Anda di halaman 1dari 12

Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA IV Tahun 2014

MODEL MENTAL MAHASISWA CALON GURU KIMIA DALAM


MEMAHAMI BAHAN KAJIAN STEREOKIMIA
I Wayan Suja

Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Pendidikan Ganesha
suja_undiksha@yahoo.co.id

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menentukan distribusi model mental mahasiswa calon guru
kimia dalam memahami bahan kajian Stereokimia, serta (2) mengidentifikasi dan mendeskripsikan
miskonsepsi khusus (specific misconceptions) dan model mental alternatif yang dimiliki oleh mahasiswa
calon guru kimia. Subyek penelitian adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNDIKSHA
yang sedang mengambil mata kuliah Kimia Organik III di Kelas C Semeter V pada tahun ajaran
2013/2014. Jumlah subyek penelitian sebanyak 28 orang. Data dikumpulkan melalui instrumen tes hasil
belajar berbentuk pilihan ganda dua tingkat, terdiri dari bagian isi dan bagian alasan. Analisis data
dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan, (1) model mental mahasiswa calon guru
kimia dalam memahami bahan kajian Stereokimia adalah: tidak ada konsep (20,71%), miskonsepsi
spesifik (33,04%), model mental alternatif (12,50%), dan benar secara ilmiah (33,75%); serta (2)
miskonsepsi tertinggi (92,86%) terjadi pada penentuan konfigurasi (R/S) senyawa berdasarkan proyeksi
Newman, dan model mental alternatif tertinggi (32,14%) pada penggambaran proyeksi Fischer
stereoisomer yang diketahui konfigurasi absolutnya.

Kata-kata kunci: model mental, stereokimia, miskonsepsi, model mental alternatif.

Abstract: This study aims to: (1) determine the distribution of pre-service
model in understanding Stereochemistry subject, and (2) identify and describe specific
misconceptions and alternative mental models. Subjects were students of Chemistry Education
Department, Mathematics and Natural Sciences Faculty UNDIKSHA, who are taking courses in Organic
Chemistry III in 2013/2014 academic year. The number of study subjects were 28 students. Data were
collected through achievement test formed multiple choice of two levels, consisting the contents and
reasons. The data were analyzed descriptively. The results showed, ( mental model in
understanding the subject of stereochemistry were: no concept (20.71%), specific misconceptions
(33.04%), alternative mental models (12.50%), and scientifically correct (33.75%); and (2) highest
misconceptions (92.86%) occurred in the determination of the configuration (R/S) compounds based on
Newman projections, and highest alternative mental models (32.14%) in the depiction of the projection
Fischer of stereoisomers that known its absolutly configuration.

Keywords: mental models, stereochemistry, misconceptions, alternative mental models.

PENDAHULUAN topologi, dan struktur kimia dalam studi


bentuk tiga dimensi molekul. Bahan
Stereokimia merupakan studi
kajian tersebut juga menjadi penting
tentang struktur tiga dimensi molekul
karena tubuh makhluk hidup dibentuk
(Wade, 2006), yang mencakup tiga
oleh unit-unit kiral, seperti asam amino,
aspek, yaitu: isomer geometri,
nukleotida, dan gula, yang secara alami
konformasi, dan kiralitas molekul
ada dalam bentuk enantiomer murni.
(Morrison & Boyd, 1989). Ketiga aspek
Kiralitas molekul menjadi penting dalam
tersebut merupakan landasan untuk
kaitan dengan pemanfaatan senyawa
memahami struktur dan reaktivitas
organik, yang menjadi target
senyawa. Bahan kajian stereokimia
transformasi dan sintesis senyawa-
menjadi menarik karena
senyawa bahan obat (Schreiner et al.,
menggabungkan aspek geometri,
2011). Kondisi itu menyebabkan stereo-

