Anda di halaman 1dari 32

METODOLOGI PENELITIAN

PRAPROPOSAL

“Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)


Divariasikan Dengan Media Peta Konsep Terhadap Minat Belajar Biologi Siswa
Kelas VIII SMPN 1 Basarang Tahun Ajaran 2017/2018”

Disusun oleh :
Nama : I Made Darme Yase
NIM : ACD 115 040
Kelas :B
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Supramono, M.Pd
Dr. H. Suatma, M.Biomed

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu usaha menumbuh kembangkan potensi sumber


daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Pendidikan bukanlah sesuatu yang
bersifat statis melainkan sesuatu yang bersifat dinamis sehingga selalu menuntut
adanya perbaikan yang dilangsungkan terus menerus. ”Pendidikan dapat
dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi
manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat
dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada” ( Sagala, 2005 ).

Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan oleh guru agar dapat


terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan
tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada siswa. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan
baik. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar siswa dapat belajar dan
menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan
(aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta
keterampilan (aspek psikomotor) seorang siswa, namun proses pengajaran ini
memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja.
Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan
siswa (Robbins,2007).
Pembelajaran biologi di sekolah dituntut efektif agar anak didik mampu
menguasai materi pelajaran dengan optimal. Supaya pembelajaran di kelas
efektif, guru harus menggunakan model pembelajaran dan media pembelajaran
yang bervariasi, sehingga siswa tidak cepat merasa bosan dalam mengikuti
pelajaran. Penggunaan model pembelajaran dan media pembelajaran yang
bervariasi juga dapat memotivasi dan menumbuhkan minat belajar siswa untuk
lebih aktif dan berprestasi dalam pelajaran sains khususnya biologi, yang mana
biologi merupakan ilmu yang diperoleh melalui eksperimen. Dengan model
pembelajaran dan media pembelajaran yang bervariasi diharapkan siswa tidak
mengalami kejenuhan dan merasa senang dalam mengikuti pelajaran sehingga
prestasi belajarnya meningkat (Ceisar, 2011).

Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari minat siswa dan


kreatifitas guru. Siswa yang memiliki minat tinggi ditunjang dengan guru yang
mampu memfasilitasi minat siswa tersebut akan membawa pada keberhasilan
pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap
dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik
ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan
membuat siswa lebih mudah mencapai target belajar (Robbins, 2007).

Permasalahan yang timbul adalah fakta bahwa guru menguasai suatu


materi pembelajaran dengan baik tetapi tidak dapat melaksanakan suatu kegiatan
pembelajaran dengan baik. Dengan adanya permasalahan tersebut kegiatan
pembelajaran di SMPN 1 Basarang terutama di kelas VIII, yaitu sebagian siswa
cenderung kurang aktif dalam pembelajaran dan jarang sekali siswa
mengajukan pertanyaan serta memberikan respon dalam proses pembelajaran
berlangsung, sehingga menyebabkan kurangnya minat belajar siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran.

Seperti yang terlihat dimana guru lebih banyak menggunakan metode


ceramah dalam proses pembelajaran dan kurangnya penggunaan media secara
efektif. Metode ceramah dianggap sebagai penyebab utama dari rendahnya
minat belajar siswa terhadap pelajaran. Pembelajaran dengan metode ceramah
dan kurangnya penggunaan media cenderung membuat siswa pasif, dan apabila
hal itu dilakukan secara terus menerus siswa akan selalu bosan setiap mengikuti
pelajaran dan tentunya hal itu akan berpangaruh terhadap prestasi belajar siswa
(Setyawan, 2008).

Untuk mencegah hal tersebut secara terus menerus pembelajaran dapat


dilakukan dengan menggunakan beberapa pendekatan, strategi, metode dan
model pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan
adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry). Pembelajaran
inkuiri terbimbing (guided inquiry) adalah suatu model pembelajaran yang
dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang sangat
luas untuk siswa. Petunjuk tersebut dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang
membimbing agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan
yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang diberikan guru
(Thohiron, 2012). Metode pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry)
merupakan suatu metode yang mengacu pada suatu cara untuk mempertanyakan,
mencari pengetahuan atau informasi, atau mempelajari suatu gejala.
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Inti
pembelajaran inkuiri adalah menggunakan pendekatan induktif dalam
menemukan pengetahuan dan berpusat pada keaktifan siswa. Jadi inkuiri
terbimbing (guided inquiry) adalah metode pembelajaran di mana siswa terlibat
aktif dalam menemukan prinsip-prinsip atau jawaban atas permasalahan yang
dihadapinya.

