Anda di halaman 1dari 19

REFERAT

CEDERA TANGAN

Dosen Pembimbing Klinik:

dr. Samuel Zacharias, Sp.B

Disusun Oleh:

Yosua Harianto Gagola (42170209)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

RUMAH SAKIT EMANUEL KLAMPOK

PERIODE 23 JULI 2018 – 29 SEPTEMBER 2018

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA

YOGYAKARTA

2018
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan penyertaan-Nya

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan referat dengan judul

“Lymphangioma”. Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak

yang senantiasa membantu, mendukung, membimbing dan mengarahkan penulis

dalam menyelesaikan referat ini, yaitu:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan berkat, kekuatan dan

penyertaan kepada penulis selama proses penulisan referat.

2. dr. Samuel Zacharias, Sp.B selaku Dosen Pembimbing Klinik di RS

Emanuel Klampok yang telah membimbing kami dengan baik dan

memotivasi kami untuk menjadi dokter yang penuh kasih, terampil dan

berwawasan luas.

3. dr. Hariatmoko, Sp.B FINACS selaku Dosen Pembimbing Klinik di RS

Bethesda Yogyakarta yang senantiasa membimbing dan memotivasi kami

untuk selalu melayani pasien secara komprehensif.

4. Keluarga yang selalu memberi semangat, doa, dan dukungan baik moril

maupun materiil dalam setiap langkah.

5. Seluruh sejawat Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana

yang telah menjadi keluarga dan selalu memberikan rasa kebersamaan dan

dukungan.
iii

6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu pelaksanaan dan penyelesaian beban ilmiah ini baik dalam

bentuk doa maupun dukungan.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan pada referat

ini sehingga kritik dan saran sangat diharapkan dalam menulis referat yang lebih

baik. Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas dan

perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kedokteran.

Yogyakarta, 16 Agustus 2017

Yosua Harianto Gagola


iv

DAFTAR ISI

Halaman Judul…………………………………………….......……………...…..i

Kata Pengantar……………………………………………………………….….ii

Daftar Isi…………………………………………………………...…………….iv

Daftar Gambar……………………………………………….…………………..v

BAB I. PENDAHULUAN……………………………...………………………...1

1.1. Latar Belakang…………………………………………..…………………..1

1.2. Rumusan Masalah……………………………………………..…………….2

1.3. Tujuan……………………………………………...………………………...2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………...………3

2.1. Definisi………………………………………………………………………..3

2.2. Mekanisme cedera…………………………...………………...…………….4

2.3. Patofisiologi Cedera Tangan dan Ektremitas Atas……………………....7

2.3.1. Gelang Bahu........................................………………………………..7

2.3.2. Regio Siku.......................……………………………………………...9

2.3.3. Fraktur Lengan Bawah.…………………………………………….11

2.3.4. Fraktur Tangan dan Daerah Pergelangan Tangan…................….12

BAB III. KESIMPULAN……………………………………………………….13

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...14
v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Mekanisme traksi.......................................……………….…………...4

Gambar 2. Fraktur kompresi........................……………………………………....4

Gambar 3. Cedera karena hiperfleksi atau hiperekstensi …….…………….....….5

Gambar 4. Cedera karena putaran yang berlebih ……………..…………..............5

Gambar 5. Cedera karena adanya tekanan memotong/shear stress ….……...........6

Gambar 6. contoh cedera karena beban yang berulang …………….……..............6


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Trauma musculoskeletal bermacam-macam, dari tekanan ringan

pada otot sampai fraktur dengan kerusakan jaringan. Sekitar 80 persen

praktek umum ortopedi diakibatkan oleh trauma sistem muskuloskeletal.

Proses penuaan juga mempunyai kontribusi yang cukup tinggi terhadap

insidensi fraktur. Peningkatan umur menyebabkan penurunan masa tulang

atau tulang menjadi rapuh. Tulang yang rapuh akan mudah patah ketika

jatuh. Fraktur adalah putusnya kesinambungan suatu tulang, akan tetapi

trauma yang cukup untuk menyebabkan fraktur hampir tak dapat dielakkan

juga menyebabkan trauma pada jaringan lunak sehingga fraktur juga bisa

diartikan sebagai rupturnya jaringan ikat atau jaringan kulit dan

merupakan lebih dari sekedar patahnya tulang (Sobiston & David C,

1994).

Semua fraktur dapat menyebabkan penurunan fungsi

persarafan. Misalnya pada fraktur tulang belakang dapat terjadi karena

memar (kontusio) atau kompresi (fraktur, dislokasi, l uksasi, hematom)

sehingga menyebabkan gangguan yang permanen atau dapat juga karena

edema temporer (komosio) yang menimbulkan gangguan sernentara yang

kemudian pulih dan dapat pula menetap. Selain karena fraktur itu sendiri,

1
2

defisit neurologis tersebut akan menyebabkan pasien mengalami

keterbatasan dalam aktivitas dasar sehari-hari (Bloch, 1998).

