Anda di halaman 1dari 8

Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.

php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 5, No. 4 (2016)

STUDI ANALISIS KEMAMPUAN SELF PURIFICATION PADA SUNGAI PROGO


DITINJAU DARI PARAMETER BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND (BOD)
DAN DISSOLVED OXYGEN (DO)
(Studi Kasus : Buangan (Outlet) Industri Tahu Skala Rumahan Kecamatan Lendah
Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)

Beni Vandra *), Sudarno**), Winardi Dwi Nugraha **)


Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Sudarto, SH Tembalang, Semarang, Indonesia 50275
Email: beni.vandra@gmail.com

ABSTRAK

Sungai Progo merupakan sebuah sungai yang mengaliri Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta di Indonesia.Sungai
sejatinya memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah pencemaran yang terjadi akibat kegiatan buangan industri dan juga
kegiatan manusia didalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Proses tersebut dinamakan sebagai purifikasi .Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk menganalisa seberapa cepat kemampuan badan air untuk memulihkan diri jika diberi satu sumber cemaran.
Penelitiandilakukan dengan metodologi analisa terhadap parameter fisikokimia yaitu BOD, DO, pH, dan Suhu. Nilai Konsentrasi
oksigen terlarut (DO) dalam badan sungai diketahui dengan menentukan besaran deoksigenasi dan reaerasi menggunakan
persamaan streeter-phelps yang menggambarkan variasi pengurangan oksigen dengan jarak aliran sebagai kurva pengurangan
oksigen. Hasil Buangan (outlet) industri tahu skala rumahan Kecamatan Lendah, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta yang dibuang ke badan sungai progo sebesar 28 mg/l untuk konsentrasi organik BOD dan 1 mg/l untuk
konsentrasi Oksigen Terlarutberdampak langsung terhadap kualitas BOD dan DO pada badan air. Hasil permodelan dengan kurva
pengurangan oksigen akibat buangan ini menunjukkan bahwa nilai laju deoksigenasi (K) = 0.0017 /menit dan laju aerasi (R) =
0.0077/menit. Dari hasil ini menggambarkan tidak terdapat zona pemulihan kandungan oksigen pada Sungai Progo menuju kondisi
saturasi DO.

Kata Kunci : BOD,Streeter-phelps, Deoksigenasi, DO, Purifikasi, Reaerasi

ABSTRACT

Progo River is a river that runs through Central Java and Yogyakarta in Indonesia. River actually has the ability to address the
pollution problems arising from the discharge of industrial and human activities in meeting their daily needs. The process is called
as purification The aim of this study was to analyze how fast the water body's ability to recover if given a source of contamination.
The study was conducted using the methodology of analyzing the physicochemical parameters ie BOD, DO, pH, and temperature.
Values concentration of dissolved oxygen (DO) in the water bodies are known to determine the amount of deoxygenation and
reaerasi using Streeter-phelps equation that describes the variation reduction of oxygen within the flow as oxygen reduction curve.
Results Exiles (outlet) industry know-scale home-based District of Lendah, Kulon Progo, Yogyakarta Province were discharged into
water bodies progo of 28 mg / l for the concentration of organic BOD and 1 mg / l for the concentration of Dissolved Oxygen direct
impact on the quality of BOD and DO in water bodies. The results of modeling the exhaust oxygen due to the reduction curve shows
that the rate of deoxygenation (K) = 0.0017 / min and aeration rate (R) = 0.0077 / min. From these results reflect the recovery zone
there is no oxygen content of the Progo towards saturation DO.

Keywords: BOD, Streeter-phelps, Deoxygenation, DO, Purification, Reaeration

1 *) Penulis
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 5, No. 4 (2016)

PENDAHULUAN yang dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk


Seiring dengan pesatnya pertumbuhan penduduk mengoksidasi bahan organik menjadi karbondioksida
dan tingginya angka produksi sejumlah kebutuhan, dan air. Dengan kata lain, BOD menunjukkan jumlah
sungai sebagai tampungan berbagai macam limbah oksigen yang dikonsumsi oleh proses respirasi
kini telah mengalami penurunan kualitas air yang mikroba aerob yang terdapat dalam botol besar
signifikan. Kondisi yang cukup menyedihkan daripada kadar bahan organik. Sebaliknya, perairan
sesungguhnya banyak terjadi di sejumlah negara rawa memiliki kadar bahan organik yang lebih besar
berkembang dan kota metropolitan dimana tidak daripada kadar bahan anorganik
terdapat pengendalian pertumbuhan penduduk dan terlarut.(Effendi,2003).
pengembangan industri yang baik (jirka and
weitbrecht, 2005).
Hendrasarie dan Cahrayani (2008), menjelaskan
bahwa alam sebenarnya memiliki kemampuan
mengatasi masalah pencemaran yang terjadi.
Mekanisme yang disebut self purification sebagai
daya dukung alam tentunya terjadi pada kondisi
pencemaran tertentu. Yang terjadi belakangan, ketika
bersentuhan dengan peradaban modern, tingkat
pencemaran sudah melebihi ambang batas atau
kapasitas daya dukung alam. Dengan penelitian ini
maka akan diketahui kemampuan sungai untuk
Gambar 1 Pengurangan Oksigen dan Penyisihan
memurnikan kembali zat pencemar, khususnya
BOD dalam Aliran Sungai
parameter BOD dan DO yang masuk ke badan air
Sumber : Punmia, 1998
sebagai pencemar. Hanya, self-purification atau daya
dukung alam hanya bisa muncul pada kondisi
Kemampuan badan air untuk memurnikan diri
pencemaran tertentu. Yang terjadi belakangan, ketika
(Self Purification) merupakan kemampuan untuk
bersentuhan dengan peradaban modern, tingkat
menghilangkan bahan organik, nutrisi tanaman, atau
pencemaran sudah melebihi ambang batas atau
pencemar lainnya dari suatu danau atau sungai oleh
kapasitas daya dukung alam.
aktivitas biologis dari komunitas yang hidup di
dalamnya. Pemurnian diri sering berhubungan dengan
DASAR TEORI
oksidasi bahan organik oleh organisme aerobik. Proses
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu
oksidasi menimbulkan deoksigenasi dari air sungai
wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh
dan tingkat deoksigenasi tergantung pada kekuatan air
punggung-punggung gunung yang menampung dan
limbah, tingkat pengenceran yang diberikan oleh
menyimpan air hujan untuk kemudian
campuran dengan air sungai, dan kecepatan sungai.
menyalurkannya ke laut melalui sungai utama. (Chay
Berkurangnya kadar DO dikenal dengan istilah
Asdak, 2007)
deoksigenasi. Tingkat deoksigenasi dipengaruhi oleh
Oksigen terlarut (DO) adalah jumlah oksigen
jumlah materi organik yang tersisa yang teroksidasi
terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan
setiap waktu, sesuai dengan temperatur yang
absorbs atmosfer/udara. Oksigen terlarut di suatu
dibutuhkan dalam reaksi tersebut. Variasi penurunan
perairan sangat berperan dalam proses penyerapan
kandungan DO pada aliran sungai dalam satuan waktu
makanan oleh makhluk hidup dalam air. Untuk
tertentu digambarkan sebagai kurva deoksigenasi
mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat
(deoxygenation curve) berikut ini :
dilakukan dengan mengamati beberapa parameter
kimia seperti oksigen terlarut (DO). Semakin banyak
jumlah DO maka kualitas air semakin baik, jika kadar
oksigen terlarut yang terlalu rendah akan
menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi
anaerobik yang mungkin saja terjadi. (Anggriawan
dalam Salmin, 2003)
Secara tidak langsung, BOD merupakan
gambaran kadar bahan organik, yaitu jumlah oksigen

2 *) Penulis
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 5, No. 4 (2016)

