Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan angka harapan hidup menyebabkan jumlah penduduk
golongan lanjut usia (lansia) juga meningkat. Indonesia sebagai salah satu Negara
berkembang juga akan mengalami peningkatan jumlah lansia. Indonesia termasuk
lima besar Negara dengan jumlah lanjut usia terbanyak di dunia, yakni mencapai
18,1 juta jiwa atau 7,6% dari jumlah penduduk (Badan Pusat Statistik, 2010)
Diperkirakan dari jumlah lanjut usia di Indonesia pada tahun 2013 yaitu 24 juta
jiwa, 5% mengalami depresi. Akan meningkat 13,5% pada lanjut usia yang
memiliki penyakit kronis dan dirawat inap. Proporsi terbanyak terdapat di daerah
padat penduduk seperti di jawa tengah, jawa timur, dan jawa barat
( Rachmaningtyas, 2013).
Proses penuaan (aging process) merupakan suatu proses yang alami
ditandai dengan adanya perubahan kondisi fisik, psikologis, maupun social dalam
berinteraksi dengan orang lain. Perubahan tersebut meliputi pensiun, penyakit atau
ketidakmampuan fisik, penempatan dalam panti wredha, kematian pasangan dan
kebutuhan untuk merawat pasangan yang kesehatannya menurun. Perasaan tidak
berguna dan tidak diinginkan akan membuat lansia mengembangkan perasaan
rendah diri dan marah. Perasaan ini akan berpengaruh terhadap masalah sosial dan
pribadi lansia. Salah satu masalah psikologis adalah depresi.
Menurut World Health Organization (WHO), depresi merupakan suatu
gangguan mental umum yang ditandai dengan mood tertekan, kehilangan
kesenangan atau minat, perasaan bersalah atau harga diri rendah, gangguan makan
atau tidur, kurang energy, dan konsentrasi rendah. Tingginya stressor dan
peristiwa-peristiwa kehidupan yang tidak menyenangkan dapat menimbulkan
kemungkinan lanjut usia mengalami kecemasan, kesepian, sampai pada tahap
depresi (Saputri, 2011).
Prevalensi kejadian depresi pada lansia mencapai angka 1% sampai 5% dan
gejala depresi pada lansia hampir muncul pada 20% lansia. Menurut World Health
Organization (WHO), prevalensi kejadian depresi pada lansia bervariasi antara 10-
20% dan hal ini tergantung pada budaya dan situasi daerah di dunia. Depresi pada
populasi lansia diperkirakan 1-2%, prevalensi perempuan 1,4% dan laki-laki 0,4%.
Suatu penelitian menunjukkan variasi prevalensi depresi pada lansia antara 0,4-
35%, rata-rata prevalensi depresi mayor 1,8%, depresi minor 9,8%, dan gejala
klinis depresi nyata 13,5%. Sekitar 15% lansia tidak menunjukkan gejala depresi
yang jelas dan depresi terjadi lebih banyak pada lansia yang memiliki penyakit
medis.
Penderita depresi harus ditangani secara komprehensif. Baik oleh tenaga
professional maupun kerjasama dari lingkungan sekitar penderita. Tata laksana
depresi pada lansia dipengaruhi tingkat keparahan dan kepribadian seseorang.
Pada depresi ringan dan sedang, psikoterapi merupakan tata laksana yang
dilakukan dan berhasil. Terdapat berbagai bentuk pencegahan dan pengobayan
terhadap kondisi depresi misalnya melalui terapi farmakologi, psikoterapi, dan
melalui olahraga. Menurut NIMH, kerapuhan terhadap depresi adalah akibat dari
pengaruh interaksi berbagai gen dengan faktor lingkungan seperti kurang
berolahraga. olahraga merupakan aktivitas fisik yang didiga dapat meningkatkan
kondisi mood arah postitif (Wulandari & Santoso. 2015).
Berdasarkan dari hasil referensi dari beberapa masalah diatas tentang lanjut
usia, penulis ingin mengetahui cara untuk menangani depresi pada lansia di
Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia pucang gading semarang

