Oleh :
Dr Ir Drs H Iskandar Muda Purwaamijaya, MT
Gambar 12. Koordinat (X,Y) dan tinggi (Z) yang telah disalin di Worksheet Surfer.
3. Pilih menu “Grids” dan gunakan file tachymetri.dat untuk dibuat informasi 3 dimesi
dengan metode interpolasi “Gridding Method” tertentu. Krigging adalah salah satu
metode interpolasi yang dapat dipilih.
Gambar 14. Peta garis kontur Tachymetri.grd yang diperoleh dari hasil interpolasi
pengukuran tachymetri (Tachymetri.dat)
5. Hasil proses kompilasi data tachymetri (X,Y,Z) dengan interpolasi Krigging
menghasilkan “Gridding Report” dengan format Tachymetri.grd. File Tachymetri.grd
dapat disajikan dalam berbagasi macam bentuk informasi 3 dimensi dengan memilih
menu “File” kemudian “New”, buka “Plot Document”. Pilihan “Plot Document” dapat
berupa “Contour Map”, “Post Map”, “3 D Surface Map”, “Color Relief Map”, “Shaded
Relief Map”, “Grid Values Map”, “Watershed Map”, “Grid-vector Map”, “Point-Cloud
Map”.
Gambar 15. Peta kontur dari file Tachymetri.grd dan post map dari file Tachymetri.dat
6. Peta kontur dan post map diubah (export) menjadi format dxf (AutoCAD dxf drawing)
Tachymetri.dxf dengan memilih “File” kemudian “Export”.
Gambar 16. Proses “Export” peta kontur dan post map menjadi format dxf AutoCAD.
7. Jendela (window) perangkat lunak Golden Surfer diminimumkan, perangkat lunak
Autodesk Map dibuka. File Tachymetri.dxf dimasukkan ke dalam lingkungan map
window Autodesk Map dengan perintah dxfin.
Gambar 16. Map Window Autodesk Map untuk menampilkan file format dxf menjadi dwg
8. Jendela (window) perangkat lunak Autodesk Map diminimumkan, perangkat lunak
Google Earth dibuka. Lokasi pengukuran dicari sehingga citra satelit lokasi pengukuran
akan tampil di layar komputer. Perbesar (zoom) lokasi pengukuran sampai dengan skala
optimum. Lokasi pengukuran dicetak layar (screen shoot/print screen).
Gambar 18. Map Window pengelola grafis Paint Brush yang menampilkan lokasi pengukuran
10. Map Window Autodesk Map dimaksimumkan, file citra satelit lokasi pengukuran
ditampilkan di Map Window Autodesk Map dengan perintah Insert-Raster Image.
Gambar 19. Citra satelit Google Earth lokasi pengukuran yang telah ditandai titik-titik ikat.
11. Citra satelit Google Earth lokasi pengukuran yang telah ditandai titik-titik ikatnya
dikonversi koordinatnya dari koordinat citra satelit ke koordinat tanah UTM (Universal
Transverse Mercator) dengan menu Map-Tools-Rubber Sheet. Titik ikat pertama
ditandai tengahnya dengan cursor untuk memasukkan koordinat citra satelitnya,
kemudian masukkan koordinat UTM dari hasil pengolahan data pengukuran KDH
(Kerangka Dasar Horisontal) di lapangan, kemudian titik ikat selanjutnya sampai
dengan titik ikat terakhir, kemudian tekan kunci enter. Citra satelit Google Earth akan
hilang dari tampilan layar dan berpindah ke koordinat tanah UTM. Citra satelit Google
Earth dalam koordinat UTM ditampilkan di Map Window dengan perintah Zoom
Extent.
Gambar 20. Citra satelit Google Earth dalam koordinat UTM yang ditampilkan di Map
Window Autodesk Map
12. Citra satelit Google Earth dalam koordinat UTM tumpang tindih (overlay) dengan garis
kontur dari hasil pengolahan data tachymetri perangkat lunak Golden Surfer. Citra
satelit Google Earth format data raster dikonversi menjadi format data vektor melalui
pekerjaan digitasi. Layer data vektor dibuat sesuai tema layer bangunan, jalan, saluran,
vegetasi. Layer vektor dibuat dengan memilih polyline (pline). Topologi digitasi yaitu
model hubungan matematis antara feature, yaitu : closure, connectivity, contiguity
harus diimplementasikan. Closure dengan close, connectivity dengan snap (end of,
near, mid of), contiguity dengan pemilihan start point (direction, left address, right
address). Sifat garis kontur yaitu tidak boleh digambar jika melalui bangunan
diimplementasikan dengan perintah pemotongan (trim).
