Anda di halaman 1dari 36

Disusun Oleh Kelompok II :

RENI AFRIANA G1B218001


DELA LESTARI G1B218002
INDRA EKA PUTRA G1B218008
ANGGRA LUCISIA G1B218018
WIWIN DWI YULIANTI G1B218020
MURSIDAH G1B218024
MOHAMMAD EQRAM TAWAQQAL G1B218028

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim, Alhamdulillahi Rabbil ‘alamiin,Puji syukur
penulis panjatkan kehadirat Allah SWTyang telah melimpahkanrahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul
“Hubungan Kebiasaan Pola Makan Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Di
Wilayah Kerja Puskesmas Putri Ayu”.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan dorongan
berbagai pihak, maka sebagai ungkapan hormat dan penghargaan penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. dr. Herlambang. S.POG KFM selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.
2. Ns. Nurhusna S.Kep, M.Kep dan dr. Armaidi Darmawan, M. Epid selaku
Pembimbing skrpsi sekaligus sebagai pembimbing akademik yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dorongan serta
semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
3. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Keperawatan yang telah banyak
memberikan ilmu selama penulis mengikuti pendidikan di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.
4. Kepala Puskesmas Putri Ayu beserta jajaran yang telah berkenan memberikan
izin untuk melakukan penelitian di wilayah kerja puskesma Putri Ayu.
5. Staf Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi yang telah
membantu proses pelaksanaan penelitian ini terutama dalam hal surat izin.
6. Kedua orang tua, adik, teman –teman yang sangat penulis cintai serta telah
sabar dan dengan ketabahan hati selalu mendo’akan sekaligus memberikan
dorongan yang bagitubesarkepadapenulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan masukan yang membangun dari semua pihak
demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata semoga proposal skripsi ini dapat diterima
dan bermanfaat bagi kita semua. Jambi, September2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap wanita mengininginkan persalinannya berjalan dengan lancar dan


dapat melahirkan bayi dengan sempurna. Ada dua cara persalinan yaitu persalinan
lewat vagina yang lebih dikenal dengan persalinan alami dan persalinan caesarea
atau sectio caesarea yaitu tindakan operasi untuk mengeluarkan bayi dengan insisi
pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh
serta berat janin diatas 500 gram (Wiknjosastro,2017).
Tindakan sectio caesarea merupakan pilihan utama bagi tenaga medis
untuk menyelamatkan ibu dan janin. Ada beberapa indikasi untuk dilakukan
tindakan section caesarea adalah gawat janin, disproporsi sepalopelvik, prolapus
tali pusat, mal presentase janin atau letak lintang (Norwitz E & Schorge J, 2007).
World Health Organization (WHO) Menetapkan standar rata-rata sectio
caesarea disebuah Negara adalah sekitar 5-15%per 1000 kelahiran didunia.
Rumah sakit pemerintah kira-kira 11% sementara rumah sakit swasta bisa lebih
dari 30% (Gibbson L.et all, 2015). Menurut WHO peningkatan persalinan dengan
sectio caesarea diseluruh negara selama tahun 2007-2008 yaitu 110.000
perkelahiran diseluruh Asia (Sinha kounteya, 2015).
Di Indonesia angka kejadian sectio caesarea mengalami peningkatan pada
tahun 2010 jumlah ibu bersalin dengan sectio caesarea 47,22%, tahun 2011
sebesar 45, 19%, tahun 2012 sebesar 47,13%, tahun 2013 sebesar 46,87%, tahun
2014 sebesar 53,2%, tahun 2015 sebesar 51,59%, dan tahun 2016 sebesar 53,68%
Survey nasional pada tahun 2017, 921.000 persalinan denga secti dari 4.039.000
persalinan atau sekitar 22,8% dari seluruh persalinan. Berdasarkan data
RIKESDAS tahun 2018, tingkat persalinan sectio caesarea di indonesia15,3 %
sampel dari 20.591 ibu yang melahirkan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir yang
diwawancarai di 33 provinsi. Gambaran adanya factor resiko ibu saat melahirkan
atau di operasi caesarea adalah 13,4%.
Ada beberapa penyebab yang sering terjadi dan harus dilakukan caesarea
yaitu partus lama, partus tak maju, panggul sempit, dan janin terlalu besar, jika
tidak dilakukan caesarea akan membahayakan nyawa ibu dan dan janin
(Wiknjosastro, 2017). Sedangkan menurut Sarwono, 2010, indikasi persalinan SC
yaitu panggul sempit, tumor jalan lahir, stenosis serviks, plasenta previa,
disproporsi sefalopelvik, rupture uteri, kelainan letak, dan gawat janin, serta ibu
dengan penyakit jantung (paten ductus arteriosus)
Namun kerugian dari persalinan yang dijalani melalui bedah caesarea
yaitu adanya komplikasi yang dapat terjadi saat tindakan bedah caesarea. Antara
lain, nyeri gangguan mobilisasi, cedera kandung kemih, cedera rahim, cedera pada
pembuluh darah, cedera pada usus dan infeksi, yaitu infeksi rahim, endometritis,
dan ifeksi akibat luka operasi (Sunaryo, 2014)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas,bagaimana asuhan keperawatan

pada klien post operasi secsio caesaria dengan indikasi ibu dengan riwayat

penyakit jantung paten duktus arteriosus?