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memahami konsep depresi serta
penanganan depresi pada pada lansia
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep dasar lansia
b. Mengetahui konsep dasar depresi pada lansia
c. Mengetahui penanganan depresi pada lansia berdasarkan literature dan
jurnal

C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan mengenai fenomena depresi pada lansia yang
berada di Panti Sosial
b. Menambah pengetahuan mengenai cara penanganan depresi pada
lansia.
BAB III
ANALISA JURNAL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Jurnal PICO


1. Jurnal 1 : Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Depresi pada
Lanjut Usia yang Tinggal di Panti Wreda Wening Wardoyo Jawa Tengah
P : jumlah populasi dari penelitian ini adalah 100 lansia yang tinggal di Panti
Wreda Wening Wardoyo Jawa Tengah. Jumlah sampel dalam penelitian ini
ada 67 lansia yang memenuhi kriteria penelitian yang dibagi menjadi 2
kelompok yaitu 32 lansia kelompok try out dan 35 lansia kelompok penelitian.
I : Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan skala psikologis. Ada dua buah skala psikologis yang
dibuat sendiri oleh peneliti, yaitu skala depresi dan skala dukungan sosial.
Untuk analisis data digunakan teknik analisis regresi sederhana . Pengukuran
dukungan sosial yang digunakan dalam penelitian adalah yang didasarkan
pada kualitas dukungan sosial yang diterima, sesuai dengan penerimaan
individu, atau sebagaimana yang dipersepsikan oleh individu yang
bersangkutan (perceived support).
C:-
O : Berdasarkan analisis data dengan regresi sederhana, dihasilkan p = 0,003
(p < 0,05) dengan rxy = -0,487 berarti terdapat hubungan negatif yang
signifikan antara dukungan sosial dengan depresi. Efektifitas regresi sebesar
0,237 artinya depresi 23,7% ditentukan oleh dukungan sosial. Sedangkan
76,3% sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diungkap dalam
penelitian.

2. Jurnal 2 : Hubungan Spiritual Well-Being dengan Tingkat Depresi


pada Lanjut Usia
P : jumlah populasi dari penelitian ini adalah 82 lansia dan menggunakan
teknik total sampling sehingga jumlah sampel penelitian ini ada 82 lansia
yang merupakan penduduk di Banjar Ketogan, Desa Taman, Kecamatan
Abiansemal, Kabputen Bandung, Provinsi Bali, mampu berkomunikasi secara
verbal, tidak sedang menggunakan obat antidepresan.
I : Instrumen pengambilan data yang digunakan adalah kuesioner spiritual
well-being scale (SWBS) untuk menilai tingkat spiritual well-being dan
kuesioner geriatric depression scale 15 items (GDS- 15 items) untuk menilai
tingkat depresi pada lansia. Kuesioner spiritual well-being scale diadopsi
tanpa modifikasi dari penelitian Rahgozar pada tahun 2013 yang terdiri dari
20 pernyataan tertutup dengan hasil penilaian dalam bentuk skala ordinal
dengan kategori penilaian dari total skor yaitu 20-52 dinyatakan kurang, 53-85
dinyatakan cukup, 86-120 dinyatakan baik. Kuesioner geriatric depression
scale 15 items diadopsi tanpa modifikasi dari penelitian Nyunt pada tahun
2009 yang terdiri dari 15 pertanyaan tertutup dengan hasil penilaian dalam
bentuk skala ordinal dengan kategori penilaian dari total skor yaitu 0-4
dinyatakan tidak depresi, 5-9 dinyatakan kemungkinan depresi, 10-15
dinyatakan depresi. Pengambilan data spiritual well-being dan tingkat depresi
pada lansia dilakukan pada Bulan Mei-Juni 2014 dengan waktu observasi atau
pengumpulan data secara bersamaan. Analisis data yang digunakan yaitu
analisis non parametrik dengan uji order rank Spearman (rs) atau Spearman
rho. Data hasil analisis disajikan dalam bentuk mean ± SD.
C : pembanding dari penelitian ini adalah Mc-Clain-Jacobson 2004
menunjukkan bahwa seseorang akan jarang menderita depresi apabila
seseorang tersebut memiliki spiritual wellbeing yang lebih tinggi.
O : Hasil uji analisis Spearman rho menunjukkan koefisien korelasi (rs) = -
0,885 dengan nilai p = 0,000 atau p < 0,05. Gambaran spiritual well-being
pada lanjut usia mayoritas berada pada kategori baik sebanyak 57 orang
(69,5%) dengan nilai mean 2,67, median 3, dan standar deviasi 0,522.
didapatkan gambaran tingkat depresi pada lanjut usia mayoritas berada pada
kategori tidak depresi sebanyak 61 orang (74,4%) dengan nilai mean 1,34,
median 1, dan standar deviasi 0,633.

