TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Bell’s Palsy merupakan suatu penyakit yang menyerang bagian depan dari
kepala yaitu wajah. Bell’s palsy adalah salah satu penyakit yang menyerang wajah
dimana terjadi kelumpuhan akut yang terjadi pada bagian saraf wajah yang tidak
saraf wajah ini bisa terjadi secara keseluruhan ataupun hanya sebagian wajah
wajah dengan tipe lower motor neuron yang disebabkan oleh keterlibatan nerves
facialis idiopatik di luar system saraf pusat, tanpa adanya penyakit neurologic
lainnya.
seluruh dunia. Ini adalah salah satu gangguan neurologis yang paling umum dari
6
7
Secara anatomis, bagian motorik saraf ini terpisah dari bagian yang
menghantar sensasi dan serabut parasimpatis, yang terakhir ini sering dinamai saraf
intermedius atau pars intermedius wisberg. Ada pakar yang menganggap sebagai
saraf terpisah, namun pada umumnya saraf intermedius ini di anggap sebagai bagian
dari saraf facialis. Sel sensoriknya terletak di ganglion genikulatum, pada lekukan
saraf facialis di kanal facialis. Sensasi pengecapan dari 2/3 bagian depan lidah di
hantar melalui saraf lingual ke korda timpani dan kemudian ke ganglion genikulatum.
genikulatum dan berakhir pada desendens dan inti akar desendens dari saraf
Nervus facialis berasal dari pertemuan antara pons dan medulla yang
1. Akar saraf medial merupakan akar saraf yang lebih besar dan merupakan
2. Akar saraf lateral lebih kecil yang berada diantara akar saraf medial dan
Keterangan:
1. Processus mastoideus
2. Nervus facialis
3. Processus styloideus
4. Ganglion genikulaatum
10
Keterangan:
1. Ganglion trigeminal
2. Nervus facialis
3. Nervus vestibulococher
4. Nervus accessories
5. Nervus hypoglossal
6. Nervus vagus
7. Nervus glossopharingeal
11
2.1.3 Etiologi
Penyebab dari Bell’s Palsy masih dikatakan idiopatik atau masih belum
diketahui penyebabnya. Namun ada beberapa teori yang mendasari penyebab dari
Bell’s palsy. Menurut Lowis (2012), terdapat empat teori yang berhubungan
sirkulasi darah di kanalis falopii akan menimbulkan suatu paralisis pada nervus
facialis. Kerusakan yang ditimbulkan yaitu berasal dari tekanan saraf perifer
terutama yang berhubungan dengan pembluh darah yang mengaliri saraf tersebut.
Jika terdapat respon simpatis yang berlebihan maka akan terjadi spasme arterioral
atau statis vena pada bagian bawah dari canal facialis, sehingga menimbulkan
Herpes zoster merupakan virus yang paling banyak menjadi penyebab dari
Bell’s palsy. Virus ini hidup dalam jaringan saraf. Apabila terjadi radang, virus ini
pada otot-otot wajah yang disarafi. Virus Herpes zoster ini yang menyebabkan
3. Teori Imunologi
penyebab dari terjadinya bell’s palsy. Berdasarkan teori ini, pasien diberikan
4. Teori Herediter
Teori ini berpendapat bahwa faktor herediter menjadi salah satu penyebab
dari bell’s palsy. Teori ini menghubungkan bahwa faktor herediter berhubungan
dengan kelainan anatomis pada kanalis facialis. Dimana pada saat tertentu apabila
ada faktor pencetus misalnya pada keadaan dingin akan menyebabkan saluran
2.1.4 Patofisiologi
Patofisiologinya belum jelas, tetapi salah satu teori menyebutkan terjadinya proses
facialis sehingga terjadi kompresi dari saraf tersebut pada saat melalui tulang
temporal. Perjalanan nervus facialis keluar dari tulang temporal melalui kanalis
facialis yang mempunyai bentuk seperti corong yang menyempit pada pintu
keluar sebagai foramen mental. Dengan bentukan kanalis yang unik tersebut,
konduksi. Impuls motorik yang dihantarkan oleh nervus facialis bisa mendapat
bisa terletak di daerah wajah korteks motorik primer atau di jaras kortikobulbar
Kelumpuhan pada bell’s palsy akan terjadi pada bagian atas dan bawah
dari seluruh bagian otot wajah. Dahi tidak dapat dikerutkan, fisura palpebra tidak
dapat ditutup dan jika memejamkan mata akan terlihat bola mata yang berbalik ke
atas, sudut mulut tidak dapat diangkat, bibir tidak bisa mencucu dan platisma
tidak dapat digerakan. Karena lagoftalmos, maka air mata tidak bisa disalurkan
Gejala Bell’s Palsy dapat berupa kelumpuhan otot wajah pada satu sisi
yang terjadi secara tiba-tiba beberapa jam sampai beberapa hari (maksimal 7 hari).