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan umum


Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami lebih dalam lagi mengenai
asuhan keperawatan pada klien post sc.

1.2.2 Tujuan khusus

1. Mengatahui definisi SC
2. Mengatahui Klasifikasi SC
3. Mengatahui Etiologi SC
4. Mengatahui Fatofisiologi SC
5. Mengatahui WOC
6. Mengatahui keuntungan dan kerugian SC
7. Mengatahui manifestasi klinis SC
8. Mengatahui penatalaksaan SC
9. Mengatahui Dionosa keperwatan
10. Mengatahui Asuhan Keperawatan
BAB II

TINJAUN TEORI

2.1 Pengertian Sectio Caesarea (SC)

Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan


melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Sarwono,2009)
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau sectio
saesarea adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim
(Wiknjosastro, 2012: 863).
Persalinan sectio caesarea adalah persalinan melalui sayatan pada dinding
abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin >1000 gr atau umur
kehamilan >28 minggu3. Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan
janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus (Bobak,2014) .
Sectio Caesaria(SC) adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi per
abdominal dengan melalui insisi pada dinding abdomen dan dinding uterus
interior, biasanya yang sering dilakukan insisi segmen bawah tranversal (Farrer,
2016).

2.2 Klasifikasi Sectio Caesaria

Menurut Farrer (2016), tipe - tipe section Caesaria adalah:


1) Segmen bawah: insisi melintang
Pada bagian segmen bawah uterus dibuat insisi melintang yang kecil,
luka ini dilebarkan ke samping dengan jari - jari tangan dan berhenti didekat
daerah pembuluh - pembuluh darah uterus. Kepala janin yang pada sebagian
besar kasus terletak dibalik insisi diekstraksi atau didorong, diikuti oleh bagian
tubuh lainnya dan kemudian plasenta serta selaput ketuban.
2) Segmen Bawah : Insisi Membujur
Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus sama seperti pada
insisi melintang. Insisi membujur dibuat dengan skapel dan dilebarkan dengan
gunting tumpul untuk menghindari cidera pada bayi.
3) Sectio Caesaria klasik
Insisi longitudinal digaris tengah dibuat dengan skapel ke dalam dinding
anterior uterus dan dilebarkan ke atas serta ke bawah dengan gunting berujung
tumpul. Diperlukan luka insisi yang lebar karena bayi dilahirkan dengan
presentasi bokong dahulu, janin atau plasenta dikeluarkan dan uterus ditutup
dengan jahitan tiga lapis.
4) Sectio Caesaria Ekstra Peritoneal
Pembedahan ekstra peritoneal dikerjakan untuk menghindari perlunya
histerektomi pada kasus - kasus yang mengalmi infeksi luas dengan mencegah
peritonitis generalisasi yang sering bersifat fatal.

2.3 Etiologi
Menurut Manuaba (2010) indikasi ibu dilakukan section Caesarea adalah
ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan
indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram.
Penyebab Sectio caesarea sebagai berikut:
1) Chepalo Pelvik Disproportion/CPD
CPD adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar
kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami.
Tulang - tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk
rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan
lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul
patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami
sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut
menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran - ukuran
bidang panggul menjadi abnormal.
2) Pre-Eklamsi Berat/PEB
Pre-eklamsi dan Eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah
perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian
maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa
dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut
menjadi eklamsi.
3) KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban
pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
4) Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi dari pada
kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau
salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
5) Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada
jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
6) Kelainan Letak Janin
a. Kelainan pada letak kepala
Letak kepala tengadah bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan
dalam teraba Ubun - Ubun Besar (UUB) yang paling rendah. Etiologinya kelainan
panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar
panggul.
b. Presentasi muka Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang
terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira - kira 0,27 -0,5 %.
c. Presentasi dahi Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan
sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
7) Ibu dengan Penyakit Jantung Patent ductus arteriosus (PDA)
Patent ductus arteriosus (PDA) adalah kelainan jantung bawaan yang
biasanya dialami sejak bay. Kondisi ini terjadi ketika ductus arteriosus tetap
terbuka setelah bayi lahir. Bila dibiarkan tidak tertangani, PDA dapat memicu
hipertensi pulmonal, aritmia, dan gagal jantung. Pasien dengan PDA yang
menjalani kehamilan disarankan menjalani persalinan dengan Operasi secsio
caesaria.
Skrining Kehamilan dengan Penyakit Jantung
Penyakit jantung dalam kehamilan perlu diwaspadai. Penyebab tersering
wanita hamil dapat mengalami hal tersebut di negara berkembang berkaitan
dengan penyakit jantung katup yang disebabkan oleh penyakit demam rematik
(Penyakit Jantung Rematik). Secara umum gejala klasik penyakit jantung adalah :
palpitasi, sesak nafas, dan nyeri dada. Berhubung gejala ini juga berkaitan dengan
kehamilan normal maka dibutuhkan anamnesis yang cermat untuk memastikan
apakah gejala ini sudah tidak berhubungan dengan kehamilan normal. Bising
sistolik dapat ditemukan pada 80% wanita hamil, umumnya berhubungan dengan
peningkatan volume aorta dan arteri pulmonalis. Tipe bising ini adalah derajat 1
atau 2, midsistolik, paling keras pada basal jantung, tidak berhubungan dengan
kelainan fisik yang lain. Pada pasien dengan bising sistolik akan terdengar
pemisahan bunyi jantung dua yang keras. Setiap bising diastolik dan bising
sistolik yang lebih keras dari derajat 3/6 atau menjalar ke daerah karotis harus
dianggap sebagai patologis. Pada wanita yang diduga mengalami kelainan jantung
maka perlu dilakukan evaluasi yang cermat terhadap denyut vena jugularis,
sianosis pada daerah perifer, clubbing dan ronki paru.1,6
Pemeriksaan diagnostik lanjut perlu dilakukan pada wanita hamil yang
mempunyai : riwayat kelainan jantung, gejala yang melebihi kehamilan normal,
bising patologi, tanda kegagalan jantung pemeriksaan fisik atau desaturasi oksigen
arteri tanpa kelainan paru. Pemeriksaan yang paling tepat untuk menilai wanita
hamil dengan dugaan kelainan jantung adalah ekokardiografi transtorasik.
Pemeriksaan radiografi paru hanya bermanfaat pada dugaan adanya kegagalan
jantung. Pemeriksaan elektokardiografi (EKG) nampaknya tidak spesifik. Bila ada
gejala aritmia jantung yang menetap maka perlu dilakukan monitor EKG selama
24 jam. Kateterisasi jantung jarang diperlukan untuk membuat diagnosis penyakit
jantung kongenital atau kelainan katup jantung, namun pemeriksaan ini
bermanfaat bila ada gejala penyakit jantung koroner akut selama kehamilan sebab
mempunyai paparan radiasi yang kecil sehingga diagnosis dapat ditegakkan lebih
dini dan dapat dilakukan revaskularisasi untuk mencegah infark miokard.1,7

