Anda di halaman 1dari 4

BAB V

PEMBAHASAN

Estimasi jumlah timbunan sampah plastik di Indonesia pada tahun 2008 mencapai 38,5
juta ton/tahun. Melihat dari sifat penyusun plastik yang tersusun dari komponen hidrokarbon
minyak bumi, maka limbah plastik sangat berpotensi untuk dikonversi menjadi BBM. Dari
praktikum tentang pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar minyak dapat diketahui
bahwa minyak yang dihasilkan dari pengolahan sampah plastik tergantung dari beberapa
parameter antara lain jenis plastik yang diolah, temperatur proses, penggunaan katalis dan
jenis katalis yang digunakan. Plastik adalah salah satu jenis makromolekul yang dibentuk
dengan proses polimerisasi. Polimerisasi adalah proses penggabungan beberapa molekul
sederhana (monomer) melalui proses kimia menjadi molekul besar (makromolekul atau
polimer). Plastik merupakan senyawa polimer yang unsur penyusun utamanya adalah Karbon
dan Hidrogen. Untuk membuat plastik, salah satu bahan baku yang sering digunakan adalah
Naphta, yaitu bahan yang dihasilkan dari penyulingan minyak bumi atau gas alam. Sebagai
gambaran, untuk membuat 1 kg plastik memerlukan 1,75 kg minyak bumi, untuk memenuhi
kebutuhan bahan bakunya maupun kebutuhan energi.
Sebelum kita melakukan percobaan langkah pertama perlu dilakukan penangganan
terhadap sampah plastik misalnya sortasi sampah plastik berdasarkan jenisnya, hal ini lebih
memudahkan pemamfaatan dari sampah itu sendiri. Dari kegiatan praktikum, kami
melakukan sortasi sampah plastik yaitu dengan memilah sampah plastik yang jenis PP seperti
cup plastik, tutup botol dari plastik, mainan anak, dan margarine.
Pemilihan jenis plastik PP itu sendiri di karenakan dari beberapa jurnal membuktikan
bahwa plastik PP memiliki rendemen paling tinggi contohnya pada jurnal Jurnal Mekanika
dan Sistem Termal (JMST) dengan judul Pengolahan Sampah Plastik Jenis PP, PET dan PE
Menjadi Bahan Bakar Minyak dan Karakteristiknya, yang mana jurnal tersebut
membandingkan hasil BBM dari berbagai plastik, dimana untuk plastik PP menghasilkan 450
ml dari ½ kg bahan baku sehingga menghasilkan rendemen ± 28 %, rendemen tersebut lebih
tinggi dari PE sedangkan untuk PET ternyata tidak menghasilkan BBM.
Dari penjalasan jurnal diketahui bahwa ditinjau dari jumlah energi yang dibutuhkan
dan jumlah minyak yang dihasilkan, plastik jenis PP adalah jenis plastik yang paling bagus
bila diolah menjadi bahan bakar, sehingga kami memilih jenis plastik PP untuk di uji coba,
adapun hasil yang kami dapatkan ternyata dengan bahan baku 150 gr BBM yang dihasilkan
sebanyak 100 ml sehingga rendemennya ±36%, dan dari segi warna lebih jernih (seperti
warna bensin), untuk aroma tidak jauh berbeda dengan bau bensin namun masih tercium bau
sampah yang di bakar sehingga perlu dilakukan penyulingan, deodorisasi dan penyaringan
sekali lagi agar hasilnya lebih maksimal.
Pengujian karakteristik bahan bakar dari plastik dilakukan dengan menguji nilai
kalornya. Karakteristik bahan bakar dari plastik ini juga dibandingkan dengan bahan bakar
konvensional yaitu premium dan solar. Dari pengujian nilai kalor diketahui bahwa bahan
bakar yang diolah dari plastik PP dan PE memiliki nilai kalor yang lebih tinggi dibanding
bahan bakar yang lain. Nilai kalor dari plastik PP memiliki nilai kalor yang paling tinggi. Dari
hasil pengujian di atas diketahui bahwa minyak dari pengolahan plastik potensial menjadi
sumber energi.
Data nilai kalor dari jurnal :

Perbandingan hasil dari jurnal dan praktikum

Hasil dari jurnal Hasil praktikum

Perhitungan rendemen yang diperoleh dari hasil praktikum


Diketahui :
• Bahan baku : 150 gr
• Hasil BBM : 120 ml
• Massa jenis miyak : 0,8 gr/ml
Rumus:
Massa jenis minyak : massa / volume
Massa : massa jenis * volume
Massa : 0,8 * 120 = 96 gr
Hasil rendemen
Rendemen : ((150 – 96)/ 150)*100%
Rendemen : 36 %

Untuk rendemennya sendiri sebenarnya masih bisa ditingkatkan dengan melakukan


pengawasan dan pengolahan yang baik, manenjemen pengolahan dan pengawasan yang baik
sangatlah penting, dengan manajemen pengolahan yang baik kita akan memperoleh hasil yang
optimal, dan dari hasil yang optimal akan menghasilkan keuntungan yang maksimal. Terry
(dalam Sujamto, 1986 : 17) menyatakan pengawasan adalah untuk menentukan apa yang telah
dicapai, mengadakan evaluasi atasannya, dan mengambil tindakan-tidakan korektif bila
diperlukan untuk menjamin agar hasilnya sesuai dengan rencana. Sehingga berdasarkan
pendapat Terry dari hasil praktikum kami banyak sekali hal yang harus di evaluasi , yaitu:
1. Penanganan proses
Dari hasil praktikum yang mana bahan baku awal 150 gr diharapkan dapat
dimanfaatkan seluruhnya untuk menjadi BBM, namun ketika kami memberhentikan
proses penyulingan masih terdapat banyak sisa plastik yang belum mengalami proses
pembakaran. Hal tersebut mengakibatkan losses sehingga BBM yang dihasilkan
berkurang.
2. Kurangnya pengawasan
Seperti sudah diterangkan bahwa pengawasan sangatlah penting, saat melakukan
praktikum kami tidak memperhatikan hal tersebut, sehingga berakibat fatal yaitu hasil
BBM tertumpah sekitar ±50 ml, hal tersebut diakibatkan kurangnya pengawasan di
bagian penampung hasil sulingan BBM, minyak yang seharusnya di dapatkan
berkurang dan berakibat pada kerugian finansial.
3. Pemilihan waktu yang kurang tepat.
Saat melakukan proses penyulingan kami melakukannya sudah terlalu sore hingga
larut malam, hal tersebut mengakibatkan kurang optimalnya proses yang kami
lakukan, untuk pemilihan waktu ini mungkin tidak terlalau diperhatikan oleh
perusahaan, namun untuk skala praktikum itu menurut kami cukup penting.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Plastik yang paling bagus untuk dijadikan BBM adalah plastik PP.
2. Minyak dari plastik tipe PP memiliki nilai kalor yang tinggi, lebih tinggi dari nilai
kalor solar, bensin, LPG maupun minyak tanah.
3. Hasil rendemen minyak jenis PP lebih tinggi dari jenis plastik lainnya, rendemen
plastik PP dari hasil praktikum yaitu 36%.
4. Minyak yang dihasilkan dari pengolahan sampah plastik tergantung dari beberapa
parameter antara lain jenis plastik yang diolah dan temperatur proses.

6.2 Saran
Sebaiknya untuk hasil BBM yang dihasilkan dilakukan pemurnian kembali dengan
cara penyulingan dan penyaringan dengan kertas saring, juga perlu dilakukan deodorisasi
untuk mengurangi aroma yang menyengat, dan juga perlu dilakukan pengujian lebih lanjut
mengenai sifat fisiko-kimia minyak BBM yang dihasilkan.

Anda mungkin juga menyukai