Untuk mengembangkan suatu inovasi baru dalam model pembelajaran


inkuiri terbimbing (guided inquiry) ini divariasikan dengan peta konsep sebagai
media belajar siswa. Menurut Suparno (dalam Basuki, 2000, h.9) peta konsep
merupakan suatu bagan skematik untuk menggambarkan suatu pengertian
konseptual seseorang dalam suatu rangkaian pernyataan. peta konsep bukan
hanya menggambarkan konsep-konsep yang penting, melainkan juga
menghubungkan antara konsep-konsep itu.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing (Guided Inquiry) Divariasikan Dengan Peta konsep Terhadap Minat
Belajar Biologi Siswa Kelas VIII SMPN 1 Basarang Tahun Ajaran 2017/2018.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat


dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Apakah Penerapan Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Divariasikan Dengan peta
konsep Berpengaruh Terhadap Minat Belajar Biologi Siswa Kelas VIII SMPN 1
Basarang Tahun Ajaran 2017/2018?”.
1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah


dijabarkan, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut : “ Untuk
mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided
inquiry) divariasikan dengan Peta Konsep terhadap minat belajar biologi siswa
kelas VIII SMPN 1 Basarang Tahun Ajaran 2017/2018.

1.4 Batasan Masalah


Berdasarkan pada rumusan masalah dan tujuan penelitian tersebut diatas,
maka penelitian ini dibatasi pada pengaruh penerapan model pembelajaran
inkuiri terbimbing (guided inquiry) divariasikan dengan Peta Konsep terhadap
minat belajar biologi siswa kelas VIII SMPN 1 Basarang Tahun Ajaran
2017/2018.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1.5.1 Bagi Siswa

Siswa mendapatkan pengalaman baru dalam pembelajaran biologi


setelah diterapkannya model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided
inquiry) divariasikan dengan Peta Konsep pada materi ekosistem
sehingga diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa.

1.5.2 Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam menentukan metode


dan model pembelajaran yang inovatif untuk memperbaiki kualitas
pembelajaran agar siswa tidak merasa bosan lagi selama proses
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan minat belajar siswa.
1.5.3 Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk


mengembangkan model pembelajaran di sekolah agar kualitas
pembelajaran semakin meningkat.

1.5.4 Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengalaman serta terampil dalam


memilih dan melaksanakan model pembelajaran yang efektif bagi
peserta didik.

1.6 Definisi Operasional

Untuk menghindari salah persepsi dan untuk menyamakan prinsip


terhadap istilah yang digunakan, maka di berikan beberapa definisi operasional
sebagai berikut :

1.6.1 Model Pembelajaran Inkuiri

Pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran


yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan (Sudrajat, 2011).

1.6.2 Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)


Pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) adalah suatu model
pembelajaran yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan
bimbingan/ petunjuk yang cukup luas untuk siswa (Thohiron, 2012).
1.6.3 Peta Konsep

Menurut Suparno (dalam Basuki, 2000, h.9) peta konsep merupakan


suatu bagan skematik untuk menggambarkan suatu pengertian
konseptual seseorang dalam suatu rangkaian pernyataan. peta konsep
bukan hanya menggambarkan konsep-konsep yang penting,
melainkan juga menghubungkan antara konsep-konsep itu.

1.6.4 Minat Belajar

Minat belajar merupakan salah satu alat motivasi atau alasan bagi
siswa untuk melakukan aktivitas belajar (Santi, 2013). Minat belajar
adalah suatu kerangka mental yang terdiri dari kombinasi gerak
perpaduan dan campuran dari perasaan, prasangka, cemas dan
kecendrungan- kecendrungan yang biasa mengarahkan individu ke
suatu pilihan tertentu (Riadi, 2012).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Belajar Dan Pembelajaran

Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat


fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan proses
pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dan penting
dalam keseluruhan proses pendidikan. Pengertian lain belajar yaitu suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.

Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara


peserta didik dan pendidik. Peserta didik atau anak didik adalah salah satu
komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-
mengajar, sedang pendidik adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses
belajar-mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya
manusia yang potensial dibidang pembangunan. Dalam melaksanakan suatu
kegiatan belajar mengajar tentunya banyak faktor yang mempengaruhi berhasil
atau tidaknya kegiatan belajar mengajar ( Slameto, 2003 ).

Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku,
yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Belajar merupakan
kegiatan orang sehari-hari kegiatan belajar tersebut dapat dihayati atau dialami
oleh orang yang sedang belajar ( Purwanto, 1995 ).
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan
sengaja. Tujuan pembelajaran adalah membantu siswa agar memperoleh
berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku yang dimaksud
meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai
pengendali sikap dan prilaku siswa. Tujuan pembelajaran menggambarkan
kemampuan atau tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai oleh siswa setelah
mereka mengikuti suatu proses pembelajaran dan perubahan prilaku dan tingkah
laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar,
seperti : perubahan yang secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku yang
dapat diamati melalui alat indera oleh orang lain baik tutur katanya, motorik dan
gaya hidupnya.

Menurut Mulyasa (2003) dalam Maheni (2011), “Pembelajaran adalah


proses interaksi antar siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran merupakan proses dimana
melibatkan guru dengan semua komponen yaitu : tujuan, bahan, metode dan alat
serta penilaian. Jadi proses pembelajaran merupakan suatu sistem yang saling
terkait antar komponennya di dalam mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan.
2.2 Model Pembelajaran Inkuiri

Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan


secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki
sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis
sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh
percaya diri. Pembelajaran menggunakan metode inkuiri (inquiry training)
pertama kali dikembangkan oleh Richard Suchman yang menginginkan agar
siswa bertanya mengapa suatu peristiwa terjadi, kemudian siswa melakukan
kegiatan, mengumpulkan dan menganalisis data, sampai akhirnya siswa
menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut. Pembelajaran inkuiri merupakan
rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis
dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah
yang dipertanyakan (Sudrajat, 2011).
Ciri-ciri pembelajaran inkuiri yaitu pertama, menekankan kepada
aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, kedua, seluruh
aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan
jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat
menumbuhkan sikap percaya diri dan ketiga, tujuan dari pembelajaran inkuiri
adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis ,
atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental
(Herdian, 2010).
Menurut Sudrajat (2011), pembelajaran inkuiri dapat dibedakan
menjadi : inkuiri terbimbing (guided inquiry), inkuiri yang dimodifikasi
(modified inquiry), inkuiri bebas (free inquiry), mengundang ke dalam inkuiri
(invitation into inquiry), inkuiri pendekatan peranan (inquiry role approach),
teka-teki bergambar (pictorial riddle), pembelajaran sinektik (synectics lesson)
dan kejelasan nilai-nilai (value clarification).
2.3 Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ( Guided Inquiry )

Thohiron (2012), mengemukakan bahwa pembelajaran inkuiri


terbimbing (guided inquiry) adalah suatu model pembelajaran yang dalam
pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan/petunjuk yang cukup luas untuk
siswa. Pada umumnya, model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry)
terdiri atas:
(1) Pernyataan masalah, (2) Prinsip atau konsep yang ditemukan, (3) Alat/bahan,
(4) Diskusi pengarahan, (5) Kegiatan penemuan oleh siswa, (6) Proses berpikir
kritis dan ilmiah, (7) Pertanyaan yang bersifat terbuka dan (8) Catatan guru.

Pada model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) ini, guru


memberikan petunjuk-petunjuk kepada siswa seperlunya. Petunjuk tersebut
dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing agar siswa mampu
menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk
memecahkan permasalahan yang diberikan guru. Pengerjaannya dapat dilakukan
sendiri atau dapat diatur secara kelompok.

Tujuan umun dari model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided


inquiry) adalah membantu siswa mengembangkan keterampilan intelektual dan
keterampilan-keterampilan lainnya, seperti mengajukan pertanyaan dan
menemukan (mencari) jawaban yang berasal dari keingintahuan mereka
(Tangkas, 2012). Pembelajaran inkuiri terbimbing (giuded inquiry) memiliki 6
karakteristik yaitu : (1) Siswa belajar dengan aktif dan memikirkan sesuatu
berdasarkan pengalaman, (2) Siswa belajar dengan aktif membangun apa yang
telah diketahuinya, (3) Siswa mengembangkan daya pikir yang lebih tinggi
melalui petunjuk atau bimbingan pada proses belajar, (4) Perkembangan siswa
terjadi pada serangkaian tahap, (5) Siswa memiliki cara belajar yang berbeda
satu sama lainnya dan (6) Siswa belajar melalui interaksi sosial dengan lainnya
(Riadi, 2012). Adapun tahapan/sintaks dari pembelajaran inkuiri terbimbing
(guided inquiry) dapat dilihat pada Tabel 2.1 sebagai berikut :

Tabel 2.1 Tahapan-tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided


Inquiry) :

indikato
Fase r Kegiatan Guru
ke-
1 Perumusan masalah Guru membimbing siswa mengidentifikasi
masalah dan dituliskan di papan tulis.
Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok.
Guru meminta siswa untuk mengajukan
2 Membuat Hipotesis jawaban
sementara tentang masalah itu.
Guru membimbing siswa dalam menentukan
hipotesis.
Merancang
3 percobaan Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
menentukan langkah-langkah yang sesuai
dengan hipotesis yang akan dilakukan.
Guru membimbing siswa dalam menentukan
langkah-langkah percobaan.
Melakukan
4 percobaan Guru membimbing siswa mendapatkan data
memperole
untuk h melalui percobaan dan pengamatan langsung.
data
Mengumpulkan
5 data Guru memberikan kesempatan kepada tiap
dan menganalisis kelompok untuk menuliskan percobaan ke
data dalam
sebuah media Peta Konsepdan menyampaikan
hasil pengolahan datayang terkumpul.
Membuat
6 kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat
kesimpulan berdasarkan data yang telah
diperoleh.

Sumber : (Tangkas, 2012)


2.4 Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan


untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses
komunikasi antara pelajar, pengajar, dan bahan ajar. Bentuk-bentuk stimulus
dapat digunakan sebagai media, diantaranya adalah hubungan atau interaksi
antar manusia, gambar bergerak atau tidak, tulisan dan suara yang direkam
(Sanaky, 2009).

Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang sangat penting
adalah metode mengajar dan media pengajaran. Kedua aspek ini saling
berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi
jenis media pengajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain
yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran,
jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pengajaran
berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun
demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pengajaran
adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan
lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Dari pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu
yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan dan
kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar
pada diri peserta didik (Hariyanto, 2012).

Secara umum kegunaan media pembelajaran sebagai berikut : (1)


Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik dalam bentuk
kata-kata tertulis dan lisan, (2) Mengatasi keterbatasan antar ruang, waktu dan
daya indera, (3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat
mengatasi sikap pasif anak didik dan (4) Dengan sifat yang unik pada setiap
siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda,
sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap
siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semua harus diatasi
sendiri. Hal ini akan lebih sulit apabila latar belakang lingkungan guru dengan
siswa berbeda (Sadiman, 2005).

2.5 Media Peta Konsep

Cara lain untuk menguatkan pengetahuan dan pemahaman peserta didik


terhadap bahan-bahan yang telah dibacanya adalah pembelajaran peta konsep. Peta
konsep merupakan salah satu pendukung pembelajaran kooperatif
(Suprijono,2009).
Salah satu dalam teori Ausubel adalah bahwa faktor yang paling penting yang
mampu mempengaruhi pembelajaran adalah apa yang telah diketahui siswa
(pengetahuan awal). Jadi supaya belajar jadi bermakna, maka konsep baru harus
dikaitkan dengan konsep-konsep yang ada dalam struktur kognitif siswa. Ausubel
belum menyediakan suatu alat atau cara yang sesuai yang digunakan guru untuk
mengetahui apa yang telah diketahui oleh para siswa. Berkenaan dengan itu Novak
dan Gowin (dalam Dahar 1988) mengemukakan bahwa cara untuk mengetahui
konsep-konsep yang telah dimiliki siswa, supaya belajar bermakna berlangsung
dapat dilakukan dengan pertolongan Peta Konsep (Amri dan Iif, 2010).
Pengorganisasian bahan ajar guna persiapan mengajar untuk semester
tertentu, concept map dapat digunakan sebagai cara untuk membangun struktur
pengetahuan para guru dalam merencanakan bahan ajar. Desain bahan ajar
berdasarkan concept map ini memiliki karakteristik yang khas. Pertama, ia hanya
memiliki konsep-konsep atau ide-ide pokok (sentral, mayor, utama). Kedua, ia
memiliki hubungan yang mengaitkan antara satu konsep dengan konsep yang lain.
Ketiga, ia memiliki label yang menyembunyikan arti hubungan yang mengaitkan
antara konsep-konsep. Keempat, desain itu berwujud sebuah diagram atau peta
yang merupakan satu bentuk representasi konsep-konsep atau materi bahan ajar
yang penting (Munthe, 2009).
Mengambil ide dari teori asimilasi Ausubel, Novak mengembangkan teori
pada tahun 1974. Dalam penelitiannya tersebut, ia menghasilkan concept map
sebagai satu diagram yang berdimensi dua, yaitu analog dengan sebuah peta jalan
yang tidak hanya mengidentifikasi butir-butir utama (konsep-konsep), tetapi juga
menggambarkan hubungan antar konsep utama tersebut (Munthe, 2009).
Agar pemahaman terhadap peta konsep lebih jelas, ciri-ciri peta konsep
sebagai berikut (Trianto, 2007) :

