serbia. Central European Journal Of Medical. 6(3).
Apr;100(4):693-701. doi:10. 2105/AJPH.2008. 2011. 363-371. DOI: 10.248/s11536-011-0026-0.
150508. 32. Pronk, et. al. 2011. Physical Activity and Breast
20. Betteng, R., Pangemanan, D., Mayulu, N. 2014. Cancer Risk In Chinese Women. Journal
Analisis Faktor Risiko Penyebab Terjadinya ebscohost.
Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Wanita Usia 33. Garnita, Dita. 2012. Faktor Risiko Diabetes
Produktif Dipuskesmas Wonasa. Jurnal e- Mellitus Di Indonesia (Analisis Data Sakerti 2007).
Biomedik (eBM), Volume 2, Nomor 2 Juli 2014. Skripsi. Universitas Indonesia.
21. Rosanti, C. 2010. Gambaran Perilaku Berisiko 34. Nur, Nida Nabila., Efrida W. 2016. Faktor Risiko
sebagai Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular Penyakit Tidak Menular. Majority, vol, 5 no.2.
(Studi pada Remaja di 4 Sekolah Menengah 35. Kaur., Sumanpreet. 2016. A descriptive Study To
Tingkat Atas Kota Semarang). Skripsi. Universitas Assess The Prevalence OF Cardiovaskular Risk
Dipenogoro. Semarang. Factors Among Adolescents In Selected Schools
22. Sari, FPC. 2016. Perilaku Diet sebagai Fakt Tidak Of Banga, District Shaheed Bhagat Singh Nagar
Menular pada Mahasiswa Universit or Risiko Punjab. Asian Journal of Nursing education and
terhadap Penyakit as Muhammadiyah Yogyakarta. Researc, Vol. 6, No.3, Jul-sep 2016: 361-370
KTI. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 36. Angraini, RD. 2014. Hubungan Indeks Massa
Yogyakarta. Tubuh (IMT), Aktivitas Fisik, Konsmsi Buah, Sayur
23. Rahim, HFA., Sibai, A., Khader, Y., Hwalla, N., dan Kejadian Hipertensi Pulau Kalimantan
Fadhil, I., Alsiyabi, H., Mataria, A., Mendis, S., (Analisis Data Riskedas). Skripsi. Universits Esa
Makdas, AH. 2014. Health In The Arab World:A Unggul. Jakarta.
View from Within 2 Non-Communicable Diseases 37. Khasanah, Nur. 2012. Waspadai Beragam
In The Arab World. Thelanced, Vol 383. Penyakit Degeneratif Akibat Pola Makan. Laksana.
24. Wakabayashi, M., McKetin, R., Banwell, C., Yogyakarta.
Vasoontara Y., Kelly, M. 2015. Alcohol 38. Elytha, F. 2012. Faktor-Faktor Yang
Consumption Patterns In Tahiland And Their Mempengaruhi Penyakit Jantung Koroner Di RS
Relationship With Non-Communicable Disease. Khusus Jantung Sumbar. Jurnal Kesehatan
BMC Public Health (2015) 15:1297. DOI Masyarakat. Volume 8/No. 1:15.
10.1186/s12889-015-2662-9. 39. Anand, T., Ingle, GK., Meena., GS., Kishore, J.,
25. Welch, C. 2011. Balance Your Hormones, Balance Kumar, R.. 2014. Hypertension And Its Correlates
Your Life. Penebar Plus Imprint dan Penebar Among School Adolescents In Delhi. International
Swadaya: Depok. Journal Of Preventive Medicine.
26. Wahyuni, Sri. 2010. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Penyakit Diabetes Mellitus
(DM) Daerah Perkotaan di Indonesi Tahun 2007.
Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif

12
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.6/ MEI 2017; ISSN250-731X ,

13

Anda mungkin juga menyukai