2.4 Patofisiologi
Sectio Caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat
di atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi
dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia
jaringan lunak, placenta previa untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat
janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan Sectio Caesarea ibu akan
mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang
pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk
oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit,
luka dari insisi akan menjadi port de entries bagi kuman. Oleh karena itu perlu
diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah
utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat
regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap
janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang - kadang bayi lahir dalam
keadaan apnoe yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati,
sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa
atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas
yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot
nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan
dengan menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi
proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk
metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang
menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan
menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat
beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu
motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu
konstipasi (Saifuddin, Mansjoer & Prawirohardjo, 2002)
2.5 Pathway

2.6 Keuntungan dan Kerugian Sectio Caesaria


Sebelum keputusan untuk melakukan tindakan sectio caesaria
diambil, harus dipertimbangkan secara teliti dengan resiko yang mungkin
terjadi. Pertimbangan tersebut harus berdasarkan penilaian pra bedah
secara lengkap yang mengacu pada syarat – syarat pembedahan dan
pembiusan dalam menghadapi kasus gawat darurat (Saifuddin, 2009).
Tindakan sectio caesaria memang memiliki keuntungan dn kerugian.
Keuntungannya diantara lain adalah proses melahirkan memakai waktu
yang lebih singkat, rasa sakit minimal, dan tidak mengganggu atau
melukai jalan lahir. Sedangkan kerugian tindakan ini dapat menimpa baik
ibu atau bayi yang dikandungnya.
a) Kerugian yang dapat menimpa ibu antara lain
1. Resiko kematian empat kali lebih besar dibanding
persalinan normal.
2. Darah yang dikeluarkan dua kali lipat dibanding persalinan
normal.
3. Rasa nyeri dan penyembuhan luka pascaoperasi lebih lama
dibandingkan persalinan normal.
4. Jahitan bekas operasi beresiko terkena infeksi sebab jahitan
itu berlapis - lapis dan proses keringnya bisa tidak merata.
5. Perlekatan organ bagian dalam karena noda darah tidak
bersih.
6. Kehamilan dibatasi dua tahun setelah operasi.
7. Harus di caesaria lagi saat melahirkan kedua dan
seterusnya.
8. Pembuluh darah dan kandung kemih bisa tersayat pisau
bedah.
9. Air ketuban masuk pembuluh darah yang bisa
mengakibatkan Kematian mendadak saat mencapai paru -
paru dan jantung (Sunaryo, 2014).
b) Sedangkan kerugian yang dapat menimpa bayi antara lain :
1. Resiko kematian 2 - 3 kali lebih besar dibandingkan dengan
bayi yang lahir melalui proses persalinan biasa.
2. Cenderung mengalami sesak nafas karena cairan dalam paru -
parunya tidak keluar. Pada bayi yang lahir normal, cairan itu
keluar saat terjadi tekanan.
3. Sering mengantuk karena obat penangkal nyeri yang diberikan
kepada sang ibu jug mengenai bayi. (Sunaryo,2014).

