Anda di halaman 1dari 14

PAPER ASPEK SPIRITUALITAS PADA LANJUT

USIA

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Gerontik
Dosen Pembimbing : Sutarno, S.SiT., M.Kes

Disusun Oleh:
Tria Oktaviana Rahajeng (108116045)
Putri Septia Sari (108116046)
Icha Cahya Puspita (108116065)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN 3B


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH
CILACAP
TAHUN AJARAN 2018/2019
A. PENGERTIAN
Spiritual adalah kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi seorang
manusia dalam kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-usul.
Kebutuhan dasar tersebut meliputi: kebutuhan fisiologis, keamanan dan
keselamatan, cinta kasih, dihargai dan aktualitas diri. Aktualitas diri
merupakan sebuah tahapan Spiritual seseorang, dimana berlimpah dengan
kreativitas, intuisi, keceriaan, sukacita, kasih sayang, kedamaian, toleransi,
kerendahatian serta memiliki tujuan hidup yang jelas. Beberapa istilah
yang membantu dalam pemahaman tentang spiritual adalah : kesehatan
spiritual adalah rasa keharmonisan saling kedekatan antara diri dengan
orang lain, alam, dan lingkungan yang tertinggi. Ketidakseimbangan
spiritual (Spirituality Disequilibrium) adalah sebuah kekacauan jiwa yang
terjadi ketika kepercayaan yang dipegang teguh tergoncang hebat.
Kekacauan ini seringkali muncul ketika penyakit yang mengancam hidup
berhasil didiagnosis (Taylor, 2002 dikutip dari Young, 2007).
B. KARAKTERISTIK SPIRITUAL
Terdapat beberapa karakteristik Spiritual yang meliputi:
1. Hubungan dengan diri sendiri
Merupakan kekuatan dari dalam diri seseorang yang meliputi
pengetahuan diri yaitu siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya dan
juga sikap yang menyangkut kepercayaan pada diri-sendiri, percaya
pada kehidupan atau masa depan, ketenangan pikiran, serta
keselarasan dengan diri-sendiri. Kekuatan yang timbul dari diri
seseorang membantunya menyadari makna dan tujuan hidupnya,
diantaranya memandang pengalaman hidupnya sebagai pengalaman
yang positif, kepuasan hidup, optimis terhadap masa depan, dan tujuan
hidup yang semakin jelas.
a. Kepercayaan (Faith).
Menurut Fowler dan keen kepercayaan bersifat universal,
dimana merupakan penerimaan individu terhadap kebenaran yang
tidak dapat dibuktikan dengan pikiran yang logis. Kepercayaan
dapat memberikan arti hidup dan kekuatan bagi individu ketika
mengalami kesulitan atau stress. Mempunyai kepercayaan berarti
mempunyai komitmen terhadap sesuatu atau seseorang sehingga
dapat memahami kehidupan manusia dengan wawasan yang lebih
luas.
b. Harapan (Hope).
Harapan berhubungan dengan ketidakpastian dalam hidup dan
merupakan suatu proses interpersonal yang terbina melalui
hubungan saling percaya dengan orang lain, termasuk dengan
Tuhan. Harapan sangat penting bagi individu untuk
mempertahankan hidup, tanpa harapan banyak orang menjadi
depresi dan lebih cenderung terkena penyakit. Makna atau arti
dalam hidup (Meaning of live). Perasaan mengetahui makna
hidup, yang kadang diidentikan dengan perasaan dekat dengan
Tuhan , merasakan hidup sebagai suatu pengalaman yang positif
seperti membicarakan tentang situasi yang nyata, membuat hidup
lebih terarah, penuh harapan tentang masa depan, merasa
mencintai dan dicintai oleh orang lain. (Puchalski, 2004).
