Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 26 No. 2 Tahun 2015 Hal.

77-84

PENENTUAN MODEL KINETIKA REAKSI HIDROLISIS PADA LIMBAH CAIR PABRIK


KELAPA SAWIT DENGAN ANAEROBIC BAFFLE REACTOR

DETERMINATION OF HYDROLYSIS KINETICS REACTION MODEL OF PALM


OIL MILL EFFLUENT USE THE ANAEROBIC BAFFLE REACTOR

Siti Masriani Rambe


Baristand Industri Medan, Jl. S.M. Raja No.24 Medan
e-mail: siti_masriani@yahoo.com

Diterima: 16 Mei 2015; Direvisi: 20 Agustus 2015 – 27 November 2015 ; Disetujui: 15 Desember
2015

Abstrak

Telah dilakukan penelitian penentuan model kinetika reaksi hidrolisis pada pembuatan biogas dari limbah cair
pabrik kelapa sawit (LCPKS) dengan menggunakan reaktor anaerobik baffle. Penetapan model kinetika
reaksi hidrolisis dapat dilihat dari depolimerisasi LCPKS menjadi produk intermediate (senyawa monomer)
sebelum menjadi biogas. Percobaan diawali dengan proses aklimatisasi dan start up LCPKS dalam reaktor
baffle dengan variasi waktu tinggal yaitu 18, 24, 30 hari juga variasi pengenceran konsentrasi LCPKS yaitu
1:1 dan 1:3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju dekomposisi Total Solid (TS) dan COD yang optimal
adalah pada HRT 30 hari dan pengenceran konsentrasi 1:1 dimana penurunan TS mencapai 85% dan COD
mencapai 74%. Model kinetika reaksi pada penelitian ini diperoleh persamaan reaksi orde satu dengan
persamaan linear dengan konstanta reaksi 0,005. Persamaan laju reaksi hidrolisis diperoleh 0,056 kali laju
penurunan COD dengan tingkat keakuratan 99,2%.Semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi laju
dekomposisi dari nilai TS terjadi.

Kata kunci : hidrolisis, LCPKS, reaktor bersekat, total solid, waktu tinggal

Abstract

Research was conducted to determine the hydrolysis kinetics reaction model to generated biogas from Palm
Oil Mill Effluent (POME) by using anaerobic baffle reactor. Determination of the hydrolysis reaction kinetics
model can be seen from the depolymerization POME into intermediate products (compound monomer) prior to
biogas. Trial begins with the process of acclimatization and start up POME reactor residence time baffle with a
variation that is 18, 24, 30 days are also variations of concentration POME dilution is 1: 1 and 1: 3. The results
showed that the rate of decomposition of Total Solid (TS) and COD optimum is at 30-day HRT and diluting the
concentration of 1: 1 where the decline reached 85% TS and COD reached 74%. Reaction kinetics model in
this study were obtained first-order equation with linear equations with constant reaction 0.005. Hydrolysis rate
equation was obtained 0.056 times COD with 99.2% accuracy of level. The higher concentration was obtained
the higher of decomposition rate of the value of TS occurs.

Keywords : hydrolisis, POME, anaerobic baffle reactor, total solid, Hydraulic Retention Time (HRT)

PENDAHULUAN bakteri anaerob dan beberapa tahap


proses yakni proses hidrolisis, proses
Limbah Cair Pabrik kelapa Sawit acidogenesis, proses acetogenesis dan
(LCPKS) merupakan salah satu jenis proses metanogenesis (Gunther, 2011).
buangan pabrik pengolahan kelapa sawit Persamaan kinetika telah dikembangkan
yang berasal dari air kondensat pada oleh Barthakur et al., (1991) dengan
proses sterilisasi, air dari proses menggambarkan tahap proses
klarifikasi, air hydrocyclone (claybath) dan pembuatan persamaan berdasarkan
air pencucian (Irvan et al, 2012). LCPKS rancangan suatu model kinetika reaksi
dapat dimanfaatkan sebagai energi biodegradasi anaerob dengan asumsi
berupa biogas melalui tahap/reaksi yaitu awal distribusi mikrobial dalam sistem
reaksi hidrolisis, acidogenesis, relatif seragam dan tercampur.
acetogenesis dan metanogenesis. Penyusunan model kinetika proses
Proses biodegradasi minyak dan anaerob memerlukan sejumlah
lemak melalui berbagai lintasan (pathway) persamaan kinetika dan parameter
yang melibatkan berbagai kelompok kinetika yang cukup kompleks dan rumit.