3. Jurnal 3 : Hubungan Tingkat Depresi dengan Tingkat Kemandirian


dalam Aktivitas Sehari-hari pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Tembilahan Hulu
P : populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang berada di wilayah
kerja di Puskesmas Tembilahan Hulu. Jumlah sampel sebanyak 273 orang
yang diambil dengan salah satu teknik cluster sampling. Pengambilan sampel
dari setiap Kelurahan ditentukan sedangkan kriteria eksklusi adalah lansia
sakit ketika penelitian.
I : Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Penelitian
ini terdiri dari tiga bagian yaitu data umum responden terdiri dari nama, umur,
jenis kelamin, dan agama, kuesioner depresi yang terdiri dari 30 pertanyaan
dengan menggunakan Geriatric Depression Scale, dan kuesioner kemandirian
lansia. Analisis yang dilakukan secara bertahap yaitu analisis univariat dan
bivariat. Analisa univariat untuk mendeskripsikan variabel independen dan
dependen yaitu tingkat depresi dan tingkat kemandirian, karakteristik
responden seperti nama, jenis kelamin, usia, agama. Analisa bivariat untuk
melihat hubungan antara variable indpenden yaitu tingkat depresi dan tingkat
kemandirian.
C : pembanding dari penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh
Rinajumita tahun 2011 yang berjudul Faktor-faktor yang berhubungan dengan
Kemandirian lansia di wilayah kerja Puskesmas Lampasi Kecamatan
Payakumbuh Utara.
O : Mayoritas responden mengalami depresi berat sebanyak 244 orang
(89,4%) dan tingkat kemandirian adalah ketergantungan berat dengan jumlah
92 orang (33,7%). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara hubungan tingkat depresi dengan tingkat
kemandirian dalam aktivitas sehar-hari pada lansia di wilayah kerja
Puskesmas Tembilahan Hulu tahun 2013 dengan nilai p value = 0,014.
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan ketiga jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa depresi
merupakan gangguan psikologis yang banyak terjadi pada lansia. Cara penentuan
tingkat depresi pada lansia menggunakan Geriatric Depression Scale (GDS) dan
Barthel Index. Dari jurnal diatas menunjukkan bahwa tingkat depresi dapat
mempengaruhi kemandirian lansia. Sehingga diperlukan penatalaksanaan non
farmakologi yang dimaksudkan untuk memperbaiki status psikologis lansia untuk
meningkatkan kesadaran diri, membangun hubungan dengan orang lain, menerima
dukungan sosial dari orang lain, meningkatkan percaya diri, menemukan makna
dan tujuan dalam hidup dan menangani serta meningkatkan kemampuan untuk
menerima apapun kejadian-kejadian dalam kehidupan sehingga lansia tetap
mandiri dan produktif. Intervensi yang dapat dilakukan yaitu memberikan
dukungan sosial dan memotivasi lansia untuk meningkatkan spiritual well-being.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses penuaan (aging process) merupakan suatu proses yang alami
ditandai dengan adanya perubahan kondisi fisik, psikologis, maupun social dalam
berinteraksi dengan orang lain. Perasaan tidak berguna dan tidak diinginkan akan
membuat lansia mengembangkan perasaan rendah diri dan marah. Perasaan ini
akan berpengaruh terhadap masalah sosial dan pribadi lansia. Salah satu masalah
psikologis adalah depresi.
Faktor-faktor yang bisa memperngaruhi depresi pada lansia seperti
kehilangan pada berbagai macam segi kehidupan, dan ketidakmampuan (cacat)
atau suatu keterbatasan/ kekurangan. Dampak dari depresi itu dapat menimbulkan
risiko timbulnya penyakit fisik, bertambah parahnya penyakit fisik, kerusakan
kognitif, dan bertambahnya angka bunuh diri ataupun penyakit yang mematikan.
Penting adanya mendeteksi depresi pada lansia dengan menggunakan
instrumen yaitu Geriatric Depression Scale (GDS) yang akan dijawab oleh klien
dengan jawaban Ya atau Tidak pada setiap pertanyaan yang diajukan.