2. Hubungan dengan orang lain
Hubungan ini terbagi atas harmonis dan tidak harmonisnya hubungan
dengan orang lain. Keadaan harmonis meliputi pembagian waktu,
pengetahuan dan sumber secara timbal balik, mengasuh anak,
mengasuh orang tua dan orang yang sakit, serta meyakini kehidupan
dan kematian. Sedangkan kondisi yang tidak harmonis mencakup
konflik dengan orang lain dan resolusi yang menimbulkan
ketidakharmonisan dan friksi, serta keterbatasan asosiasi. Hubungan
dengan orang lain lahir dari kebutuhan akan keadilan dan kebaikan,
menghargai kelemahan dan kepekaan orang lain, rasa takut akan
kesepian, keinginan dihargai dan diperhatikan, dan lain sebagainya.
Dengan demikian apabila seseorang mengalami kekurangan ataupun
mengalami stres, maka orang lain dapat memberi bantuan psikologis
dan sosial.
a. Maaf dan pengampunan (forgiveness).
Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan
kekuatan dalam diri sendiri seperti marah, mengingkari, rasa
bersalah, malu, bingung, meyakini bahwa Tuhan sedang
menghukum serta mengembangkan arti penderitaan dan meyakini
hikmah dari suatu kejadian atau penderitaan. Dengan
pengampunan, seorang individu dapat meningkatkan koping
terhadap stres, cemas, depresi dan tekanan emosional, penyakit
fisik serta meningkatkan perilaku sehat dan perasaan damai.
b. Cinta kasih dan dukungan sosial (Love and social support).
Keinginan untuk menjalin dan mengembangkan hubungan
antar manusia yang positif melalui keyakinan, rasa percaya dan
cinta kasih. Teman dan keluarga dekat dapat memberikan
bantuan dan dukungan emosional untuk melawan banyak
penyakit. Seseorang yang mempunyai pengalaman cinta kasih dan
dukungan sosial yang kuat cenderung untuk menentang perilaku
tidak sehat dan melindungi individu dari penyakit jantung.
3. Hubungan dengan alam
Harmoni merupakan gambaran hubungan seseorang dengan alam
yang meliputi pengetahuan tentang tanaman, pohon, margasatwa,
iklim dan berkomunikasi dengan alam serta melindungi alam tersebut.
a. Rekreasi (Joy).
Rekreasi merupakan kebutuhan spiritual seseorang dalam
menumbuhkan keyakinan, rahmat, rasa terima kasih, harapan dan
cinta kasih. Dengan rekreasi seseorang dapat menyelaraskan
antara jasmani dan rohani sehingga timbul perasaan kesenangan
dan kepuasaan dalam pemenuhan hal-hal yang dianggap penting
dalam hidup seperti nonton televisi, dengar musik, olahraga dan
lain-lain.
b. Kedamaian (Peace).
Kedamaian merupakan keadilan, rasa kasihan dan kesatuan.
Dengan kedamaian seseorang akan merasa lebih tenang dan dapat
meningkatkan status kesehatan.
4. Hubungan dengan Tuhan
Meliputi agama maupun tidak agamais. Keadaan ini menyangkut
sembahyang dan berdoa, keikutsertaan dalam kegiatan ibadah,
perlengkapan keagamaan, serta bersatu dengan alam. Dapat
disimpulkan bahwa seseorang terpenuhi kebutuhan Spiritual apabila
mampu merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan
keberadaannya di dunia/kehidupan, mengembangkan arti penderitaan
serta meyakini hikmah dari satu kejadian atau penderitaan, menjalin
hubungan yang positif dan dinamis, membina integritas personal dan
merasa diri berharga, merasakan kehidupan yang terarah terlihat
melalui harapan dan mengembangkan hubungan antar manusia yang
positif.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SPIRITUAL