77
Siti Masriani Penentuan Model Kinetika Reaksi Hidrolisis Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
Rambe
Dengan Anaerobic Baffle Reactor

Untuk menyederhanakan model kinetika, Mikroorganisme akan mendekomposisi


disusun beberapa asumsi antara lain rantai panjang karbohidrat, protein dan
(Morgenroth et al, 2002): Tidak ada lemak menjadi bagian yang lebih pendek.
mikroorganisme di dalam umpan; Proses penguraian ini melibatkan
Bioreaktor berpenyekat anaerob mikroorganisme hidrolase, senyawa–
mempunyai distribusi biomassa relatif senyawa organik kompleks dihidrolisis
seragam dalam sistem disebabkan oleh menjadi monomer–monomer. Sebagai
laju volumetrik yang tinggi dan pengaruh contoh, polisakarida diubah menjadi
pelepasan biogas yang menyebabkan monosakarida, protein diubah menjadi
efek turbulensi terhadap sistem, Oleh peptida dan asam amino, lemak
karena itu, sistem biorekator berpenyekat dihidrolisis menjadi asam–asam lemak
anaerob dapat dipertimbangkan sebagai atau gliserol.
sistem mikroba homogen tercampur Anaerobic Baffle Reactor (ABR)
sempurna; Laju kematian mikroorganisme merupakan bioreaktor yang memiliki
jauh lebih kecil dari pada laju kompartment yang dibatasi oleh sekat-
pertumbuhannya sehingga dapat sekat vertikal. ABR mampu mengolah
diabaikan; Proses berlangsung pada berbagai macam jenis influent. Umumnya
kondisi tunak. Berdasarkan asumsi- sebuah ABR terdiri dari kompartment
asumsi diatas disusun model kinetika yang disusun secara seri (Sudjarwo,
proses anaerob melalui beberapa tahap 2006).
biodegradasi yaitu tahap hidrolisis- Rangkaian sekat pada ABR secara
acidogenesis, dan tahap selanjutnya. seri memiliki keuntungan dalam mengolah
Laju reaksi hidrolisis diasumsikan substansi yang sulit di degradasi seperti
mengikuti persamaan orde satu yaitu limbah PKS yang memiliki COD yang
(Thembhurkar, 2007) : tinggi. Aliran limbah diarahkan menuju ke
bagian bawah hanging baffle lalu
melewati bagian atas dari standing baffle,
akibat dari adanya tekanan dari umpan
dimana: masuk sehingga air limbah dapat
t = waktu (jam) mengalir dari ruang awal menuju ruang
Ct = Konsentrasi terdegradasi (COD) pada waktu berikutnya. Pada saat aliran keatas, aliran
(t)
Co = Konsentrasi terdegradasi (COD) pada waktu
melewati sludge blangket sehingga
(0) limbah dapat kontak dengan
K = Koefisien kecepatan reaksi degradasi mikroorganisme aktif. Reaktor memiliki
bagian downflow dimana areanya lebih
Senyawa organik yang kompleks kecil dibanding upflow untuk mencegah
dalam hal ini minyak-lemak tidak dapat akumulasi mikroorganisme. Istilah
langsung dimanfaatkan oleh downflow sering disebut dengan
mikroorganisme untuk pertumbuhan Clearance Baffle Reactor (CBR) atau
produk karena mikroorganisme hanya jarak dasar reaktor dengan handling
memerlukan senyawa-senyawa baffle reactor. Pengamatan dengan
sederhana sebagai substrat untuk variasi HRT dilakukan pada reaktor
menginduksi enzim – enzim ekstraseluler hidrolisis-asidogenesis untuk mengetahui
yang dapat menghidrolisis senyawa unjuk kerja reaktor.
kompleks organik (Ahmad et al, 2011). Parameter kinetika merupakan dasar
Penguraian senyawa kompleks organik penting dalam desain bioreaktor terutama
menjadi senyawa organik sederhana konstanta laju pertumbuhan maksimum
berlangsung pada tahap hidrolisis. untuk menentukan waktu tinggal
Proses hidrolisis lebih sering disebut biomassa minimum. Waktu tinggal
depolimerisasi karena dapat memecah biomassa minimum merupakan titik kritik
makromolekul (Broughton, 2009). pengoperasian bioreaktor dalam
Mikroorganisme hidrolase yang tumbuh mengolah limbah cair industri minyak
berupa mikroorganisme anaerobik. Untuk sawit.
senyawa komplek dan konsentrasi yang Tujuan penelitian ini adalah untuk
tinggi, hidrolisis biasanya berjalan lambat. mengetahui pengaruh waktu tinggal