1. Peta konsep atau pemetaan konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan
konsep-konsep dan proporsi-proporsi suatu bidang studi, apakah itu bidang
studi fisika, kimia, biologi, matematika. Dengan menggunakan peta konsep,
siswa dapat melihat bidang studi itu lebih jelas dan mempelajari bidang studi
itu lebih bermakna.
2. Suatu peta konsep merupakan gambar dua dimensi dari suatu bidang studi
,atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang dapat memperlihatkan
hubungan-hubungan proporsional antara konsep-konsep.
3. Tidak semua peta konsep mepunyai bobot yang sama. Ini berarti ada konsep
yang lebih inklusif dari pada konsep-konsep yang lain.
4. Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih
inklusif, terbentuklah suatu hierarki pada peta konsep tersebut.

Berdasarkan pemaparan ciri-ciri peta konsep di atas maka sebaiknya peta


konsep dibuat secara hierarki yang artinya konsep yang lebih inklusif ditempatkan
pada posisi paling atas, sehingga semakin ke bawah konsep-konsep yang tersaji
semakin kurang inklusif.
Dalam bidang sains, peta konsep dapat membuat informasi yang dianggap
bersifat abstrak menjadi informasi yang bersifat konkret. Sehingga sangat
bermanfaat untuk meningkatkan ingatan terhadap suatu konsep. Adapun langkah-
langkah dalam membuat peta konsep adalah sebagai berikut (Arends ,1997 yang
dikutip oleh Trianto, 2009):

1. Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep.


Contoh Ekosistem
2. Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide
utama. Contoh individu, populasi, dan komunitas.
3. Tempatkan ide-ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut
4. Kelompokkan ide-ide sekunder di keliling ide utama yang secara visual
menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.

Langkah-langkah mutlak dalam membuat peta konsep adalah sebagai berikut


(Munthe, 2009):

1. Brainstorming atau curah gagasan


2. Menentukan 8-12 konsep (topik) utama ( mayor)
3. Menulis dan menyusun konsep-konsep dalam satu bentuk gambar
4. Menghubungkan konsep - konsep dengan garis Memberikan label di atas garis
panah.

Dalam pendidikan peta konsep dapat diterapkan untuk berbagai tujuan,


diantaranya :

1. Menyelidiki apa yang telah diketahui siswa, untuk memperlancar proses


belajar, baik guru maupun siswa perlu mengetahui “tempat awal konseptual”.
Dengan kata lain guru harus mengetahui konsep-konsep apa yang telah
dimiliki siswa untuk pelajaran baru akan dimulai.
2. Belajar bagai mana belajar, dengan meminta siswa menyusun peta konsep dari
isi bab tersebut. Dengan cara demikian ia telah berusaha benar untuk
memahami isi pelajaran itu. Sehingga peta konsep berfungsi untuk menolong
siswa belajar bagaimana belajar.
3. Mengungkapkan konsepsi salah, konsepsi salah biasanya timbul karena
terdapat kaitan antara konsep-konsep yang mengakibatkan proporsi yang
salah.
4. Alat evaluasi, Selama ini alat evaluasi yang dikenal oleh guru dan siswa
terutama bentuk tes objektif atau tes essai. Walaupun cara evaluasi ini akan
terus memegang peranan dalam bidang pendidikan, teknik-teknik evaluasi
baru perlu dipikirkan untuk memecahkan masalah-masalah evaluasi yang
dihadapi dewasa ini. Salah satu bentuk evaluasi yang disarankan adalah peta
konsep (Dahar, 1988).

Contoh Peta Konsep:


2.6 Minat Belajar

Minat berperan sangat penting dalam kehidupan peserta didik dan


mempunyai dampak yang besar terhadap sikap dan perilaku. Siswa yang
berminat terhadap suatu kegiatan belajar akan berusaha lebih keras
dibandingkan siswa yang kurang berminat. Minat adalah suatu rasa lebih suka
dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh.
Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri
dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin
besar minatnya (Slameto, 2003).