164
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA IV Tahun 2014

kimia merupakan bahan kajian yang


sangat penting dalam bidang kimia
organik, namun sering dipandang sulit
oleh sebagian mahasiswa.
Kemampuan untuk memahami dan
menerapkan hubungan antara struktur
dan sifat senyawa merupakan
kompetensi inti dalam pembelajaran
kimia (NRC, 2011). Namun, berbagai
hasil penelitian menunjukkan bahwa Gambar 1. Keterkaitan Tiga Level Kimia
sebagian besar pebelajar harus berjuang dengan Model Mental
keras agar bisa memahaminya (Kind
dalam Maeyer & Talanquer, 2013). Model mental yang sesungguhnya
Gagasan bahwa sifat makroskopik materi dalam pikiran pebelajar sangat rumit dan
muncul dari interaksi partikel-partikel sulit digambarkan, namun
materi sulit dipahami oleh mahasiswa. memungkinkan untuk digali dari
Sebaliknya, penalaran akal sehat sering ekspresi mereka tentang suatu fenomena
menyebabkan mereka menganggap atau pemecahan masalah. Model mental
bahwa sifat makroskopis dihasilkan dari seseorang pada umumnya diselidiki
rerata sifat komponen-komponen melalui penafsiran atas model yang
penyusunnya (Talanquer, 2006). Di sisi diekspresikan dalam berbagai bentuk,
lain, temuan penelitian Maeyer & yang oleh Bouter & Buckley dalam Park
Talanquer (2013) menunjukkan, dalam (2006) dikategorikan menjadi lima tipe,
menjelaskan sifat zat, banyak mahasiswa yaitu model visual, model simbolik,
mengandalkan penalaran intuitif dan model gerak isyarat, model objek nyata,
beberapa mengalami miskonsepsi. dan model verbal. Kualitas model mental
Ide-ide dalam pikiran pebelajar pebelajar ditentukan berdasarkan
yang digunakannya untuk kesesuaiannya dengan model konseptual
menggambarkan, menjelaskan, dan yang telah diakui oleh masyarakat ilmiah
memprediksi sebuah fenomena dan ketepatannya untuk memprediksi
dinamakan model mental (Jansoon, dan menjelaskan fenomena alam. Selain
2009; Wang, 2007). Pembentukan model itu, deskripsi model mental kimia
mental dipengaruhi oleh pengalaman dan pebelajar berhubungan dengan triplet
pengetahuan awal pebelajar, sikap dan kimia, yang meliputi level makroskopis,
keyakinan mereka, serta persoalan- submikroskopis, dan simbolik, serta
persoalan yang dihadapinya. Dalam interkoneksi ketiga level tersebut
kaitan dengan pembelajaran kimia, (Andini, 2010; Maulana, 2011).
model mental dibangun melalui proses Sehubungan dengan model mental
pengamatan, penafsiran, penjelasan, dalam memahami hubungan antara
imaginasi, dan pemahaman wacana struktur molekul dengan sifat senyawa,
ilmiah (Chittleborough, 2004; Jansoon, pada penelitian ini telah dilakukan
2009). Sebelumnya, Glynn & Duit analisis model mental mahasiswa calon
(1995) merekomendasikan agar model guru kimia dalam memahami bahan
mental dianggap sebagai bagian penting kajian stereokimia. Bahan kajian
dari kerangka konseptual pebelajar, yang tersebut memuat struktur tiga dimensi
oleh Jansoon (2009), digambarkan molekul dan kontribusinya terhadap
sebagai irisan interkoneksi ketiga level kereaktivan senyawanya. Analisis
kimia, sebagaimana ditampilkan pada model mental dilakukan terhadap
Gambar 1. mahasiswa semester V ke atas yang
sedang mengambil mata kuliah Kimia
Organik III dan telah mengambil Kimia
165
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA IV Tahun 2014

Organik I dimana bahan kajian alasan atas jawabannya pada bagian


stereokimia tersebut diajarkan. Tujuan pertama (Coll dalam Wang, 2007).
penelitian ini adalah: (1) menentukan Menurut Sendur et al., (2010),
distribusi model mental mahasiswa calon model mental pebelajar dapat
guru kimia dalam memahami bahan dikelompokkan menjadi empat kategori
kajian stereokimia, serta (2) berikut.
mengidentifikasi dan mendeskripsikan a. Tidak ada jawaban/tanggapan (No
miskonsepsi khusus (specific Response/ NR), jika pebelajar tidak
misconceptions) dan model mental memberikan jawaban dan tidak
alternatif yang dimiliki oleh mahasiswa membuat alasan, atau menjawab
calon guru kimia. Dengan mengetahui dengan penjelasan tidak berkaitan
miskonsepsi dan model mental alternatif dengan pertanyaan. Istilah untuk
mahasiswa, memungkinkan untuk tipe ini adalah tidak ada konsep.
melakukan tindak lanjut berupa b. Miskonsepsi khusus pada hal
remidiasi secara bertahap dan tertentu (Specific
berkelanjutan pada mata-mata kuliah Misconceptions/SM), yaitu ketika
rumpun Kimia Organik. jawaban dan penjelasan tidak dapat
diterima secara keilmuan.
METODE PENELITIAN c. Benar sebagian (Partially Correct/
PC) jika jawaban benar secara
Penelitian ini dilaksanakan di
keilmuan, namun penjelasan/alasan
Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas
tidak benar; atau jawaban tidak
MIPA, UNDIKSHA pada semester
benar secara keilmuan, namun
ganjil tahun ajaran 2013/2014. Subjek
penjelasannya benar. Tipe ini
penelitiannya adalah mahasiswa yang
dikenal sebagai model mental
sedang menempuh Mata Kuliah Kimia
alternatif.
Organik III, di Kelas C, sebanyak 28
d. Benar secara keilmuan
orang.
(Scientifically Correct/SC), jika
Penelitian dirancang mulai dari
jawaban dan penjelasan benar secara
tahapan: (1) penyusunan instrumen, (2)
keilmuan.
validasi instrumen, (3) uji coba
instrumen, (4) pengumpulan data, (5) Model mental demikian sering
analisis data hasil penelitian, serta (6) juga disebut model mental tipe I sampai
pelaporan dan publikasi hasil penelitian. IV, yang masing-masing berkaitan
Instrumen yang digunakan adalah tes dengan tidak ada tanggapan (NR), terjadi
hasil belajar yang dirancang khusus miskonsepsi (SM), model mental
untuk mengidentifikasi model mental alternatif (PC), dan model mental ilmiah
mahasiswa dalam memahami bahan (SC).
kajian stereokimia, berupa tes pilihan
ganda dua tingkat (twotier test), yang HASIL DAN PEMBAHASAN
terdiri dari bagian isi dan bagian alasan.
Bagian pertama memuat respon Hasil penelitian berupa distribusi
mahasiswa terhadap pilihan jawaban model mental mahasiswa calon guru
yang disediakan berkaitan dengan kimia dalam memahami bahan kajian
konten; sedangkan bagian kedua, stereokimia dapat dilihat pada Tabel 1
menuntut mahasiswa agar memberikan
.