78
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 26 No. 2 Tahun 2015 Hal. 77-84

(HRT) dan konsentrasi terhadap Penelitian ini juga menggunakan


penentuan model kinetika reaksi hidrolisis oven, furnace, autoklaf, timbangan dan
pada reaktor dengan sistem Anaerobic peralatan glass lainnya.
Baffle Reactor dengan melihat penurunan
partikel organik sebagai tahap awal Prosedur Penelitian
pembentukan biogas dari LCPKS. Dalam reaktor Baffle, limbah
diumpankan (dari input) bersamaan
METODOLOGI PENELITIAN dengan bibit bakteri anaerob yang diambil
dari kolam asam PKS Pabatu. Lalu
Bahan dilakukan proses aklimatisasi agar
Dalam penelitian ini bahan utama mikroorganisme dapat beradaptasi
yang digunakan adalah limbah cair pabrik dengan substrat/limbah baru kemudian
kelapa sawit (LCPKS) yang berasal dari dilanjutkan dengan tahap start-up yang
Pabrik Kelapa Sawit Adolina milik PTPN dimulai dari waktu tinggal (HRT) 42 hari.
IV Lubuk Pakam, Sumatera Utara dan Start up dilakukan akan bakteri anaerob
bibit bakteri anaerob dari kolam PKS tidak mengalami shock saat mencapai
Pabatu milik PTPN IV juga. Beberapa HRT variasi. HRT variasi dalam penelitian
bahan kimia digunakan untuk analisa ini adalah HRT 30, 24 dan 18 hari. Selain
sampel untuk pengetahui parameter Total HRT juga terhadap konsentrasi
Solid (TS) dan COD (partikel organik) divariasikan yaitu konsentrasi 1 dan 3 kali
dalam limbah. pengenceran, dimana proses
pengenceran dilakukan dengan
Peralatan menambah air segar dengan
Penelitian ini menggunakan reaktor perbandingan air : limbah yaitu 1 : 1 dan
hidrolisis dengan tipe anaerobic baffle 1:3. Dalam pengamatan jika terjadi
reactor skala laboratorium. Reaktor tipe penurunan nilai TS maka dilakukan
ini memiliki bentuk/geometri yang praktis penambahan limbah baru pada reaktor
dan sederhana seperti yang ditunjukkan baffle, demikian seterusnya hingga
dalam Gambar 1. Reaktor dilengkapi limbah/substrat mengalir hingga sekat
dengan outlet untuk pengambilan sampel, akhir (pada output reaktor). Pengambilan
untuk dilakukan analisa COD pada sampel dilakukan secara berkala, di
LCPKS. setiap ruang untuk mengetahui nilai TS
dan COD, kemudian dianalisa. Analisa
parameter TS mengacu pada Metode
ASTM E 1756 sedangkan parameter
COD mengacu kepada SNI 6989.73-
2009.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Waktu Tinggal (HRT) dan