13. Ukuran kertas ditetapkan, misalnya A3 (297 mm x 420 mm). Orientasi kertas adalah
landscape karena d > Hmaksimum.
14. Margin luar ditetapkan ukurannya (misal 10 mm).
15. Legenda diletakkan di sebelah kanan dengan lebar tertentu (misal 50 mm) pada posisi
kertas landscape atau portrait.
16. Margin dalam ditetapkan ukurannya (misal 10 mm).
17. Tabel informasi geometrik dibuat dengan ukuran tertentu (misal 420-90= 330 mm) arah
panjang dan 50 mm arah tinggi.
18. Margin dalam antara tabel dan sumbu X gambar ditetapkan (misal 40 mm).
19. Sumbu X (informasi jarak horisontal) dan sumbu Y (informasi tinggi) dibuat di atas
tabel informasi geometrik kiri atas dengan spasi tertentu.
20. Skala horisontal ditetapkan dengan rumus :
Panjang muka gambar bersih (net) dalam cm = d (dalam meter)
Misal : 33 cm = 500 meter atau 1 = 500.100 cm / 33 cm atau 1 = 1.515,1515
Skala horisontal ditetapkan menjadi 1 : 1.550 atau 1 cm = 1.550 cm = 15,5 meter.
Skala vertikal ditetapkan dengan rumus :
Tinggi muka gambar bersih (net) dalam cm = Hmaksimum (dalam meter)
Misal : 19,7 cm = 10 meter atau 1 = 10.100 cm / 19,7 cm atau 1 = 50,7614
Skala vertikal ditetapkan menjadi 1 : 55 atau 1 cm = 55 cm = 0,55 meter.
Skala vertikal dibuat lebih besar dari pada skala horisontal agar naik turunnya
permukaan tanah dapat terlihat.
21. Plot interval jarak tertentu pada sumbu X dan jarak setiap slag, jarak belakang dan muka
slag.
22. Plot interval tinggi tertentu pada sumbu Y dan tinggi titik terendah dalam bilangan
bulat, tinggi titik awal sampai dengan titik akhir.
23. Plot tinggi rambu ukur dan garis bidik di titik awal sampai dengan titik terakhir. Tinggi
garis bidik rambu belakang dan rambu muka dihubungkan. Teropong alat waterpass
digambarkan pada titik pertemuan garis bidik rambu belakang, rambu muka, garis
vertikal jarak belakang dan muka.
24. Titik-titik tinggi patok dihubungkan dengan garis dan diarsir bagian bawah garis
dengan garis-garis miring bersudut 45o dengan kerapatan tertentu.
25. Tabel informasi geometrik diisi dengan jarak belakang, jarak muka, beda tinggi, tinggi
titik dan kemiringan.
26. Legenda peta diisi dengan keterangan-keterangan pengukuran, instansi, para pelaksana,
pemeriksa pekerjaan, waktu, lokasi, logo lembaga.
27. Gambar dilengkapi dengan skala grafis/numeris vertikal dan horisontal.
Tabel 1. Contoh tabel hasil pengolahan data pengukuran metode tachymetri titik-titik detail
(Hasil pengukuran mahasiswa S1 Departemen Pendidikan Teknik Sipil FPTK UPI)
Gambar 21. Hasil penggambaran pengukuran tachymetri titik-titik detail
(Hasil pengukuran mahasiswa S1 Departemen Pendidikan Teknik Sipil FPTK UPI Bandung)
1. Type pesawat theodolite.
Bagian umum theodolite, sampai pada tingkat-tingkat tertentu, berbagai macam
theodolite mempunyai perbedaan baik bagian dalamnya, maupun penampilannya,
tergantung dari pengerjaannya, pabrik pembuatannya dan lain-lain, akan tetapi secara
umum mempunyai prinsip mekanisme yang sama. Secara umum theodolite dapat
dipisahkan menjadi bagian atas dan bagian bawah.