Gambar 2 Kurva Deoksigenasi, Reoksigenasi, dan Gambar 3 Tahapan Proses Purifikasi


Pengurangan Oksigen
Sumber : Punmia,1998 METODOLOGI PENELITIAN
Tujuan operasional penelitian ini adalah:
Analisis kurva pengurangan oksigen tersebut 1. Analisis kualitas air sungai untuk parameter
dapat diselesaikan dengan menentukan tingkat BOD dan DO.
deoksigenasi dan reaerasi dengan persamaan streeter- Variabel untuk penelitian ini adalah parameter
phelps berikut ini : BOD dan DO dari hasil uji laboratorium sampel
= + air yang diambil dari titik-titik sampel yang telah
ditentukan sepanjang Sungai Progo yang ada di
dimana, Provinsi Yogyakarta.
K = konstanta reaksi BOD (deoksigenasi) 2. Analisis proses self purification yang terdiri dari
R = konstanta reoksigenasi proses deoksigenasi dan proses reaerasi yang
Dt = nilai defisit oksigen pada titik sumber terjadi pada sungai.
pencemar padawaktu t
L = konsentrasi BOD
Konsentrasi BOD dan DO dari hasil uji
t = waktu tempuh antara dua titik
laboratorium diolah dengan model matematis kualitas
Nilai konstanta deoksigenasi air sungai dapat air dari berbagai literatur yang ada untuk menentukan
menunjukkan kecepatan pemakaian oksigen oleh air koefisien deoksigenasi dan reaerasi yang terjadi pada
sungai untuk proses biokimia seperti penguraian badan sungai, sehingga dapat diketahui kemampuan
(dekomposisi) bahan organik atau BOD yang masuk self purification Sungai Progo di Provinsi Yogyakarta.
ke dalam air sungai secara biologis oleh mikroba,
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan
proses oksidasi secara kimia, dan sebagainya.
Semakin besar nilai konstanta ini, akan semakin besar dengan rincian sebagai berikut:
pula kemampuan sungai untuk melakukan 1. Tahap Persiapan
dekomposisi, oksidasi, dan purifikasi secara alamiah. Tahap ini merupakan langkah awal dalam
(Razif, 1994). penelitian yang meliputi :
Konstanta Deoksigenasi secara matematis dapat a. Survey pendahuluan dan studi literatur untuk
ditunjukkan dalam persamaan berikut mengumpulkan berbagai informasi mengenai
Log = K1t lokasi penelitian.
Dimana, b. Pengumpulan berbagai referensi atau tinjauan
L’ = Konsentrasi BOD hulu (mg/l) pustaka, baik dari berbagai sumber buku
L = Konsentrasi BOD titik terakhirhilir(mg/l) maupun jurnal penelitian yang terkait dengan
t = Waktu tempuh antar titik (hari) pembahasan dalam penelitian.
c. Persiapan alat dan bahan yang digunakan
Pemurnian Alami atau self purification terdiri
dari 4 zona yaitu : untuk pengambilan sampel air di titik-titik
1. Zona Degradasi sampel.
2. Zona Dekomposisi Aktif 2. Tahap Pelaksanaan
3. Zona Pemulihan Tahap ini meliputi :
4. Zona Air Bersih a. Pengambilan data primer di lapangan
(pengambilan air sampel di titik-titik sampel,
pengukuran debit sungai, dan pengujian

3 *) Penulis
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 5, No. 4 (2016)