Konsentrasi terhadap perubahan
1. Umpan Masuk 5. Standing baffle reactor partikel organik (COD) dalam kinetika
2. Umpan Keluar 6. Hanging baffle reaktor
reaksi
Penurunan partikel organik dapat
3. Alat Pengukur Gas 7. Kran Limbah diketahui dengan melihat penurunan nilai
Keluar/Sampling Port COD. Gambar 2 memperlihatkan
penurunan COD untuk setiap HRT dan
4. Pipa Gas keluar 8. Clearance Baffle Reactor
pengenceran konsentrasi dimana
diperoleh yang berbeda untuk setiap
Gambar 1. Bioreaktor hidrolisis tipe anaerobic variasi. Broughton (2009) menyatakan
baffle reactor bahwa penurunan partikel organik dalam
reaksi hidrolisis dapat ditandai dengan
perubahan konsentrasi COD di dalam
limbah. Penurunan nilai COD terjadi dari

79
Siti Masriani Penentuan Model Kinetika Reaksi Hidrolisis Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
Rambe
Dengan Anaerobic Baffle Reactor

HRT 30, 24 dan 18 hari (Gambar 2) terjadi penurunan sedangkan pada


menandakan semakin lama substrat minggu keempat terjadi peningkatan. Hal
dalam reaktor maka semakin banyak ini disebabkan oleh substrat/limbah yang
partikel organik yang terdegradasi oleh diumpankan telah mengalami
mikroorganisme. pengenceran sehingga dengan mudah di
Penurunan nilai COD dari awal hingga degradasi oleh mikroorganisme dan nilai
akhir, mengindikasikan bahwa adanya COD menurun sedangkan terjadinya
aktivitas mikroorganisme. Nilai COD kenaikan nilai COD pada minggu
berkurang mengindikasikan berkurangnya keempat adalah akibat dari pengumpanan
partikel organik dalam substrat dalam yang dilakukan kembali dan nilai COD
limbah. Secara umum pengenceran kembali meningkat.
konsentrasi 1 kali (1:1) untuk HRT 30 Nilai COD diperoleh pada waktu
hari, penurunan COD lebih rendah jika tinggal (HRT) 30 hari pada akhir minggu
dibandingkan dengan waktu tinggal 24 kesembilan adalah 10,228 g/L, untuk
dan 18 hari. Penurunan nilai COD pada waktu tinggal 24 hari diperoleh 12,570 g/L
waktu tinggal 30 hari diperoleh sekitar 74 sedangkan untuk waktu tinggal 18 hari
%, untuk waktu tinggal 24 hari diperoleh diperoleh 15,240 g/L.
38% sedangkan untuk waktu tinggal 18 Pengamatan parameter COD
hari diperoleh 24 %. dilakukan untuk melihat hasil intermediate
reaksi biogas yaitu reaksi hidrolisis
(Ahmad et al, 2000). Bakteri jenis
hidrolase yang sangat berperan dalam
proses penguraian senyawa polimer yang
ada dalam limbah/substrat menjadi
monomer-monomer.

Gambar 2. Penurunan Nilai COD untuk


Variasi HRT pada 1 Kali
Pengenceran

Thembhukar, 2007 menyatakan pada


persamaan 1 bahwa laju penguraian
substrat dalam limbah dapat dinyatakan
dengan perubahan COD setiap waktu.
Jika selisih COD awal dengan akhir Gambar 3. Penurunan nilai COD pada variasi
diperoleh tinggi maka laju (dC/dt) HRT pada konsentrasi 3
penguraian juga akan semakin tinggi. pengenceran
Pada pengenceran 1kali diperoleh laju
penguraian substrat oleh mikroorganisme Senyawa monomer dari hasil reaksi
dalam limbah paling tinggi yaitu pada hidrolisis tersebut meliputi asam lemak
HRT 30 hari atau t = 30 hari. bebas, asam amino, glukosa yang sangat
Sedangkan penurunan partikel bermanfaat untuk pertumbuhan bakteri
organik (COD) pada konsentrasi 3 kali anaerob dan pembentukan produk lanjut
pengenceran (1:3). dapat dilihat pada (VFA) karena senyawa tersebut lebih
Gambar 3. Pola penurunan nilai COD mudah masuk dalam sel melalui
pada pengenceran 1 kali berbeda dengan membran sel bakteri anaerob (Ahmad et
pengenceran 3 kali dimana penurunan al, 2000). Waktu tinggal substrat dalam
pada 3 kali pengenceran sangat fluktuasi. reaktor berpengaruh tetapi tidak begitu
Perubahan nilai COD pada awalnya signifikan, dimana pada waktu tinggal