166
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA IV Tahun 2014

Tabel 1. Rekapitulasi Model Mental Mahasiswa Calon Guru tentang Stereokimia


Model Mental
NS Indikator % %S P % S %
NR SM
NR M C PC C SC
1 Menentukan isomer geometri alkena. 2 7,1 3 10, 1 3,5 2 78,
4 71 7 2 57
1 Menentukan isomer geometri 42, 25, 7,1 25,
12 7 2 7
1 sikloalkana 86 00 4 00
2 Memprediksi kestabilan konformasi 3,5 0,0 7,1 2 89,
1 0 2
molekul alkana. 7 0 4 5 29
1 Memprediksi kestabilan isomer 39, 35, 10, 14,
11 10 3 4
2 geometri sikloalkana terdisubstitusi. 29 71 71 29
3 Membandingkan titik leleh isomer- 17, 67, 10, 3,5
5 19 3 1
isomer geometri asam butenadioat. 86 86 71 7
1 Membandingkan titik didih isomer- 28, 60, 7,1 3,5
8 17 2 1
3 isomer geometri senyawa alkanadiol. 57 71 4 7
4 Membandingkan kontribusi bentuk-
46, 25, 14, 14,
bentuk konformer terhadap keasaman 13 7 4 4
43 00 29 29
senyawanya.
1 Menjelaskan keasaman senyawa
53, 17, 25, 3,5
4 berdasarkan struktur isomer 15 5 7 1
57 86 00 7
geometrinya.
5 Menentukan hubungan antara
14, 25, 21, 1 39,
struktur isomer geometri molekul 4 7 6
29 00 43 1 29
dengan kelarutannya dalam air.
1 Menentukan kontribusi bentuk
32, 21, 32, 14,
5 konformasi 1,2-alkanadiol terhadap 9 6 9 4
14 43 14 29
kelarutan senyawanya dalam air.
6 Menentukan analogi yang paling
0,0 0,0 7,1 2 92,
relevan dengan sifat kiralitas 0 0 2
0 0 4 6 86
senyawa.
1 Menentukan analogi yang paling 7,1 7,1 7,1 2 78,
2 2 2
6 relevan dengan sifat akiral senyawa. 4 4 4 2 57
7 Menerapkan hubungan antara
14, 3,5 25, 1 57,
keberadaan unsur-unsur simetri 4 1 7
29 7 00 6 14
molekul dengan aktivitas optiknya.
1 Menentukan hubungan antara unsur-
39, 42, 7,1 10,
7 unsur simetri molekul senyawa siklik 11 12 2 3
29 86 4 71
dengan kiralitas senyawanya.
8 Menentukan konfigurasi absolut
21, 35, 14, 28,
(R/S) senyawa berdasarkan struktur 6 10 4 8
43 71 29 57
tiga dimensinya.
1 Menentukan konfigurasi (R/S)
14, 10, 7,1 1 67,
8 senyawa berdasarkan proyeksi 4 3 2
29 71 4 9 86
Fischernya.
9 Menentukan konfigurasi (R/S)
3,5 92, 0,0 3,5
senyawa berdasarkan proyeksi 1 26 0 1
7 86 0 7
Newmanya.
1 Menentukan proyeksi Newman 3,5 64, 7,1 25,
1 18 2 7
9 senyawa yang diketahui nama 7 29 4 00
167
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA IV Tahun 2014

IUPACnya lengkap dengan


konfigurasi absolutnya (R/S)
1 Menggambar proyeksi Fischer
0 stereoisomer yang diketahui 10, 32, 32, 25,
3 9 9 7
konfigurasi absolut atom-atom 71 14 14 00
karbon kiralnya.
2 Menentukan stereoisomer senyawa 14, 82, 3,5 0,0
4 23 1 0
0 yang diketahui proyeksi Fischernya. 29 14 7 0
Total 1
11 20, 18 33, 7 12, 33,
8
6 71 5 04 0 50 75
9
Keterangan: NR (No Response) = jumlah tidak ada tanggapan (tidak memiliki konsep),
SM (Specific Misconceptions) = jumlah mengalami miskonsepsi, PC (Partially
Correct) = jumlah model mental alternatif, SC (Scientifically Correct) = jumlah
model mental ilmiah.