2.7 Manifestasi Klinik Post Sectio Caesaria


Persalinan dengan Sectio Caesaria , memerlukan perawatan yang lebih
koprehensif yaitu: perawatan post operatif dan perawatan postpartum.Manifestasi
klinis sectio caesarea menurut Doenges (2001), antara lain :

1. Nyeri akibat luka pembedahan


2. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
4.Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak
banyak)
5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml
6. Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan ketidak
mampuan menghadapi situasi baru
7. Terpasang kateter urinarius
8. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
9. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
10.Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
11.Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka biasanya kurang
paham prosedur
12. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan

2.8 Penatalaksanan
Menurut “Bobak,Lowdermilk,Jansen” (2014), “ Wiknjasastro, Hanifa” (
2002 ). Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien Post SC diantaranya:
a. Penatalaksanaan secara medis
1. Analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan
seperti Asam Mefenamat, Ketorolak, Tramadol.
2. Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang
hebat
3. Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-
lainWalaupun pemberian antibiotika sesudah Sectio Caesaria
keefektifannya masih dipersoalkan, namun pada umumnya
pemberiannya dianjurkan.
4. Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCl.
b. Kateterisasi
c. Pengaturan Diit
Makanan dan minuman diberikan setelah klien Flatus, diilakukan
secara bertahap dari minum air putih sedikit tapi sering. Makanan yang
diberikan berupa bubur saring, selanjutnya bubur, nasi tim dan
makanan biasa.

d. Penatalaksanaan secara keperawatan


1. Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam
pertama dan 30 menit pada 4 jam kemudian.
2. Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat
3. Mobilisasi
Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari
tempat tidur dengan dibantu paling sedikit 2 kali. Pada hari
kedua Penderita sudah dapat berjalan ke kamar mandi dengan
bantuan
4. Pembalutan luka ( Wound Dressing / wound care)
5. Pemulangan
Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada
hari kelima setelah operasi
2.9 Komplikasi
Kemungkinan komplikasi dilakukannya pembedahan SC menurut
Wiknjosastro, Hanifa (2002).
a. Infeksi puerperal
Komplikasi yang bersifat ringan seperti kenaikan suhu tubuh
selama beberapa hari dalam masa nifas yang bersifat ringan seperti
peritonitis,sepsis.
b. Perdarahan
waktu Perdarahan banyak bisa timbul pada pembedahan jika
cabang arteria uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.
c. Komplikasi lain
seperti luka kandung kemih, kurang kuatnya jaringan parut pada
dinding uterus sehingga bisa terjadi ruptur uteri pada kehamilan.
2.10 Perawatan Post Operasi Seksio Sesarea.
a. Analgesia
Wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat disuntik 75 mg Meperidin (intra
muskuler) setiap 3 jam sekali, bila diperlukan untuk mengatasi rasa sakit atau
dapat disuntikan dengan cara serupa 10 mg morfin.
· Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis Meperidin yang diberikan adalah 50 mg.
· Wanita dengan ukuran besar, dosis yang lebih tepat adalah 100 mg Meperidin.
· Obat-obatan antiemetik, misalnya protasin 25 mg biasanya diberikan bersama-
sama dengan pemberian preparat narkotik.
b. Tanda-tanda Vital
Tanda-tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan tekanan darah,
nadi jumlah urine serta jumlah darah yang hilang dan keadaan fundus harus
diperiksa.
c. Terapi cairan dan Diet
Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL, terbukti sudah cukup
selama pembedahan dan dalam 24 jam pertama berikutnya, meskipun demikian,
jika output urine jauh di bawah 30 ml / jam, pasien harus segera di evaluasi
kembali paling lambat pada hari kedua.
d. Vesika Urinarius dan Usus
Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam, post operasi atau pada keesokan
paginya setelah operasi. Biasanya bising usus belum terdengar pada hari pertama
setelah pembedahan, pada hari kedua bising usus masih lemah, dan usus baru aktif
kembali pada hari ketiga.
e. Ambulasi
Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan bantuan perawatan
dapat bangun dari tempat tidur sebentar, sekurang-kurang 2 kali pada hari kedua
pasien dapat berjalan dengan pertolongan.
f. Perawatan Luka
Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang alternatif
ringan tanpa banyak plester sangat menguntungkan, secara normal jahitan kulit
dapat diangkat setelah hari ke empat setelah pembedahan. Paling lambat hari ke
tiga post partum, pasien dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi.
g. Laboratorium
Secara rutin hematokrit diukur pada pagi setelah operasi hematokrit
tersebut harus segera di cek kembali bila terdapat kehilangan darah yang tidak
biasa atau keadaan lain yang menunjukkan hipovolemia.
h. Perawatan Payudara.
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan
tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara
tanpa banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.
i. Memulangkan Pasien Dari Rumah Sakit.
Seorang pasien yang baru melahirkan mungkin lebih aman bila
diperbolehkan pulang dari rumah sakit pada hari ke empat dan ke lima post
operasi, aktivitas ibu seminggunya harus dibatasi hanya untuk perawatan bayinya
dengan bantuan orang lain.