konsentrasi parameter BOD dan DO) dan Peraturan pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
data sekunder dari lokasi penelitian. mengenai Pengelolaan kualitas Air dan Pengendalian
b. Pengolahan data untuk mencapai tujuan Pencemaran Air. Berikut ini table perbandingan
penelitian yang diinginkan. konsentrasi setiap parameter dari Titik Point Source
3. Tahap Penyusunan Laporan sampai dengan titik 10.
Tahap ini meliputi : Konsentrasi DO pada Titik PS, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
a. Analisis data yang diperoleh sebagai tahapan 10 bila diamati pada tabel diatas melebihi baku mutu
utama dalam penelitian ini sehingga minimum air kelas I yang telah ditentukan dalam
diperolah kesimpulan berdasarkan hasil peraturan yang berlaku dan hanya di titik 1 dan 2 yang
temuan di lapangan. memenuhi baku mutu untuk oksigen terlarut sebesar
b. Proses penyusunan laporan penelitian 6,75 mg/l dan 7,6 mg/l. Sedangkan untuk parameter
BOD, semua titik pengambilan memiliki konsentrasi
HASIL DAN PEMBAHASAN lebih dari 2 mg/L yang ditentukan untuk Baku Mutu
Kedalaman Sungai Kelas I yang berlaku.
Jarak Antar Titik Suhu V L Melihat hasil ini
NO TITIK pH H1 H2 H3
(m) (°C) (m/s) (m) (m) tentunya diperlukan
1 PS 0 upaya total untuk
6.5 29.2 0.8 2 1 2 6
memenuhi baku mutu
2 T1 500 7.3 26 0.91 4 6 5 16
bila pada titik-titik
3 T2 500 7.69 25 0.43 3 4.5 3 18
dengan status melebihi
4 T3 620 7.18 26 0.5 3 4 7 15
baku mutu ingin
5 T4 650 7.85 28 0.52 5 6 1 20
dimanfaatkan untuk
6 T5 700 7.52 25 0.55 1.4 3 1.5 25
kegiatan manusia.
7 T6 900 7.6 27 0.32 3 4 3.5 24 Sedangkan untuk
8 T7 1000 7.68 23 0.62 2.5 4.5 4 30 parameter pH dan suhu
9 T8 800 7.6 25 0.77 2.1 3 2 35 dinyatakan memenuhi
10 T9 700 7.2 26 0.83 3 4 2.2 33 baku mutu yang telah
11 T10 1200 7.31 26 0.62 2 5 3 50 ditentukan dan
Tabel 1 Lokasi Pengambilan Sampel Air dan menyesuaikan dengan PP 82 tahun 2001.
Pengukuran Kualitas Insitu Laju deoksigenasi dan reaerasi dipengaruhi oleh
kecepatan aliran, jarak antar titik, dan waktu tempuh
Total jarak antar titik dari titik 1 hingga titik 10 yang dibutuhkan oleh air yang mengandung materi
adalah 7.570 m dengan kecepatan aliran yang organik didalamnya. Pada Perhitungan penentuan
bervariasi, yang mana kecepatan terendah berada pada koefisien K per satuan waktu, Perlu adanya selisih
titik point source. dan titik 6, yaitu pada kecepatan antara konsentrasi BOD pada titik pencampuran air
0,32 m/s ,sedangkan untuk kecepatan tertinggi pada hulu dan point source.
titik 1 yaitu pada kecepatan 0.91 m/s. Untuk Koefisien deoksiginenasi (K) dan Reaerasi (Kr)
kedalaman dan lebar sungai pada titik 1 hingga titik 10 dapat menunjukkan seberapa besar laju pemurnian
tidak dapat dilakukan pengukuran karena keterbatasan alami (f) yang terjadi.Untuk nilai DO saturasi, dengan
alat. Untuk pH disetiap titik berada pada rentang nilai mnggunakan suhu pada titik 10, yaitu 26 ºC sebagai
antara 6 sampai 8, dalam artian masih dalam kondisi acuan dan persamaan, menunjukkan hasil seperti
normal. Suhu tertinggi, berada pada contoh air yang dibawah ini :
diambil di titik point source, disebabkan oleh faktor Dos = 475/(33,3 + t)
pengaruh suhu buangan tahu yang langsung dibuang = 8,01 mg/l
ke badan air disaat masih temperature tinggi. Secara aktual, dapat dinyatakan bahwa terjadi
Setelah didapatkan nilai konsentrasi pH, suhu, defisit oksigen sebesar 1,26 mg/l pada titik 1 (D1) dan
DO, dan BOD pada setiap titik pengambilan sampel 3,01 mg/l pada titik 10 (D10).
air pada Sungai Progo, Perlu dilakukan perbandingan Dengan menggunakan persamaan, dapat
konsentrasi setiap parameter dengan baku mutu yang ditentukan laju deoksigenasi seperti berikut ini :
ada berdasarkan peraturan yang berlaku untuk
mengetahui lokasi yang melebihi baku mutu.
Log = K1t
Peraturan yang digunakan untuk acuan adalah

4 *) Penulis
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 5, No. 4 (2016)

Dimana nilai dari L’ adalah 15 mg/l 20


L : 3.2 mg/l

Konsentrasi BOD (mg/l)


t : 393 menit 15

10
Log = K1393
5
K = 0,0017 / menit 0
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000

Nilai konstanta K nantinya akan digunakan untuk BO…


Jarak (m)
Gambar 6 Grafik BOD Teoritis di Badan Sungai
menghitung konsentrasi BOD secara teoritis.
Nilai konstanta reaerasi (R) dapat dihitung
Dari gambar diatas dapat kita amati bahwa
dengan menggunakan persamaan streeter-phepls
secara teoritis nilai BOD mengalami penurunan pada
berikut ini :
setiap jarak yang ditempuh diakibatkan terjadinya
proses perpindahan massa organik didalam air sungai
Dt = [10-Kt - 10-Rt ] + D0 10 -Rt atau dengan kata lain dinamakan proses deoksigenasi,
dimana nilai oksigen yang dibutuhkan oleh
Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh mikroorganisme untuk mengurai zat-zat organik
streeter-phepls pada sungai ohio, nilai konstanta R mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa
adalah asumsi, bila angka asumsi R benar, maka nilai semakin jauh jarak tempuh, senyawa organik secara
defisit oksigen pada titik terakhir akan sama dengan alamiah tentu saja mengalami penurunan nilai
atau mendekati nilai defisit oksigen titik terakhir konsentrasi dan secara bersamaan diikuti juga dengan
actual. Berikut ini contoh perhitungan defisit oksigen terjadinya penurunan jumlah mikroorganisme yang
pada titik 10 dengan asumsi R = 0.0077/Menit berada di air Sungai Progo tersebut. Nilai konsentrasi
BOD bergantung terhadap senyawa organik yang
D10 = [10-Kt - 10-Rt ] + D0 10 –Rt bersifat biodegradable dan jumlah mikroorganisme
yang terdapat pada badan air. Dapat diamati bahwa
D10 (teoritis) = 1.88 mg/l untuk penurunan konsentrasi BOD pada jarak tidak
sebesar pada jarak sebelumnya, hal ini dikarenakan
Asumsi R diatas melalui hasil komputasi dan oleh semakin berkurangnya kandungan oksigen yang
asumsi menghasilkan nilai defisit oksigen secara dibutuhkan untuk menguraikan senyawa organik.
teoritis sama mendekati nilai defisit oksigen actual Grafik defisit oksigen di atas menunjukkan
pada titik 10, sehingga nilai konstanta reaerasi pada bahwa telah terjadinya purifikasi alami konsentrasi
Sungai Progo Kecamatan Lendah, Kabupaten Kulon oksigen terlarut pada badan air. Konsentrasi DO tidak
Progo adalah 0.0077 /menit. mengalami dan mencapai nilai saturasi hingga pada
Berdasarkan perhitungan diatas tadi, dapat jarak13.100 m. Kondisi ini tentu saja akan terjadi
diketahui nilai laju deoksigenasi (K) untuk lokasi apabila tidak terdapat lagi masukan bahan pencemar
penelitian adalah 0.0017/menit dan nilai laju reaerasi yang masuk pada badan sungai di sepanjang jarak
adalah 0.0077/ menit. Kedua koefisien ini kemudian tersebut. Nilai konsentrasi defisit oksigen sangat
digunakan untuk menghitung nilai BOD teoritis dan tergantung pada pencemar organik yang masuk ke
nilai defisit oksigen yang terjadi di badan Sungai badan air, kecepatan aliran, adanya turbulensi, dan
Progo. Dengan persamaan yang sama untuk kondisi morfologi sungai itu sendiri dalam proses
menghitung kedua koefisien tersebut, maka reaerasi oksidasi.
didapatkan hasil BOD teoritis dan nilai defisit oksigen Untuk debit sungai sendiri secara teoritis
teoritis sebagai berikut : sebenarnya mempengaruhi konsentrasi pencemaran.
Nilai debit sendiri dipengaruhi oleh bentuk
geomorfologi sungai dan kecepatan aliran
mempengaruhi perubahan konsentrasi BOD dan DO
pada badan sungai. Untuk nilai koefisien manning (n)
relatif tidak menyebabkan perubahan signifikan dalam
hal jarak tempuh purifikasi alami BOD. Pada
dasarnya, konsentrasi BOD tergantung pada senyawa

5 *) Penulis
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 5, No. 4 (2016)

organik dan jumlah pengurai yang ada pada pada 10.00


badan air. 8.01
8.00
Pada kondisi ini penurunan konsentrasi BOD dan 7.90 6.796.09 6.42 6.65 6.84
7.10
6.12
5.86 5.90
DO terjadi akibat proses deoksigenasi ketika 6.00 6.75

DO (mg/L)
mikroorganisme membutuhkan oksigen untuk 5.75 5.00
5.10 5.00 5.25
melakukan dekomposisi senyawa organik yang ada. 4.00 4.50 4.70

Secara teoritis, laju aerasi akan meningkat seiring


2.00 2.60
dengan tingginya nilai perbandingan kecepatan aliran
dan kedalaman. 0.00
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000
Untuk mengetahui apakah dari permodelan yang
Jarak (m)
digunakan yaitu persamaan streeter-phelps dapat DO Aktual
mewakili keadaan aktualnya , maka digunakan Gambar 9 Grafik Perbandingan Nilai Konsentrasi
perbandingan antara nilai konsentrasi BOD dan DO DO Aktual dan DO Teoritis
secara aktual dan juga teoritis. Setelah
Tidak jauh berbeda seperti pada parameter BOD.
diperbandingkan antara kondisi actual dan teoritis
Terjadi perbedaan nilai konsentrasi untuk Parameter
didapatkan bahwa tidak terjadi perbedaan yang begitu
DO antara DO Aktual dan hasil perhitungan
signifikan antara keduanya.
matematis (DO teoritis), terutama pada jarak lebih
kurang 9000 m. Untuk konsentrasi DO pada penelitian
30.00 24.99
ini diukur dengan metode titrasi pada laboratorium,
tidak dalam kondisi insitu. Namun secara garis besar,
20.00 15.00 16.00 15.00
baik secara aktual maupun teoritis, untuk grafik diatas
BOD (mg/L)