Data dalam Tabel 1 di atas masalah tersebut; 35,71% mengalami


menunjukkan, 78,57% mahasiswa telah miskonsepsi; 10,71% memiliki model
memiliki model mental ilmiah berkaitan mental alternatif, dan hanya 14,29%
dengan penentuan senyawa alkena yang memiliki model mental ilmiah.
memiliki isomer geometri. Pemahaman Rendahnya model mental ilmiah
mereka ada pada level simbolik dan mahasiswa pada masalah tersebut
mampu menampilkannya dalam bentuk disebabkan mereka masih mengalami
model visual berupa rumus struktur miskonsepi, yang memandang setiap
alkena. Penguasaan model mental isomer trans selalu lebih stabil
ilmiah mahasiswa calon guru pada dibandingkan isomer cis-nya.
pemahaman isomer geometri ternyata Sebagian besar mahasiswa
menurun pada senyawa siklik (hanya mengalami miskonsepsi (di atas 60,00%)
mencapai 25,00%), dan sebagian besar dalam menjelaskan titik didih dan titik
(42,86%) tidak memiliki konsep. leleh senyawa, serta sebagian lagi
Kondisi itu mengindikasikan, sebagian memiliki model mental alternatif.
besar mahasiswa tidak mampu Mereka yang mengalami miskonsepsi
menggambarkan struktur molekul mengaitkan polaritas senyawa dengan
senyawa, sehingga mereka tidak bisa titik didih dan titik leleh senyawanya.
menentukan letak dan orientasi Molekul-molekul yang lebih polar,
substituen-substiennya. Pada dalam hal ini asam maleat diprediksi
kemampuan untuk memprediksi memiliki titik leleh lebih tinggi
kestabilan bentuk-bentuk konformasi dibandingkan asam fumarat. Hal yang
molekul, sebagian besar mahasiswa sama juga terjadi pada penentuan titik
(89,29%) telah memiliki model mental didih isomer-isomer geometri senyawa
ilmiah. Model mentalnya ada pada level siklobutanadiol. Di sisi lain, tipe model
simbolik dan mampu menampilkannya mental alternatif memandang titik didih
dalam bentuk model visual berupa dan titik leleh berkaitan dengan
proyeksi Newman. Namun, kemampuan kestabilan senyawa. Menurut mereka,
tersebut tidak muncul pada saat diperlukan energi yang lebih besar untuk
digunakan untuk menjelaskan kestabilan memutuskan ikatan dalam struktur
isomer-isomer sikloalkana terdisubstitusi molekul yang lebih stabil, sehingga titik
yang melibatkan konsep konformasi dan didih atau titik leleh senyawanya
isomer geometri. Sebanyak 39,29% menjadi lebih tinggi. Dalam hal ini,
tidak memiliki konsep berkaitan dengan
168
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA IV Tahun 2014

jawaban mereka benar, namun alasannya mudah melepaskan ion H +.


salah. Sesungguhnya, keasaman senyawa asam
Titik didih dan titik leleh senyawa 2,3-dimetilbutanadioat memang paling
sesungguhnya tidak berkaitan dengan tinggi disumbangkan oleh konformasi
polaritas dan kestabilan molekul, tetapi gausnya, namun disebabkan oleh
dengan interaksi antar molekul- terjadinya ikatan hidrogen
molekulnya. Semakin kuat gaya tarik intramolekuler antar kedua gugus OH
antar molekulnya, semakin tinggi titik yang saling berimpit. Struktur tersebut
didih atau titik leleh senyawa tersebut. menyebabkan lebih mudah melepaskan
Dalam kasus yang diberikan, titik didih ion H+.
ditentukan oleh keberadaan ikatan Sejalan dengan penentuan sifat
hidrogen intermolekuler dan keasaman senyawa asam butanadioat,
intramolekuler. Ikatan hidrogen antar sebagian besar mahasiswa (53,57%) juga
molekul menyebabkan titik didih dan tidak memiliki konsep untuk
titik leleh senyawa lebih tinggi membandingkan kekuatan asam maleat
dibandingkan isomer lain yang (bentuk cis) dengan asam fumarat
mengalami ikatan hidrogen (bentuk trans). Sebanyak 25%
intramolekuler. Selain itu, proses mahasiswa memiliki model mental
mendidih atau meleleh sebagai bentuk alternatif. Mereka mengetahui keasaman
perubahan fisika tidak melibatkan asam maleat lebih kuat dibandingkan
pemutusan ikatan antar atom dalam dengan asam fumarat, namun alasannya
molekul. Untuk menjelaskan hal itu, tidak tepat. Penjelasan mereka berkaitan
mahasiswa harus menguasai model dengan kelarutan senyawa. Menurutnya,
mental level submikroskopis partikel asam maleat lebih mudah larut dalam air,
materi didukung dengan model mental sehingga lebih mudah terionisasi untuk
level simboliknya. menghasilkan ion H+. Sedangkan,
Lemahnya pemahaman mahasiswa argumentasi ilmiah berkaitan dengan
berkaitan dengan korelasi struktur keasaman senyawa asam maleat
molekul dan kereaktivan senyawa juga dikaitkan dengan kemampuannya untuk
tampak pada kemampuannya untuk membentuk ikatan hidrogen
memprediksi kontribusi bentuk intramolekuler yang berdampak pada
konformasi molekul terhadap kekuatan kemudahan untuk melepaskan ion H+.
asam senyawanya. Sebagian besar Pada penentuan kelarutan isomer
mahasiswa (46,43%) tidak memiliki geometri dalam air, sebagian besar
konsep, dan 25% mengalami mahasiswa (39,29%) telah memiliki
miskonsepsi. Mereka yang tidak model mental ilmiah dengan mengaitkan
memiliki konsep tidak mengetahui polaritas senyawa dengan kelarutannya.
hubungan antara bentuk konformasi Asam maleat lebih polar dibandingkan
dengan kekuatan asam. Sedangkan, asam fumarat, sehingga kelarutan asam
yang mengalami miskonsepsi rata-rata maleat dalam air lebih tinggi
memandang konformasi gaus memiliki dibandingkan asam fumarat. Sebagian di
keasaman paling tinggi karena mampu antaranya (25,00 %) mengalami
membentuk ikatan hidrogen miskonsepsi, dan 21,43% memiliki
intramolekuler yang bersifat stabil. Di model mental alternatif. Mereka yang
sisi lain, yang memiliki tipe model mengalami miskonsepsi menyatakan
mental alternatif (14,29%) menyatakan asam fumarat lebih mudah larut dalam
bentuk eklips penuh menyumbangkan air karena lebih mampu membentuk
sifat keasaman paling kuat karena terjadi ikatan hidrogen dengan molekul-molekul
tolak-menolak antar gugus hidroksil air. Di sisi lain, mahasiswa yang
yang saling berimpit, sehingga lebih memiliki model mental alternatif

169
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA IV Tahun 2014

memperkirakan asam maleat lebih kiralitas senyawa tergolong sangat baik


mudah larut dalam air karena adanya (rerata 85,72%). Kondisi itu disebabkan
ikatan hidrogen intramolekuler, karena mahasiswa telah menguasai ciri-ciri
kurang stabil, dan juga karena titik senyawa kiral secara benar dan analogi
lelehnya lebih rendah. Ketidakmampuan yang ditampilkan dalam bentuk objek
mahasiswa untuk menjelaskan fenomena nyata secara makroskopis telah akrab
makroskopis berkaitan dengan kelarutan dengan kehidupan mahasiswa.
senyawa disebabkan oleh kurangnya Akibatnya, sebagaian besar mahasiswa
kemampuan untuk melakukan penalaran memiliki model mental ilmiah berkaitan
pada tingkat submikroskopis, walaupun dengan analogi kiralitas senyawa
mereka sudah mampu organik.
memvisualisasikan dalam bentuk rumus Dalam penentuan aktivitas optik
struktur pada level simbolik. senyawa rantai terbuka yang telah
Berkaitan dengan kontribusi diberikan nama lengkap dengan
bentuk konformer senyawa 1,2-etanadiol konfigurasi absolutnya (R/S), model
terhadap kelarutannya, proporsi mental ilmiah mahasiswa mencapai
mahasiswa yang tidak memiliki konsep 57,14% dan model mental alternatifnya
sama dengan yang memiliki model sebesar 25,00%. Tingginya kebenaran
mental alternatif, yaitu sebanyak ilmiah yang dicapai mahasiswa sebagian
32,14%; sedangkan yang memiliki besar berupa model mental verbal.
model mental ilmiah hanya mencapai Mereka tidak menggambar struktur
14,29%. Rendahnya kemampuan molekul senyawa lengkap dengan
mahasiswa untuk memprediksi kelarutan konfigurasi absolut (R/S) dan bayangan
senyawa disebabkan cerminnya, namun secara deskriptif
ketidakmampuannya dalam menjelaskan menyatakan bahwa molekul yang
fungsi struktur molekul terhadap sifat memiliki bidang simetri (senyawa meso)
makroskopis senyawanya. bersifat inaktif optik. Dengan demikian,
Sesungguhnya, kelarutan senyawa dalam walaupun mahasiswa telah memiliki
air ditentukan oleh polaritas senyawa, model mental ilmiah, namun belum tentu
dan dalam konteks struktur konformasi, memahami level simbolik dan
polaritas tertinggi dimiliki oleh submikroskopis molekul secara tepat.
konformasi dengan gugus-gugus OH Cukup tingginya persentase model
pada posisi eklips penuh (momen dipol mental ilmiah mahasiswa pada
terbesar). Dalam kasus ini, mahasiswa penentuan aktivitas optik senyawa rantai
harus mampu menggambar dan terbuka tidak seiring dengan
memvisualisasikan struktur tiga dimensi kemampuannya untuk menentukan
molekul dan memprediksi polaritasnya. aktivitas optik senyawa siklik. Sebagian
Semakin besar resultan vektor momen- besar (42,86%) mahasiswa mengalami
momen gugus senyawa, polaritasnya miskonsepsi dan sebagian tidak memiliki
semakin kuat, sehingga kelarutannya konsep (39,29%) pada penentuan
dalam air semakin besar. Di sisi lain, kiralitas senyawa siklik yang struktur
mahasiswa yang memiliki model mental ruangnya memiliki bidang simetri atau
alternatif memandang kelarutan senyawa pusat simetri. Mahasiswa yang
1,2-etanadiol dalam air ditentukan oleh mengalami miskonsepsi memandang
kemudahannya untuk membentuk ikatan sifat inaktif optik senyawa siklik hanya
hidrogen antara molekul-molekul ditentukan oleh keberadaan bidang
alkohol tersebut dengan molekul- simetrinya, tanpa mencermati ada
molekul air sebagai pelarut. tidaknya atom karbon kiral atau unsur-
Model mental mahasiswa dalam unsur simetri lainnya. Dengan demikian,
memilih analogi untuk menjelaskan model mental mahasiswa secara umum