Menurut Taylor dan Craven & Hirnle dalam Hamid, faktor penting yang
dapat mempengaruhi Spiritual seseorang adalah:
1. Tahap perkembangan
Spiritual berhubungan dengan kekuasaan non material, seseorang
harus memiliki beberapa kemampuan berfikir abstrak sebelum mulai
mengerti spiritual dan menggali suatu hubungan dengan yang Maha
Kuasa. Hal ini bukan berarti bahwa Spiritual tidak memiliki makna
bagi seseorang.
2. Peranan keluarga penting dalam perkembangan Spiritual individu
Tidak begitu banyak yang diajarkan keluarga tentang Tuhan dan
agama, tapi individu belajar tentang Tuhan, kehidupan dan diri sendiri
dari tingkah laku keluarganya. Oleh karena itu keluarga merupakan
lingkungan terdekat dan dunia pertama dimana individu mempunyai
pandangan, pengalaman tehadap dunia yang diwarnai oleh
pengalaman dengan keluarganya.
3. Latar belakang etnik dan budaya
Sikap, keyakinan dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan
sosial budaya. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi
agama dan spiritual keluarga. Anak belajar pentingnya menjalankan
kegiatan agama, termasuk nilai moral dari hubungan keluarga dan
peran serta dalam berbagai bentuk kegiatan keagamaan.
4. Pengalaman hidup sebelumnya
Pengalaman hidup baik yang positif maupun negatif dapat
mempengaruhi Spiritual sesorang dan sebaliknya juga dipengaruhi
oleh bagaimana seseorang mengartikan secara spiritual pengalaman
tersebut. Peristiwa dalam kehidupan seseorang dianggap sebagai suatu
cobaan yang diberikan Tuhan kepada manusia menguji imannya.
5. Krisis dan perubahan
Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalam spiritual seseorang.
Krisis sering dialami ketika seseorang menghadadapi penyakit,
penderitaan, proses penuaan, kehilangan dan bahkan kematian,
khususnya pada pasien dengan penyakit terminal atau dengan
prognosis yang buruk. Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang
dihadapi tersebut merupakan pengalaman spiritual yang bersifat fiskal
dan emosional.
6. Terpisah dari ikatan spiritual
Menderita sakit terutama yang bersifat akut, sering kali membuat
individu merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan
sistem dukungan sosial. Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah,
antara lain tidak dapat menghadiri acara resmi, mengikuti kegiatan
keagamaan atau tidak dapat berkumpul dengan keluarga atau teman
dekat yang bisa memberikan dukungan setiap saat diinginkan.
7. Isu moral terkait dengan terapi
Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara
Tuhan untuk menunjukan kebesaran-Nya, walaupun ada juga agama
yang menolak intervensi pengobatan.

D. MANIFESTASI PERUBAHAN FUNGSI SPIRITUAL


1. Verbalisasi distress
Individu yang mengalami gangguan fungsi spiritual, biasanya akan
meverbalisasikan yang dialaminya untuk mendalatkan bantuan.
2. Perubahan perilaku
Perubahan perilaku juga dapat merupakan manifestasi gangguan
fungsi spiritual.. Klien yang merasa cemas dengan hasil pemeriksaan
atau menunjukkan kemarahan setelah mendengar hasil pemeriksaan
mungkin saja sedang menderita distress spiritual. Untuk jelasnya
berikut terdapat tabel ekspresi kebutuhan spiritual.
E. Kehilangan Versus Harapan
Konsep kehilangan masuk kedalam proses penuaan, sejalan dengan
penurunan kumulatif dalam hal mental, fisik, dan sosial. Kehilangan
adalah satu kata yang paling menyimpulkan masalah-masalah usia tua,
yang meliputi kehilangan pekerjaan, waktu, harga diri, martabat pribadi,
kesehatan fisik, kontak sosial, peran, pendapatan, barang, ketajaman
mental, energi, dan kehilangan kehidupan itu sendiri yang tidak dapat
dihindari. Kehilangan dinyatakan sebagai deprivasi yang berkaitan dengan
status masa lalu, sekalipun intensitas kehilangan tersebut bergantung pada
sistem nilai seseorang. Jika frekuensi dan intensitas kehilangan semakin
cepat, maka orang tersebut akan kurang mampu beradaptasi dan
berintergrasi, yang oleh karena itu, membahayakan kesehatan mental dan
fisiknya. Garret mengidentifikasi pengruh pada kemampuan seseorang
yang sedang berduka untuk melakukan koping sejalan dengan
bertambahnya usia, pengalaman negative terdahulu terhadap kehilangan,
kurangnya metode koping preventif, keterbatasan penggunaan sistem
pendukung, ketidakmampuan mempertahankan kendali, penurunan status
kesehatan mental dan fisik, dan kurangnya keyakinan pada kekuatan yang
lebih besar daripada dirinya sendiri. Sikap seseorang terhadap semua
kehilangan tersebut memengaruhi kualitas seorang lansia.
Efek kumulatif dari kehilangan seumur hidup, setelah usia 75
tahun, dialami sebagai ketidakberhargaan dan pengabaian. Kerapuhan
akan meningkat jika lansia kekurangan keterampilan interpersonal,
motivasi, kekuatan spiritual, kontak sosial yang bermakna, keuangan yang
adekuat, atau persepsi postif tentang kesehatan. Burnside menganjurkan
pengguanaan strategi dan dukungan “loss-facing” untuk meningkatkan
kesejehteraan. Konsep negative kehilangan digambarkan pada sebagai
beikut:
Penyeimbang konsep kehilangan adalah konsep yang lain: harapan.
Harapan menghilangkan potensi efek katastrofik dari kehilangan kumulatif
pada lansia. Harapan, sebagai suatu pemenuhan ekspektasi, mengatasi
kehilangan yang tidak dapat dihindari yang terakumulasi dari masa kanak-
kanak.
Harapan adalah antisipasi peningkatan status atau terlepas dari
perasaan terjebak. Hal tersebut berdasar pada keyakinan akan sesuatu yang
mungkin terjadi, dukungan dari orang yang berarti, rasa sejahtera,
kemampuan koping secara menyeluruh, dan tujuan hidup. Harapan
merupakan kekuatan motivasi, memberi energy yang dapat memindahkan
lansia keluar dari kehilangan yang kacau balau ketingkatan fungsi yang
lebih tinggi. Hickey menggunakan istilah memungkinkan harapan untuk
menggambarkan peran perawat dalam merawat pasien kanker. Beriman
kepada Tuhan memberi alasan bagi lansia untuk hidup dan berharap,
selama mereka mau berusaha untuk mencapainya.
Harapan adalah karakteristik esensial dari tahapan intregitas
Erickson yang terakhir. Harapan, sebagai pola integral yang terpenting
seumur hidup, bertindak sebagai pengstabil fungsional pada usia tua. Pada
lansia, konsep kehilangan akan sangat merusak jika menyebabkan
kehilangan arti hidup. Kehilangan arti dan tujuan, dan oleh karena itu
kehilangan harapan, merupakan kehilangan yang terakhir dalam
kehidupan-kehidupan kematian. Dulu, Gibbonmenuliskan, “kegagalan
harapan akan mempersuram masa tua.” Kehilangan tanpa harapan
memandamkan cahaya kehidupan. Aspek positif harapan terdapat pada
bagian bawah gambar.
F. EKSPRESI KEBUTUHAN SPIRITUAL ADAPTIF DAN
MALADAPTIF
TABEL EKSPRESI KEBUTUHAN SPIRITUAL ADAPTIF DAN
MALLADAPTIF

Kebutuhan Tanda pola atau prilaku Tanda pola atau prilaku


adaptif maladaptif

Rasa percaya Rasa percaya terhadap diri Merasa tidak nyaman


sendiri dan kesabaran dengan kesadaran diri

Menerima bahwa yang Mudah tertipu


lain akan mampu
Ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan
terbuka dengan orang lain
Rasa percaya terhadap
Merasa bahwa hanya
kehidupan walaupun
orang tertentu dan tempat
terasa berat
tertentu yang aman
Keterbukaan terhadap
Mengharapkan orang
Tuhan
tidak berbuat baik dan
tidak tergantung

Ingin kebutuhan dipenuhi


segera tidak dapat
menunggu

Tidak terbuka kepada


Tuhan

Takut terhadap maksud


Tuhan
Kemampuan Menerima diri sendiri dan Merasa penyakit sebagai
memberi orang lain dapat berbuat suatu hukuman
maaf salah
Merasa Tuhan sebagai
Tidak mendakwa atau penghukum
berprasangka buruk
Merasa maaf hanya
Memandang penyakit diberikan berdasar
sebagai sesuatu yang prilaku
nyata
Tidak menerima diri
Memaafkan diri sendiri sendiri

Memaafkah orang lain Menyalahkan diri sendari


atau orang lain.
Menerima pengampunan
Tuhan.