Menurut pendapat Hermawati (2012), yang mengemukakan bahwa


dengan pembelajaran inkuiri yang menuntut siswa untuk mengembangkan
proses pembelajarannya sangat didukung oleh minat siswa terhadap pelajaran,
dan terlihat bahwa minat sangat berkontribusi dalam aktivitas atau keberhasilan
belajar siswa. Menurut Dewi (2013), minat tersebut akan timbul dalam diri
siswa apabila siswa tertarik akan sesuatu karena sesuatu tersebut merupakan
kebutuhan yang sangat penting bagi dirinya atau merasa bahwa sesuatu tersebut
merupakan hal yang harus dipelajari dan ketika ia sudah mempelajari maka akan
timbul kebermaknaan dan berguna bagi dirinya.

Minat adalah kecenderungan seseorang terhadap obyek atau sesuatu


kegiatan yang digemari yang disertai dengan perasaan senang, adanya perhatian,
dan keaktifan berbuat. Minat mengandung unsur kognisi (mengenal), emosi
(perasaan), dan konasi (kehendak). Oleh sebab itu, minat dianggap sebagai
respon yang sadar, sebab jika tidak demikian, minat tidak akan mempunyai arti
apa-apa. Unsur kognisi maksudnya adalah minat itu didahului oleh pengetahuan
dan informasi mengenai obyek yang dituju oleh minat tersebut, ada unsur emosi
karena dalam partisipasi atau pengalaman itu disertai oleh perasaan tertentu,
seperti rasa senang. Dari ketiga unsur inilah yang diwujudkan dalam suatu
bentuk kemauan dan hasrat untuk melakukan suatu kegiatan, termasuk kegiatan
yang ada di sekolah seperti belajar ( Sadirman, 1988 ).

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan


mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati siswa, diperhatikan
terus-menerus yang disertai rasa senang dan diperoleh rasa kepuasan. Lebih
lanjut dijelaskan minat adalah suatu rasa suka dan ketertarikan pada suatu hal
atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Sedangkan pengertian belajar dapat
dikemukakan sebagai berikut: “Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai
hasil pengalaman kecuali perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh proses
menjadi matangnya seseorang atau perubahan yang intensif atau bersifat
temporer (Riadi, 2012).

Minat belajar adalah aspek psikologi seseorang yang menampakkan diri


dalam beberapa gejala, seperti : gairah, kemauan, perasaan suka untuk
melakukan proses perubahan tingkah laku melalui berbagai kegiatan yang
meliputi mencari pengetahuan dan pengalaman, dengan kata lain, minat belajar
itu mempunyai ketergantungan pada faktor internal seseorang (siswa) seperti
perhatian, kemauan dan kebutuhan terhadap belajar yang ditunjukkan melalui
keantusiasan, partisipasi dan keaktifan dalam belajar (Sadirman, 2008). Dari
beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa minat belajar itu ialah
kondisi kejiwaan yang dialami oleh siswa untuk menerima atau melakukan suatu
aktivitas belajar.

2.7 Hasil Penelitian Yang Relevan

Menurut Kencanawati (2013), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa


penerapan model pembelajarn inkuiri terbimbing dapat meningkatkan minat
belajar siswa dan model pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh positif
terhadap hasil belajar IPA siswa. Menurut Putri (2013), dalam dalam
penelitiannya menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing
(guided inquiry) menjadikan siswa lebih terarah dalam kegiatan pembelajaran
sehingga membantu siswa memperoleh pengetahuan secara utuh

2.8 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan dapat dirumuskan


hipotesis penelitian sebagai berikut : Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing (Guided Inquiry) Divariasikan Dengan Media Peta Konsep
Berpengaruh Terhadap Minat Belajar Biologi Siswa Kelas VIII SMPN 1
Basarang Tahun Ajaran 2017/2018.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian Pre-Eksperimental


Designs, karena tidak adanya variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara
random. Rancangan penelitian yang digunakan adalah One-group Pretest-
Posttest Designs. Sebelum diberikan perlakuan, diberikan pretest dan setelah
diberikan perlakuan siswa diberikan posttest , dari hasil pretest - posttest dapat
dibandingkan keadaan sebelum diberi perlakuan dengan sesudah diberi
perlakuan ( Sugiyono, 2011).

3.2 Tempat dan waktu penelitian

Pelaksanaan penelitian ini mengambil lokasi di SMPN 1 Basarang Km.8,


kecamatan Basarang, kabupaten Kapuas.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 1
Basarang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan teknik “Sampling jenuh” karena populasi relatif kecil, maka
semua anggota populasi dijadikan sampel yang jumlahnya siswa (Sugiyono,
2011).
3.4 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu


variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable)
(Sugiyono, 2011). Variabel bebas pada penelitian ini adalah model pembelajaran
inkuiri terbimbing (guided inquiry) divariasikan dengan media Peta Konsep.
Model pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sudrajat,
2011). Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat belajar
biologi siswa.

3.5 Prosedur Penelitian

Adapun rincian dari masing-masing langkah dalam prosedur penelitian


adalah sebagai berikut :

3.5.1 Observasi terhadap rancangan dan pelaksanaan pembelajaran di kelas


dan interview dengan guru mata pelajaran biologi.

3.5.2 Merancang perangkat pembelajaran, yaitu rancangan pengajaran


dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry)
dengan media Peta Konsep. Perangkat pembelajaran yang digunakan
pada penelitian ini meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Angket Minat Belajar.

3.5.3 Merancang instrumen penelitian yaitu Angket Minat Belajar.

3.5.4 Validasi isi perangkat pembelajaran dan Angket Minat Belajar.


Sebelum digunakan dalam penelitian, perangkat pembelajaran dan
angket minat belajar divalidasi oleh ahli dan praktisi. Tujuannya
adalah untuk mendapatkan kebenaran isi perangkat pembelajaran dan
angket minat belajar tersebut. Perangkat pembelajaran dan angket
minat belajar divalidasi oleh seorang ahli (dosen), guru pamong.

3.5.5 Mengimplementasikan model pembelajaran :

1. Melaksanakan pretest, test yang digunakan pada pretest ini adalah


angket minat belajar siswa.

2. Melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model


pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) divariasikan dengan
media Peta Konsep pada kelas eksperimen. Langkah-langkah pembelajaran
inkuiri terbimbing (guided inquiry) melalui media Peta Konsep pada kelas
eksperimen secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut.

1) Tahap 1 : Menyajikan Pertanyaan atau Masalah


a. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok.
b. Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan di tuliskan
di papan tulis.
2) Tahap 2 : Membuat Hipotesis
a. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat
dalam membentuk hipotesis.
b. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan
dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis yang akan
digunakan untuk dijadikan prioritas penyelidikan.
3) Tahap 3 : Merancang Percobaan
a. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan
langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan
sekaligus siswa menuliskan alat dan bahan yang digunakan.
b. Guru membimbing siswa dalam menentukan langkah-langkah
percobaan.

4) Tahap 4 : Melakukan Percobaan untuk Memperoleh Data.


a. Guru membimbing siswa mendapatkan data melalui percobaan dan
melakukan pengamatan langsung.

5) Tahap 5 : Mengumpulkan dan Menganalisis Data


a. Guru memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk
menuliskan percobaan ke dalam Peta Konsepdan menyampaikan
hasil pengolahan data yang terkumpul.

6) Tahap 6 : Membuat Kesimpulan telah diperoleh dan mempresentasikan


Peta Konsep ke depan kelas.
a. Guru membimbing siswa dalam membuat suatu kesimpulan
berdasarkan hasil data yang Di peroleh.
3.5.6 Melaksanakan posttest, yang digunakan pada posttest ini sama dengan
tes yang digunakan pada pretest yaitu hanya berupa angket minat
belajar siswa.

3.5.7 Peneliti melakukan analisis dan evaluasi terhadap efektivitas


pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) divariasikan dengan
media Peta Konsepditinjau dari ketercapaian tujuan, yaitu peningkatan
minat belajar siswa.

3.6 Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan pada penelitian


ini meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa
(LKS), dan Angket Minat Belajar Siswa.

3.6.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa


dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Silabus dan RPP
yang digunakan pada penelitian ini disesuaikan dengan silabus yang
digunakan di SMPN 1 Basarang.

3.6.2 Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS dibuat untuk mengaplikasikan RPP yang digunakan. LKS


tersebut akan menuntun siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Isi
dari LKS tersebut meliputi SK, KD, Indikator dan Materi ajar. Dalam
LKS terdapat beberapa masalah yang harus di diskusikan oleh siswa
dalam diskusi kelompok yang dikembangkan sesuai dengan
pembelajaran inkuiri terbimbing.

