Anda di halaman 1dari 8

BAHAN AJAR 5: MATA KULIAH

PERLINDUNGAN HUTAN
Oleh: Dr.Ir. Andi Sadapotto, MP

Mata Kuliah : Perlindungan Hutan


Kode Mata Kuliah / SKS : 304 M 1113
Semester : Awal
Program Studi : Kehutanan
Mata Kuliah Prasyarat : Biologi Dasar
Dosen Penanggung Jawab : Dr.Ir. Andi Sadapotto, MP
Tim Dosen : 1. Ir. Budiaman, MP
2. Gusmiaty, SP.MP
Mahasiswa mampu mengidentifikasi, mendiagnosa dan
Sasaran Belajar/Learning
: menentukan strategi pencegahan dan/atau pengendalian
outcome
faktor-faktor penyebab kerusakan hutan
Mata kuliah ini membahas tentang batasan dan prinsip dalam
perlindungan hutan, faktor-faktor penyebab kerusakan hutan,
identifikasi dan klasifikasi semua faktor penyebab kerusakan
: Kuliah
Deskripsi Mata hutan, faktor fisik penyebab kerusakan hutan, faktor biologis
penyebab kerusakan hutan dan faktor sosial penyebab
kerusakan hutan, desain program pencegahan dan atau
pengendalian semua faktor penyebab kerusakan hutan .

1. PENDAHULUAN
a) Garis Besar Materi Pokok Bahasan V:

Pokok bahasan keempat ini terkait dengan faktor-faktor fisik penyebab kerusakan hutan yaitu
faktor pengelolaan tanah yang kurang baik

b) Sasaran Pembelajaran/Learning objective:

Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor fisik penyebab kerusakan hutan yaitu faktor
pengelolaan tanah yang kurang baik.

c) Perilaku Awal/Entry behavior:

1
Mahasiswa mampu membedakan dan mengelompokkan faktor fisik penyebab kerusakan
hutan yaitu faktor pengelolaan tanah yang kurang baik.

d) Manfaat Pokok Bahasan:

Setelah mahasiswa mengikuti dan memahami faktor fisik penyebab kerusakan hutan karena
faktor pengelolaan tanah yang kurang baik.

e) Urutan Pembahasan:
Faktor pengelolaan tanah yang kurang baik akan terdiri dari :

- Penyakit karena defisiensi bahan makanan atau hara


- Penyakit yang disebabkan kelebihan hara

f) Petunjuk Belajar/instructional orientation:

Pada materi bahasan kedua ini dikemukakan landasan hukum perlindungan dan
pengamanan hutan. Selanjutnya memahami isu strategi dalam perlindungan dan
pengamanana dikaitkan dengan pengelolaan hutan

2. PENYAJIAN MATERI BAHASAN

a. Uraian Materi bahasan


I. Kerusakan Hutan Karena Faktor Pengelolaan Tanah yang Kurang Baik

Pada pokok bahasan V akan diuraikan hal-hal yang terkait dengan faktor-faktor
penyebab kerusakan hutan karena faktor pengelolaan tanah yang kurang baik. Tumbuh-
tumbuhan tidak dapat berperanan sebagaimana mestinya apabila beberapa faktor fisik dan
kimia yang terdapat di dalam tanah menghambat sistem perakaran untuk menyerap air, unsur
hara dan oksigen. Faktor fisik tanah yang sangat penting adalah mengenai tekstur dan
strukturnya. Faktor ini sangat mempengaruhi daya tampung air dan hara, peredaran udara,
suhu dan pertumbuhan akar.
Faktor kimia meliputi sumber-sumber mineral, kapasitas pertukaran koloid tanah dan
reaksi tanah. Pembicaraan lebih lanjut tentang faktor-faktor di atas adalah diluar bidang ilmu
perlindungan hutan. Tetapi kita harus menyadari bahwa banyak interaksi antara tanah yang
dapat menyebabkan kebutuhan utama tumbuh-tumbuhan melampaui batas toleran. Dengan

2
demikian akan timbul gejala penyakit tanaman sebagai akibat defisiensi karena tersedianya
kebutuhan secara berlebihan atau tidak adanya keseimbangan antara faktor-faktor yang
diperlukan.
1. Penyakit karena defisiensi bahan makanan atau hara
Analisis mineral hara yang terdapat di dalam tanah menunjukkan perbedaan yang sangat
nyata dalam hal konsentrasinya. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman mempunyai
kemampuan untuk menyeleksi absorpsi hara yang tersedia di dalam tanah. Lebih 60 jenis
elemen telah diketemukan di dalam jaringan berbagai tanaman. Diantara ini hanya 16 yang
dianggap sangat penting untuk pertumbuhan dari kebanyakan tanaman.
Ada tiga kriteria untuk menentukan apakah sesuatu elemen sangat dibutuhkan oleh
tanaman atau tidak yakni :
a. Sesuatu tanaman tidak dapat menyempurnakan pertumbuhan vegetatifnya atau fase
reproduksi tidak dapat berkembang apabila kekurangan elemen tersebut.
b. Gejala defisiensi sesuatu elemen hanya dapat dinormalkan kembali dengan memberikan
elemen tersebut kepada tanaman.
c. Elemen ini secara langsung merupakan hara yang dibutuhkan oleh tanaman.

Tabel 1. Elemen-elemen untuk pertumbuhan tanaman


Elemen Simbol Bentuk yang Konsentrasi dalam
dimanfaatkan jaringan (%)
tanaman
Macronutrients
1. Carbon C CO2 45
2. Oxygen O O2, H2O 45
3. Hydrogen H H2O 6
4. Nitrogen N NO3-, NH4+ 1,5
5. Phosphorus P H2PO4-, HPO4= 0,2
6. Potassium K K+ 1,0
7. Calcium Ca Ca++ 0,5
8. Magnesium Mg Mg++ 0,2
9. Sulphur S SO4= 0,1
Micronutrients
1. Chlorine Cl Cl- 0.01
2. Boron B BO3=, B4O7= 0.002
3. Iron Fe Fe+++, Fe++ 0.01
4. Manganese Mn Mn++ 0.005
5. Zinc Zn Zn++ 0.002
6. Copper Cu Cu++, Cu+ 0.0006

3
7. Molybdenum Mo MoO4= 0.00001

Defisiensi hara dapat terjadi apabila tersedianya dalam tanah sangat kurang atau
terdapatnya dalam bentuk yang tidak dapat diserap oleh tanaman. Difisiensi dapat disebabkan
karena proses pencucian, antagonisme bahan-bahan kimia, aktifitas mikroba, peredaran udara
dan kemasaman tanah (pH). Jika satu atau lebih elemen hara kurang, maka tanaman-tanaman
sering memperlihatkan gejala sebagai berikut :
a. Tidak berkembangnya anakan (seedling) atau seedling akan mati seluruhnya
b. Tanaman kerdil
c. Memperpanjang waktu pemetikan produksi
d. Gejala perubahan warna pada daun atau batang
e. Penurunan produksi tanaman terutama sekali kualitasnya
Untuk mengetahui penyakit defisiensi harus dimulai dengan mengetahui peranan
fisiologis tanaman dan tipe-tipe gejala defisiensi yang disebabkan oleh setiap unsur hara. Hal
ini dapat ditunjukkan dalam tabel agar supaya mudah mengevaluasi jenis kerusakan, dan
selanjutnya menentukan sistem pemupukan yang akan dianjurkan. Penyakit tanaman sebagai
akibat defisiensi hara dapat dicegah antara lain dengan :
a. Usaha pemupukan
b. Merubah pH tanah
c. Tindakan pengelolaan tanah yang baik
d. Sistem pengaturan atau pergiliran tanaman

2. Penyakit yang disebabkan kelebihan hara

Apabila konsentrasi elemen-elemen hara terdapat dalam jumlah yang berlebihan baik
secara alam maupun sebagai akibat penggunaan pupuk akan menyebabkan timbulnya gejala
fitotoksik. Keadaan ini terutama timbul karena konsentrasi micronutrient tinggi seperti :
boron, copper, manganese dan lain-lain, yang mana sering-sering disebabkan oleh
berubahnya pH tanah. Dengan berlebihnya salah satu mikro-nutrient dapat mempengaruhi
unsur hara lainnya, misalnya besi tidak dapat diserap oleh tanaman apabila copper terdapat
dalam jumlah yang berlebihan. Demikian pula halnya dengan penggunaan kapur yang
berlebihan dapat membuat tanah menjadi basah (alkali), sehingga unsur lainnya seperti
mangan tidak dapat diserap oleh tanaman. Tanah yang bergaram tidak hanya kelebihan
sodium tetapi juga sangat jelek strukturnya sehingga dapat menghambat pertumbuhan akar.

4
Tabel 2. Gejala Defisiensi dan Peranan Elemen Mineral Utama pada Tumbuhan

ELEMEN PERANAN ELEMEN TIPE GEJALA DEFISIENSI


Nitrogen Merupakan unsur pokok dari Pucuk menjadi kerdil, daun
enzime, protein, cellular dan menjadi jarang, berwarna
juga bagi lignin hijau pucat sampai kuning.
Daun paling bawah
berguguran
Phosporus Merupakan unsur pokok dari Pucuk menjadi kerdil, daun-
sejumlah zat-zat yang daun berwarna biru
diperlukan dalam fotosintesa, kehijauan, kadang-kadang
respirasi dan lain-lain. Juga disertai warna keunguan.
merupakan unsur pokok Matinya daun mulai dari
protein dan sel-sel membran dalam (pangkal cabang)
menuju keluar (ujung
cabang). Membatasi
pertumbuhan akar
Sulphur Merupakan unsur pokok dari Mengurangi pertumbuhan,
protein dan enzim bagian atas pucuk kelihatan
sangat pucat
Potassium Tidak ditemukan dalam Pucuk menjadi kerdil. Daun
susunan organik, secara kecil-kecil berwarna putih
umum peranannya adalah atau terdapat bercak-bercak
dalam keseimbangan ion-ion, coklat yang sudah mati
hidrasi dan permeabilitas
membran
Calcium Merupakan bagian utama Matinya titik tumbuh pada
dalam pembelahan sel dan bagian ujung. Pertumbuhan
perpanjangan sel pucuk kearah lateral
berlebihan dimana
Magnesium Merupakan bagian unsur Daun-daun bawah berwarna
pokok dari klorofil dalam pucat, tulang-tulang daun
bentuk ion-ion bebas, tetap hijau sedang daging
mengaktifkan respirasi enzim daun berwarna kuning pucat.
Selanjutnya daun bagian
bawah mati.
Besi Tanpa besi klorofil tidak Paling utama bagi daun-daun
dapat berfotosintesa. muda. Defisiensi yang keras
Merupakan komponen utama menyebabkan daun berwarna
dari metal protein enzim, putih.
cythochromes dan
leghaemoglobin
Mangan Mengaktifkan respirasi Gejalanya bermacam-macam
enzim terutama sintesa pada jenis padi-padian. Pada
klorofil dan reaksi fotokimia daun terdapat belang-belang
dari fotosintesis warna kelabu dan coklat atau
diselang selingi antara garis-
garis kelabu. Pada tanaman
yang berdaun lebar biasanya
warna daun berbelang belang

