Biografi Pramoedya Ananta Toer
Biografi Pramoedya Ananta Toer
Karena
tidak sedikit karya-karyanya yang fenomenal, Pramoedya Ananta Toer dikenal sebagai sastrawan
yang produktif. Pramoedya Ananta Toer lahir pada tanggal 6 Februari di daerah Blora yang
terletak di Jawa Tengah. Mastoer Imam Badjoeri adalah ayahnya yang bekerja sebagai guru di
sebuah sekolah swasta dan ibunya, Saidah yang bekerja sebagai penghulu di daerah Rembang.
Terlahir dengan nama Pramoedya Ananta Mastoer, Ia lebih dikenal sebagai Pramoedya Ananta
Toer dan biasa dipanggil Pram. Pramoedya Ananta Toer memulai jenjang sekolahnya di Institut
Boedi Utomo di Blora dengan bimbingan ayahnya yang mengajar di sana. Namun, Pramoedya
Ananta Toer sendiri tidak naik kelas beberapa kali. Setelah menyelesaikan pendidikannya di
Institut Boedi Utomo, Pramoedya Ananta Toer melanjutkan pendidikan di Sekolah Teknik Radio
Surabaya dari tahun 1940 sampai 1941 yaitu selama 1,5 tahun. Pramoedya Ananta Toer
berangkat ke Jakarta pada tahun 1942 untuk bekerja sebagai tukang ketik di 'Domel' yaitu
sebuah kantor berita Jepang saat Indonesia masih dalam masa pendudukan Jepang.
Dari tahun 1942 sampai 1943, Pramoedya Ananta Toer belajar di Taman Siswa yang didirikan Ki
Hajar Dewantara sambil menyambi kerjanya. Lalu, di tahun 1943 sampai 1945, Pramoedya
Ananta Toer mengikuti sebuah kursus yaitu Stenografi lalu di tahun 1945, Ia melanjutkan
pendidikannya di Sekolah Tinggi Islam Jakarta.
Kemudian Pramoedya Ananta Toer bergabung dengan pelatihan militer Tentara Keamanan
Rakyat pada tahun 1946 yaitu pada masa pascakemerdekaan Indonesia dan menjadi anggota
Resimen dengan memiliki pangkat letnan dua. Pramoedya Ananta Toer bertugas di Cikampek.
Lalu pada 1947, Ia kembali ke Jakarta.
Tahun 1947 tepatnya tanggal 22 Juli, dengan tuduhan menyimpan dokumen pemberontakan
melawan Belanda yang kembali ke Indonesia untuk berkuasa, Pramoedya Ananta Toer ditangkap
oleh Belanda. Kemudian dipenjara di Pulau Edam sebelum dipindahkan ke Bukit Duri hingga
tahun 1949. Banyak buku dan cerpen ditulisnya selama masa penahanannya.
Pramoedya Ananta Toer kemudian bekerja sebagai redaktor di Balai Pustaka Jakarta dari tahun
1950 sampai 1951 setelah masa penahanannya di penjara selesai.
Di tahun setelahnya, Pramoedya Ananta Toer mendirikan Literary and Fitures Agency Duta
hingga tahun 1954. Pramoedya Ananta Toer sempat ke Belanda untuk mengikuti pertukaran
budaya selama beberapa bulan sebelum kembali ke Indonesia.
Pramoedya Ananta Toer juga ke Beijing pada tahun 1956 untuk memperingati hari kematian Lu
Sung. Sekembalinya dari Beijing, Pramoedya Ananta Toer mempelajari tentang orang-orang
Tionghoa di Indonesia hingga berelasi dengan sastrawan dari Tiongkok. Dituliskannya banyak
karya-karya sastra yang berisi kritikan untuk Pemerintah Indonesia mengenai penyiksaan
terhadap terhadap etnis Tionghoa.
Kemudian, Pramoedya Ananta Toer menjadi pimpinan pusat Lembaga Kesenian Jakarta di tahun
1958 dan karenanya tidak sedikit seniman yang berseberangan pendapat dengannya.
Pramoedya Ananta Toer lalu bekerja di Universitas Res Republica sebagai dosen sastra. Tak
hanya itu, Pramoedya Ananta Toer juga pernah menjadi Dosen Akademi Jurnalistik Dr. Abdul
Rival.
Pada Desember, memasuki 1979, dengan bukti tak terlibat dalam gerakan G30S/PKI, Pramoedya
Ananta Toer dibebaskan namun tetap menjadi tahanan rumah hingga 1992. Pramoedya Ananta
Toer kemudian naik menjadi tahanan kota hingga tahanan negara di tahun 1999. Di masa-masa
di dalam penjara yang menghabiskan hampir separuh hidupnya, Pramoedya Ananta Toer aktif
menulis. Namun, oleh pemerintahan order baru, banyak karyanya yang dilarang untuk
diterbitkan.