170
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA IV Tahun 2014

belum cukup memadai untuk beberapa pasangan senyawa yang telah


menentukan aktivitas optik senyawa diketahui proyeksi Fischernya.
organik. Secara umum, model mental
Model mental ilmiah hanya ilmiah mahasiswa calon guru kimia
dimiliki oleh 28,57% mahasiswa dalam dalam memahami bahan kajian
menentukan konfigurasi absolut (R/S) stereokimia hanya mencapai 33,75%.
senyawa berdasarkan struktur tiga Nilai tersebut hanya sedikit di atas
dimensinya, dan mencapai 67,86% persentase miskonsepsi khusus yang
berdasarkan proyeksi Fischernya (dua mencapai 33,04%. Tingginya
dimensi). Kondisi itu menunjukkan, miskonsepsi kimia dan banyaknya model
sebagian besar mahasiswa mengalami mental alternatif yang dimiliki
kesulitan dalam membayangkan struktur mahasiswa calon guru kimia disebabkan
tiga dimensi molekul dalam pikirannya. oleh berbagai faktor, yang secara umum
Kesulitan tersebut menyebabkan mereka dikelompokkan menjadi faktor eksternal
tidak mampu menentukan konfigurasi dan internal.
absolut senyawa pada pusat kiralnya. Faktor eksternal yang
Pada saat diberikan struktur Fischer mempengaruhi terjadinya miskonsepsi
senyawa, mahasiswa dapat dan model mental alternatif di antaranya
menggunakan strategi tertentu untuk adalah buku-buku teks kimia yang
menentukan konfigurasi absolutnya pada digunakan oleh guru dan siswa pada saat
pusat-pusat kiral tanpa memahami mereka masih ada di bangku SMA
struktur tiga dimensinya. Atas dasar itu, berpeluang menimbulkan terjadinya
kemampuan mahasiswa untuk miskonsepsi (Suja & Retug, 2014a,b).
memvisualisasikan struktur tiga dimensi Kondisi itu disebabkan miskonsepsi
molekul dalam pikirannya masih sangat bersifat sangat resisten, sehingga sulit
perlu ditingkatkan. dihilangkan. Faktor internal yang
Model mental mahasiswa belum berpotensi menimbulkan terjadinya
mampu melakukan konversi dari miskonsepsi dan model mental alternatif
proyeksi Newman menjadi struktur tiga pada mahasiswa calon guru adalah
dimensinya. Akibatnya, sebagian besar sebagai berikut.
mereka tidak bisa menentukan Pertama, ketidakmampuan mereka
konfigurasi absolut (R/S) senyawa memilih atribut esensial dari sejumlah
berdasarkan struktur proyeksi ciri umum yang dimiliki oleh sebuah
Newmannya, dan 78,58% di antaranya konsep (Ibrahim, 2012). Sebagai contoh,
mengalami miskonsepsi. Kondisi yang jika dalam rumus struktur senyawa
sama juga terjadi pada penentuan terdapat beberapa pusat kiral dan juga
konfigurasi absolut senyawa yang bidang simetri (bidang khayalan yang
memiliki beberapa pusat kiral membelah suatu senyawa menjadi dua
berdasarkan proyeksi Fischernya. Pada bagian, sehingga setiap bagian menjadi
aspek tersebut, jumlah mahasiswa yang bayangan cermin dari bagian yang
mengalami miskonsepsi mencapai lainnya), maka senyawa tersebut bersifat
82,14%. Dengan demikian, sebagian inaktif optis. Di sisi lain, jika tidak
besar mahasiswa belum mampu mengandung atom karbon kiral,
menentukan dan memvisualisasikan walaupun tidak memiliki bidang simetri,
struktur tiga dimensi senyawa dalam senyawa tersebut tidak bersifat aktif
pikirannya dari proyeksi Newman dan optis. Dengan demikian, atribut utama
proyeksi Fischer. Data tersebut juga senyawa bersifat aktif optis adalah
dibuktikan dari tingginya miskonsepsi mengandung atom karbon kiral, bukan
yang dialami mahasiswa pada saat pada tidak adanya bidang simetri.
menggolongkan jenis isomer optik Misalnya, senyawa trans-1,3-dibromo-