B. Saran
Bagi lansia yang tinggal di rumah pelayanan sosial lanjut usia Pucang
Gading diharapkan senatiasa berpikiran positif dan berusaha beradaptasi dengan
segala perubahan yang terjadi. Lansia juga diharapkan mengikuti setiap kegiatan
yang diselenggarakan oleh pihak rumah pelayanan sosial lanjut usia sesuai dengan
kemampuan dari masing-masing lansia dan menjalin hubungan baik dengan lansia
penghuni lainnya serta pihak rumah pelayanan sosial lanjut usia sehingga situasi
yang harmonis di rumah pelayanan sosial lanjut usia bisa menambah rasa
kebersamaan dan mendukung satu sama lain. Lalu bagi pihak di rumah pelayanan
sosial lanjut usia diharapkan melakukan dokumentasi dan evaluasi secara
menyeluruh tentang depresi dan faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi
kejadian depresi di rumah pelayanan sosial lanjut usia sehingga mengetahui berapa
orang yang menderita depresi dan faktor penyebab yang mempengaruhi depresi di
rumah pelayanan sosial lanjut usia. Selain itu pihak rumah pelayanan sosial lanjut
usia juga diharapkan selalu mengonttrol, memfasilitasi, motivasi, dan memberikan
umpan balik kepada penderita depresi untuk meningkatkan status kesehatan
mereka baik dari segi fisik maupun psikososial. Selain itu, pihak Dinas Sosial
diharapkan memberikan bekal ilmu dan keterampilan dengan pelatihan-pelatihan
penanganan depresi pada lansia kepada para petugas rumah pelayanan sosial lanjut
usia sehingga petugas di rumah pelayanan sosial lanjut usia memiliki kemampuan
untuk memberikan terapi ataupun pelayanan kesehatan terkait depresi kepada
lansia. Dan selanjutnya pihak pengurus rumah pelayanan sosial lanjut usia,
diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada lansia bukan hanya dalam bentuk
fisik namun juga pelayanan psikososial dengan meningkatkan perhatian pada
lansia, mengidentifikasi hal-hal yang mereka rasakan dan reinforcement positif
yang dapat membuat mereka merasa masih berarti bagi orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Jakarta Pusat , 2010. Statistik Indonesia Tahun 2010. Jakarta
Pusat : Badan Pusat Statistik
Rachmaningtyas, A. 2013. Data SDKI Angka Kejadian depresi. Diakses: 26 Februari
2019. Http://nasional.sindonews.com/read/2013/09/25/15/787480/data-sdki-
angka-kejadian-depresi
Saputri. 2011. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Depresi Pada Lanjut Usia
Yang Tinggal Di Panti Wreda Wening Wardoyo Jawa Tengah. Jurnal Psikologi
Undip .Vol. 9, No.I, April 2011
Wulandari & Santoso. 2015. Kejadian dan Tingkat Depresi pada Lanjut Usia : Studi
Perbandingan di Panti Wreda dan Komunitas. Fakultas Kedokteran, Universitas
Diponegoro. Semarang.

Anda mungkin juga menyukai