3.6.3 Angket Minat Belajar Siswa

Minat belajar merupakan data kuantitatif. Data minat belajar


menggunakan angket yang disebarkan kepada seluruh siswa. Pada
angket minat terdapat beberapa aspek yang digunakan untuk
mengukur minat belajar siswa meliputi perhatian, relevansi, percaya
diri, dan kepuasan. Rekap skor yang diberikan siswa terhadap
pernyataan-pernyataan dalam angket minat siswa dibuat dengan
ketentuan sangat setuju (5), setuju (4), ragu-ragu (3), tidak setuju (2),
dan sangat tidak setuju (1).

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data secara empiris mengenai variabel yang diteliti


teknik pengumpulan data merupakan cara untuk mengumpulkan data yang
digunakan dalam penelitian. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
meliputi minat belajar biologi siswa terhadap model pembelajaran inkuiri
terbimbing (guided inquiry) divariasikan dengan media mind mapping.
Data mengenai minat belajar biologi siswa dikumpulkan dengan
menggunakan Kuesioner (Angket). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuisioner merupakan
teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti mengetahui pasti mengenai
variabel yang diukur dan mengetahui apa yang bias diharapkan dari responden
(Sugiyono, 2011). Dan variabel yang akan diteliti adalah minat belajar biologi
siswa. Kuisioner (Angket) dalam penelitian ini adalah angket tertutup yaitu
angket yang telah dilengkapi dengan pilihan jawaban sehingga responden hanya
memberi jawaban pada jawaban yang telah dipilih. Angket yang digunakan
dapat dilihat pada Lampiran 3. Adapun penggolongan pernyataan dari angket
minat belajar siswa terhadap pertanyaan butir positif dan pertanyaan butir
negatif yang disajikan pada Tabel 3.1 sebagai berikut :
Tabel 3.1 Penggolongan Pernyataan Angket Minat Belajar Siswa
No Aspek Angket Minat Belajar

No Pernyataan Positif No Pernyataan Negatif

1 Perhatian 1, 15, 21, 24, 29 4, 10, 26

2 Relevansi 2, 5, 13, 20, 22, 23, 28 8, 25

3 Percaya Diri 3, 6, 11, 27, 30 9, 17

7, 12, 14, 16, 18, 19, 32, 33,


4 Kepuasan 34 31

Sumber : Angket Minat ARCS


3.9 Analisis Data Minat Belajar

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah berupa data kuantitatif.
Minat belajar biologi siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian
ini berupa derajat ekspresi siswa yang dikategorikan atas : sangat setuju (SS),
setuju (S), ragu-ragu (R), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Item
pernyataan berjumlah 34 item. Pemberian item pada setiap pertanyaan yaitu :
sangat setuju (SS) = 5, setuju (S) = 4, ragu-ragu (R) = 3, tidak setuju (TS) = 2,
dan sangat tidak setuju (STS) = 1. Hasil data dari angket minat belajar siswa
ditabulasi terlebih dahulu. Analisis minat belajar biologi siswa pada pretest dan
posttest dianalisis menggunakan statistik deskriptif berdasarkan nilai rata-rata
dan standar deviasi. Data minat dianalisis dengan mencari kriteria penggolongan
minat belajar siswa. Secara umum mencari kriteria penggolongan minat belajar
siswa dapat dihitung dengan rumus:

Range = Max – Min

i = Range

Sumber : Sudrajat dan Achyar (2010 )

Keterangan :

Range : Nilai minat belajar siswa

Max : Skor tertinggi minat belajar siswa

Min : Skor terendah minat belajar siswa

i : Lebar Kelas

k : Kelas
Kriteria penggolongan minat belajar siswa dari skor yang diperoleh,
terdapat 3 penggolongan dengan rentang skor dari 34-79 dikategorikan Rendah,
skor 80-125 dikategorikan Sedang dan rentang skor dari 126-175 dikategorikan
Tinggi.

Untuk menentukan kategori dari masing-masing aspek minat diuji


menggunakan Wilcoxon Macth Pairs Test sedangkan untuk menguji hipotesis
untuk mengetahui signifikansi minat belajar terhadap model pembelajaran juga
menggunakan statistik nonparametrik test juga digunakan uji Wilcoxon Macth
Pairs Test dengan bantuan program komputer SPSS 16.0 for Windows untuk
mengetahui apakah ada pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing
(guided inquiry) divariasikan dengan media Peta Konsepterhadap minat belajar
biologi siswa.

Anda mungkin juga menyukai