2.11 Asuhan Keperawatan


1. PENGKAJIAN
Sirkulasi : Hipertensi, pendarahan per vagina
Gastrointestinal : Nyeri epigastrium
Nyeri : Distroria, nyeri tekan uterus, persalinan lama
Seksualitas : Tumor / neo plasma yang dihambat jalan lahir kehamilan
multiple atau gestari, disproposi sopalo pelvis, riwayat sc
sebelumnya

a. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agam, alamat,
status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang
mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaan umum tanda vital.
b. Data Riwayat Kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang.
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit
dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah pasien operasi.
- Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang,
Maksudnya apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama (Plasenta
previa).
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada juga
mempunyai riwayat persalinan plasenta previa.

c. Data Sosial Ekonomi


Penyakit ini dapat terjadi pada siapa saja, akan tetapi kemungkinan dapat
lebih sering terjadi pada penderita malnutrisi dengan sosial ekonomi rendah.

d. Data Psikologis
- Pasien biasanya dalam keadaan labil.
- Pasien biasanya cemas akan keadaan seksualitasnya.
- Harga diri pasien terganggu

3. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan trauma
pembedahan post op SC.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/ luka post op
3. ansietas berhubungan dengan krisis situasi
4. Depisit pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber
informasi penyakit
5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot
2.9 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kreteria Intervensi
keperawatan hasil
1. Gangguan rasa nyaman Tujuan : 1. Tentukan karakteristik dan
( nyeri ) berhubungan melaporkan nyeri lokasi ketidaknymanan.
dengan trauma hilang Perhatikan reaksi non verbal
pembedahan Post Op Kriteria Hasil : tentang tentang ketidak
SC  Klien tampak nymanan.
rileks 2. Berikan informasi dan petunjuk
 Klien tampak informasi mengenai penyebab
mampu ketidaknyamanan dan
istirahat intervensi yang tepat.
3. Pantau TTV
4. Berikan posisi yang nyaman
5. Ajarkan tehnik non
farmakologi seperti tehnik
nafas dalam
6. Kolaborasi pemberian analgetik
2. Resiko infeksi Tujuan : 1. Kaji TTv ( tekanan darah, nadi
berhubungan dengan Setelah dilakukan suhu, dan pernafaasan)
trauma jaringan / luka asuhan keperawatan 3 2. Kaji adanya tanda – tanda
posp op X 24 jam tidak infeksi ( rubor, calor, dubor,
terjadinya infeksi. tumor, kerusakan fungsi
Dengan KH : jaringan)
Bebas dari infeksi 3. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk diet.
4. Mencuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan psien
5. Lakukan perawatan luka dan
ganti balutan luka
6. Anjurkan klien untuk tetap
menjaga luka tetap kering dan
bersih
7. Kolaborasi untuk pemberian
antibiotik
3. Ansietas berhubungan Tujuan: setelah 1. Dorong keberadaan /
dengan krisis situasi dilakukan asuhan partisisipasi dari pasangan
keperawatan 3 x 24 2. Tentukan tingkat ansietas
jam klien melaporkan klien dan sumber dari
bahwa ansietas sudah masalah.
menurun. 3. Bantu klien / pasangan
Kreteria hasil: dalam mengidentifikasi
Klien tampak rileks, mekanisme koping yang
lazim dan perkembangan
strategi koping baru jika
dibutuhkan.
4. Berikan informasi yang
akurat tentang keadaan
klien/ bayi ny.
5. Mulai kontak antara klien
pasangan dengan bayi
sesegera mungkin.
4. Depisit pengatahuan Tujuan: setelah 1. Kaji kesiapan dan motivasi
berhubungan dengan dilakukan asuhan klien untuk belajar.
kurang terpapany keperawatan 3 x 24 2. Berikan rencana
informasi tentang jam depisit penyeluhan tertulis dengan
prosedur pengatahuan tidak menggunakan format yang
terjadi standarisai atau ceklis,
Kreteria hasil: klien dokumentasi informasi
mengerti tentang yang diberikan dan respon
prosedur yang akan klien
dilakukan 3. Berikan informasi yang
berhubungan dengan
perubahan fisiologis dan
psikologis yang normal
berkenaan dengan kelahiran
sesar dan kebutuhan
berkenaan dengan periode
pascapartum
4. Diskusikan rencana –
rencana penatalaksaan
dirumah
5. Berikan atau kuatkan
informasi yang
berhubungan dengan
pascapartum lanjutan

Konstipasi
5 Tujuan: setelah 1. Auskultasi terhadap adanya
berhubungan
. dengan dilakukan asuhan bising usus pada keempat
penurunan tonus otot keperawatan 3 x 24 kuadran setiap 4 jam
jam eliminasi jlien setelah kelahiran SC
lancar 2. Palpasi abdomen,
Kreteria Hasil: perhatikan distensi atau
Bising usus kembali ketidaknyaman
normal 3. Anjurkan cairan yang
adekuat bila masukan oral
sudah mulai kembali.
Anjurkan peningktan diet
mkanan kasa dan buah –
buahan
4. Anjurkan latihan kaki dan
pengencangan abdominal,
tingkat ambulasi dini
5. Identifikasi aktifitas –
aktifitas dimana klien dapat
menggunkannya dirumah
untuk merangsang kerja
usus
6. Kolaborasi pemberian obat
pelunak feses
BAB III

3.3 Intervensi dan Implementasi

Tanggal/ Jam : 13 November 2018 / 14.00 wib

No. Tujuan dan NIC Implementasi


Dx Kriteria Hasil
1 Tujuan: 1. Manajemen Nyeri a. Manajemen Nyeri
Dalam waktu 1x24 a. Kaji jenis dan 1. Mengkaji jenis dan
jam diharapkan tingkat nyeri pasien tingkat nyeri pasien
nyeri hilang atau b. Observasi vital 2. Mengobservasi vital
berkurang sign sign klien
Kriteria Hasil : c. Atur periode 3. Mengatur periode
1. Skala nyeri istirahat tanpa istirahat tanpa
berkurang terganggu terganggu
2. Klien tidak d.Bantu pasien untuk 4. Membantu pasien
meringis mendapatkan posisi untuk mendapatkan
kesakitan yang nyaman dan posisi yang nyaman
3. Vital sign dalam gunakan bantal dan gunakan bantal
batas normal untuk menyangga untuk menyangga
daerah yang sakit daerah yang sakit bila
bila diperlukan diperlukan
e. Penerapan teknik 5. Mengajarkan dan
nonfarmakologi: menganjurkan
tarik nafas dalam Penerapan teknik
nonfarmakologi: tarik
2. Pemberian analgetik nafas dalam

b. Pemberian Analgetik
Kolaborasi pemberian injeksi
Tramadol 3x1 ampul
2. Tujuan: Pendidikan Kesehatan Pendidikan Kesehatan
Dalam waktu 1x24 1.Kaji pengetahuan 1.Mengkaji pengetahuan
jam diharapkan klien dan keluarga klien dan keluarga tentang
pengetahuan klien tentang perilaku post perilaku post sc
bertambah sc 2. Memberikan penjelasan
Kriteria Hasil: 2. Berikan penjelasan pentingnya mobilisasi 24 jam
1. Klien pentingnya mobilisasi pasca sc
menyatakan 24 jam pasca sc 3. Mengjarkan cara
pemahaman 3. Ajarkan cara mobilisasi bertahap post SC
tentang mobilisasi mobilisasi bertahap
post sc post SC
3 Tujuan : 1. Kontrol Infeksi a. Kontrol Infeksi
Dalam waktu 1x24 a. Beri enginstruksi- 1. Menginstruksikan pada
jam tidak kan pada pengunjung untuk mencuci
ditemukan adanya pengunjung untuk tangan saat berkunjung dan
tanda-tanda infeksi mencuci tangan setelah berkunjung
Kriteria Hasil : saat berkunjung meninggalkan pasien
1. Klien bebas dari dan setelah 2. Perawat mencuci tangan
tanda-tanda infeksi berkunjung setiap sebelum dan sesudah
meninggalkan tindakan keperawatan
pasien 4. Memonitor tanda dan
b. Cuci tangan setiap gejala infeksi
sebelum dan 5. Mengajarkan pasien dan
sesudah tindakan keluarga tentang tanda dan
keperawatan gejala infeksi
c. Monitor tanda dan b. Terapi Medikasi
gejala infeksi Kolaborasi pemberian
d. Ajarkan pasien antibiotik: injeksi ceftriaxon
dan keluarga 2 mg
tentang tanda dan c. Nutrisi
gejala infeksi Menganjurkan makan tanpa
pantagan dengan
2. Terapi Medikasi meningkatkan makan ikan
3. Nutrisi gabus, putih telur,kacang-
Tingkatkan intake kacangan, sayur dan buah
nutrisi tinggi protein
3.4 Evaluasi

Tanggal /jam : 13 November 2018/20.00 wib

No. Dx S.O.A.P
1. S: Klien mengatakan bahwa nyeri masih dirasakan namun skala
nyerinya sudah berkurang,klien juga mengatakan bahwa nyeri akan
terasa berkurang jika ia berbaring dan disamping perutnya diberi
bantal
O: Klien terlihat meringis kesakitan dan memegang perut di sekitaran
lukanya
TD: 130/80
N: 90 x/m
RR: 24/m
Skala Nyeri: 6
A: Nyeri Akut
P:
1. Mengkaji jenis dan tingkat nyeri pasien
2. Mengobservasi vital sign klien
3. Atur periode istirahat tanpa terganggu
4. Bantu pasien untuk mendapatkan posisi yang nyaman dan gunakan
bantal untuk menyangga daerah yang sakit bila diperlukan
5. Penerapan teknik nonfarmakologi: tarik nafas dalam
6. Kolaborasi pemberian injeksi Tramadol 3x1 ampul

2 S: Klien dan keluarga mengatakan bahwa sudah mengerti pentingnya


mobilisasi ,serta cara mobilisasi bertahap post sc.
O: Klien terlihat sudah mampu dan mau turun dari tempat tidur dibantu
sebagian oleh suaminya,serta sudah mulai berjalan perlahan
A: Masalah Teratasi
P: Intervensi diberhentikan
3 S : Klien dan keluarga mampu menyebutkan tanda-tanda infeksi,klien
mengatakan di area luka masih dirasakan nyeri, klien juga sudah
menghabiskan porsi makan yang disiapkan dari RS .
O : Balutan luka terlihat bersih tidak terlihat adanya pus dibaluta
luka,sekitaran luka teraba hangat
A : Resiko Infeksi
P :
1. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
2. Monitor tanda dan gejala infeksi
3. Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi
4. Kolaborasi pemberian antibiotik: injeksi ceftriaxon 2 mg
5. Tingkatkan intake nutrisi tinggi protein
Tanggal /jam : 14 November 2018/08.00 wib