171
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA IV Tahun 2014

1,3-dinitro-siklobutana bersifat tidak


aktif optis karena tidak mengandung
atom kiral. Tetapi, sebagian besar
mahasiswa menyebutnya bersifat aktif
optis karena tidak memiliki bidang
simetri. Mahasiswa yang mengalami
Kedua, kekeliruan penalaran. miskonsepsi menjelaskan kelarutan
Kekeliruan penalaran terjadi karena kedua senyawa asam tersebut tidak
ketidakpahaman mahasiswa tentang berdasarkan kepolarannya, tetapi
level submikroskopis kimia. Sebagai menurut kemudahannya dalam
contoh, dalam menjelaskan perubahan membentuk ikatan hidrogen dengan
wujud zat, berkaitan dengan titik didih molekul-molekul air. Berbeda dengan
dan titik leleh senyawa, banyak fakta ilmiahnya, mahasiswa mengira
mahasiswa mengira proses tersebut asam fumarat lebih mudah larut dalam
melibatkan pemutusan ikatan dalam air karena lebih mudah membentuk
molekul (ikatan kovalen), bukan ikatan ikatan hidrogen dengan molekul-molekul
atau interaksi antar molekul (gaya van air.
der Waals atau ikatan hidrogen). Ketiga, kekeliruan pemikiran
Mahasiswa menjelaskan titik didih dan intuitif. Pemikiran intuitif muncul tiba-
titik leleh senyawa berdasarkan tiba karena masalah tersebut telah
kestabilan strukur molekulnya. Semakin dianggap umum. Sebagai contoh, bagi
stabil struktur molekul suatu senyawa, sebagian besar mahasiswa, isomer trans
semakin kuat ikatan antar atom-atomnya, selalu dipandang lebih stabil
sehingga titik didih atau titik lelehnya dibandingkan isomer cis. Hal itu
semakin tinggi. Kekeliruan penalaran disebabkan jarak antar gugus-gugus yang
tersebut menyebabkan mahasiswa sama pada isomer trans saling berjauhan,
menjelaskan titik leleh asam fumarat sehingga gaya tolak-menolak antar
yang lebih tinggi daripada asam maleat gugus-gugus tersebut menjadi sangat
bukan karena ikatan hidrogen yang rendah. Dengan demikian, isomer trans
terjadi antar molekul-molekul asam lebih stabil dibandingkan isomer cis,
fumarat, tetapi karena lebih stabil yang letak gugus-gugusnya ada pada sisi
dibandingkan asam maleat (model yang sama. Sesungguhnya, kestabilan
mental alternatif). molekul sikloalkana tersubstitusi mesti
Kekeliruan penalaran juga terjadi dilihat dari struktur tiga dimensinya.
pada saat mahasiswa menjelaskan Sebagai contoh, dalam tes yang
perbedaan kelarutan antara asam maleat diberikan, siswa memprediksi struktur
dan asam fumarat dalam air. Perbedaan senyawa trans-1,3-dimetilsikloheksana
kelarutan kedua isomer asam 1,3- lebih stabil dibandingkan isomer cis-nya.
butenadioat tersebut seharusnya Sedangkan, konformasi isomer cis lebih
dijelaskan berdasarkan perbedaan stabil karena mampu membentuk
kepolarannya. Asam maleat (isomer cis) struktur ekuatorial-ekuatorial (e,e) yang
memiliki momen dipol (bersifat polar), menyebabkan tidak terjadi tolak-
sehingga lebih mudah larut dalam air. menolak antar gugus-gugus metil yang
Sebaliknya, asam fumarat tidak memiliki terikat pada rantai sikloheksana tersebut,
momen dipol (non polar), sehingga tidak sebagaimana ditampilkan di bawah ini.
larut dalam air. Secara skematis,
Isomer geometri 1,3-
penentuan kepolaran kedua senyawa
dimetilsikloheksana:
tersebut dapat ditentukan dengan
penjumlahan vektor momen-momen
gugusnya.

172
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA IV Tahun 2014

CH3
H CH3 H SIMPULAN
CH3

:
Sejalan dengan hasil penelitian dan
CH3 H
CH3
H pembahasan di depan dapat ditarik
CH3 (e, a) (a, e)

T rans-1,3-dimetil-
simpulan sebagai berikut. Pertama,
sikloheksana
CH3 model mental mahasiswa calon guru
H3C
CH3 CH 3
CH3 kimia dalam memahami bahan kajian
: H H
H
Stereokimia adalah: tidak ada konsep
H
CH 3 (a, a) (e, e) (20,71%), miskonsepsi spesifik
C is-1,3-dimetil-
sikloheksana
sangat tidak
STABIL
sangat
STABIL (33,04%), model mental alternatif
(12,50%), dan benar secara ilmiah
Keempat, kekurangan informasi (33,75%). Kedua, miskonsepsi tertinggi
yang dimiliki peserta didik tentang (92,86%) terjadi pada penentuan
kompleksitas permasalahan yang konfigurasi (R/S) senyawa berdasarkan
dikajinya (Furió & Calatayud, 1996). proyeksi Newmannya, dan model mental
Kekurangan informasi yang dimiliki oleh alternatif tertinggi (32,14%) pada
mahasiswa dalam model mentalnya di penggambaran proyeksi Fischer
antaranya tampak pada saat mereka stereoisomer yang diketahui konfigurasi
menggambar terjadinya ikatan hidrogen absolutnya.
antar molekul-molekul asam fumarat, Untuk mengubah dan membentuk
yang menyebabkan titik leleh asam model mental mahasiswa, sehingga
fumarat lebih tinggi dibandingkan asam menjadi model mental ilmiah,
maleat. pembelajaran Kimia Organik seharusnya
Model mental ilmiah: dilakukan dengan pengamatan fenomena
ikatan hidrogen
H O
makroskopis berkaitan dengan bahan
H O
H O C C kajian yang akan dipelajarinya.
C C O H
Selanjutnya, mahasiswa diberikan
H O C C O H
C C O H kesempatan untuk menjelaskan
O H
ikatan hidrogen fenomena tersebut secara molekuler
Model mental alternatif (mahasiswa): yang melibatkan pemahaman kimia pada
O
H O
H
level submikroskopis. Untuk membantu
H O C C
H O
C
C
C
C
O H
mahasiswa agar mereka mampu
C C O H
O H
memvisualisasikan kimia pada level
O H ikatan hidrogen molekuler, pembelajaran mesti didukung
dengan penggunaan model molekul,
Kurangnya informasi juga tampak pada misalnya menggunakan molymod.
saat mereka menentukan konfigurasi Selanjutnya, model mental mahasiswa
absolut (R/S) senyawa berdasarkan yang sudah terbentuk melalui kegiatan
proyeksi Newman atau proyeksi Fischer. pembelajaran mesti diuji dengan model-
Secara umum, terjadinya model konseptual yang telah disepakati
miskonsepsi, model mental alternatif, oleh para pakar kimia. Model mental
dan juga tidak ada konsep pada diri tersebut juga harus diperkuat dengan
mahasiswa calon guru kimia aplikasinya dalam pemecahan masalah.
menunjukkan bahwa mereka belum
memahami bahan kajian stereokimia, UCAPAN TERIMAKASIH
yang mencakup level makroskopis, level
Peneliti mengucapkan terimakasih
submikroskopis, level simbolik, dan
kepada Prof. Dr. Leny Yuanita, M.Kes.
interkoneksi ketiga level tersebut secara
dan Prof. Dr. Muslimin Ibrahim, M.Pd.
komprehensif.
atas bimbingannya selau promotor dan
kopromotor dalam penelitian awal
Disertasi ini.