Pasien juga mengeluhkan nyeri disekitar telinga, rasa bengkak atau kaku pada
wajah walaupun tidak ada gangguan sensorik. Terkadang juga diikuti oleh
secara parsial atau komplit. Kelumpuhan parsial dalam 1-7 hari dapat berubah
kelumpuhan sentral atau perifer. Dimana kelumpuhan sentral terjadi hanya pada
15
bagian bawah wajah saja, otot dahi masih dapat berkontraksi karena otot dahi
dipersarafi oleh kortek sisi ipsi dan kontra lateral sedangkan kelumpuhan perifer
dan progresivitas inflamasi saraf facialis, Bell’s palsy dibedakan dalam 3 fase
yaitu :
infeksi Herpes Simpleks Virus (HSV). Inflamasi ini dapat meluas ke bagian
Edema pada saraf menghilang, tetapi pada beberapa individu dengan infeksi
berat, inflamasi pada saraf tetap ada sehingga dapat menyebabkan atrofi dan
2.1.6 Prognosis
Sekitar 75% pasien bell’s palsy sembuh sempurna dalam kurun waktu 2-3
yang buruk pada empat bulan dengan gangguan neurologis yang menetap dan
bentuk kosmetik yang jelek. Beberapa dari pasien ini mengalami penyembuhan
16
yang lambat. Selain kelemahan sisa, bentuk penyembuhan buruk lainnya yaitu
ditandai dengan adanya aktivasi involunter serangkaian otot wajah pada waktu
Dari studi kasus pada 1011 penderita bell’s palsy tanpa terapi medika
kemajuan pertama pada tonus dan gerak otot pada tiga minggu pertama. 15%
lainnya mengalami degenerasi komplit yang terdiri dari 11% tanda perbaikan
setelah tiga bulan, 3% pada bulan keempat, dan 1% sisanya pada bulan kelima
(Peitersen, 2002).
yang meliputi :
1. Usia lanjut (>55-60 tahun) prognosisnya kurang baik. Dan pada usia anak-
2001).
17
Kabat Exercise
juga merupakan jenis teknik rehabilitasi kontrol motorik yang didasarkan pada
kasus Bell’s palsy terbukti memberikan tingkat pemulihan yang lebih baik dan
cepat dibanding rehabilitasi yang hanya mengandalkan obat (Barbara et al., 2010).
Rehabilitasi kabat terdiri atas fasilitasi respons sukarela dari otot yang terganggu
melalui pola global dari seluruh bagian otot yang mengalami resistensi. Metode
ini sangat rasional untuk otot wajah, karena sebagian besar otot wajah berjalan
secara diagonal, dengan iradiasi yang mudah ke daerah wajah atas karena
skema motor yang mengaktifkan otot secara sinergis tidak dibedakan dari yang
stimulus respons dan melalui sistem motor umpan balik. Sedangkan dalam
otot biarticular dibedakan dari yang menghasilkan aktivasi otot–otot sinergis. Hal
kortikal yang lebih maju dibanding dengan aktivasi otot-otot sinergis (Monari et
al., 2016).
18
perekrutan neuromuscular.
berikut:
1. Resistance
adalah jumlah terbesar yang masih memungkinkan pasien untuk bergerak dengan
lancar tanpa adanya nyeri sampai batas lingkup gerak. Resistance harus
disesuaikan dengan seluruh polaa untuk mendukung pola komponen yang kuat
dan lemah.
Tujuan dari resistance ini adalah untuk membantu kontraksi otot-otot dan
gerak.
sebagai peningkatan fasilitasi atau inhibisi pada otot sinergis dan pola gerakan.
3. Manual Contact
kelompok otot agonis atau pada insersio tendonnya. Kontak ini memungkinkan
terapis untuk menerapkan tahanan pada kelompok otot yang tepat dan
19
memberikan aba-aba kepada pasien dengan arah gerakan yang diinginkan. Selain
itu, manual contact juga sebagai rangsangan sensoris pada kulit dan rangsangan
proprioceptive.
Pengontrolan gerakan pasien akan lebih efektif ketika terapis berada dalam
garis gerakan. Tubuh terapis harus sejalan dengan gerakan yang diinginkan, bahu
dan panggul terapis menghadap arah gerak, lengan dan tangan juga sejalan
gerakan. Resisten yang diberikan berasal dari tubuh terapis dengan menggunakan
5. Verbal
dilakukan dan kapan harus melakukannya. Instruksi yang diberikan harus tepat
6. Visual Contact
8. Stretch
Bell’s Palsy
Iskemik vaskular
Imunologi
Faktor herediter
Evaluasi:
- MMT
Kabat Exercise
- House Brackmann
Hasil:
- Meningkatkan kekuatan otot
- Meningkatkan kemampuan
fungsional otot wajah
-
21
SURAT PERNYATAAN
Cilacap,
Penulis,
TAUFIK NURAHMAN