Bagian atas terdiri dari :
a) Pelat atas yang langsung dipasangkan pada sumbu vertikal.
b) Standar yang secara vertikal dipasangkan pada a).
c) Sumbu horizontal didukung oleh a) dan b).
d) Teleskop tegak lurus sumbu horizontal dan dapat berputar mengelilingi sumbunya.
e) Lingkaran graduasi vertikal dengan sumbu horizontal sebagai pusatnya.
f) Dua buah (kadang-kadang hanya sebuah) niveau tabung dengan sumbu-sumbunya yang
saling tegak lurus satu dengan lainnya.
g) Dua pembacaan graduasi yang berhadapan.
Bagian bawah terdiri dari :
a. Pelat bawah.
b. Lingkaran graduasi horizontal mengelilingi a).
c. Tabung sumbu luar dari sumbu vertikal yang dipasangkan tegak lurus terhadap
lingkaran graduasi horizontal.
d. Pelat-pelat sejajar dan sekrup sekrup penyipat datar untuk menghorizontalkan
theodolite secara keseluruhan.
Pelat atas dan pelat bawah dapat berputar mengelilingi sumbu vertikal dengan bebas di
mana terdapat sekrup-sekrup tangens untuk sedikit menggeser kedua pelat tersebut. Theodolite
dipasang niveau teleskop dan dilengkapi pula dengan sekrup klem untuk mengencangkan
teleskop dan sekrup tangennya agar dapat dipergunakan untuk pengukuran sudut vertikal.
Theodolite seperti yang tertera pada gambar 20 dinamakan teodolit tipe sumbu ganda dan
digunakan untuk pengukuran dengan ketelitian yang rendah. Terdapat pula theodolite yang
tidak mempunyai klem bawah dan hanya mempunyai sumbu dalam, karena bagian yang
berputar dengan tabung sumbu luar dan pelat atas sejajar disatukan. Tipe ini disebut theodolite
tipe sumbu tunggal (gambar 21 ). Theodolite tipe ganda mempunyai dua buah sumbu pada
bagian dalam dan bagian luar, sehingga memungkinkan pengukuran sudut dengan pengulangan
(repetition) tertentu, yang akan diuraikan kemudian. Akan tetapi dalam pembuatannya di
pabrik amatlah sulit untuk membuat sedemikian rupa sehingga kedua sumbu tersebut sungguh-
sungguh terpusat, maka theodolit tipe ini tidak cocok untuk pengukuran teliti. Theodolite tipe
sumbu tunggal kadangkadang disebut instrumen pengukuran satu arah dan theodolite tipe
sumbu ganda disebut instrumen pengukuran dengan perulangan.
http://2.bp.blogspot.com/_jN3Pnd5Ddt8/SwrZe44GtnI/AAAAAAAAAMc/JP7o8Hw_F7g/s
1600/1.jpg
http://2.bp.blogspot.com/-
n21fWQJD970/VJWecvt_NjI/AAAAAAAABgc/3oBYOA9q4gA/s1600/metode%2Bpolar1.
jpg
http://solusiindustri.com/wp-content/uploads/2017/09/theodolite.jpg
https://3.bp.blogspot.com/-
c64mEmWj_58/WN26ST8jH_I/AAAAAAAAAIA/sbu4MCwo9Aw_w2Z28e4hBDSpYbTij
8KxwCLcB/s1600/hgf.png
http://1.bp.blogspot.com/-W2vf2tsfCkM/Ud5HK6tWNQI/AAAAAAAAAIM/yn6uavy1j-
Y/s1600/4.png
https://image.slidesharecdn.com/iuw-2pengetahuanalat-131015182815-phpapp02/95/iuw-2-
pengetahuan-alat-13-638.jpg?cb=1381861857
https://fairuzelsaid.files.wordpress.com/2013/12/interpolasi-linier.png
Purwaamijaya, Iskandar Muda. 2008. Teknik Survei dan Pemetaan Jilid 1, Jilid 2, Jilid 3.
ISBN : 978-979-060-151-2 ISBN : 978-979-060-152-9. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional.