Anda di halaman 1dari 23

MATERI KULIAH KE 5

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR


PERENCANAAN BENDUNG

5.1. Teori Dasar


 Bendung menurut istilah adalah bangunan utama yang konstruksinya
melintang/memotong suatu aliran sungai pada suatu jaringan irigasi yang berfungsi
menyadap air dengan tujuan memenuhi kebutuhan air irigasi dimana debit yang tersedia
mencukupi tetapi ketinggian yang ada tidak mencukupi.
 Pemilihan lokasi bendung mempertimbangkan aspek-aspek :
1. Keadaan topografi dari rencana daerah irigasi → semua daerah rencana irigasi dapat
terairi sehingga harus dilihat elevasi sawah tertinggi, bila elevasi sawah tertinggi
sudah diketahui tinggi mercu dapat ditetapkan.
2. Kondisi topografi dari lokasi bendung harus mempertimbangkan :
 Ketinggian bendung dari dasar sungai tidak boleh lebih dari 7 m untuk
memudahkan pelaksanaan pekerjaan.
 Trase saluran induk terletak ditanah yang baik → penggalian saluran induk
maksimal 8 m.
 Penempatan lokasi intake yang tepat dilihat dari segi hidrolik dan angkutan
sedimen.
3. Kondisi hidrolik dan morfologi sungai di lokasi bendung.
 Pola aliran sungai dan arahnya pada saat debit banjir sedang dan kecil.
 Kedalaman dan lebar muka air pada saat debit banjir, sedang dan kecil.
 Tinggi muka air saat debit banjir rencana.
 Potensi dan distribusi angkutan sedimen.
4. Kondisi tanah pondasi → tanah pondasi harus cukup kuat, potensi gempa, potensi
gerusan karena arus dsb.
5. Biaya pelaksanaan → berdasarkan alternative lokasi dicari biaya yang paling murah
serta pelaksanaanya yang tidak sulit.
6. Faktor-faktor lain → penggunaan lahan disekitar bendung, kemungkinan
pengembangan daerah, perubahan morfologi sungai, daerah genangan yang tidak
terlalu luas dan ketinggian tanggul banjir.
 Klasifikasi bendung :
a. Berdasarkan fungsi :
- Bendung penyadap digunakan sebagai penyadap aliran sungai untuk keperluan
irigasi, air baku dsb.
- Bendung pembagi banjir, dibangun dipercabangan sungai untuk mengatur muka
air sungai sehingga terjadi pemisahan antara debit banjir dan debit rendah sesuai
dengan kapasitasnya.
b. Berdasarkan tipe struktur :
- Bendung tetap.
- Bendung gerak.
- Bendung kombinasi.
c. Berdasarkan sifatnya :
- Bendung permanen seperti pasangan batu, beton dan kombinasi batu/beton.
- Bendung semi permanen seperti bendung bronjong, cerucuk kayu dan
sebagainya.
- Bendung darurat yang dibuat oleh masyarakat pedesaan, seperti tumpukan batu
dan sebagainya.
 Tata letak bendung dan perlengkapannya :
a. Tubuh bendung terdiri dari ambang tetap dan mercu bendung dengan bangunan
peredam energy.
b. Bangunan intake terdiri dari lantai/ambang dasar, pintu, dinding banjir, pilar
penempatan pintu, saringan sampah, jembatan pelayan, rumah pintu dan
perlengkapan lainnya.
c. Bangunan pembilas terdiri dari pilar penempatan pintu, pintu pembilas, jembatan
pelayan, saringan batu, rumah pintu dan perlengkapan lainnya.
d. Bangunan pelengkap antara lain tembok pangkal, sayap bendung, lantai hulu,
dinding tirai, pengarah arus, penangkap sedimen, tangga, penduga air dan
sebagainya.
 Data yang diperlukan :
1. Data topografi lokasi bendung.
2. Keadaan geoteknik untuk menentukan karakteristik pondasi sebagai berikut :
- Jenis batuan.
- Sudut geser dalam ().
- Spesifik gravity (GS).
- Kohesi (C).
- Void ratio (e) dalam prosen.
3. Keadaan hidrologi untuk menentukan debit maksimum yang melalui bendung.
4. Data morfologi untuk menentukan jumlah sedimen dasar dan sedimen layang
meliputi data :
- Diameter butir (mm).
- Pelaksanaan pembilasan (berapa minggu sekali).
- Kecepatan aliran saat pembilasan (m/det)
5. Karakteristik sungai :
- Q maksimum (Q100).
- Kedalaman air (m).
- Lebar sungai rata-rata (m)
- Panjang alur sungai utama (m).
6. Keadaan batas jaringan irigasi khususnya elevasi sawah tertinggi (m).

5.2. Perhitungan Kemiringan dan Kedalaman Sungai


a. Kemiringan dasar sungai rerata.
Elevasi Luas
No. Patok Jarak (m) (m) H (m) (m2)
Ukur Komulatif
1 P. 1 0 116.97 21.56
2 P. 2 50 50 116.23 20.82 1059.5
3 P. 3 50 100 115.71 20.3 1028
4 P. 4 50 150 114.99 19.58 997
5 P. 5 50 200 114.99 19.58 979
6 P. 6 50 250 113.21 17.8 934.5
7 P. 7 50 300 112.25 16.84 866
8 P. 8 50 350 111.69 16.28 828
9 P. 9 50 400 111.4 15.99 806.75
10 P. 10 50 450 111.32 15.91 797.5
11 P. 11 50 500 110.6 15.19 777.5
12 P. 12 65 565 108.89 13.48 931.775
13 P. 13 55 620 109.25 13.84 751.3
14 P. 14 57 677 104.43 9.02 651.51
15 P. 15 60 737 106.33 10.92 598.2
16 P. 16 43 780 105.85 10.44 459.24
17 P. 17 38 818 105.47 10.06 389.5
18 P. 18 95 913 105.18 9.77 941.925
19 P. 19 100 1013 104.72 9.31 954
20 P. 20 70 1083 102.85 7.44 586.25
21 P. 21 60 1143 102.29 6.88 429.6
22 P. 22 50 1193 100.78 5.37 306.25
23 P. 23 50 1243 100.11 4.7 251.75
24 P. 24 50 1293 100 4.59 232.25
25 P. 25 50 1343 99.83 4.42 225.25
26 P. 26 50 1393 98.31 2.9 183
27 P. 27 50 1443 98.1 2.69 139.75
28 P. 28 50 1493 97.83 2.42 127.75
29 P. 29 50 1543 96.56 1.15 89.25
30 P. 30 50 1593 95.41 0 28.75
Total 1593 17351.05

Perhitungan tabel diatas dilakukan dengan cara :


Hn = elevasi n – elevasi terkecil
Luas An = (Hn + Hn-1)/2. Ln
Dimana :
Hn = beda tinggi antara stasiun n dengan elevasi stasiun terendah (95,41 m)
An = luas penampang stasiun ke n
Ln = jarak antar stasiun
Dari tabel perhitungan didapat :
A = 17351,05 m2
L = 1593 m
ΣΔ𝐴 17351,05
Sehingga H rata-rata : ̅̅̅̅
∆𝐻 = 2 [ ΣΔ𝐿 1 ] = 2 [ 1593 ] = 21,78 𝑚
1

̅̅̅̅
ΔΗ 21,78
Kemiringan dasar sungai rata-rata adalah : 𝑆 = = = 0,013675
Σ𝐿 1593