Kegemaran Pramoedya Ananta Toer tidak hanya menulis namun juga merokok hingga memasuki
masa tuanya dimana Ia masih menoreh karya-karyanya hingga Ia harus terbaring di ranjang
rumah sakit di awal 2006 atas penyakit diabetes, sesak napas, dan jantung lemah. Sempat
keluar, Pramoedya Ananta Toer harus kembali lagi akibat radang paru paru yang memperburuk
kondisi kesehatannya.
Dengan embusan napas terakhir, perjuangan hidup Pramoedya Ananta Toer selama 81 tahun
harus berakhir di tanggal 30 April 2006. Masyarakat juga tokoh-tokoh terkenal seperti wakil
presiden masa itu, Jusuf Kalla, menghadiri upacara pemakamannya di TPU Karet Bivak, Jakarta.
Pramoedya Ananta Toer diketahui memiliki seorang istri bernama Maemunah Thamrin yang
melahirkan lima anak untuknya. Tak hanya itu, sembilan cucu juga dimiliki beliau. Maemunah
Thamrin menyusul kepergian suaminya pada bulan Januari tahun 2011 dan dimakamkan di
tempat yang sama.
3. Perburuan (1950)
9. Di Tepi Kali Bekasi (1951) (dari sisa naskah yang dirampas marinir Belanda pada 22 Juli 1947.)
10. Dia Yang Menyerah (1951) (kemudian dicetak ulang dalam kumpulan cerita pendek)
11. Cerita Dari Blora (1952) (pemenang karya sastra terbaik dari Badan Musyawarah
Kebudayaan Nasional, Jakarta, 1953)
19. Panggil Aku Kartini Saja (I & II 1963; III & IV tidak Terbit)
20. Kumpulan Karya Kartini (yang pernah di umumkan di berbagai media) (tidak terbit)
22. Gadis Pantai (1962-1965) (dalam bentuk cerita bersambung, bagian pertama trilogi tentang
keluarga Pramudya ; terbit sebagai buku, 1987. bagian II dan III tidak terbit)
34. Memoar Oei Tjoe Tat (ed.) Oei Tjoe Tat (1995)
2. Penghargaan dari The Fund for Free Expression, New York, AS, 1989.
3. Wertheim Award, “for his meritorious services to the struggle for emancipation of Indonesian
people”, dari The Wertheim Fondation, Leiden, Belanda, 1995.
4. Ramon Magsaysay Award, “for Journalism, Literature, and Creative Arts, in recognation of his
illuminating with briliant stories the historical awakening, and modern experience of Indonesian
people”, dari Ramon Magsaysay Award Foundation, Manila, Filipina, 1995.
5. UNESCO Madanjeet Singh Prize, “in recognition of his outstanding contribution to the
promotion of tolerance and non-violence” dari UNESCO, Perancis, 1996.
6. Doctor of Humane Letters, “in recognition of his remarkable imagination and distinguished
literary contributions, his example to all who oppose tyranny, and his highly principled struggle
for intellectual freedom” dari Universitas Michigan, Madison, AS, 1999.
7. Chancellor’s distinguished Honor Award, “for his outstanding literary archievements and for
his contributions to ethnic tolerance and global understanding”, dari Universitas California,
Berkeley, AS, 1999.
9. New York Foundation for the Arts Award, New York, AS, 2000.
10. Fukuoka Cultural Grand Prize (Hadiah Budaya Asia Fukuoka), Jepang, 2000.
Kaidah Kebahasaan:
b. Rujukan kata:
c. Peristiwa: Pramoedya Ananta Toer memulai jenjang sekolahnya di Institut Boedi Utomo di
Blora dan tidak naik kelas beberapa kali, penangkapan Pramoedya Ananta Toer hingga ditahan
tanpa pengadilan dari tahun 1965 sampai 1969, Pramoedya Ananta Toer diberikan banyak
penghargaan tidak hanya nasional namun juga internasional atas karya-karyanya.
d. Tempat: Blora, Surabaya, Jakarta, Pulau Edam, Nusakambangan, Pulau Buru, Beijing, Belanda,
TPU Karet Bivak.
e. Waktu: 6 Februari 1925, 1940 hingga 1941, 1942 hingga 1943, 1944 hingga 1945, 1946, 1947,
22 Juli 1947, 1949, 1950 hingga 1951, 1954, 1956, 1958, 1962, 1960, 1965 hingga 1969, 1969
hingga 1979, Desember 1979, 1992, 1999, 1995, awal 2006, 30 April 2006, Januari tahun 2011.
f. Kata kerja dasar: naik, tinggal, pulang, mulai, tetap, terbit, masuk, keluar.
e. Afiks/imbuhan: