Anda di halaman 1dari 49

TUGAS

METODOLOGI PENELITIAN

OLEH:

MODESTA SUGINI
NPM.1726040204.P

KELAS : DIV KEBIDANAN B1


DOSEN PENGAMPUH: Dr. H. Buyung Keraman, M. Kes

PROGRAM STUDI JENJANG DIV KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2017
SKRIPSI

HUBUNGAN RIWAYAT HIPERTENSI DENGAN PREEKLAMSIA PADA


IBU BERSALIN DI RUANG MAWAR RSUD DR. M. YUNUS
BENGKULU

OLEH:

MODESTA SUGINI
NPM.1726040204.P

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2017
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa setiap tahun

sekitar 160 juta wanita di seluruh dunia hamil. Sebagian besar kehamilan ini

berlangsung dengan aman, namun sekitar 15% menderita komplikasi berat

yang mengancam jiwa ibu sehingga dapat mengakibatkan kematian lebih dari

setengah juta setiap tahun. Secara global 80% kematian ibu tergolong pada

kematian langsung yang disebabkan perdarahan (25% perdarahn pasca

persalinan), hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet (8%), komplikasi

aborsi tidak aman (13%) dan sebab-sebab lain (8%) (Sarwono, 2011).

Kesehatan ibu dan bayi baru lahir di Indonesia masih jauh dari yang

diharapkan karena masih besarnya jumlah ibu dan bayi yang mati. Angka

kematian ibu (AKI) sebagai salah satu indikator kesehatan ibu, masih tinggi di

Indonesia dibandingkan dengan AKI di Negara ASEAN lainnya. Komplikasi

yang sering terjadi pada kehamilan dan persalinan disebut “Trias Klasik” yaitu

perdarahan (28%), eklamsi (24%), dan infeksi (11%), kurang energy kronis

sebesar 37% dan anemia 40% pada ibu hamil (Kumalasari, 2012).

Kematian ibu karena komplikasi selama kehamilan dan persalinan

mengalami penurunan sebesar 43% dari perkiraan 532.000 pada tahun 2015.

Tetapi penurunan sertiap tahunnya tidak kurang dari yang dibutuhkan untuk

mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) target menurunkan angka


kematian ibu sebesar 75% antara tahun 1990 dan 2015, yang akan

membutuhkan penurunan tahunan 5,5%. angka kematian ibu global menurun

selama tahun 2000-2015 mencapai 3,0% (Kemenkes RI, 2015).

Data Provinsi Bengkulu menunjukkan pada tahun 2015 angka

kematian ibu sebanyak 53 orang, yang terdiri dari kematian ibu hamil

sebanyak 6 orang, ibu bersalin sebanyak 39 orang dan ibu nifas sebanyak 8

orang, dengan demikian angka kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun

2015 yaitu 172 per 100.000 KH, meningkat sedikit dibandingkan tahun 2014

yang sebesar 146 per 100.000 KH (Dinkes Provinsi Bengkulu, 2016).

Data profil Dinkes Kota Bengkulu tahun 2013 angka kematian ibu

sebanyak 37 orang yang terdiri dari ibu hamil sebanyak 15 orang, ibu bersalin

sebanyak 12 orang dan ibu nifas sebanyak 10 orang. Tahun 2014 angka

kematian ibu meningkat menjadi 49 orang yang terdiri dari ibu hamil 19

orang, ibu bersalin 13 orang dan, ibu nifas 17 orang (Dinkes Kota, 2015).

Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan dan

merupakan salah satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas

ibu bersalin. Di Indonesia mortalitas dan morbiditas hipertensi dalam

kehamilan juga masih tinggi, ini disebabkan karena perawatan ditangani oleh

petugas non medis, system rujukan yang belum sempurna (Sarwono, 2011).

Berdasarkan pendapat yang dikutip dari jurnal Situmorang (2016), faktor

resiko preeklamsia meliputi pekerjaan, pemeriksaan antenatal, pengetahuan,

dan riwayat hipertensi. Salah satu upaya untuk menurunkan Angka Kematian

Perinatal akibat preeklampsia adalah menurunkan angka kejadian preeklamsia.


Pada pemeriksaan ANC terdapat beberapa kelainan yang dialami

oleh ibu hamil diantaranya adalah preeklampsia. Preeklampsia merupakan

suatu sindroma spesifik pada kehamilan yang di tandai dengan trias gejala

klinis berupa peningkatan tekanan darah, edema pada ekstremitas bawah dan

proteinuria (Cunningham, 2010).

Hasil survey awal yang dilakukan peneliti di Ruang Mawar RSUD dr. M.

Yunus Bengkulu pada tahun 2014 terdapat 121 kasus preeklamsia dari 1101

ibu bersalin. Tahun 2015 terdapat 102 kasus preeklamsia dari 746 ibu bersalin

dan tahun 2016 terdapat 99 kasus preeklamsia dari 505 ibu bersalin.

Masih tingginya angka kejadian preeklamsia pada ibu hamil merupakan

salah satu masalah yang sering terjadi karena banyak ibu yang tidak

merencanakan kehamilannya dengan mempertimbangkan usia, paritas, dan

jarak kehamilan sehingga saat terjadi kehamilan banyak kondisi patologis

yang terjadi salah satunya preeklamsi. Terutama pada ibu yang memang

memiliki riwayat hipertensi sebelum kehamilan.

Berdasarkan latar belakang, maka peneliti tertarik melakukan penelitian

tentang “Hubungan riwayat hipertensi dengan preeklampsia pada pasien ibu

bersalin di Ruang Mawar RSUD dr. M. Yunus Bengkulu”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini

adalah apakah ada hubungan riwayat hipertensi dengan preeklampsia pada

pasien ibu bersalin di Ruang Mawar RSUD dr. M. Yunus Bengkulu.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Untuk mempelajari hubungan riwayat hipertensi dengan

preeklampsia pada pasien ibu bersalin di Ruang Mawar RSUD dr. M.

Yunus Bengkulu.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi Preeklampsia pada pasien ibu bersalin di

Ruang Mawar RSUD dr. M. Yunus Bengkulu.

b. Diketahui distribusi frekuensi riwayat hipertensi pada pasien ibu

bersalin di Ruang Mawar RSUD dr. M. Yunus Bengkulu.

c. Diketahui hubungan riwayat hipertensi dengan Preeklampsia pada

pasien ibu bersalin di Ruang Mawar RSUD dr. M. Yunus Bengkulu.

D. Manfaat Penelitian

1. Institusi STIKES TMS Bengkulu

Penelitian ini nantinya diharapkan menambah literatur dan bahan

kajian bagi mahasiswa STIKES Tri Mandiri Sakti khususnya tentang

hubungan riwayat hipertensi dan paritas dengan preeklampsia.

2. Institusi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

Memberikan informasi bagi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

mengenai preeklamsia pada pasien ibu bersalin sehingga dapat melakukan

asuhan kebidanan yang lebih lengkap.

3. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk menjadikan hasil

penelitian ini sebagai referensi baru dalam memberikan asuhan kebidanan


pada pasien dengan preeklamsia sehingga dapat melakukan intrevensi

yang tepat hasil untuk menangani pasien dengan preeklamsia sehingga

tidak terjadi komplikasi lebih lanjut lagi.

4. Peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta pengalaman bagi

peneliti sendiri dalam melakukan penelitian sederhana secara sistematis

tentang hubungan riwayat hipertensi dan paritas dengan preeklampsia pada

pasien ibu bersalin.

E. Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan teoritis diatas maka peneliti

menetapkan kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Riwayat Hipertensi Preeklamsia

Gambar. 1
Kerangka Konsep
F. Definisi Operasional

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep maka peneliti

merumuskan definisi operasional variabel sebagai berikut:

Tabel 1
Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara Alat Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur Ukur Ukur
Dependen

Preeklamsia Peningkatan Dokum Ceklis 0: Nomina


tekanan darah entasi t Preeklamsia l
pada saat
kehamilan yang 1: Tidak
disertai preeklamsia
proteinuria dan
udema.

Independen

Riwayat Riwayat Dokum Ceklist 0: Ada Nominal


hipertensi hipertensi yang entasi riwayat
dialami ibu hipertensi
sebelum hamil
dengan tekanan 1: Tidak ada
darah : riwayat
hipertensi
Sistol >120 dan
diastole ≥80
mmHg

G. Hipotesis

Ho: Tidak ada hubungan antara riwayat hipertensi dengan preeklamsia

pada pasien ibu bersalin di Ruang Mawar RSUD Dr. M. Yunus

Bengkulu

Ha: Ada hubungan antara riwayat hipertensi dengan preeklamsia pada

pasien ibu bersalin di Ruang Mawar RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu


SKRIPSI

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


BBLR DI RUANGAN PERINATAL
RUMAH SAKIT Dr. M. YUNUS
KOTA BENGKULU
TAHUN 2016

Disusun Oleh:

MODESTA SUGINI
NPM.1726040204.P

PROGRAM STUDI JENJANG DIV KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir

(BBL). Berat Badan Lahir Rendah adalah bayi baru lahir dengan berat badan

kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Berat Lahir

Rendah adalah berat bayi yang di timbang dalam 1 jam setelah lahir

(Masruroh, 2016). World Health Organization (WHO) sejak tahun 1961

menyatakan bahwa semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau

sama dengan 2500 gram disebut Low Birth Weight Infant (bayi berat lahir

rendah). Menurut WHO, BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan

kurang dari 2500 gram. (Amiruddin, 2014 ).

Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025

adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang salah satunya

ditunjukan oleh indikator dampak yaitu menurunnya angka kematian bayi

(AKB) dari 32,3 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2005 menjadi 15,5 per

1000 kelahiran hidup, tahun 2015 sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup tetapi

tercatat mengalami penurunan tahun 2002 yaitu dari sebesar 35 per 1000

kelahiran hidup menjadi sebesar 34 per 1000 hidup (SDKI 2007) dan terakhir

menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2012).

Dalam pembangunan kesehatan terdapat 8 strategi, di antaranya

menurunnya angka kematian bayi dari 34 menjadi 24 per 100.000 kelahiran

hidup, menurunnya angka kematian neonatal dari 19 menjadi 15 per 100.000


kelahiran hidup, presentase ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan

terlatih sebesar 90 % presentase RS Kab / Kota yang melaksanakan pelayanan

obstetri neonatal emergenci komprehensif (PONEK) sebesar 100%, cakupan

kunjungan neonatal lengkap (KN lengkap) sebesar 90%(Kementerian

Kesehatan RI,2012).

AKB di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN

lainnya. Telah banyak yang diusahakan pemerintah demi terwujudnya

Indonesia sehat, yaitu dengan meningkatnya akses dan cakupan pelayanan

kesehatan yang berkualitas kemitraan yang efektif melalui kerja lintas

program, lintas sektor, dan mitra lainnya, mendorong pemberdayaan wanita

dan keluarga melalui peningkatan pengetahuan untuk menjamin perilaku sehat

dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir dan mendorong

keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan pemanfaatan

pelayanan kesehatan dan bayi baru lahir (SDKI 2012).

Ada beberapa faktor resiko yang mempengaruhi BBLR di tinjau dari

faktor ibu, faktor janin, faktor plasenta dan faktor lingkungan. Faktor ibu

meliputi gizi saat hamil kurang, umur ibu, jarak kehamilan terlalu dekat,

perdarahan antepartum, riwayat BBLR sebelumnya dan penyakit menahun.

Faktor janin seperti hidramion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom.

Faktor lingkungan yaitu tempat tinggal terpapar radiasi tinggi dan zat-zat

beracun serta pendidikan dan pengetahuan ibu (Amiruddin, 2014).

Dari beberapa faktor di atas kejadian BBLR tertinggi terjadi pada usia di

bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun, paritas yang tinggi dan perdarahan
antepartum. Ini melatarbelakangi terjadinya BBLR dan kelahiran prematur

dimana alat reprodukksi yang lemah belum siap menerima implantasi dengan

baik karena belum kembali ke kondisi semula dan adanya kemunduran fungsi

fisiologi dan reproduksi secara umum, sehingga asupan gizi pada janin kurang

dan pertumbuhan janin terganggu sehingga memiliki bayi dengan berat badan

yang rendah.( Amiruddin, 2014)

Beberapa penyebab kematian bayi baru lahir disebabkan oleh

kegawatdaruratan dan penyulit pada masa neonatus adalah Berat Badan Lahir

Rendah (BBLR), asfiksia, ikterus dan infeksi (Data RISKESDAS, 2013).

Penanganan bayi dengan BBLR meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar,

pencegahan hipotermi, pemberian ASI dini dan eksklusif, pencegahan infeksi

dan penanganan masalah pada BBLR yang diberikan di sarana pelayanan

kesehatan maupun pelayanan melalui kunjungan rumah oleh tenaga yang

berkompetensi (Dinkes Provinsi Bengkulu, 2015).

Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu Angka

Kematian Bayi per 1.000 kelahiran hidup pada tiga tahun terakhir di Provinsi

Bengkulu mengalami naik turun dimana pada tahun 2013 dari sebanyak

33.761 kelahiran hidup di Provinsi bengkulu terdapat 266 bayi lahir mati, pada

tahun 2014 mengalami peningkatan dari sebanyak 33.667 kelahiran hidup di

provinsi Bengkulu terdapat 374 bayi lahir mati dan pada tahun 2015

mengalami penurunan dari 35.824 kelahiran hidup di Provinsi Bengkulu

terdapat 206 bayi lahir mati.


Berdasarkan data perbandingan yang terdapat di Rumah Sakit Kota

Bengkulu tahun 2016 jumlah kelahiran hidup sebanyak 433 bayi terdapat 15

bayi dengan BBLR (Medical Record RS.Kota Bengkulu). Dan di Rumah

Sakit DKT Bengkulu tahun 2016 jumlah kelahiran hidup sebanyak 1662 ibu

bersalin terdapat 263 bayi dengan BBLR (Medical Record RS.DKT).

Berdasarkan data register yang terdapat di RSUD Dr. M. Yunus

Kota Bengkulu pada tahun 2013 jumlah bayi baru lahir sebanyak 1242 bayi

dan yang mengalami BBLR sebanyak 373 bayi, pada tahun 2014 jumlah bayi

baru lahir sebanyak 603 bayi dan yang mengalami BBLR sebanyak 314 bayi.

Pada tahun 2015 dari 1424 ibu bersalin terdapat 268 bayi yang BBLR. Dan

pada tahun 2016 jumlah bayi baru lahir sebanyak 653 bayi terdapat 281 bayi

yang BBLR. (Medical Record RSUD. Dr. M. Yunus).

Berdasarkan data yang ada di RSUD, M. Yunus Kota Bengkulu,

diketahui bahwa angka kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) masih

tinggi dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Faktor-

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah

(BBLR) di Ruangan Perinatal RSUD Dr. M. Yunus Kota Bengkulu Tahun

2016”
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Faktor - faktor Apa Yang Berhubungan Dengan

Kejadian BBLR Di Ruangan Perinatal RSUD Dr. M. Yunus Kota Bengkulu

Tahun 2016.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mempelajari Faktor

faktor yang berhubungan dengan kejadian Berat Bayi Lahir Rendah

(BBLR) di Ruangan Perinatal RSUD Dr. M. Yunus Kota Bengkulu Tahun

2016.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui gambaran tentang kejadian BBLR di ruang perinatal RSUD

Dr. M. Yunus Kota Bengkulu Tahun 2016.

b. Diketahui gambaran Distribusi frekuensi usia ibu melahirkan di ruang

perinatal RSUD Dr. M. Yunus Kota Bengkulu Tahun 2016.

c. Diketahui gambaran Distribusi frekuensi paritas ibu melahirkan di

ruang perinatal RSUD Dr. M. Yunus Kota Bengkulu Tahun 2016.

d. Diketahui gambaran Distribusi frekuensi perdarahan antepartum ibu

melahirkan di ruang perinatal RSUD Dr. M. Yunus Kota Bengkulu

Tahun 2016.

e. Diketahui hubungan usia ibu bersalin dengan kejadian BBLR di ruang

perinatal RSUD Dr. M. Yunus Kota Bengkulu Tahun 2016.


f. Diketahui hubungan paritas dengan kejadian BBLR di ruang perinatal

RSUD Dr. M. Yunus Kota Bengkulu Tahun 2016

g. Diketahui hubungan perdarahan antepartum dengan kejadian BBLR di

ruang perinatal RSUD Dr. M. Yunus Kota Bengkulu Tahun 2016

h. Diketahui hubungan usia dan paritas dengan kejadian BBLR di ruang

perinatal RSUD Dr. M. Yunus Kota Bengkulu Tahun 2016

i. Diketahui hubungan usia dan perdarahan antepartum dengan kejadian

BBLR di ruang perinatal RSUD Dr. M. Yunus Kota Bengkulu Tahun

2016

j. Diketahui hubungan paritas dan perdarahan antepartum dengan

kejadian BBLR di ruang perinatal RSUD Dr. M. Yunus Kota

Bengkulu Tahun 2016

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Instansi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi

mahasiswa Jurusan Kebidanan Tri Mandiri Sakti Bengkulu dalam

memberikan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal secara

komprehensif dalam rangka menurunkan AKI dan AKB serta memberikan

informasi ilmiah tentang faktor faktor yang berhubungan dengan BBLR,

Umur, Paritas dan Perdarahan antepartum.


2. Bagi Lembaga Pelayanan Kesehatan

Dapat bermanfaat dalam menyediakan informasi yang bermutu bagi

pihak pelayanan kesehatan dalam meningkatkan pelayanan baik berupa

sarana dan prasarana serta mengantisipasi menurunkan prevalensi BBLR.

3. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan, wawasan dan dapat menjadi

pengalaman bagi peneliti tentang cara dan prosedur pelaksanaan suatu

rencana secara sistematik.

4. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan dan

referensi bagi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut

dengan variabel dan tempat yang berbeda.

E. Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Usia Ibu

Paritas BBLR

Perdarahan
Antepartum
F. Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Alat Skala


No Hasil ukur
Penelitian Operasioanal Ukur Ukur Ukur

Dependent Berat badan Melihat Check 0: BBLR Nominal

1. BBLR bayi kurang data list 1: Tidak BBLR


dari 2500 gram register
tanpa
memandang
masa
kehamilan
Independent Kesatuan Melihat Check 0: < 20 tahun atau Nominal
1. Usia Ibu waktu yang data list > 35 tahun
mengukur
register 1:20-35 tahun
suatu
keberadaan
benda atau
makhluk

2. Paritas Banyak anak Melihat Check 0:Grandemultipara Nominal


yang pernah data list atau Primipara
dilahirkan register
1:Multipara
hidup oleh
seorang ibu

3. Perdarahan Perdarahan Melihat Check 0:Perdarahan Nominal


Antepartum jalan lahir data list Antepartum
setelah register
1:Tidak perdarahan
kehamilan 22
minggu Antepartum
G. Hipotesis Penelitian

Ho1 : Tidak ada hubungan antara usia dengan kejadian BBLR di Ruangan

Perinatal RSUD Dr.M. Yunus Kota Bengkulu Tahun 2016

Ha1 : Ada hubungan antara usia dengan kejadian BBLR di Ruangan Perinatal

RSUD Dr.M. Yunus Kota Bengkulu Tahun 2016

Ho2 : Tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian BBLR di Ruangan

Perinatal RSUD Dr.M. Yunus Kota Bengkulu Tahun 2016

Ha2 : Ada hubungan antara paritas dengan kejadian BBLR di Ruangan

Perinatal RSUD Dr.M. Yunus Kota Bengkulu Tahun 2016

Ho3 : Tidak ada hubungan antara perdarahan antepartum dengan kejadian

BBLR di Ruangan Perinatal RSUD Dr.M. Yunus Kota Bengkulu

Tahun 2016

Ha3 : Ada hubungan antara perdarahan antepartum dengan kejadian BBLR di

Ruangan Perinatal RSUD Dr.M. Yunus Kota Bengkulu Tahun 2016

Ho4 : Tidak ada hubungan antara usia dan paritas dengan kejadian BBLR di

Ruangan Perinatal RSUD Dr.M. Yunus Kota Bengkulu Tahun 2016

Ha4 : Ada hubungan antara usia dan paritas dengan kejadian BBLR di

Ruangan Perinatal RSUD Dr.M. Yunus Kota Bengkulu Tahun 2016

Ho5 : Tidak ada hubungan antara usia dan perdarahan antepartum dengan

kejadian BBLR di Ruangan Perinatal RSUD Dr.M. Yunus Kota

Bengkulu Tahun 2016


Ha5 : Ada hubungan antara usia dan perdarahan antepartum dengan kejadian

BBLR di Ruangan Perinatal RSUD Dr.M. Yunus Kota Bengkulu

Tahun 2016

Ho6 : Tidak ada hubungan antara paritas dan perdarahan antepartum dengan

kejadian BBLR di Ruangan Perinatal RSUD Dr.M. Yunus Kota

Bengkulu Tahun 2016

Ha6 : Ada hubungan antara paritas dan perdarahan antepartum dengan

kejadian BBLR di Ruangan Perinatal RSUD Dr.M. Yunus Kota

Bengkulu Tahun 2016


SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN IMUNISASI TT


PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIDOMULYO
KOTA BENGKULU

Oleh :

MODESTA SUGINI
NPM.1726040204.P

PROGRAM STUDIKEBIDANAN JENJANG D IV


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tetanus adalah salah satu penyakit yang paling beresiko menyebabkan

kematian bayi baru lahir. Tetanus yang menyerang bayi usia di bawah 1 bulan,

dikenal dengan istilah tetanus neonatorum yang disebabkan oleh basil

clostridium tetani. Menurut WHO 2005 tetanus neonatorum merupakan

penyebab dari 14% kematian neonates di dunia (WHO, 2005).Sedangkan data

Berdasarkan WHO vaccine-preventable diseases monitoring system 2013, pada

tahun 2012, Indonesia merupakan penyumbang kasus TN tertinggi nomor 2 di

ASEAN yaitu sebesar 119 kasus (WHO, 2013).

Penyakit tetanus neonatorum merupakan penyebab kematian pada bayi

yang menempati urutan ketiga.Ada tiga penyebab kematian pada bayi, yaitu

prematuritas dan bayi berat lahir rendah (29%), asfiksia (gangguan pernafasan)

pada bayi baru lahir (27%), tetanus neonatorum (10%). Bila di suatu daerah

terdapat kematian bayi yang disebabkan oleh tetanus neonatorum maka hal ini

dianggap kejadian luar biasa (KLB) (Kemenkes, 2012).

Pencapaian eliminasi tetanus neonatorum menjadi sangat berarti bagi

Indonesia, karena adanya kasus tetanus neonatorum pada bayi menunjukkan

adanya masalah pelayanan kesehatan terutama pada saat persalinan dan

perawatan tali pusat pada bayi baru lahir. Salah satu upaya untuk tidak

terjadinya tetanus neonatorum, maka pada ibu hamil dapat diberikan imunisasi

TT sebagai perlindungan dengan pemberian dua kali pemberian dengan


interval 4-6 minggu, kecuali bila sebelumnya ibu telah pernah mendapat

imunisasi TT dua kali pada kehamilan kurang dari dua tahun yang lalu atau

calon pengantin maka imunisasi TT cukup diberikan satu kali saja (Depkes RI,

2012). Hal ini diharapkan dapat membantu upaya pemerintah sehingga dapat

menurunkan angka kematian bayi.

Pada tahun 2012, dilaporkan terdapat 119 kasus Tetanus Neonatorum

dengan jumlah meninggal 59 kasus. Dengan demikian, Case Fatality Rate

(CFR) Tetanus Neonatorum pada tahun 2012 sebesar 49,6%, relatif menurun

dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 60,5% (Kemenkes RI, 2012).

Penelitian Simanullang (2012), Pendidikan kesehatan tentang SADARI

efektif terhadap meningkatan pengetahuan Ibu dalam melaksanakan SADARI.

Karna pengetahuan ibu yang mendapat pendidikan kesehatan benar-benar

berbeda dengan pengetahuan ibu yang tidak mendapatkan pendidikan

kesehatan pada kelompok kontrol. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan

bahwa pemberian pendidikan kesehatan tentang imunisasi TT dapat

meningkatkan pengetahuan ibu hamil.

Penelitian Erma Prihastanti (2014), Pendidikan yang rendah

menyebabkan tingkat kemampuan ibu untuk menerima penyuluhan menjadi

terbatas sehingga pengetahuan ibu juga kurang. Ibu dengan pendidikan dasar

mempunyai pengetahuan cukup karna ibu rutin mengikuti kegiatan posyandu

didesa setiap bulan, ikut penyuluhan, dan ibu memperoleh informasi kesehatan

khususnya imunisasi TT dari Televsi maupun media elektronik lain nya

sehingga ibu mau melakukan imunisasi TT.


Penelitian Joyce Angelia Yunica (2014), Dari penelitian tentang

hubungan antara dukungan suami dan umur ibu hamil dengan kelengkapan

imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada ibu hamil di Desa Sungai Dua Kecamatan

Rambutan Kabupaten Banyuasin Tahun 2014, maka peneliti berpendapat

bahwa ibu hamil yang memiliki dukungan suami baik akan mendorong ibu

untuk mendapatkan kelengkapan imunisasi TT dari pada ibu hamil yang

memiliki dukungan suami kurang.

Faktor yang diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam kehamilan

khususnya dalam program imunisasi TT adalah adanya dukungan dari keluarga

yaitu suami. Hal ini diperkuat oleh Clapman, dkk (2009) yang menyatakan

bahwa dukungan sosial secara umum menimbulkan pengaruh positif bagi

kesejahteraan fisik maupun psikis dan secara khusus mempengaruhi kesehatan

selama kehamilan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang ada tiga faktor

yaitu faktor predisposisi (pengetahuan, sikap ibu terhadap kesehatan, tradisi,

kepercayaan ibu, tingkat pendidikan dan dukungan suami), faktor pendukung

(ketersediaan sarana dan prasarana) dan faktor pendukung (sikap dan perilaku

petugas kesehatan) (Notoatmodjo, 2010).

Faktor yang dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang atau

masyarakat yaitu pendidikan karena semakin tinggi pendidikan seseorang maka

semakin tinggi juga pengetahuannya dan semakin mudah untuk menerima

suatu informasi sedangkan seseorang yang pengetahuan baik maka semakin

baik pula dalam melakukan suatu hal dan dapat mengerti apa yang baik untuk
dirinya terutama dalam bidang kesehatan, dalam hal ini termasuk perilaku ibu

hamil untuk melakukan imunisasi TT, dengan pendidikan dan pengetahuan ibu

hamil akan mempunyai pola pikir yang luas sehingga membuat ibu hamil

mengerti akan pentingnya imunisasi TT serta ekonomi keluarga juga

mempengaruhi dalam melakukan imunisasi TT.

Imunisasi pada ibu hamil adalah tindakan preventif demi meningkatkan

sistem kekebalan tubuh ibu hamil dari infeksi bakteri, parasit dan virus. Selama

masa kehamilan, daya tahan tubuh ibu hamil akan sedikit menurun sehingga

memberikan vaksin hidup dikhawatirkan justru malah mengakibatkan infeksi

serta membahayakan bayi. Imunisasi memang boleh diberikan bila vaksinnya

mengandung virus mati atau tak aktif. Penyebab utama kematian bayi adalah

Infeksi sebanyak 37%, dan 50% kematian bayi dan balita berkaitan dengan

masalah kekurangan gizi. 13% penyebab lainnya adalah penyakit yang dapat di

cegah melalui imunisasi seperti campak dan TBC (Hanum, 2010).

Berdasarkan data dari profil Dinas Kesehatan Kota Bengkulu tahun 2016

Puskesmas Kandang merupakan cakupan tertinggi imunisasi TT dengan TT 1

sebanyak 504 (109,6,7%), TT 2 sebanyak 376 (81,7%) dan Puskesmas

Sidomulyo merupakan Puskesmas terendah cakupan imunisasi TT dengan TT

1 sebanyak 4 (1,6%), TT 2 sebanyak 4 (1,6%). Maka dari data diatas bahwa

Puskesmas Sidomulyo merupakan Puskesmas yang cakupan imunisasi TT pada

ibu hamil terendah (Profil Dinkes Kota Bengkulu, 2016).

Hasil survey awal yang dilakukan peneliti terhadap ibu hamil Trimester

III di wilayah kerja puskesmas Sidomulyo pada tanggal 09 Juni 2017 pada
bulan Januari – Mei jumlah cangkupan Ibu hamil sebanyak 249, dan peneliti

melakukan wawancara dengan 10 orang ibu hamil, didapatkan 7 orang ibu

hamil tidak tahu tentang imunisasi TT dan juga tidak diberikan dukungan oleh

suaminya untuk melakukan imunisasi TT dikarenakan suami juga tidak

mengetahui apa fungsi, manfaat dari imunisasi TT dan akibat apabila tidak

mendapatkan imunisasi TT, dan 3 orang ibu hamil mengatakan tahu tentang

imunisasi TT, manfaat dan kegunaannya imunisasi TT serta mendapat

dukungan dari suami dan terdapat 2 bayi yang mengalami infeksi pada tali

pusat sehingga sukar kering dan berbau busuk hingga membutuhkan perawatan

yang intensif, pada saat ditanya kepada keluarga, keluarga mengatakan bahwa

pada saat melahirkan di tolong oleh tenaga non medis dan masih menganut

budaya memberikan ramuan-ramuan pada tali pusat bayinya. Imunisasi TT itu

penting pada masa kehamilan untuk kekebalan ibu dan bayinya nanti sehingga

bisa mengurangi resiko terkena infeksi tetanus. (Profil Puskesmas Sidomulyo

Kota Bengkulu, 2017).

Dari uraian yang telah dikemukakan di atas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian guna mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ibu

hamil melakukan imunisasi TT.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

permasalahan yang diangkat pada penelitian ini adalah masih rendahnya

cakupan imunisasi TT di Puskesmas Sidomulyo Kota Bengkulu.Rumusan

masalah penelitian: “Faktor-faktor apayang berhubungan dengan imunisasi TT

pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Kota Bengkulu?”


C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan imunisasi TT pada ibu

hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Kota Bengkulu.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui gambaran ibu hamil di Wilayah Kerja Sidomulyo Kota

Bengkulu

b. Diketahui gambaran pendidikan ibu hamil di Wilayah Kerja

Puskesmas Sidomulyo Kota Bengkulu.

c. Diketahui gambaran pengetahuan ibu hamil di Wilayah Kerja

Puskesmas Sidomulyo Kota Bengkulu.

d. Diketahui gambarandukungan suami ibu hamil di Wilayah Kerja

Puskesmas Sidomulyo Kota Bengkulu.

e. Diketahui hubungan pendidikan dengan imunisasi TT pada ibu hamil

di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Kota Bengkulu.

f. Diketahui hubungan pengetahuan dengan imunisasi TT pada ibu

hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Kota Bengkulu.

g. Diketahui hubungan dukungan suami dengan imunisasi TT pada ibu

hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Kota Bengkulu.

h. Diketahui hubungan pendidikan dan pengetahuan ibu dengan

imunisasi TT pada ibu hamil di Wilayah Kerja Sidomulyo kota

bengkulu.
i. Diketahui hubungan pendidikan dan dukungan suami ibu dengan

imunisasi TT pada ibu hamil di Wilayah Kerja Sidomulyo kota

bengkulu.

j. Diketahui hubungan pengetahuan dan dukungan ibu dengan

imunisasi TT pada ibu hamil di Wilayah Kerja Sidomulyo kota

bengkulu.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi STIKES Tri Mandiri Sakti

Dapat memberikan sumbangan pustaka bagi institusi pendidikan

Stikes Tri Mandiri Sakti Bengkulu.

2. Manfaat bagi Puskesmas

Diharapkan dapat berguna dalam merencanakan, mengevaluasi serta

menentukan kebijakan program kesehatan khususnya dalam

meningkatkan cakupan imunisasi TT pada ibu hamil.

3. Manfaat bagi Peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan perbandingan dan

informasi dalam mengembangkan penelitian ini lebih lanjut.


E. Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan teori yang ada maka kerangka konsep dalam

penelitian sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Pendidikan

Pengetahuan Imunisasi TT Bumil


Dukungan Suami

Bagan 1.
Kerangka Konsep Penelitian

F. Definisi Operasional

Tabel 1.
Definisi Operasional Variabel

Definisi Alat Skala


Variabel Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur
Variabel Dependent

Imunissasi Status Kuesione 1: Tidak, bila ibu Nominal


TT Bumil imunisasi TT r hamil mendapatkan
yang dimiliki imunisasi selama
ibu hamil hamil 1 kali atau
tidak sama sekali
diimunisasi
2: Ya, jika ibu
mendapatkan
imunisasi TT
selama hamil
sebanyak 2 kali
Variabel Independent

Pendidikan Pendidikan Kuesione 1 : Dasar (SD, SLTP) Ordinal


formal yang r
diselesaikan 2 : Menengah (SLTA)
responden
3 : Tinggi (AK, PT)
saat
penelitian

Pengetahuan Segala Kuesione 1: Kurang, bila ibu Ordinal


sesuatu yang r dapat menjawab
diketahui pertanyaan < 50%
oleh (< 5 pertanyaan
responden dengan benar)
tentang
imunisasi TT 2: Cukup bila ibu
dapat menjawab
pertanyaan 50% -
70% (5-7
pertanyaan dengan
benar)
3: Baik bila ibu dapat
menjawab
pertanyaan 80% -
100% (8-10
pertanyaan dengan
benar)

Dukungan Dukungan Kuesione 1: Tidak Mendukung Ordinal


Suami suami dalam r bila menjawab
penelitian ini benar ≤5
adalah semua pertanyaan
bentuk
dorongan 2: Mendukung bila
yang menjawab benar
diberikan >5 pertanyaan
suami yang
berhubungan
dengan
imunisasi TT
G. Hipotesis

Ha:

1. Ada hubungan faktor pendidikan ibu hamil dengan imunisasi TT pada ibu

hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Kota Bengkulu.

2. Ada hubungan faktor pengetahuan ibu hamil dengan imunisasi TT pada

ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Kota Bengkulu.

3. Ada hubungan faktor dukungan suami ibu hamil dengan imunisasi TT

pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Kota Bengkulu.

4. Ada hubungan faktor pendidikan dan pengetahuan ibu hamil dengan

imunisasi TT pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Kota

Bengkulu

5. Ada hubungan faktor pendidikan dan dukungan suami ibu hamil dengan

imunisasi TT pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Kota

Bengkulu
SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN


IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS SAWAH LEBAR

KOTA BENGKULU

TAHUN 2017

Oleh :

MODESTA SUGINI
NPM.1726040204.P

PROGRAM STUDIKEBIDANAN JENJANG D IV

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

TRI MANDIRI SAKTI

BENGKULU

2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan laporan World Health Statistic(WHS) dibandingkan

dengan Negara lain diantara sebelas Negara di Asia Tenggara(SEARO),

Indonesia memiliki cakupan imunisasi campak sebesar 84% dan termasuk

kategori cakupan imunisasi sedang, sedangkan Timorleste dan India termasuk

dalam kategori cakupan imunisasi campak rendah.(Pusdatin Kemenkes RI

2016)

Indonesia berkomitmen pada lingkup ASEAN dan SEARO bahwa

dalam mencapai target eliminasi campak tahun 2020, diperlukam cakupan

imunisasi campak minimal 90% secara merata diseluruh kabupaten/kota.

Cakupan imunisasi campak nasional tahun 2015 sebesar 92,3%. Laporan

desa/kelurahan UCI(Universal Child Immunization) tahun 2015 per 13 Mei

2016 Provinsi Bengkulu melaporkan cakupan desa/kelurahan UCI sebesar

89,3%.(Kemenkes RI 2016)

Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit menular

khususnya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang

diberikan kepada tidak hanya anak sejak masih bayi hinggga remaja tetapi

juga dewasa. Imunisasi merupakan salah satu intervestasi kesehatan yang

paling Cost-Effective (murah),karena terbukti dapat mencegah dan

mengurangi kejadian sakit, cacat dan kematian tiap tahunnya. Faktor-faktor


yang mempengaruhi pemberian imunisasi campak adalah pendidikan,umur ibu

dan dukungan keluarga

Menurut hasil penelitian (Adzaniyah: 2014) alasan ketidaklengkapan

imunisasi pada bayi atau balitanya, terbanyak 61 responden (65%) diketahui

alasan yang banyak alasan yang banyak diutarakan responden adalah

responden takut efek samping dari setelah pemberian imunisasi. Seperti pada

jenis imunisasi bayi lainnya imunisasi campak dapat menimbulkan efek

samping bagi bayi seperti mengalami demam dan ruam merah setelah

mendapatkan imunisasi,oleh sebab itu kebanyakan ibu tidak mau

mengimunisasi bayinya.

Notoatmodjo (2012) mengatakan karakteristik adalah suatu ciri khusus

yang mempunyai kekhususan sesuai dengan perwatakan tertentu yang

meliputi pendidikan, pekerjaan dan umur. Pendidikan ibu memiliki pengaruh

yang besar dalam meningkatkan pencapaian imunisasi campak. Tingakat

pendidikan yang rendah mengakibatkan pengetahuan ibu dalam menghadapi

masalah.Pengetahuan ini diperoleh baik secara formal maupun informal.

Sedangkan ibu-ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi

umumnya terbuka untuk menerima perubahan atau hal-hal baru guna

pemeliharaan kesehatan(Husada, 2012).

Menurut hasil penelitian Nurjanah (2014) dengan judul faktor yang

berhubungan dengan status imunisasi campak pada batita di Wilayah Kerja

Puskesmas manggarobombang Kabupaten Takalar Sulawesi selatan tahun

2014,berdasarkan hasil penelitian ini bahwa dari 236 responden yang


membawa bayinya untuk imunisasi campak 9-12 bulan yaitu yang

berpendidikan rendah sebanyak 195 responden (82,6%) dibandingkan dengan

yang berpendidikan tinggi sebanyak 41 responden (17,4%), ibu yang berumur

tua (>25 tahun) sebanyak 156 responden (66,1%) dan ibu yang berumur muda

(≤ 25 tahun ) sebanyak 80 (33,9%). Dan Menurut hasil penelitian Eva

Supriatin (2015) dukungan keluarga diperoleh data dukungan baik sejumlah

53 orang(61,63%) dan dukungan kurang 33 orang (38,37%).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu tahun 2015

cakupan imunisasi campak di Provinsi Bengkulu sebanyak 32.736 (89%)

dengan rincian bayi laki- laki sebanyak 15.420(85%) dan bayi perempuan

sebanyak 17.316(92%).Cakupan imunisasi campak yang berada di urutan I

yaitu: Kabupaten Rejang Lebong sebanyak 7.018(147%) dengan rincian bayi

laki –laki sebanyak 2.378 (98%) dan bayi perempuan 4.640(196%), urutan ke

II yaitu Kota Bengkulu sebanyak 7.333(110%)dengan rincian laki-laki

sebanyak 3679(109%) dengan rincian bayi laki-laki sebanyak 3.679(109%)

dan bayi perempuan 3.654(110%) dan Yang ke III yaitu Kabupaten

Bengkulu Selatan sebanyak 2.802(100%) dengan rincian bayi laki-laki

sebanyak 1.416(96%) dan bayi perempuan 1.386(105%), Sedangkan cakupan

imunisasi campak terendah yaitu Kabupaten Lebong sebanyak 73(4%) dengan

rincian bayi laki- laki sebanyak 36(4%) dan bayi perempuan 37(4%) (Profil

Kesehatan Provinsi Bengkulu 2015)

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Bengkulu cakupan

imunisasi campak pada tahun 2013 sebanyak 5.962(91,5%) pada tahun 2014
sebanyak 5.846(90,7%) pada tahun 2015 sebanyak 7.331 (110%) pada tahun

2016 sebanyak 7.799(112,5%) cakupan imunisasi campak (Profil Kesehatan

Kota Bengkulu 2016)

Kota Bengkulu terdiri dari 9 kecamatan yang terdiri dari 20 puskesmas,

berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Bengkulu tahun 2016 didapat

data bahwa Puskesmas Betungan merupakan Puskesmas Tertinggi cakupan

imunisasi campak dengan total jumlah 342(152,7%), dan terendah Puskesmas

Sawah Lebar dengan total jumlah 329(78,7%)

Berdasarkan data dari Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu tahun

2013 cakupan imunisasi campak pada bayi sebanyak 334(84,6%) pada tahun

2014 mengalami kenaikan yaitu sebanyak 430 (110,3%) dan pada tahun 2015

mengalami penurunan yaitu 356(85,6%) dan pada tahun 2016 mengalami

penurunan yaitu 329(78,7%) untuk cakupan imunisasi campaknya (Profil

Kesehatan Kota Bengkulu 2016)

Hasil survey pendahuluan yang dilaksanakan di Puskesmas Sawah Lebar

pada Tanggal 09 Juni 2017 pada bulan Januari – Juni jumlah cakupan

imunisasi campak 241 bayi .

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang

berhubungan dengan pemberian imunisasi campak pada bayi diWilayah Kerja

Puskesmas Basuki Rahmat Kota Bengkulu”.


B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Faktor-faktor yang

berhubungan dengan pemberian imunisasi campak pada bayi di Wilayah Kerja

Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu?”.

C. Tujuan Penilitian

1. Tujuan Umum

Untuk mempelajari faktor-faktor yang berhubungan dengan

pemberian imunisasi campak pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas

Sawah Lebar kota Bengkulu tahun 2017?”.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui gambaran pemberian imunisasi campak pada bayi di Wilayah

Kerja Puskesmas Sawah Lebar kota Bengkulu tahun 2017

b. Diketahui gambaran pendidikan ibu dengan pemberian imunisasi

campak pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Sawah Lebar Kota

Bengkulu tahun 2017 .

c. Diketahui gambaran umur ibu dengan pemberian imunisasi campak

pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Sawah Lebar kota Bengkulu

tahun 2017

d. Diketahui gambaran dukungan keluarga dengan pemberian imunisasi

campak pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Sawah Lebar Kota

Bengkulu tahun 2017.


e. Diketahui hubungan pendidikan ibu dengan pemberian imunisasi

campak pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Sawah Lebar kota

Bengkulu tahun 2017.

f. Diketahui hubungan umur ibu dengan pemberian imunisasi campak

pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Sawah Lebar kota Bengkulu

tahun 2017

g. Diketahui hubungan dukungan keluarga dengan pemberian imunisasi

campak pada bayi di Wilayah Kerja puskesmas Sawah Lebar kota

Bengkulu tahun 2017

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas Sawah Lebar

Dengan dilaksanakan penelitian ini diharapkan dapat memberi

informasi dan masukan yang bermanfaat bagi pihak Puskesmas untuk

kebijakan dalam pelayanan kesehatan terhadap penyakit campak dan

imunisasi campak.

2. Bagi Institusi Pendidikan STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi atau bahan

bacaan terutama di perpustakaan STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu dan

dapat dijadikan sebagai sumber refrensi ilmiah mengenai pelayanan

kesehatan tentang imunisasi campak

3. Bagi peneliti lain

Sebagai sarana untuk menerapan proses berfikir secara alamiah

dalam menganalisa masalah, sebagai media untuk menambah pengalaman


dan wawasan dalam penelitian,dan bahan untuk menerapkan ilmu yang

telah didapatkan selama kuliah di Program Pendidikan Diploma IV

Kebidanan STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu.

E. Kerangka Konseptual

Variabel Independen Variabel Dependen

Pendidikan

Umur Imunisasi Campak

Dukungan Keluarga

Bagan 1
Kerangka Konseptual
F. Definisi Operasional

Tabel 1
Definisi Operasional

Definisi Cara Alat Skala


No Variabel Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur Ukur
1. Imunisasi Imunisasi Checklist Register 0: tidak diimunisasi Nominal
Campak yang imunisasi campak
diberikan di 1: diimunisasi
pada bayi puskesmas/ campak
umur 9-11 posyandu
bulan
(Posyandu di
Wilayah
Kerja
Puskesmas
Sawah
Lebar)
2. Pendidikan Suatu proses Checklist Checklist 0: Rendah (Tidak Nominal
pendidikan sekolah,SD SMP)

yang telah 1: Menegah(SMA)


dilalui ibu.
2: Perguruan tinggi

3. Umur Umur ibu Checklist Checklist 0: ≥30 tahun Nominal


pada saat 1: <30 tahun
imunisasi
campak anak
4. Dukungan Dukungan Checklist Checklist 0: Tidak ada Nominal
keluarga keluarga dukungan jika
jumlah benar <4
adalah suatu
dukungan 1: Ada dukungan
jika jumlah benar
yang
>4
bermanfaat
bagi
individu
yang
diperoleh
dari keluarga
,
memperhati
kan ,
menghargai
dan
mencintai

G. Hipotesis

Ho1 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan

pemberian imunisasi campak pada bayi di wilayah kerja Puskesmas

Sawah Lebar Kota Bengkulu tahun 2017

Ha1 : Ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu

denganpemberian imunisasi campak pada bayi di wilayah kerja

Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu tahun 2017.

Ho2 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan pemberian

imunisasi campak pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Sawah

Lebar Kota Bengkulu tahun 2017.

Ha2 : Ada hubungan yang signifikan antara umur dengan pemberian

imunisasi campak pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Sawah

Lebar Kota Bengkulu tahun 2017.


Ho3 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga

dengan pemberian imunisasi campak pada bayi di wilayah kerja

Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu tahun 2017.

Ha3 : Ada hubungan.yang signifikan antara dukungan keluarga dengan

pemberian imunisasi campak pada bayi di wilayah kerja Puskesmas

Sawah Lebar Kota Bengkulu tahun 2017.


SKRIPSI

HUBUNGAN PARTUS LAMA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA


NEONATORUM DI RSUD Dr. M. YUNUS BENGKULU
TAHUN 2016

OLEH :

MODESTA SUGINI
NPM.1726040204.P

PROGRAM STUDI KEBIDANAN JENJANG DIV


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu target yang telah

ditentukan dalam tujuan pembangunan goal 3 Sustainable Development Goals

(SDGs) pada tahun 2030. Sebagian besar kematian bayi terjadi pada minggu

pertama kehidupan yaitu sekitar 75 % dan antara 25 % sampai 45 % kematian

tersebut terjadi dalam 24 jam pertama. Berdasarkan hasil Survei Demografi

dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Neonatus

(AKN) sebesar 19 per 100.000 kelahiran hidup. (Kemenkes RI, 2015).

Berdasarkan data Profil Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu pada tahun

2014, Angka Kematian Neonatal (AKN) sebesar 9 per 1.000 kelahiran hidup,

sedangkan jumlah kematian (Neonatal dan Bayi) sebesar 374.Kemudian pada

tahun 2015, Angka Kematian Neonatal (AKN) terjadi penurunan sebesar 8 per

1.000 kelahiran hidup, sedangkan jumlah kematian bayi sebesar 206.

Menurut Sari, dkk (2011) dalam penelitian Tahir, dkk (2012), setiap

tahunnya 120 juta bayi lahir didunia, secara global 4 juta (33 per 1000

kelahiran hidup) bayi lahir meninggal dan 4 juta (33 per 1000kelahiran hidup)

lainnya meninggal dalam usia 30 hari. Hampir 3,6 juta (3%) dari 120 juta bayi

mengalami asfiksia neonatorum, hampir 1 juta (27,78%) bayi ini meninggal.

Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi dimana bayi tidak dapat

bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini disertai

dengan hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis.(Marmi,


2014).Asfiksia adalah ketidakmampuan bayi baru lahir untuk bernapas pada

waktu 60 detik pertama.Pada waktu menit pertama harus sudah selesai untuk

melakukan evaluasi menurut skor APGAR. (Manuaba, 2012).

Menurut Setyobudi (2008) dalam penelitian Tahir, dkk (2012),

bahwaasfiksia neonatorum merupakan penyebab tingginya kematian bayi di

Indonesia yaitu sebesar 33,6%. Sebanyak 110.000 neonatus meninggal setiap

tahun karena asfiksia19% dari 5 juta kematian bayi baru lahir.

Penyebab terjadinya asfiksia yaitu faktor ibu, plasenta, fetus dan

neonatus. Dalam hal ini difokuskan pada faktor ibu yaitu kejadian partus lama,

karenamemberikan kontribusi yang besar terhadap kejadian asfiksia

neonatorum. Ibu yang mengalami partus lama berisiko 3,41 kali melahirkan

bayi dengan asfiksia neonatorum dibandingkan dengan ibu yang tidak

mengalami partus lama. (Tahir, dkk, 2012).

Berdasarkan data dalam buku register yang diperoleh di ruang

Kebidanan Hesti RS DKT Bengkulu, angka kejadian Asfiksia Neonatorum

pada tahun 2014 sebanyak 53 kasus (8,09 %) dari 655 bayi lahir, pada tahun

2015 sebanyak 95 kasus (9,25 %) dari 1026 bayi lahir, pada tahun 2016 terjadi

penurunan menjadi 44 (8,36 %) kasus dari 526 bayi lahir.

Berdasarkan data dalam buku register yang diperoleh di ruang Melati RS

Bhayangkara Bengkulu, angka kejadian Asfiksia Neonatorumpada tahun 2014

sebanyak 29kasus (2,84 %) dari 1020 bayi lahir, pada tahun 2015 sebanyak 77

kasus (4,46 %) dari 1726 bayi lahir, pada tahun 2016 terjadi penurunan

menjadi 55 (4,4 %) kasus dari 1250 bayi lahir.


Berdasarkan data dalam buku register yang diperoleh di ruang

Perinatalogi RS Dr. M. Yunus Bengkulu, angka kejadian Asfiksia

Neonatorum pada tahun 2014 sebanyak 370 kasus (35,7 %) dari 1036 bayi

lahir, pada tahun 2015 sebanyak 245 kasus (33,9 %) dari 723 bayi lahir, pada

tahun 2016 terjadi penurunan menjadi 130 (20,3 %) kasus dari 640 bayi lahir.

Berdasarkan data dalam buku register yang diperoleh di ruang Mawar

RS Dr. M. Yunus Bengkulu, angka kejadian Partus Lama pada tahun 2014

sebanyak 20 kasus (1,81 %) dari 1101ibu bersalin, pada tahun 2015 sebanyak

32 kasus (4,28 %) dari 746 ibu bersalin, pada tahun 2016 terjadi penurunan

menjadi 31 (6,13 %) kasus dari 505 ibu bersalin.

Berdasarkan jumlah kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD Dr.

M.Yunus Bengkulu setelah dibandingkan dengan rumah sakit lain, seperti RS

DKT Bengkulu, RS Bhayangkara Bengkulu, jumlah kejadian asfiksia

neonatorum di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu jauh lebih banyak. Selain itu,

RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu merupakan RSUD pusat rujukan terbesar di

Provinsi Bengkulu. Oleh karena itu, penulis tertarik mengambil kasus dengan

judul : “Hubungan Partus Lama Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di

Ruang Perinatalogi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2016”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, masalah yang

timbul adalah masih tingginya kejadian partus lama dan asfiksia neonatorum

di RSUD Dr.M. Yunus Tahun 2016, sehingga rumusan masalah penelitian ini
adalah “Apakah Ada Hubungan antara Partus Lama dengan Kejadian Asfiksia

Neonatorum di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2016?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan partus lama dengan kejadian asfiksia

neonatorum di RSUD Dr.M.Yunus Tahun 2016

2. Tujuan khusus

a. Diketahui gambaran kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Dr. M.

Yunus Tahun 2016

b. Diketahui gambaran kejadian partus lama pada ibu bersalin di RSUD

Dr.M. Yunus Tahun 2016

c. Diketahui gambaran hubungan partus lama dengan kejadian asfiksia

neonatorum di RSUD Dr.M. Yunus tahun 2016

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi RSUD Dr. M. Yunus

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan yang

bermanfaat khususnya bagi tenaga kesehatan untuk menyikapi dan

mencegah komplikasi persalinan dan asfiksia neonatorum sehingga

mendapatkan pelayanan yang tepat dan cepat dari tenaga kesehatan dan

dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun bayi.

2. Untuk Peneliti Lain

Diharapkan agar dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti lain terutama

yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai hubungan partus lama dengan
kejadian asfiksia neonatorum dengan cara memperluas wilayah penelitian,

memperbanyak jumlah populasi serta penelitian diperdalam lagi dengan

menggunakan metode penelitian yang berbeda sehingga mendapatkan

hasil yang lebih baik lagi.

3. Untuk STIKES Tri Mandiri Sakti

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan sebagai sumber

ilmu untuk meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan perkembangan

pengetahuan dibidang kebidanan.

E. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep pada penelitian ini adalah :

Variabel Independent Variabel Dependent

Partus Lama Asfiksia Neonatorum


Bagan 2
Kerangka Konsep
F. Definisi Operasional

Tabel 3
Definisi Operasional
Definisi Cara Alat Skala
No Variabel Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur Nominal
1 Asfiksia Keadaan bayi Dokume Checklist 0 : Asfiksia Nominal
baru lahir tidak ntasi/Re 1 : Tidak
dapat bernafas gister Asfiksia
secara spontan
dan teratur. Tanda
dan gejalanya
yaitu tidak ada
pernapasan,
tangisan lemah,
dan biru, tonus
otot lemah dan
denyut jantung
tidak ada.
2 Partus Partus lama Dokume Checklist 0 : Partus Nominal
Lama adalah fase laten ntasi/Re Lama
lebih dari 8 jam. gister 1: Tidak
Persalinan telah Partus
berlangsung 12 Lama
jam atau lebih.
Pada
primigravida,
persalinan terjadi
>24 jam dan >18
jam pada
multigravida.
Tanda dan
gejalanya yaitu
pembukaan
serviks kurang 3
cm selama 8 jam
inpartu,
pembukaan
serviks melewati
garis waspada dan
tidak ada
kemajuan
penurunan
G. Hipotesis

H0 : Tidak ada hubungan antara partus lama dengan kejadian asfiksia pada

bayi baru lahir di RSUD Dr.M. Yunus Kota Bengkulu pada Tahun

2016.

Ha : Ada hubungan antara partus lama dengan kejadian asfiksia pada bayi

baru lahir di RSUD Dr. M. Yunus Kota Bengkulu pada Tahun 2016

Anda mungkin juga menyukai