Evaluasi Kinerja Dan Perencanaan Simpang Pada Pertemuan Jalan Arteri Dengan Ramp Tol MKTT
Evaluasi Kinerja Dan Perencanaan Simpang Pada Pertemuan Jalan Arteri Dengan Ramp Tol MKTT
ABSTRAK
Dalam mengatasi masalah kemacetan yang terjadi di jalan lintas Medan-Tebing Tinggi,
terutama pada titik tertentu seperti di Pasar Bengkel dan Simpang Kayu Besar pada jam-jam
sibuk, dibangun infrastruktur berupa jalan bebas hambatan yang menghubungkan Medan-
Kualanamu-Tebing Tinggi. Jalan tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi (MKTT) akan
menghubungkan kota Medan dengan Tebing Tinggi, sehingga para pengendara dari Medan
yang akan pergi ke Tebing Tinggi tidak akan melewati ruas jalan utama yang rawan kemacetan.
Terdapat persimpangan sebidang (intersection) yang menghubungkan ruas jalan arteri dengan
setiap gerbang Tol MKTT. Pada persimpangan tersebut, terjadi konflik antara arus dari jurusan
yang berlawanan dan saling memotong, sehingga mengakibatkan terjadinya tundaan dan
antrian di sepanjang lengan simpang. Konflik tersebut terjadi karena kurang tepatnya
perencanaan simpang yang mengalirkan arus kendaraan dari gerbang tol ke ruas jalan lintas
ataupun sebaliknya. Hal ini perlu mendapat perhatian karena kemacetan yang terjadi
menyebabkan antrian dan tundaan (delay) terutama pada jam sibuk dan hari libur, sehingga
memerlukan analisa kinerja simpang di persimpangan yang menghubungkan antara gerbang
Tol MKTT dan ruas jalan lintas dan merencanakan geometrik simpang beserta pengaturan lalu
lintas yang sesuai dengan simpang ini.
Dari hasil analisis evaluasi, diperoleh derajat kejenuhan pada simpang bertemunya jalan arteri
dan ramp tol Lubuk Pakam sebesar 0,71 dengan tingkat pelayanan C yaitu masih layak
digunakan, sehingga tidak dibutuhkan perubahan geometri simpang. sedangkan untuk di Sei
Rampah, derajat kejenuhan simpang sebesar 0,79 dengan tingkat pelayanan D yang artinya
tidak layak, membutuhkan perubahan geometri simpang yaitu dengan bundaran ber-APILL.
Dengan geometri bundaran yang direncanakan, derajat kejenuhannya 0,5 yang berarti layak
digunakan.
II.2 Bundaran
Bundaran dianggap sebagai jalinan yang
berurutan. Bundaran paling efektif jika
digunakan persimpangan antara jalan dengan
ukuran dan tingkat arus yang sama. Karena
itu bundaran sangat sesuai untuk
persimpangan antara jalan dua-lajur atau
empat-lajur. Gambar 2. Bagan Alir Metode Penelitian
Bundaran
II.3 MKJI 1997 Sumber : MKJI 1997
Manual Kapasitas Jalan Indonesia
merupakan panduan yang lahir pada tahun IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1997 yang berfungsi sebagai panduan dalam IV.1 Volume Lalu Lintas
perhitungan perancangan, perencanaan, dan Dari hasil survey LHR selama 24 jam
analisa operasional fasilitas lalu lintas. yang dilakukan, diperoleh hasil survey yang
dapat dilihat pada Gambar 3 untuk hasil
Volume (smp/jam)
Volume (smp/jam)
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
2200
2400
2600
2800
3000
3200
3400
3600
3800
4000
4200
400
500
600
700
800
900
1100
1200
1300
1400
1500
1600
1800
1900
2000
2100
2200
2300
2400
2500
2600
2700
2800
2900
300
1000
1700
06.00 - 07.00
06.00 - 07.00
07.00 - 08.00
07.00 - 08.00
08.00 - 09.00
08.00 - 09.00
23-Mei-18
13.00 - 14.00
14.00 - 15.00
hari dan pada Gambar 4 untuk hasil survey
14.00 - 15.00
15.00 - 16.00
23-Mei-18
15.00 - 16.00
16.00 - 17.00
16.00 - 17.00
17.00 - 18.00
17.00 - 18.00
18.00 - 19.00
Waktu
09-Jun-18
Lubuk Pakam
18.00 - 19.00
Waktu
Sei Rampah
19.00 - 20.00
19.00 - 20.00
20.00 - 21.00
31-Jul-18
20.00 - 21.00
21.00 - 22.00
21.00 - 22.00
22.00 - 23.00
22.00 - 23.00
23.00 - 24.00
31-Jul-18
23.00 - 24.00
00.00 - 01.00
00.00 - 01.00
01.00 - 02.00
01.00 - 02.00
02.00 - 03.00
02.00 - 03.00
03.00 - 04.00
03.00 - 04.00
04.00 - 05.00
04.00 - 05.00
05.00 - 06.00
arteri dan ramp tol Lubuk Pakam selama dua ramp tol Sei Rampah selama tiga hari.
05.00 - 06.00
Gambar 3. Hasil Survey LHR pada Simpang Bertemunnya Jalan Arteri dan Ramp Tol
Gambar 4. Hasil Survey LHR pada Simpang Bertemunnya Jalan Arteri dan Ramp Tol
survey LHR di simpang bertemunya jalan LHR di simpang bertemunya jalan arteri dan
IV.2 Geometri Simpang Lubuk Pakam, gambar geometri pada
Pada persimpangan yang ditinjau adalah keadaan eksisting dapat dilihat pada Gambar
simpang bersinyal dengan tiga lengan. Pada 5 dan data geometri dapat dilihat pada Tabel
simpang bertemunya jalan arteri dan ramp tol 1 serta Gambar 6 pada lokasi Sei Rampah dan
data geometri dapat dilihat pada Tabel 2.
Gambar 5. Geometri Eksisting Simpang pada Simpang Pertemuan Jalan Arteri dan Ramp
Tol Lubuk Pakam
Sumber: Hasil Survey dan Dokumentasi Pribadi
Tabel 1. Data Geometrik Simpang Pertemuan Jalan Arteri dengan Ramp Tol Lubuk Pakam
Pendekat Jalan Pendekat Jalan Lebar
Utama Lebar Minor
Bahu Pende Bahu
Pende Marka Marka
Jalan kat Jalan
Jumlah Medi kat jalan Jumlah Jalan
(m) Median (m) (m)
Lajur an (m) Lajur
Tabel 2. Data Geometrik Simpang Pertemuan Jalan Arteri dengan Ramp Tol Sei Rampah
Pendekat Jalan Pendekat Jalan Lebar
Utama Lebar Minor
Bahu Pende Bahu
Pende Marka Marka
Jalan Jumla kat Jalan
Jumlah Medi kat jalan Media Jalan
(m) h (m) (m)
Lajur an (m) n
Lajur
Tidak
2 18,5 Ada 1,2 2 Ada 13,4 Ada -
ada
IV.3 Hasil Analisa berasal dari hasil survey LHR yang telah
Perhitungan simpang bersinyal ini dilakukan yang pada keadaan LHR
dilakukan untuk mengetahui kapasitas dan maksimum.
perilaku lalu lintas. Data yang digunakan
Tabel 3. Hasil Rekapitulasi Kapasitas dan Perilaku Lalu Lintas pada Simpang Pertemuan
Jalan Arteri dan Ramp Tol Lubuk Pakam
Dera Tundaan Tundaan Tundaa Tingk
jat Lalin Tingk n at
Kapasitas Geometri
Pende Arus (Q) Keje Rata- at Simpan Pelay
(C) k Rata-
kat nuha rata (DG) rata Pelay g Rata- anan
n (DT) anan rata Simpa
smp/jam smp/jam (DS) det/smp det/smp det/smp ng
Utara 201,1 282,9 0,71 4,00 31,23 D
Timur 709,4 997,9 0,71 4,00 20,81 C 21,29 C
Barat 978,1 1375,9 0,71 3,85 12,01 B
Tabel 4. Hasil Rekapitulasi Kapasitas dan Perilaku Lalu Lintas pada Simpang Pertemuan
Jalan Arteri dan Ramp Tol Sei Rampah
Gambar 7. Penentuan Pengaturan Simpang pada Simpang Pertemuan Jalan Arteri dan Ramp
Tol Sei Rampah
Sumber gambar: Australian Road Research Board (ARRB)
Dari grafik pada Gambar 7, hasil dari survey normal yaitu tanggal 31 Juli 2018 (garis
24 jam pada tanggal 23 Mei 2018 (garis ungu), pengaturan simpang terletak pada area
merah) menunjukkan bahwa jumlah simpang prioritas. Jadi, pengaturan simpang
kendaraan pada jalan major dan minor yang di tentukan adalah bundaran dengan
mengarah pada pengaturan simpang dengan APILL.
cara bundaran/APILL. Hasil survey 24 jam
pada tanggal 9 Juni 2018 (garis abu-abu), IV.5 Perencanaan Simpang
pengaturan simpang pada simpang tersebut Untuk perancangan bundaran,
adalah simpang tak sebidang/grade digunakan data rata-rata dari LHR survey 24
separated. Hal ini dikarenakan jumlah jam, yaitu pada tanggal 23 Mei, 9 Juni dan 31
kendaraan yang melintas mengalami Juli 2018. Data LHR dapat dilihat pada
peningkatan yang tinggi pada H-6 lebaran Gambar 8.
Idul Fitri. Hasil survey 24 jam pada keadaan
2900
2700
2500
2300
Volume (smp/jam)
2100
1900
1700
1500
1300
1100
900
700
500
300
20.00 - 21.00
06.00 - 07.00
07.00 - 08.00
08.00 - 09.00
09.00 - 10.00
10.00 - 11.00
11.00 - 12.00
12.00 - 13.00
13.00 - 14.00
14.00 - 15.00
15.00 - 16.00
16.00 - 17.00
17.00 - 18.00
18.00 - 19.00
19.00 - 20.00
21.00 - 22.00
22.00 - 23.00
23.00 - 24.00
00.00 - 01.00
01.00 - 02.00
02.00 - 03.00
03.00 - 04.00
04.00 - 05.00
05.00 - 06.00
Waktu
Gambar 8. Volume Rata-rata LHR pada Simpang Bertemunya Jalan Arteri dan Ramp Tol Sei
Rampah
Sumber: Survey LHR dan Hasil Analisa
IV.5.1 Perencanaan Bundaran (Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera
Tentukan tipe bundaran yang sesuai Utara)
berdasarkan analisis biaya siklus hidup Lingkungan: Komersial
(BSH) dan perilaku lalulintas untuk kondisi Hambatan samping rendah
berikut: Ukuran kota > 3 juta orang
Penyelesaian:
Lalu-lintas: LHRU = 5.024 kend/hari
LHRT = 12.891 kend/hari Arus lalu-lintas dalam LHR diubah menjadi
LHRB = 15.521 kend/hari Arus jam rencana (QDH) dengan faktor k pada
Pertumbuhan lalu-lintas tahunan: 1,27% Table A-2:1 halaman 4-25 buku MKJI 1997.
QDH,U = 5.024 × 0,07 = 352 kend/jam pada buku MKJI 1997, bundaran yang
QDH,T = 12.891 × 0,07 = 902 kend/jam diperlukan untuk arus 2.226 kend/jam adalah
QDH,B = 15.521 × 0,07 = 1086 kend/jam R10-11 dengan kondisi LT/RT = 25/25 dan
Arus jalan mayor = 902 + 1086 = 1.989 rasio QMA/QMI = 1/1.
kend/jam Setelah ditentukannya tipe bundaran,
Arus jalan minor = 511 + 341 = 352 kend/jam selanjutnya perhitungan perencanaan
Dianggap rasio belok LT/RT = 15/15 bundaran.
Pemisahan arah = 1.989/352 = 5,66
Untuk memilih bundaran yang ekonomis, 1. Perencanaan Geometrik Bundaran
arus simpang total harus disesuaikan. Dalam perencanaan bundaran,
Q1 = (1.989 + 352) × (1 + 0,0127) / (1 + direncanakan geometrik bundaran. Sketsa
0,065) = 2.226 kend/jam dari geometri lokasi dapat dilihat pada
Berdasarkan Tabel 2.3.3:1 halaman 4-15 Gambar 9.
Gambar 9 Sketsa Geometri Bundaran pada Simpang Bertemunya Jalan Arteri dan Ramp
Tol Sei Rampah
Sumber: Hasil Analisa
Untuk menghindari kecelakaan akibat pendekat Timur = 0,53. Hal ini berarti
terlalu singkatnya waktu hijau, maka waktu derajat kejenuhan pada perencanaan
hijau di fase 1 dan 3 menjadi 10 detik. pengaturan simpang menggunakan
Dari Tabel V.28 menunjukkan bahwa bundaran dengan APILL yang
angka derajat kejenuhan pada pendekat direncanakan sesuai dengan yang
Utara = 0,24 ; pendekat Barat = 0,50 dan direkomendasikan oleh MKJI 1997 yaitu
DS ≤ 0,75.
V. SIMPULAN DAN SARAN perencanaan bundaran dengan
V.1 Simpulan APILL.
1. Hasil evaluasi kinerja simpang pada 6. Hasil dari perencanaan bundaran
simpang pertemuan antara jalan arteri dengan APILL diperoleh nilai derajat
dan ramp tol Lubuk Pakam dalam kejenuhan = 0,50. Hal ini
keadaan eksisting memiliki tingkat menunjukkan bahwa bundaran
pelayanan C, dengan derajat dengan APILL yang diencanakan
kejenuhan sebesar 0,71 pada masing- layak digunakan.