b. Kedalaman sungai maksimum


Dalam menentukan kedalaman sungai maksimum perlu diketahui gambar penampang
melintangnya, setelah itu penampang melintang seluruh sungai dibagi menurut
kedalaman tertentu.
i) Keliling basah (P)
Dari tiap-tiap bagian penampang melintang dihitung penampang basahnya (P),
setelah itu hitung kecepatan (v) dengan cara Manning dan dihitung juga debit dari
aliran sungai terendah dasar sungai pada As bendung dengan persamaan :
Q = v. A
v = 1/n. R2/3. S1/2
dimana :
Q = debit (m3/det)
A = luas penampang (m2)
n = angka kekasaran Manning
v = kecepatan (m/det)
R = jari-jari hidrolis (m) = A/P
P = keliling basah (m)
S = kemiringan sungai
Contoh :
Dari data didapatkan n = 0,03 sampai 0,05 (untuk saluran alam)
Dalam perencanaan ini diambil :
A = b. h + z. h2, untuk z = 1 dan b = 40 m (menyesuaikan dengan lebar sungai)
Maka :
A = 40 h + 1 h2
P = b + 2h (1 + z2) = 40 + 2h 2
Dimana :
A = luas penampang (m2)
h = kedalaman air (m)
b = lebar dasar saluran (m)
P = keliling basah (m)
Asumsi :
h = 0,2 m
A = 40. 0,2 + 0,22 = 8,04 m2
P = 40 + 2. 0,2 2 = 40,566 m
R = A/P = 8,04/40,566 = 0,1982 m
V = 1/0,04. 0,19822/3.0,0136751/2 = 0,9938 m
Q = A. v = 8,04. 0,9938 = 7,99 m3/det
Tabel Perhitungan :
v Q
Elevasi (m) Y (m) A (m2) P (m) (m/det) (m3/det)
+ 110.00 0.00 0.00 40.00 0.00 0.00
+ 110.20 0.20 8.04 40.57 0.99 7.99
+ 110.40 0.40 16.16 41.13 1.57 25.34
+ 110.60 0.60 24.36 41.70 2.04 49.77
+ 110.80 0.80 32.64 42.26 2.46 80.33
+ 111.00 1.00 41.00 42.83 2.84 116.43
+ 111.20 1.20 49.44 43.39 3.19 157.67
+ 111.35 1.35 55.82 43.82 3.44 191.79
Ket : Elevasi +110,00 adalah dasar saluran yang telah diperbaiki
Dimana :
Y = kedalaman (m)
A = luas penampang (m2)
P = keliling basah (m)
V = kecepatan aliran (m/det)
Q = debit (m3/det)
Digambarkan dalam grafik hubungan Q-H

Grafik Hubungan Q-h


1.60
1.40
1.20
1.00
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00
5.3. Penentuan Elevasi Mercu Bendung
Elevasi mercu (crest) ditentukan oleh :
- Elevasi sawah tertinggi 114,10 m
- Tinggi genangan air disawah 0,15 m
- Kehilangan tinggi tekan dari saluran tersier ke sawah 0,10 m
- Kehilangan tinggi tekan dari saluran sekunder ke tersier 0,10 m
- Kehilangan tinggi tekan dari saluran primer ke sekunder 0,10 m
- Kehilangan tinggi tekan karena slope 0,10 m
- Kehilangan tinggi tekan karena alat ukur 0,40 m
- Kehilangan tinggi tekan dari sungai saluran primer 0,20 m
- Persediaan keluaran untuk eksploitasi 0,10 m
- Persediaan keluaran untuk bangunan bangunan lain 0,25 m
Persediaan keluaran elevasi mercu bendung 115,60 m
Mercu Bendung yaitu bagian teratas tubuh bendung dimana aliran hulu dapat melimpah ke hilir,
yang fungsinya sebagai penentu tinggi muka air minimum.
Bentuk Mercu Bendung Tetap
Tipe dan data bendung :
Di Indonesia pada umumnya digunakan dua tipe mercu untuk bendung pelimpah, yaitu tipe Ogee
dan tipe bulat. Kedua bentuk mercu tersebut dapat dipakai untuk konstruksi beton atau batu
maupun bentuk kombinasi dari keduanya. Adapun tipe ambang lebar lebih banyak digunakan
sebagai alat ukur ambang lebar.
a. Mercu tipe Ogee (SAF)
Mercu Ogee berbentuk tirai luapan bawah dari bendung ambang tajam aerasi, karenanya
mercu ini tidak akan memberikan tekanan sub atmosfer pada permukaan mercu sewaktu
bendung mengalirkan air pada debit rencana, untuk debit yang lebih rendah air akan
memberikan tekanan ke bawah pada mercu.
Bentuk mercu Ogee terdiri atas 4 tipe dengan bagian hulu mercu bervariasi sesuai dengan
kemiringan permukaan hlir seperti pada gambar.
b. Mercu bulat dengan satu atau dua jari-jari pembulatan
Bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisien yang jauh lebih rendah (44%)
dibandingkan bendung ambang lebar. Tipe ini banyak memberikan keuntungan karena
bangunan ini akan mengurangi tinggi muka air dihulu selama banjir. Harga koefisien debit
menjadi lebih tinggi karena lengkung stream line dan tekanan negatif pada mercu.