13.00

8.80
menunjukkan bahwa konsentrasi DO mengalami
8.00
10.00 15.0013.44 6.40 perbaikan secara alami (self purification) akibat
11.76 2.40 3.20
10.20 terjadinya mekanisme reaerasi pada badan sungai itu
8.75
7.19
0.00
5.77 4.85 4.16 3.20 sendiri. Persamaan yang digunakan dalam
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 menentukan nilai R tidak memperhitungkan
BOD
JarakAktual
(m)
pengaruhgeomorfologi dalam hal ini kedalaman dan
Gambar 8 Grafik Perbandingan Nilai Konsentrasi perbedaan kemiringan segmentasi, vegetasi,
Antara BOD Aktual dengan BOD Teoritis kandungan oksigen sedimen, dan faktor alam lainnya.
Sehingga perbedaan nilai konsentrasi DO aktual dan
DO teoritis dapat terjadi.
Dari grafik diatas, untuk parameter BOD dari Adanya perbedaan disebabkan oleh perhitungan
data hasil uji laboratorium (BOD aktual) dan hasil konstanta K dan R pada badan sungai. Nilai tersebut
perhitungan matematis (BOD teoritis) menunjukkan menunjukkan pada kondisi nilai laju deoksigenasi
perbedaan yang signifikan, sehingga persamaan proporsional terhadap jumlah material organik yang
matematis dapat dianggap menunjukkan kondisi dapat dioksidasi serta nilai laju reaerasi proporsional
kualitas pencemar BOD pada badan sungai tersebut. terhadap nilai defisit oksigen. Pada kenyataannya,
Pada jarak 0 m konsentrasi BOD memiliki nilai yang kedua konstanta tersebut sangat dipengaruhi oleh suhu
sama antara BOD aktual dan teoritis. Terjadi fluktuasi permukaan, luas dan model penampang sungai.
pada jarak 672 m sampai dengan 9432 m. Keadaan ini Kondisi kehidupan biologis disekitar lokasi sungai,
sering terjadi pada permodelan kualitas sungai. Karena adanya turbulensi air pada sungai, bahkan sedimen
banyak faktor-faktor alami dalam sungai yang tidak yang terdapat di dasar sungai, serta morfologi sungai
diperhitungkan dalam beberapa model matematis yang secara spasial. Namun, perbedaan antara nilai
ada. Pada kondisi ini pengaruh dari yang bukan konsentrasi` secara teoritis dan aktual tidak berbeda
masukan bahan pencemar, jenis kandungan organik, secara signifikan, sehingga persamaan streeter-phelps
dan bakteri pengurai diabaikan sehingga perbedaan yang kita gunakan secara absolut dapat digunakan
nilai bisa saja terjadi. Selanjutnya berikut ini adalah untuk permodelan kualitas air sungai khususnya untuk
grafik perbandingan nilai konsentrasi DO aktual dan menentukan nilai K, R, dan defisit oksigen yang
DO teoritis berdasarkan persamaan streeter-phelps terjadi.
yang digunakan. Banyaknya persamaan matematis yang ada untuk
menentukan konstanta-konstanta tersebut tentunya
akan memberikan perbedaan hasil. Karena setiap
6 *) Penulis
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 5, No. 4 (2016)

persamaan yang ada berdasarkan eksperimen pada Uji Oksigen Terlarut Secara Yodometri
jenis sungai-sungai tertentu dengan kondisi yang (Modifikasi Azida). Jakarta : Balitbang DPU
berbeda dengan pengaruh yang berbeda-beda pula. Badan Standardisasi Nasional. 2008. Standar Nasional
Adanya beberapa nilai ini acapkali menimbulkan Indonesia Nomor 6989.57:2008 Tentang Metoda
keraguan untuk menentukan dan membuktikan nilai Pengambilan Contoh Air Permukaan. Jakarta :
koefisien mana yang paling sesuai untuk kondisi Balitbang DPU
sungai yang sedang dilakukan penelitian. Oleh sebab Badan Standardisasi Nasional. 2009. Standar Nasional
itu dibutuhkan permodelan matematis yang sesuai dan Indonesia Nomor 6989.72:2009 Tentang Cara
mewakili kondisi sungai yang sebenarnya untuk setiap Uji Kebutuhan Oksigen Biokimia (Biochemical
jangka waktu tertentu. Oxygen Demand/BOD). Jakarta : Balitbang DPU
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air bagi
KESIMPULAN Pengelolan Sumber Daya dan Lingkungan
Berdasarkan analisa dan pembahasan terhadap Perairan. Yogyakarta : Kanisius
Kemampuan Self Purification pada Sungai Progo, Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara.
maka dapat diambil kesimpulan: Yogyakarta : Kanisius
1 Kualitas air untuk parameter DO (Dissolved Hendrasarie, Novirina dan Cahyarani. 2008.
Oxygen) pada semua titik pengambilan tidak Kemampuan Self Purification Kali Surabaya,
memenuhi baku mutu jika mengacu pada Ditinjau dari Parameter Organik Berdasarkan
ketentuan peruntukan kelas I kecuali di titik 1
Model Matematis Kualitas Air. Surabaya :
dan titik 2.
2 Untuk Parameter BOD di semua titik Universitas Pembangunan Nasional Veteran
pengambilan sampel air melebihi baku mutu Herschy, Reginald W. 2008. Streamflow Measurement
kelas 1 dengan konsentrasi yaitu Point Source = 3rd Edition. CRC Press. USA : CRC Press
28 mg/l, T1 = 15 mg/l, T2 = 8 mg/l, T3 = 6.4 Ifabiyi, I. P. 2008. Self Purification of a Freshwater
mg/l, T4 = 16 mg/l, T5 = 15 mg/l, T6 = 13 mg/l, Stream in Ile-Ife : Lessons for Water
T7 = 8.80 mg/l, T8 = 2.40 mg/l, T9 = 3.20, T10 Management. Nigeria : Departement of
= 24.99 mg/l
Geography University of Ilorin
3 Untuk proses purifikasi sendiri didapatkan nilai
Kementerian Lingkungan Hidup. 2003. Keputusan
konstanta deoksigenasi (K) sebesar
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 110
0,0017/menit dan nilai Konstanta Reaerasi
Tahun 2003 Tentang Pedoman Penetapan Daya
sebesar 0,0077/ menit. Terlihat bahwa tidak
Tampung Beban Pencemaran Air. Jakarta :
terjadi proses purifikasi dimana ditunjukkan
Kementerian Lingkungan Hidup
dengan peningkatan konsentrasi BOD
Lin, Shun Dar. 2007. Water and Watewater
mendekati hilir dan fluktuatifnya konsentrasi
Calculations Manual. USA : McGraw Hill
DO.
Nazir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian. Jakarta :
DAFTAR PUSTAKA Ghalia Indonesia Punmia, B.C. dan Ashok Jain.
Anggriawan, Denny, Yuni Arisya dan Hanan Hanifah. 1998. Wastewater Engineering (Including Air
2013. Oksigen Terlarut. Bandung : Universitas Pollution). New Delhi : Laxmi Publications (P)
Padjadjaran Ltd
Anonim. 2013. Karakteristik Self Purification Sungai Razif, Mohammad. 1994. Penentuan Konstanta
Celeng di Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul. Kecepatan Deoksigenasi, Reaerasi, dan
Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh November Sedimentasi Disepanjang Sungai dengan
Surabaya Simulasi Komputer. Surabaya : Institut
Anonim, 2012. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Teknologi Sepuluh November Surabaya
Direktorat Kehutanan dan Konservasi Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan
Sumberdaya Air. 2008. Kajian Model Oksigen Biologi (BOD) sebagai Salah Satu
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan.
Terpadu. Jakarta : BAPPENAS Jakarta : Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI
Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Streeter, H. W. and Earle B. Phelps. 1925. A Study of
Daerah Aliran Sungai. Penerbit : Gajah Mada The Pollution and Natural Purification of The
University Press. Ohio River III (Reprinted 1958). U.S. :
Badan Standardisasi Nasional. 2004. Standar Nasional Department of Health, Education, and Welfare
Indonesia Nomor 6989.14:2004 Tentang Cara

7 *) Penulis
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 5, No. 4 (2016)

Sunandar, Priyo. 2009. Profil Daerah Aliran Kali Thoman, Robert V. dan John A. Mueller. 1987.
Progo (Kabupaten Magelang, Kabupaten Principles of Surface Water Quality Modeling
Temanggung, dan D.I. Yogyakarta). Depok : and Control. New York : Harper and Row,
Universitas Indonesia Publisher, Inc
Suriasumantri, Jujun S. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Wardhana, Wisnu Arya.2004. Dampak Pencemaran
Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka Sinar Lingkungan. Yogyakarta : Andi
Harapan

8 *) Penulis

Anda mungkin juga menyukai