masing pendekat. Tundaan rata-rata
pada simpang ini sebesar 21,57 V.2 Saran
det/smp, yaitu masih layak digunakan 1. Dilakukan studi lanjutan mengenai
sehingga tidak perlu dilakukannya konflik pada gerbang Tol MKTT
pengubahan pengaturan simpang. terhadap jalan arteri. Jenis simpang
2. Masalah yang terdapat pada simpang apa yang tepat untuk menyelesaikan
pertemuan antara jalan arteri dan konflik (kemacetan) yang terjadi di
ramp tol Lubuk Pakam adalah tidak ramp tol yang berhubungan dengan
patuhnya pengendara terhadap lampu jalan arteri, terutama jika gerbang tol
lalu lintas. Tebing Tinggi sudah dapat
3. Perlu diadakan sosialisasi terhadapa dioperasikan.
masyarakat untuk lebih mematuhi
aturan lalu lintas seperti penambahan DAFTAR PUSTAKA
rambu peringatan akan adanya
Departemen Pekerjaan Umum , 1997,
simpang dan lampu lalu lintas, rambu
Manual Kapasitas Jalan Indonesia,
untuk mematuhi peraturan lalu lintas
Direktorat Jendral Bina Marga.
dan pos polisi di sekitar simpang agar
Mursid Budi H, Achmad Wicaksono, M.
masalah yang terdapat pada simpang
Ruslin Anwar, 2014, Evaluasi
pertemuan antara jalan arteri dan
Kinerja Simpang Tidak Bersinyal
ramp tol Lubuk Pakam dapat diatasi.
Jalan Raya Mengkreng Kabupaten
4. Hasil evaluasi kinerja simpang pada
Jombang, Fakultas Teknik
simpang pertemuan antara jalan arteri
Universitas Brawijaya.
dan ramp tol Sei Rampah dalam
Rorong, Novriyadi, Lintong Elisabeth,
keadaan eksisting memiliki tingkat
Joice E. Waani, 2015, Analisis
pelayanan D, dengan derajat
Kinerja Simpang Tidak Bersinyal
kejenuhan sebesar 0,79 pada masing-
Di Ruas Jalan S.Parman Dan Jalan
masing pendekat. Tundaan rata-rata
Di.Panjaitan, Fakultas Teknik
pada simpang ini sebesar 26,15
Jurusan Sipil, Universitas Sam
det/smp, yaitu tidak layak digunakan
Ratulangi Manado.
sehingga perlu dilakukannya
Nurfa T. N. dan Tetra O., 2015, Evaluasi
pengubahan pengaturan simpang.
Kinerja Ruas dan Persimpangan
5. Pada grafik penentuan pengaturan
(Studi Kasus Jalan Dr. Mansyur
simpang, simpang pertemuan antara
Kota Medan), Fakultas Teknik
jalan arteri dan ramp tol Sei Rampah
Sipil, Program Studi Teknik
ditentukan pengaturan simpangnya
Perancangan Jalan dan Jembatan,
yaitu bundaran/APILL. Dilakukan
Politeknik Negeri Medan.
perencanaan pada simpang ini, yaitu
Siregar,Irma Angraini, 2017, Evaluasi Amrizal, S.T., M.T., Jeffry Lisra, 2015,
Kinerja dan Pengaruh Antar Kajian Kelayakan Ekonomi
Simpang (Studi Kasus: Simpang Pembangunan Jembatan Layang
Griya dan Simpang Gaperta), Simpang Selayang Kota
Fakultas Teknik Sipil, Program Medan,Universitas Abulyatama.
Studi Teknik Perancangan Jalan Muhammad Ari Ramadhan, Purwanto,
dan Jembatan, Politeknik Negeri Sahrullah, 2015, Analisis Arus Lalu
Medan. Lintas Simpang Tak Bersinyal
Fadhilillah, Ibnu Uswah, 2016, Analisis (Studi Kasus Pada Simpang Jl.
Kinerja Simpang Jalan A. R. Hakim Untung Suropati – Jl. Ir. Sutami – Jl.
– Jalan H. M. Joni, Medan, Fakultas Selamet Riyadi di Kota Samarinda),
Teknik Sipil, Program Studi Teknik Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Perancangan Jalan dan Jembatan, Teknik Universitas 17 Agustus
Politeknik Negeri Medan. 1945.
Amrizal, S. T., M. T., 2011, Kinerja Juniardi, 2006, Analisis Arus Lalu Lintas Di
Simpang Bersinyal (Studi Kasus Simpang Tak Bersinyal (Studi
Simpang Tiga Jl. Setia Budi – Kasus: Simpang Timoho dan
Komp. Tasbih), Politeknik Negeri Simpang Tunjung di Kota
Medan. Yogyakarta), Universitas
Dinata, Welly Arya, dkk, 2017, Analisis Diponegoro Semarang.
Kinerja Simpang Tiga pada Jalan Fachreza Ahmad, Ricky Sudrajat, Amelia
Komyos Sudarso-Jalan Umuthalib Kusuma Indriastuti, Supriyono,
Kota Pontianak, Universitas 2017, Perencanaan Simpang Exit
Tanjung Pura Tol Salatiga, Universitas
Diponegoro.