80
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 26 No. 2 Tahun 2015 Hal. 77-84

(HRT) lama maka nilai COD akan dan waktu kontak untuk kedua
semakin rendah. Hal ini disebabkan pengenceran sama sementara
waktu yang diperlukan mikroorganisme konsentrasi partikel organik (substrat)
dalam mendegradasi partikel organik yang akan diuraikan berbeda.
dalam substrat semakin lama dan nilai Konsentrasi partikel organik (COD) pada
COD menjadi turun. pengenceran konsentrasi 1 kali lebih
Perbedaan nilai COD akhir pada besar dari pengenceran konsentrasi 3
ketiga pengenceran tersebut disebabkan kali, sehingga COD akhir lebih tinggi pada
oleh terjadinya penguraian partikel 1 kali pengenceran.
organik dari fasa padat menjadi fasa air
berupa senyawa yang lebih sederhana. Pengaruh Waktu Tinggal (HRT) dan
Hal ini berkaitan dengan jumlah Konsentrasi Terhadap Perubahan Total
konsentrasi yang diumpankan pada Solid (TS) atau Volatil solid (VS) Dalam
reaktor. Poedjiadi et al, (2009) Kinetika Reaksi
mengemukakan bahwa pada konsentrasi Total solid (TS) merupakan jumlah
enzim yang tetap, maka pertambahan partikel organik secara keseluruhan
konsentrasi substrat akan menaikkan termasuk didalamnya adalah mineral-
kecepatan reaksi. Akan tetapi pada batas mineral sedangkan volatil solid adalah
konsentrasi tertentu, tidak terjadi jumlah partikel organik yang tidak
kenaikan kecepatan reaksi walaupun termasuk didalamnya komponen mineral.
konsentrasi substrat diperbesar. Keadaan Pada proses penetapan nilai VS adalah
ini juga telah diterangkan oleh Michaelis- keseluruhan TS di kurang dengan kadar
Menten dengan hipotesis mereka tentang abu (non organik), sehingga dalam
terjadinya kompleks enzim substrat. penelitian ini parameter TS di asumsikan
Pada konsentrasi substrat rendah, sama dengan VS sebab penguraian
bagian aktif enzim ini hanya dapat partikel organik meliputi TS atau VS.
menampung substrat sedikit. Bila Pada saat penambahan substrat baru
konsentrasi substrat diperbesar, makin (saat pengumpanan), diharapkan
banyak substrat yang berhubungan sedimen tersebut dapat kontak kembali
dengan bagian enzim pada bagian yang sehingga substrat baru dapat terurai oleh
aktif tersebut. Pada konsentrasi substrat mikoorganisme yang ada dalam sedimen
tertentu, semua bagian aktif telah atau dalam suspensi. Pola aliran limbah
dipenuhi oleh substrat dan telah jenuh melalui sekat meliputi, sedimen yang
terhadap substrat. Dalam keadaan ini, terbentuk dari ruang pertama akan
bertambah besarnya konsentrasi substrat terdorong menuju ruang berikutnya,
tidak menyebabkan bertambah besarnya demikian seterusnya hingga pada titik
konsentrasi kompleks enzim substrat, ruang akhir dari reaktor (Foxon et al,
sehingga jumlah hasil reaksinya pun tidak 2006). Waktu tinggal (HRT) yang kecil
bertambah besar. akan memperlama sebaran kontak limbah
Dengan demikian, dapat dilihat dengan substrat. Dengan demikian reaksi
bahwa kemampuan enzim mikroba dalam terus berlangsung sehingga terbentuk
menguraikan bahan organik dalam limbah kembali reaksi hidrolisis, karena jutaan
adalah sama untuk 1 dan 3 kali mikroorganisme anaerob ada dalam
pengenceran konsentrasi. Seperti yang limbah yang sangat kompleks.
telah dikemukakan oleh Michaelis-Menten Untuk mengetahui pengaruh waktu
persamaan konsentrasi substrat dengan tinggal (HRT) dalam reaktor, juga
enzim. dilakukan pendekatan dengan
pengukuran total solid (TS) yang
S+E ES E+P terbentuk (Herawati et al, 2010).