173
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA IV Tahun 2014

DAFTAR RUJUKAN Maulana, Y., 2011. Profil Model Mental


Mahasiswa Calon Guru Kimia
Andhini, R., 2010. Profil Model Mental
Tingkat Pertama pada Beberapa
Siswa pada Pokok Bahasan
Konsep Dasar Ikatan Kimia.
Senyawa Hidro Karbon. Skripsi
Skripsi Fakultas FPMIPA
FPMIPA Jurusan Pendidikan
Jurusan Pendidikan Kimia.
Kimia. Bandung: Universitas
Bandung: Universitas Pendidikan
Pendidikan Indonesia.
Indonesia.
Chittleborough, G., 2004. The Role of
Mayer, L., 2010. Addressing Students'
Teaching Models and Chemical
Misconceptions about Gases,
Representations in Developing
Mass, and Composition. Journal of
S
Chemical Education, 88(1): 111
Chemical Phenomena. Tesis
115.
Doktor in Curtin University of
Technology. Morrison, R.T., & Boyd, R.N., 1989.
Furió, C., & Calatayud, M. L., 1996. Organik Chemistry. 5th. New
Difficulties with the geometry and Delhi: Prentice Hall of India.
polarity of molecules. Journal of Park, E. J., 2006. Student Perception
Chemical Education, 73: 36-41. and Conceptual Development as
Glynn, S. M., & Duit, R., 1995. represented by Student Mental
Learning science meaningfully: Models of Atomic Structure.
Ohio State University.
In S. M. Glynn & R. Duit (Eds.), Schreiner, E., Trabuco, L. G.,
Learning science in the schools: Freddolino, P. L., & Schulten, K.,
Research reforming practice (pp. 2011. Stereo-chemical errors and
3-33). Mahwah, NJ: Lawrence their implications for molecular
Erlbaum Associates. dynamics simulations. BMC
Ibrahim, M., 2012. Seri Pembelajaran Bioinformatics, 12:190 199.
Inovatif: Konsep, Miskonsepsi, dan http://www.biomedcentral.com/14
Cara Pembelajarannya. Surabaya: 71-2105/ 12/ 190
Usesa University Press. Sendur, G., Toprak, M., Pekmez, E.,
Islahiah, N., 2012. Propil Model Mental 2010.
Siswa pada Pokok Bahasan Kese- Misconcep-tions about Chemical
timbangan Kimia. Skripsi tidak Equilibrium. Paper on
dipublikasikan Jurusan Pendidikan International Conference on New
Kimia FPMIPA UPI. Bandung: Trends in Education and Their
Universitas Pendidikan Indonesia. Implications. Antalya-Turkey.
Suja, I W., & Retug, N., 2013a. Propil
Jansoon, N., 2009. Understanding
Konsepsi Kimia Siswa Kelas XI di
Mental Models of Dilution in Thai
Kota Singaraja. Prosiding Senari
Students. International Journal of
(Seminar Nasional Riset Inovatif)
Environmental & Science
Lembaga Penelitian Universitas
Education. 4(2): 147 168.
Pendidikan Ganesha ke-1 ISSN
Maeyer, J., & Talanquer, V., 2013. 2339-1553. Tahun 2013. Halaman
Making Predictions about 172 179.
Chemical Reactivity:
Suja, I W., & Retug, N., 2013b.
Assumptions an Heuristics.
Konsepsi Kimia Siswa Kelas XII
Journal of Research in Science
di Kota Singaraja. Prosiding
Teaching, 50(6): 748-767.
174
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA IV Tahun 2014

Seminar Nasional FMIPA Wade, L. G., 2006. Organic Chemistry.


UNDIKSHA III Tahun 2013. 6th edition. Singapore: Pearson
Halaman 125 133. Education, Inc.
Talaquer, V., 2006. Commonsense Wang, Ch. Y., 2007. The role of mental-
chemistry: A model for modelling ability, content
understanding student's knowledge, and mental model in
alternative conceptions. Journal
of Chemical Education, 83: 811- understanding about moleculer
816.. polarity. A Dissertation
presented to the Faculty of the
Graduate School University of
Missouri Columbia.
.

175

Anda mungkin juga menyukai