No.Dx S.O.AP
1 S: Klien mengatakan bahwa dirinya masih merasakan nyeri
O: Klien terlihat meringis kesakitan dan memegang perut di sekitaran
lukanya
TD: 120/80
N: 82 x/m
RR: 22/m
Skala Nyeri : 5
A: Nyeri Akut
P:
1. Mengkaji jenis dan tingkat nyeri pasien
2. Atur periode istirahat tanpa terganggu
3. Penerapan teknik nonfarmakologi: tarik nafas dalam
4. Kolaborasi pemberian Injeksi Tramadol 3x1
ampul
5. Mengobservasi vital sign klien

S : Klien mengatakan di area luka masih dirasakan nyeri, klien juga


2 sudah makan cukup protein
O : Luka terlihat merah, tidak terdapat pus,luka masih basah
Kadar Leukosit :
A : Resiko Infeksi
P :
1. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
2. Lakukan tindakan pembersihan luka dengan teknik aseptik
3. Monitor tanda dan gejala infeksi
4.Kolaborasi pemberian antibiotik: injeksi ceftriaxon 2 mg
5.Tingkatkan intake nutrisi tinggi protein
Tanggal /jam : 14 November 2018/ 13.00 wib

No.Dx S.O.AP
1 S: Klien mengatakan bahwa nyeri yang dirasakan sudah berkurang
O: Klien sudah terlihat lebih nyaman dibandingkan sebelumnya.
TD: 120/80
N: 80 x/m
RR: 20x/m
Skala Nyeri : 3
A: Nyeri Akut
P:
1. Mengkaji jenis dan tingkat nyeri pasien
2. Atur periode istirahat tanpa terganggu
3. Penerapan teknik nonfarmakologi: tarik nafas dalam
4. Kolaborasi pemberian injeksi Tramadol 3x1
ampul

S : Klien mengatakan di area luka masih dirasakan nyeri, klien juga


2 sudah makan cukup protein
O : Luka terlihat merah, tidak terdapat pus,luka masih basah
Kadar Leukosit :
A : Resiko Infeksi
P :
1. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
2. Lakukan tindakan pembersihan luka dengan teknik aseptik
3. Monitor tanda dan gejala infeksi
4. Kolaborasi pemberian antibiotik: injeksi ceftriaxon 2 mg
5. Tingkatkan intake nutrisi tinggi protein
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis akan membahas tentang kesenjangan antara tinjauan
teoritis dan tinjauan kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny.I
20 Tahun Post SC Atas Indikasi Ibu dengan Riwayat penyakit PDA (Patten
Duktus Arteriosus) di Ruang Kebidanan RSUD Raden Mattaher”. Pembahasan ini
menggambarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan dan membandingkan
dengan tinjauan teoritis serta faktor pendukung, penghambat serta solusi alternatif
pemecahan masalahnya. Uraian pembahasan ini disesuaikan berdasarkan tahapan
proses keperawatan.

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan secara
menyeluruh, pada tahap ini, penulis mengumpulkan data melalui observasi
langsung kepada pasien, wawancara dengan keluarga pasien, pemeriksaan fisik
dan catatan perkembangan.
Pengkajian berdasarkan teori pada kasus Ny.. “I” dengan nyeri daerah
luka bekas operasi adalah akibat dari operasi secsio caesaria pada tanggal 12
November 2018 sehingga apa yang di jelaskan di tinjauan pustaka dengan studi
kasus tidak ada kesenjangan.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau potensial
dimana perawat dengan pendidikan dan pengalamannya mampu dan
mempunyai izin untuk mengatasinya. Diagnosa keperawatan adalah suatu
pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan dan perubahan
pola) dari individu atau kelopok dimana perawat dapat mengidetifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi,
mencegah dan merubah status kesehatan.
Pada tinjauan pustaka dikatakan bahwa akibat dari operasi pembedahan
adalah nyeri pada daerah bekas operasi. Sedangkan pada studi kasus pasien
mengatakan nyeri adalah akibat dari operasi. Dengan demikian ada kesesuaian
antara tinjauan teori dan kasus pada Ny.“I” sehingga diagnosa dapat dengan
mudah di tegakan oleh perawat.
Faktor pendukung yang memudahkan dalam menegakkan diagnosa
keperawatan adalah diperolehnya data-data yang menunjang untuk
menegakkan suatu diagnosa keperawatan. Faktor penghambatnya adalah
keterbatasan pengetahuan penulis dalam membuat analisa data sehingga
menyulitkan dalam merumuskan diagnosa.

C. Perencanaan
Perencanaan keperawatan yang disusun mengacu pada tinjauan teori dan
disesuaikan dengan kondisi pasien. Rencana keperawatan yang dapat disusun
pada pasien Ny “I” dengan post operasi secsio caesaria penulis dapat
merencanakan asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa atau masalah aktual
dan potensial, pada diagnose Nyeri penulis merencanakan intervensi sebagai
berikut : Kaji jenis dan tingkat nyeri pasien, Observasi vital sign, Atur periode
istirahat tanpa terganggu, Bantu pasien untuk mendapatkan posisi yang nyaman
dan gunakan bantal untuk menyangga daerah yang sakit bila diperlukan,
Penerapan teknik nonfarmakologi: tarik nafas dalam.

Intervensi pada diagnosa Defisit Pengetahuan penulis buat sebagai berikut,


Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang perilaku post sc, Berikan
penjelasan pentingnya mobilisasi 24 jam pasca sc, Ajarkan cara mobilisasi
bertahap post SC.