Pengamatan yang telah dilakukan


pada pengenceran 1 kali diperoleh
penurunan COD lebih besar daripada
pengenceran konsentrasi 3 kali. Hal ini
disebabkan, konsentrasi mikroba (enzim)

81
Siti Masriani Penentuan Model Kinetika Reaksi Hidrolisis Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
Rambe
Dengan Anaerobic Baffle Reactor

konsentrasi 1 kali pengenceran yaitu


pada HRT 30 hari diperoleh 85%, untuk
HRT 24 hari diperoleh 69% dan untuk
HRT 18 hari diperoleh 65%.

Gambar 4. Penurunan nilai TS pada variasi


HRT (18, 24, 30 hari ) untuk 1 kali
Pengenceran
Gambar 5. Penurunan nilai TS pada variasi
Gambar 4. menunjukkan nilai TS HRT (18, 24, 30 hari) untuk
yang cenderung berbeda pada setiap pengenceran 3 kali
waktu tinggal dan perbedaan tersebut
sangat signifikan untuk ketiga variasi Gambar 5. memperlihatkan nilai TS
waktu tinggal (HRT). Secara umum untuk untuk variasi konsentrasi 3 kali
ketiga variasi HRT, Nilai TS pada HRT 18 pengenceran substrat/limbah. Nilai TS
hari lebih tinggi daripada HRT 24 dan 30 pada variasi HRT 30 hari diperoleh 57%
hari, dimana pola perubahan nilai TS lebih kecil jika dibandingkan dengan HRT
pada minggu kedua hingga kedelapan 24 hari (32%), demikian juga untuk HRT
hampir sama untuk semua waktu. 18 hari (29%) diperoleh nilai TS lebih
Pada awal nya nilai TS pada HRT 18 tinggi daripada HRT 24 hari. Namun pada
hari diperoleh lebih tinggi jika saat menjelang minggu kedua hingga
dibandingkan dengan HRT yang lain hal minggu kedelapan nilai TS untuk ketiga
ini disebabkan oleh partikel organik dalam HRT hampir sama. Waktu tinggal (HRT)
substrat masih tinggi. Namun pada saat substrat sangat berpengaruh pada
menjelang minggu kedua hingga minggu perubahan nilai TS, dimana semakin lama
kedelapan nilai TS untuk ketiga HRT waktu tinggal substrat dalam reaktor
hampir sama. Waktu tinggal (HRT) maka semakin rendah nilai TS yang
substrat sangat berpengaruh pada dihasilkan atau semakin tinggi laju
perubahan nilai TS, dimana semakin lama penguraian TS dalam reaktor. Gambar 5.
waktu tinggal substrat dalam reaktor Memperlihatkan nilai awal TS diperoleh
maka semakin rendah nilai TS yang lebih rendah daripada pada pengenceran
dihasilkan atau semakin tinggi laju 1 kali, hal ini disebabkan umpan masuk
penguraian TS dalam reaktor dan pada telah dicampur air sebanyak 2 bagian
waktu tertentu akan statis dikarenakan sehingga nilai TS jadi menurun.
substrat dari LCPKS sudah menurun. Untuk mengetahui model kinetika
Secara umum pada HRT 18 hari reaksi dari proses yang terjadi yaitu reaksi
menunjukkan bahwa nilai TS lebih tinggi hidrolisis dapat mengacu ke persamaan
jika dibandingkan dengan HRT 24 hari. yang lazim dilakukan yaitu persamaan
Demikian juga pada HRT 24 hari monod. Abdurrahman et al (2011)
diperoleh lebih tinggi nilai TS daripada mengemukakan dalam penelitiannya
HRT 30 hari. Waktu tinggal limbah bahwa untuk mengetahui model kinetika
dengan mikroorganisme yang lama dapat reaksi yang terjadi dapat mengacu
menurunkan nilai TS substrat. Nilai TS kepada beberapa persamaan yaitu
rata-rata pada variasi HRT untuk

82
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 26 No. 2 Tahun 2015 Hal. 77-84

persamaan monod, persamaan contois diperoleh R2 = 0,991 artinya sama dengan


dan persamaan Chen & Hashimoto. tingkat keakuratan data dalam persamaan
adalah 99,1 %.
Laju penguraian oleh mikroorganisme
dapat di simbolkan dengan U sedangkan
penurunan partikel organik disimbolkan
dengan COD. Persamaan (2) relevan
dengan persamaan reaksi orde satu.

= k. = k . x(t)…………...(3)

Jika dikonversikan symbol dengan


persamaan dengan pers (2) dan pers (3)
menjadi:

Y = 0.056 X………….………….(3)
Gambar 6. Persamaan model kinetika pada
HRT 30 hari dan pengenceran 1 ……………..……….(4)
kali
Persamaan laju reaksi (-r ) menjadi:
Data penelitian parameter COD dan
TS dapat dilakukan dengan menguji ke
persamaan metode kinetika yaitu
= (0.056) …….…….(5)
persamaan monod (Smith, 2000). Dari
hasil penelitian ditetapkan satu kondisi Sedangkan konstanta (ketetapan)
yang dianggap paling optimal dalam reaksi diperoleh 0,056. Laju perubahan
menurunkan partikel organik yaitu pada reaksi (-r) adalah laju penguraian/
HRT 30 hari dan konsentrasi 1 kali degradasi mikroorganisme terhadap
pengenceran. substrat dalam limbah equivalen dengan
Variabel X pada Gambar 6 0,056 kali perubahan 1/COD yang terjadi.
merupakan parameter 1/COD dalam Sehingga dapat dijadikan suatu model
satuan mg/L sedangkan untuk variabel Y persamaan untuk setiap perubahan COD
adalah 1/U atau Nilai TS dibagi dengan akan berpengaruh pada nilai laju reaksi
nilai COD dengan satuan mg/L. degradasi (1/U) dengan konstanta reaksi
Melalui pengolahan data untuk adalah 0,056 dalam Anaerobic Baffle
variabel 1/COD dan 1/U (TS/COD) untuk Reactor untuk kondisi waktu tinggal 30
kondisi HRT 30 hari dan konsentrasi 1 hari dan konsentrasi 1 kali pengenceran.
kali pengenceran makan diperoleh grafik Model persamaan lain dapat juga
seperti pada Gambar 6. Titik perpotongan diperoleh dengan mempertimbangkan
pada grafik tersebut akan diperoleh satu data COD dan TS yang ada sesuai
persamaan dengan pemilihan grafik dengan waktu tinggal dan pengenceran
secara linear (orde reaksi 1) maka yang dilakukan.
diperoleh persamaan 2.
KESIMPULAN
Y = 0,056 X ……………………..(2)
dengan R2 = 0,991 Penurunan partikel organik dengan
melihat parameter COD dan TS untuk
Y diartikan dalam persamaan adalah variasi pengenceran dan HRT, diperoleh
1/U sedangkan X adalah (1/COD). variasi yang optimum adalah pada
Sedangkan dalam perhitungan dengan konsentrasi 1 kali pengenceran (1:1) dan
menggunakan sistem regresi linear jika di waktu tinggal 30 hari dimana laju
peroleh R2 artinya adalah tingkat dekomposisi Total Solid (TS) mencapai
keakuratan dari data. Dalam hal ini 85% dan laju dekomposisi COD
mencapai 74%. Model kinetika reaksi

83
Siti Masriani Penentuan Model Kinetika Reaksi Hidrolisis Pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
Rambe
Dengan Anaerobic Baffle Reactor