5
Seng Merupakan komponen dari Pada jenis padi-padian
beberapa enzim, merangsang pertumbuhan tipis daun-daun
aktivitas enzim terutama tua kelihatan agak ungu atau
metabolisme karbohidrat dan merah tua kemudian mati.
sintesa protein dan auksin Pada tanaman berdaun lebar
ciri-cirinya adalah “rosette”
dan daun kecil.
Copper Enzim yang mengandung Pertumbuhan kerdil,
Copper sangat penting dalam mengeringnya ujugn-ujung
berbagai macam reaksi daun muda dan daun menjadi
oksidasi dalam sel layu sungguhpun
kelembaban tetap tinggi
Molybdenium Pembantu utama dalam Daun berbintik-bintik dan
proses reduksi nitrat. mati, menekan
Komponen dari bermacam- perkembangan helai daun
macam metallo enzime. sebagai contoh whiptail pada
Sangat penting dalam fiksasi cauliflowers, mencegah
nitrogen oleh nodul-nodul nodule mengikat nitrogen
pada legum pada legum sehingga terjadi
defisiensi nitrogen
Boron Bentuk kegiatan yang jelas Batang mempunyai tebal
belum diketahui yang tidak normal, titik
tumbuh mati. Pada legum
membatasi pertumbuhan
nodule
Klorin Transport elektron dalam Layu, daun berwarna coklat
reaksi cahaya pada tua, daun mati. Jelas sekali
fotosintesis. Sedikit sekali menghambat pertumbuhan
diketahui tentang peranan akar
elemen ini
Cobalt Tidak begitu penting untuk Secara hebat membatasi
fiksasi bitrogen pada legum pertumbuhan legum yang
mana sangat bergantung pada
ikatan nitrogen secara
simbiotik

b. Pembahasan:
Setelah pemaparan materi bahasan tersebut di atas mahasiswa diberi kesempatan
bertanya atau membentuk kelompok diskusi atau kegiatan brain storming dengan tetap berada
dalam kendali atau pengawasan fasilitator untuk tetap berfungsinya expert jugments sebagai
nara sumber dari sudut pandang kecakapan dan filosofi keilmuan terkait.

c. Penelitian:

6
Fasilitator menguraikan berbagai contoh penelitian yang telah dan sedang serta
prospective dari berbagai faktor pengelolaan tanah yang kurang baik dapat diberikan dan
dilakukan di laboratorium sendiri maupun peneliti terkait secara nasional maupun
internasional. Demikian pula mahasiswa dapat megutarakan hal-hal terkait yang diperoleh
dan diketahuinya.

d. Penerapan:
Fasilitator menguraikan tentang Penghiliran/penerapan dari berbagai faktor penyebab
kerusakan hutan karena faktor pengelolaan tanah yang kurang baik. Pemberian contoh jenis
jenis pengelolaan tanah yang kurang baik dapat diberikan. Demikian pula mahasiswa dapat
megutarakan hal terkait yang diketahuinya.

e. Latihan:
Mahasiswa di dalam kelas melakukan kegiatan berupa menuliskan beberapa faktor
penyebab kerusakan hutan karena faktor pengelolaan tanah yang kurang baik.

f. Tugas Mandiri:
Dapat diberikan dalam bentuk mahasiswa menambahkan dengan mencari tambahan
materi terkait materi bahasan ini tentang faktor penyebab kerusakan karena faktor
pengelolaan tanah yang kurang baik.

3. PENUTUP
a. Rangkuman
Fasilitator merangkum materi kuliah ini dengan memberikan esensi dari materi
bahasan dan keterhubungannya dengan materi bahasan sebelumnya dan berikutnya.

b. Tes Formatif:

Fasilitator memberikan tes formatif untuk mengetahui tingkat penguasaan


pengetahuan yang diperoleh mahasiswa pada materi bahasan ini dengan memberikan
pertanyaan antara lain sebagai berikut:

a. Perbedaan kerusakan hutan karena faktor pengelolaan tanah yang kurang baik.

7
b. Perbedaan cara penanggulangan kerusakan hutan karena faktor pengelolaan
tanah yang kurang baik.

c. Umpan Balik:

Mahasiswa dapat mengajukan hal tentang kondisi yang dialami dan


diharapkannya untuk memahami materi bahasan terkait.

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kehutanan. 2004. Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2004.


2. Sitorus, T. 2006. Pola Perlindungan Hutan pada Tingkat Hulu. Surili Vol.
41/No.4/Desember 2006 hal 14-17
3. Suratmo, F.G. 1976. Ilmu Perlindungan Hutan. Lembaga Kerja sama Fakultas
Kehutanan IPB.

Anda mungkin juga menyukai