Agar penanganan baik, perlu diketahui kerusakan apa saja yang

terjadi, baik pada jaringan lunak maupun tulangnya. Mekanisme trauma

juga harus diketahui, apakah akibat trauma tumpul atau tajam, langsung

atau tak langsung (Sjamsuhidayat, 2010).

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan cedera tangan ?

2. Bagaimana mekanisme terjadiny cedera tangan ?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami mengenai mekanisme cedera kaki

2. Untuk mengetahui mengenai macam-macam penyebab terjadinya

cedera kaki
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Trauma adalah kata lain dari cedera atau rudapaksa yang dapat

mencederai fisik maupun psikis. Trauma jaringan lunak muskuloskeletal

dapat berupa vulnus (luka), perdarahan, memar (kontusio), regangan atau

robek parsial (Sprain), putus atau robek (avulsi atau ruptur), gangguan

pembuluh darah, dan gangguan saraf (neuropraksia, aksonotmesis,

neurolisis).

Cedera pada tulang menimbulkan patah tulang (fraktur) dan

dislokasi. Fraktur juga dapat terjadi di ujung tulang atau sendi (intra-

artikuler) yang sekaligus menimbulkan dislokasi sendi. Fraktur ini disebut

sebagai fraktur dislokasi.

Prinsip penanggulangan cedera muskuloskeletal adalah dengan

rekognisi, reduksi (mengembalikan), retaining (mempertahankan), dan

rehabilitasi (Sjamsuhidayat, 2010).

3
4

2.2. Mekanisme Cedera

1. Traction (traksi)

Cedera yang disebabkan oleh adanya suatu tarikan dari dua energi

yang bergerak berlawanan arah. Bagian yang teregang tersebut dapat

mengalami cedera traction.

Gambar 8. (a) Pukulan terhadap kepala yang menyebabkan fleksi lateral dan
depresi bahu dapat mengakibatkan cedera traksi pada trunkus bagian atas dari
pleksus brakialis. (b) Cedera kompresi dapat terjadi akibat pukulan pada daerah
supraklavikula yang menyebabkan fleksi lateral dengan rotasi dan ekstensi tulang
servikal.

2. Compression (Kompresi)

Cedera yang disebabkan oleh dua energi yang berasal dari arah

yang berlawanan menuju ke satu titik. Daerah yang menerima energi di

satu titik inilah yang mengalami cedera compression.

Gambar 2. Fraktur kompresi.


5

3. Bending (Bengkokan)

Cedera yang disebabkan oleh adanya bengkokan (biasanya

hiperfleksi atau hiperekstensi) sehingga ada bagian yang “over streched”.

Bagian yang over streched inilah yang akan mengalami cedera bending.

Gambar 3. Cedera karena hiperfleksi atau hiperekstensi.

4. Torsion (Putaran)

Cedera yang disebabkan oleh adanya suatu putaran sehingga

bagian yang menerima energi tersebut mengalami cedera .

Gambar 4. Cedera karena putaran yang berlebih.


6

5. Shear Stress (Tekanan Memotong)

Cedera yang disebabkan oleh adanya energi yang arahnya

berpotongan. Bagian yang merupakan titik perpotongan arah energi inilah

yang akan mengalami cedera shear stress.

Gambar 5. Cedera karena adanya tekanan memotong/shear stress.

6. Overuse (Beban Berulang)

Cedera overuse adalah cedera yang disebabkan oleh karena adanya

suatu bagian yang menerima beban terus-menerus di tempat yang sama.

Bagian tersebut lama kelamaan akan menjadi rentan dan kemudian akan

timbul cedera overuse.

Gambar 6. contoh cedera karena beban yang berulang.


7

7. Overload (Beban Berlebihan)

Cedera overload adalah cedera yang disebabkan oleh karena

bagian tertentu menerima suatu beban yang melebihi batas yang dapat

diterimanya sehingga timbul cedera.

2.3. Patofisiologi Cedera Tangan dan Ektremitas Atas

2.3.1. Gelang Bahu

1. Dislokasi Sendi Sternoklavikular

Dislokasi sternoklavikular jarang terjadi. Dislokasi ini terjadi

apabila terjadi trauma langsung yang mendorong klavikula ke dorsal yang

menyebabkan dislokasi posterior atau retrosternal atau terjadi tumbukan

pada depan bahu sehingga klavikula bagian medial terdorong ke depan dan

sendi sternoklavikular terlepas ke arah anterior.

2. Fraktur Klavikula

Fraktur klavikula sering terjadi pada orang dewasa maupun anak.

Fraktur ini paling sering terjadi akibat jatuh dengan bertumpuh pada

tangan. Gaya disalurkan ke lengan, sendi bahu, dan selanjutnya ke sendi

akromioklavikular. Karena sendi sternoklavikular terfiksasi, gaya ini

mematahkan klavikula---biasanya di tengah atau medial klavikula.

Dislokasi disebabkan oleh kontraksi otot dan bobot anggota gerak atas.

3. Fraktur Skapula
8

Fraktur skapula relatif jarang karena tulang ini terlindungi otot.

Biasanya fraktur terjadi pada bagian korpus dan kadang glenoid akibat

trauma yang hebat. Karena fraktur sering terjadi di daerah korpus yang

dilindungi otot, penyembuhannya tidak sulit. Fraktur yang mengenai

daerah glenoid sering berupa patah tulang impaksi, maka pengobatan

ditujukan untuk mengatasi rasa sakit.

4. Dislokasi Sendi Glenohumeral

Stabilitas sendi bahu terutama ditentukan oleh simpai sendi dan

otot di sekitarnya karena kavitas artikuler sendi bahu dangkal. Oleh sebab

itu, sering terjadi dislokasi akibat trauma. Melihat lokasi kaput humeri

terhadap prosesus glenoidalis, dislokasi biasanya terjadi kearah anterior

dan jarang ke posterior atau inferior. Dislokasi anterior sering terjadi pada

usia muda, antara lain pada atlet akibat kecelakaan olahraga. Dislokasi

terjadi karena kekuatan yang menyebabkan gerakan rotasi eksterna dan

ekstensi sendi bahu. Kaput humerus terdorong kedepan, sehingga

menyebabkan avulsi sipai sendi dan kartilago beserta periosteum labrum

glenoidale bagian anterior.

5. Fraktur Humerus Subkapital

Fraktur humerus subkapital sering terjadi terutama pada lansia

yang jatuh pada tangan atau siku. Fraktur ini umumnya merupakan fraktur

impaksi. Osteoporosis sinilis dan pascamenopause merupakan faktor

predisposisinya. Pada orang dewasa muda, patah tulang ini terjadi akibat
9

trauma berat, sedangkan pada anak sering terjadi trauma ringan dalam

posisi lengan ekstensi yang menimbulkan fraktur epifisis tipe II.

2.3.2. Regio Siku

1. Fraktur Suprakondiler Humerus

Ada dua jenis fraktur suprakondiler, yaitu jenis ekstensi yang

sering terjadi dan jenis fleksi yang jarang terjadi. Jenis ekstensi terjadi

karena trauma langsung pada humerus distal melalui benturan pada siku

saat lengan bawah dalam posisi supinasi dan siku dalam posisi ekstensi

dengan tangan yang terfiksasi. Fragmen distal humerus akan terdislokasi

ke arah posterior terhadap korpos humerus. Fraktur humerus suprakondiler

jenis fleksi (biasanya pada anak) terjadi akibat jatuh pada telapak tangan

dengan tangan dan lengan bawah dalam posisi pronasi dan siku dalam

posisi sedikit fleksi.

2. Fraktur Humerus Kondiler

Fraktur kondiler yang sering terjadi pada anak adalah fraktur

kondilus lateralis humerus dan fraktur epikondilus medialis humerus.

Fraktur kondiler sederhana jarang terjadi pada orang dewasa.

Kondilus lateralis humerus merupakan tempat origo otot ekstensor

tangan dan otot-otot ini kuat sehingga pada fraktur kondilus lateralis

humerus pada anak, kondilus tersebut terdislokasi ke distal. Bagian

proksimal pecahan kondilus mungkin tertarik ke distal dan bagian distal

pecahan kondilus tertahan di sendi atau masuk kedalam sendi sehingga


10

posisi pecahan kondilus ini terbalik. Fraktur epikondilus medialis humerus

merupakan fraktur avulsi dan terjadi akibat gaya abduksi atau valgus yang

berlebihan.

3. Fraktus Kapitulum Radius

Kapitulum radius berada didalam simpai sendi humeroradial

sampai ke lehernya. Fraktur kapitulum radius sering disebabkan oleh

trauma tidak langsung pada tangan yang benturannya disalurkan melalui

batang tulang radius.