pada penelitian ini diperoleh ada orde baffled reactor for sanitation in dence
reaksi satu dengan konstanta reaksi per-urban settlements”. Report to the
0,056. Melihat persamaan yang terbentuk Water Research Commission, Durban.
secara linear diperoleh persamaan laju ISBN No: 1-77005-371-9.
Gunther Bochman. (2011). “Pre-treatment
reaksi hidrolisis 0,056 kali laju penurunan
Technology for Biogas Production,
COD dengan tingkat keakuratan 99,1%. Istanbul Bioenergy”, International
Laju perubahan partikel organik COD Symposium on Anaerobic Digestion of
atau TS sangat berpengaruh pada waktu Solid Waste and Energy Crop, Turkey.
tinggal dan konsentrasi dalam penetapan Herawati Dewi Astuti dan Andang Arif
model kinetika reaksi atau persamaan Wibawa. (2010). “Pengaruh Pretreatment
reaksi dalam reaktor baffle. Jerami Padi pada Produksi Biogas dari
Jerami Padi dan Sampah Sayur Sawi
UCAPAN TERIMAKASIH Hijau Secara Batch”. Jurnal Rekayasa
Proses. Universitas Gajah Mada, Vol. 4,
Penulis mengucapkan terimakasih No. 1, Hal 25-29.
kepada Baristand Industri Medan yang Irvan, Bambang Trisakti, Vivian Wongistani
dan Yoshimasa Tomiuchi. (2012).
telah membiayai kegiatan penelitian juga
“Methane from Digestion of Palm Oil Mill
analis lab. Lingkungandi Baristand Medan Effluent (POME) in a Thermofilic
yang ikut serta dalam pelaksanaan Anaerobic Reactor”. International Journal
penelitian ini. of Science and Engineering Vol.3 (1) :
32-35.
DAFTAR PUSTAKA Morgenroth E, Kommedal R dan Harremoes
P. (2002). ” Processes and Modelling of
Abdurrahman N.H, Y.M Rosli, N.H Azhari, Hydrolysis of particulate organic matter in
S.F. Tam. (2011). Biomethanation of aerobic wastewater treatment- a Riview”.
Palm Oil Mill Effluent (POME) by Wat. Sci. Technol 45 (6): 25-40.
Membrane Anaerobic System (MAS) Poedjiadi Anna, F.M. dan Titin Supriyanti, Msi,
using POME as a Substrate. World Dr. (2009). “Dasar-Dasar Biokimia”.
Academy of Science, Engineering and Penerbit Universitas Indonesia (UI
Technology 51. page 419-424. Press). Jakarta.
Ahmad Adrianto, Tjandra Setiadi, Mindriany Smith,H.L. (2000). “Bacterial Growth,
Ayafila dan Oei Ban Liang. (2000). Department of Mathematicc and
“Model Kinetika Proses Biodegradasi Statistics”. Arizona State University,
Anaerob Minyak Dan Lemak”. Jurnal Tempe, AZ 85287. Supported in part by
Biosains Volume 5 No.1, Hal 28 – 37. NSF grant DMS 0107160.
Institut Teknologi Bandung, Indonesia. Sudjarwo Hermanto. (2006). “Sistem
Ahmad Adrianto, Bahrudin, Said Zul Amraini Pengolahan Anaerobik”. Panduan Praktis
dan David Andri. (2011). “ Biokonversi Instalasi Pengolahan Air Limbah, Pusat
Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit dengan Teknologi Limbah. Yogyakarta.
Bioreaktor Hybrid Anaerobic Fasa Thembhurkar A. R. (2007). Studies of
Tunggal. Prosiding SNTK, Unri, Hydrolysis and Acydogenesis of Kitchen
Pekanbaru. Waste in the two phase Anaerobic
Barthakur, A. M.Bora dan H. Devendra Singh. Digestion Journal of the IPHE, Vol. 2007-
(1991). “Kinetic model for substrate 08, No.2. India.
utilization and methane production in the
anaerobic digestion of organic feeds”.
Biotechnol.Prog, 7 (4), 369-376.
Broughton Alistair David. (2009). “Hydrolysis
and Acydogenesis of Farm Dairy effluent
for Biogas Production at Ambient
Temperatures”. Thesis. Master of
Engineering in Enviromental Engineering,
at Massey University, Palmerston North,
New Zealand. .
Foxon KM, Buckly CA, Brouckaert CJ, Dama
P, Mtembeu Z, Rodda N, Smith M, Pllay
S, Arjun N, Lalbahadur T dan Bux F.
(2006). “The Evaluation of the anaerobic

84

Anda mungkin juga menyukai