Anda di halaman 1dari 4

BAB III

ANALISA JURNAL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Jurnal PICO


1. Jurnal 1 : Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Depresi pada Lanjut
Usia yang Tinggal di Panti Wreda Wening Wardoyo Jawa Tengah
P : jumlah populasi dari penelitian ini adalah 100 lansia yang tinggal di
Panti Wreda Wening Wardoyo Jawa Tengah. Jumlah sampel dalam
penelitian ini ada 67 lansia yang memenuhi kriteria penelitian yang dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu 32 lansia kelompok try out dan 35 lansia
kelompok penelitian.
I : Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan skala psikologis. Ada dua buah skala psikologis
yang dibuat sendiri oleh peneliti, yaitu skala depresi dan skala dukungan
sosial. Untuk analisis data digunakan teknik analisis regresi sederhana.
Pengukuran dukungan sosial yang digunakan dalam penelitian adalah yang
didasarkan pada kualitas dukungan sosial yang diterima, sesuai dengan
penerimaan individu, atau sebagaimana yang dipersepsikan oleh individu
yang bersangkutan (perceived support).
C:-
O : Berdasarkan analisis data dengan regresi sederhana, dihasilkan p =
0,003 (p < 0,05) dengan rxy = -0,487 berarti terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara dukungan sosial dengan depresi. Efektifitas regresi
sebesar 0,237 artinya depresi 23,7% ditentukan oleh dukungan sosial.
Sedangkan 76,3% sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak
diungkap dalam penelitian.
2. Jurnal 2 : Hubungan Spiritual Well-Being dengan Tingkat Depresi pada
Lanjut Usia
P : jumlah populasi dari penelitian ini adalah 82 lansia dan menggunakan
teknik total sampling sehingga jumlah sampel penelitian ini ada 82 lansia
yang merupakan penduduk di Banjar Ketogan, Desa Taman, Kecamatan
Abiansemal, Kabputen Bandung, Provinsi Bali, mampu berkomunikasi
secara verbal, tidak sedang menggunakan obat antidepresan.
I : Instrumen pengambilan data yang digunakan adalah kuesioner spiritual
well-being scale (SWBS) untuk menilai tingkat spiritual well-being dan
kuesioner geriatric depression scale 15 items (GDS- 15 items) untuk
menilai tingkat depresi pada lansia. Kuesioner spiritual well-being scale
diadopsi tanpa modifikasi dari penelitian Rahgozar pada tahun 2013 yang
terdiri dari 20 pernyataan tertutup dengan hasil penilaian dalam bentuk
skala ordinal dengan kategori penilaian dari total skor yaitu 20-52
dinyatakan kurang, 53-85 dinyatakan cukup, 86-120 dinyatakan baik.
Kuesioner geriatric depression scale 15 items diadopsi tanpa modifikasi
dari penelitian Nyunt pada tahun 2009 yang terdiri dari 15 pertanyaan
tertutup dengan hasil penilaian dalam bentuk skala ordinal dengan kategori
penilaian dari total skor yaitu 0-4 dinyatakan tidak depresi, 5-9 dinyatakan
kemungkinan depresi, 10-15 dinyatakan depresi. Pengambilan data
spiritual well-being dan tingkat depresi pada lansia dilakukan pada Bulan
Mei-Juni 2014 dengan waktu observasi atau pengumpulan data secara
bersamaan. Analisis data yang digunakan yaitu analisis non parametrik
dengan uji order rank Spearman (rs) atau Spearman rho. Data hasil
analisis disajikan dalam bentuk mean ± SD.
C : pembanding dari penelitian ini adalah Mc-Clain-Jacobson 2004
menunjukkan bahwa seseorang akan jarang menderita depresi apabila
seseorang tersebut memiliki spiritual wellbeing yang lebih tinggi.
O : Hasil uji analisis Spearman rho menunjukkan koefisien korelasi (rs) =
- 0,885 dengan nilai p = 0,000 atau p < 0,05. Gambaran spiritual well-
being pada lanjut usia mayoritas berada pada kategori baik sebanyak 57
orang (69,5%) dengan nilai mean 2,67, median 3, dan standar deviasi
0,522. didapatkan gambaran tingkat depresi pada lanjut usia mayoritas
berada pada kategori tidak depresi sebanyak 61 orang (74,4%) dengan
nilai mean 1,34, median 1, dan standar deviasi 0,633.

3. Jurnal 3 : Hubungan Tingkat Depresi dengan Tingkat Kemandirian dalam


Aktivitas Sehari-hari pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan
Hulu
P : populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang berada di
wilayah kerja di Puskesmas Tembilahan Hulu. Jumlah sampel sebanyak
273 orang yang diambil dengan salah satu teknik cluster sampling.
Pengambilan sampel dari setiap Kelurahan ditentukan sedangkan kriteria
eksklusi adalah lansia sakit ketika penelitian.
I : Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
Penelitian ini terdiri dari tiga bagian yaitu data umum responden terdiri
dari nama, umur, jenis kelamin, dan agama, kuesioner depresi yang terdiri
dari 30 pertanyaan dengan menggunakan Geriatric Depression Scale, dan
kuesioner kemandirian lansia. Analisis yang dilakukan secara bertahap
yaitu analisis univariat dan bivariat. Analisa univariat untuk
mendeskripsikan variabel independen dan dependen yaitu tingkat depresi
dan tingkat kemandirian, karakteristik responden seperti nama, jenis
kelamin, usia, agama. Analisa bivariat untuk melihat hubungan antara
variable indpenden yaitu tingkat depresi dan tingkat kemandirian.
C : pembanding dari penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh
Rinajumita tahun 2011 yang berjudul Faktor-faktor yang berhubungan
dengan Kemandirian lansia di wilayah kerja Puskesmas Lampasi
Kecamatan Payakumbuh Utara.
O : Mayoritas responden mengalami depresi berat sebanyak 244 orang
(89,4%) dan tingkat kemandirian adalah ketergantungan berat dengan
jumlah 92 orang (33,7%). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan tingkat depresi
dengan tingkat kemandirian dalam aktivitas sehar-hari pada lansia di
wilayah kerja Puskesmas Tembilahan Hulu tahun 2013 dengan nilai p
value = 0,014.

B. PEMBAHASAN
Berdasarkan ketiga jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa depresi merupakan
gangguan psikologis yang banyak terjadi pada lansia. Cara penentuan tingkat
depresi pada lansia menggunakan Geriatric Depression Scale (GDS) dan
Barthel Index. Dari jurnal diatas menunjukkan bahwa tingkat depresi dapat
mempengaruhi kemandirian lansia. Sehingga diperlukan penatalaksanaan non
farmakologi yang dimaksudkan untuk memperbaiki status psikologis lansia
untuk meningkatkan kesadaran diri, membangun hubungan dengan orang lain,
menerima dukungan sosial dari orang lain, meningkatkan percaya diri,
menemukan makna dan tujuan dalam hidup dan menangani serta
meningkatkan kemampuan untuk menerima apapun kejadian-kejadian dalam
kehidupan sehingga lansia tetap mandiri dan produktif. Intervensi yang dapat
dilakukan yaitu memberikan dukungan sosial dan memotivasi lansia untuk
meningkatkan spiritual well-being.

Anda mungkin juga menyukai