4. Dislokasi Sendi Siku

Dislokasi sendi siku merupakan dislokasi sendi humeroulnar dan

humeroradial. Biasanya terjadi dislokasi fragmen distal ke posterior dan

lateral terhadap fragmen proksimal. Dislokasi ini terjadi karena trauma

tidak langsung, benturan pada tangan dan lengan bawah dengan siku

dalam posisi ekstensi dan sedikit fleksi serta lengan atas terdorong ke arah

volar dan medial.

5. Luksasi Kaput Radius

Luksasi kaput radius yang disebut “siku tertarik” dapat terjadi

karena siku ditarik hingga kaput tertarik lepas dari lingkaran ligamentum.

Hal itu terjadi pada anak yang jatuh ketika ditarik oleh orangtuanya atau

pengasuhnya.
11

2.3.3 Fraktur Lengan Bawah

1. Fraktur radius atau Ulna

Fraktur radius biasanya terjadi akibat suatu trauma langsung dan

sering terjadi pada bagian proksimal radius.

Fraktur ulna biasanya disebabkan oleh trauma langsung, misalnya

menngkis pukulan dengan lengan bawah. Posisi fragmen fraktur ulna

biasanya tidak berubah, sehingga cukup ditangani secara konservatif

dengan gips.

Patah yang hanya mengenai satu tulang agak jarang terjadi atau

bila patahnya hanya mengenai satu tulang, hampir selalu disertai dislokasi

sendi radioulnar yang dekat dengan patahnya. Karena kedua tulang lengan

bawah dihubungkan oleh sendi radioulnar dan membrana interosea yang

memperkuat hubungan ini sehingga radius dan ulna merupakan satu

kesatuan yang kuat.

2. Fraktur Antebrakii

Fraktur antebrakii pada anak paling sering berupa greenstick

fracture. Tampak angulasi anterior dan biasanya kedua ujung tulang yang

patah masih berhubungan satu sama lain.

Fraktur antebrakii pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh

kecelakaan lalu lintas atau perkelahian. Gambaran klinisnya tampak jelas

karena fraktur radius ulna sering disertai dislokasi fragmen frakture.


12

2.3.4. Cedera Tangan dan Daerah Pergelangan Tangan

1. Fraktur Radius Distal

Cedera pada pergelangan tangan, yang disebut fraktur colles,

paling sering terjadi pada orang lanjut usia yang jatuh bertumpu pada

telapak tangan dalam posisi dorsofleksi. Fraktur ini selalu menunjukan

dislokasi ke dorsal, biasanya dengan impaksi dan dislokasi ke radial dan

kadang bersifat kominutif (remuk). Sebaliknya, jatuh pada permukaan

tangan sebelah dorsal menyebabkan dislokasi fragmen distal ke arah volar

seperti yang terjadi pada fraktur smith.

2. Fraktur Smith

Fraktur smith juga dikenal sebagai kebalikan fraktur colles;

penggeseran bagian distal radius bukan ke dorsal, melainkan ke arah

palmar. Fraktur smith ini lebih jarang terjadi. Pasca reduksi, posisi

dipertahankan dalam posisi dorsofleksi ringan dan supinasi.

3. Fraktur atau Dislokasi Tulang Karpal

Jatuh pada permukaan tangan bagian volar dengan tangan dalam

posisi deviasi radial dapat menyebabkan fraktur ada os navikulare dan os

skafoid, sedangkan jatuh dengan tangan dorsofleksi maksimal dapat

menyebabkan dislokasi os lunatum. Bisa ditemukan adanya lesi saraf

medianus dengan adanya penekanan saraf dalam kanalis karpal.


BAB III

KESIMPULAN

1. Cedera tangan bisa terjadi dengan berbagai jenis mekanisme seperti

traction (traksi), compression (kompresi), bending (bengkokan),

torsion (putaran), shear stress (tekanan memotong), overuse (beban

berulang), overload (beban berlebihan).

2. Cedera yang mungkin terjadi pada daerah tangan adalah fraktur radius

distal (fraktur colles), fraktur smith, fraktur atau dislokasi metakarpal

dan fraktur falang.

3. Cedera lain yang mungkin terjadi seperti trauma jaringan berupa cedera

tendo otot fleksor atau ekstensor tangan ataupun cedera ligamen

kolateral.

13
DAFTAR PUSTAKA

Dejong, W., Sjamsuhidajat, R. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: ECG

Ilyas E. Cedera Olahraga dan Penatalaksanaannya. Handout pada Seminar Sport


Inuries, Hotel Gran Melia, Jakarta. BSN. 2009.

Hardianto W. Pencegahan dan Penatalaksanaan Cedera Olahraga. 2005.


Jakarta:EGC

PDSKO. Standar Pelayanan Medik Spesialis Kedokteran Olahraga. Jakarta :2008.

Anda mungkin juga menyukai