Intervensi pada diagnosa Resiko Infeksi adalah sebagai berikut, Beri


instruksi pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah
berkunjung meninggalkan pasien, Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan,Monitor tanda dan gejala infeksi, Ajarkan pasien dan
keluarga tentang tanda dan gejala infeksi, Terapi Medikasi, Nutrisi tinggi
protein, kolaborasi Pemberian analgetik.

Semua intervensi yang ada pada kasus sesuai dengan teori yang telah
dituangkan dalam makalah ini. Faktor pendukung yang memudahkan dalam
penulisan perencanaan adalah diperolehnya sumber dan literatur yang
dijadikan pedoman dalam menyusun perencanaan keperawatan. Penulis tidak
menemukan faktor penghambat yang berarti dalam menentukan perencanaan
keperawatan.
Dalam setiap implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan
rencana keperawatan yang telah disusun dan juga disesuaikan dengan kondisi
dan kebutuhan pasien saat itu. Implementasi dilakukan pada tanggal 13
November 2018. Faktor pendukung dalam melaksanankan implementasi
keperawatan pada Ny. I yaitu sikap kooperatif dari Ny.I dan keluarganya.
Hanya saja terdapat beberapa kendala selama melakukan intervensi dan
implementasi dimana klien hanya ditemani suami sesali dikunjungi oleh orang
tuanya, sehingga suamilah yang mengurus administrasi,dan membantu
memenuhi kebutuhan klien selain perawat dan bidan diruangan, sehingga
ketika suami klien keluar ruangan klien kesulitan memanggil perawat atau
bidan diruangan untuk membantunya,karena klien yang masih takut untuk
mobilisasi apalagi tanpa didampingi perawat bidan ruangan ataupun suami.
D. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan berdasarkan
tujuan dan kriteria hasil yang diterapkan, melakukan penilaian dengan cara
mengobervasi langsung perkembangan pasien selama berada di ruang
Perawatan Kebidanan RSUD Raden Mattaher. Evaluasi dilakukan dengan cara
sumatif (saat itu juga dilakukan langsung kepada pasien dan keluarga pasien)
dan cara formatif ( dalam waktu 24 jam dengan tujuan dan kriteria waktu )
dengan evaluasi hasil :
Dx: Nyeri.

1. Skala nyeri berkurang

2. Klien tidak meringis kesakitan

3. Vital sign dalam batas normal


Dx : Defisit Pengetahuan
1. Klien menyatakan dan menunjukkan pemahaman tentang mobilisasi post sc
Dx: Resiko Infeksi
1. Klien bebas dari tanda-tanda infeksi
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro, H. 2017. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono.
2. Norwitz, E & Schorge, J. (2017). At Glance Obstetri & Ginekologi. Ed.2 EMS.
3. Depkes RI. 2012. Angka Kejadian Sectio Caesarea di Indonesia. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI.
4. Farrer, H.2016, Perawatan Maternitas, EGC, Jakarta.
5. Manuaba,2010.Buku Ajar Patologi Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan.EGC: Jakarta.
6. Sarwono. 2016. Ilmu kebidanan. PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:Jakarta.
7. Saifuddin, A.B. (2010). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.
8. Sunaryo ,2014, Psikologi Untuk Keperawatan,EGC,Jakart
9. Bobak,Lowdermilk & Jensen,2014,Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Edisi 4, EGC,
Jakarta.
10. Doenges, Marilyne dan Marry F.M. 2007. Rencana Keperawatan Maternal Bayi dan
Pedoman Untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien edisi 2. Jakarta: EGC.
11. Gibbons, L . et all. (2010). The Global Number and Costs of Additionally Nedded and
Unne cessary Caesarean Sections Performed per Year. Overase as a Barter to Universal
Coverage. World Health Report.
12. Doengoes, M E. 2010, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
13. Doengoes , M .2011. Rencana Perawatan Maternitas / Bayi. Jakarta : EGC
14. Cunningham F, MacDonald P, Gant N, Leveno K, Gilstrap L, Hankins Gea.
Cardiovascular diseases. In: Williams obstetrics. 21 st ed. New York: McGraw Hill;
2011. p. 1181-203.
15. Wibowo B, Wiknjpasienastro GH. 2012. Penyakit Jantung Katup. Ilmu Kebidanan. Ed :
3rd. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Pg. 766-773.
16. Ratnadewi N, Suardi A. Tinjauan kasus penyakit jantung dalam kehamilan di RSU
Dr.Hasan Sadikin selama 5 tahun (2014-2017). Maj Obstet Ginekol Indones 2000;24
(1):37 - 42.
17. Prosedur Tetap Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FK Unud/RS Sanglah Denpasar.
2014. Penyakit Jantung Dalam Kehamilan. Pg. 25-27.
18. Gei A, Hankins G. Medical complications of pregnancy cardiac disease and pregnancy.
Obstet and gynecol clin 2011;28 (3):1-42.
19. Wiratama K, Suwardewa T. Kehamilan dengan penyakit jantung patten ductus
arteriousus(PDA) serta komplikasi stroke hemoragik. In: Pertemuan Ilmiah Tahunan
POGI XI; 2017; Semarang; 2017.

Anda mungkin juga menyukai