Pandangan yang realistik


terhadap masa lalu

TABEL EKSPRESI KEBUTUHAN SPIRITUAL ADAPTIF DAN


MALLADAPTIF

Kebutuhan Tanda pola atau prilaku Tanda pola atau prilaku


adaptif maladaptive

Mencintai dan Mengekspresikan Takut akan tergantung


ketertarikan perasaan dicintai oleh dengan orang lain
orang lain atau Tuhan
Menolak bekerja sama
Mampu menerima dengan tenaga kesehatan
bantuan
Cemas berpisah dengan
Menerima diri sendiri keluarga

Mencari kebaikan dari Menolak diri sendiri serta


angkuh dan
orang lain mementingkan diri
sendiri

Tidak mampu untuk


mempercayai diri sendiri
dicintai oleh Tuhan, tidak
punya hubungan rasa
cinta dengan Tuhan

Merasa tergantung dan


hubungan bersifat magik
dengan Tuhan. Merasa
jauh dengan Tuhan.

Keyakinan Ketergantungan dengan Mengekspresikan


anugerah Tuhan perasaan ambivalens
terhadap Tuhan
Termotifasi untuk
tumbuh Tidak percaya terhadap
kekuasaan Tuhan
Mengekspresikan
kepuasan dengan Takut kematian
menjelaskan kehidupan
Merasa terisolasi dari
setelah kematian
kepercayaan masyarakat
Mengekspresikan sekitar
kebutuhan untuk
Merasa pahit, frustasi dan
memasuki kehidupan dan
marah terhadap Tuhan
ataui memahami
kehidupan manusia Nilai, keyakinan dan
dengan wawasanyang tujuan hidup yang tidak
lebih luas jelas

Mengekspresikan Konflik nilai

kebutuhan ritual Tidak mempunyai

Mengekspresikan komitmenm
kehidupan untuk merasa
berbagi keyakinan

TABEL EKSPRESI KEBUTUHAN SPIRITUAL ADAPTIF DAN


MALLADAPTIF

Kebutuhan Tanda pola atau Tanda pola atau


prilaku adaptif prilaku maladaptive

Kreatifitas dan Meminta informasi Mengekspresikan


harapan tentang kondisi perasaan takut
kehilangan kendali
Membicarakan
diri
kondisinya secara
realistik Mengekspresikan
kebosanan diri
Menggunakan waktu
selama dirawat inap Tidak mempunyai visi
secara konstruktif alternatif yang
memungkinkan
Mencari cara untuk
mengekspresikan diri Takut terhadap terapi

Mencari kenyamanan Putus asa


batin daripada fisik
Tidak dapat menolong
Mengekspresikan ayau menerima diri
harapan tentang masa sendiri
depan
Tidak dapat
Terbuka terhadap menikmati apapun
kemungkinan
Telah menunda
mendapatkan
pengambilan
kedamaian
keputusan.
Arti dan tujuan Mengekspresikan Mengekspresikan
kepuasan hidup tidak ada alasan
bertahan hidup
Menjalani kehidupan
sesuai dengan sistem Tidak dapat menerima
nilai arti penderitaan yang
dialami
Menggunakan
penderitaan sebagai Mempertanyakan arti
cara memahami diri kehidupan

Mengekspresikan arti Mempertanyakan


kehidupan/ kematian tujuan penyakit

Mengekspresikan Tidak dapat


komitmen dan merumuskan tujuan
orientasi hidup dan tidak mencapai
tujuan
Jelas tentang apa
yang penting Telah menunda
pegambilan keputusan
yang penting.
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, Achir Yani. 2000. Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Puchalski, C. 2004. “Spirituality and health”. Diambil dari
http://www.sspirituality health.com/gr/drop down.cgi? url: % 2 frewsh % 2 fit
ems 5 2fblank/ % 2 fitem 215. html & x =22 & y=1.
Stanley, Mickey dan patricia gauntlet beare. 2006. Buku ajar keperwatan
gerontik. edisi II. Jakarta: EGC.
Young & Koopsen. 2007. Spritualitas, Kesehatan dan Penyembuhan. Medan:
Bina Media Perintis.

Anda mungkin juga menyukai