c. Mercu ambang lebar


Kelebihan mercu ambang lebar :
- Bentuk hidrolis luwes dan sederhana
- Konstruksi kuat, sederhana dn tidak mahal
- Benda-benda hanyut bias dilewatkan dengan mudah
- Eksploitasi mudah
Kelemahan mercu ambang lebar :
- Bangunan ini hanya dapat dipakai sebagai bangunan pengukur saja
- Agar pengukuran teliti aliran tidak boleh tenggelam

Pada perencanaan ini digunakan mercu bentuk tipe Ogee IV.


Perhitungan Hidrolika Bendung
Gambar dari mercu bendung :

+115,60 m

5,60 m

+110,0 m

Lebar Bendung
Pengertian lebar bendung adalah jarak tembok penguat yang satu dengan tembok sisi lain, lebar
bendung ialah lebar bendung total yang tidak dikurangi oleh tebal pilar dan pintu penguras.
Lebar Efektif adalah lebar sebenarnya yang telah diperhitungkan dengan koefisien pilar dan
koefisien kontraksi menurut rumus Civil Enggineering Dept. US Army :
Lebar Bendung :
L = L’ – 2 [N. Kp + Ka] He
L’ = B – b – Σ t
Dimana :

L = lebar efektif bendung

L’ = lebar bendung

N = jumlah pilar pada bendung

Kp = koefisien kontraksi pilar

Ka = koefisien kontraksi dinding samping

He = tinggi tekan total diatas mercu

B = Lebar dasar bendung

b = lebar pintu penguras


Σt = jumlah tebal pilar
Pada setiap bendung pasti terdapat bangunan penguras yang berfungsi untuk mengurangi jumlah
bahan padat yang masuk pintu pengambilan (intake).
Bangunan penguras biasanya diletakkan pada posisi tegak lurus As Bendung dengan maksud
supaya air yang mengalir melalui mercu bendung dapat dikurangi jumlah bahan padatnya lewat
bangunan penguras.
Data :
Lebar dasar bendung = 40 m
Jumlah pilar = 3 bh
Tebal pilar = 1,5 m
Lebar pintu penguras =4m
Kp = 0,01
Ka = 0,10
Maka :
L’ = 40 – 4 – (`1,5 x 3) = 31,5 m

Tinggi Muka Air Diatas Bendung


Gambar dari mercu bendung :

He

+115,60 m

5,60 m
+111,41 m
+110,0 m

+107,60 m

Langkah Perhitungan :
1. Asumsi Cd
2. Dari perhitungan Q 100 dan asumsi Cd = 1,3 dihitung Q = Cd. 2/3. 2/3g. He2/3. Be
3. Hitung P/He kemudian dari diagram dapat dicari C1.
4. Hitung He/R tergantung tipe mercu bendung didapat Co.
5. Dari P/He dan slope muka hulu dapat dicari C2.
6. Cd = Co. C1. C2
Jika tidak sama perhitungan diulangi lagi dengan mengubah asumsi Cd sampai Cd hitung
= Cd asumsi
Perhitungan :
1. Asumsi Cd = 1,3
2. Data :
Q = 102,9882 m2/det
g = 9,81 m/det2
L = L’ – 2 [N. Kp + Ka] He
Dimana :
L’ = lebar bendung 31,5 m
n = jumlah pilar = 3
Kp = koefisien kontraksi pilar 0,01
Ka = Koefisien kontraksi pangkal bendung = 0,1
He = tinggi energi diatas mercu (m)
Maka :
3⁄
102,9882 = 1,3. 2⁄3 . √2⁄3 . 9,81. 𝐻𝑒 2 [40 − 2(3.0,01 + 0,2)𝐻𝑒 ]

102,9882 = 2,2152335 (40-0,26 He)He3/2


102,9882 = 88,60934 He3/2 – 0,57596 He 5/2
He = 1,11 m
3. Dari He maka didapat He/R, maka He/R = 2,222 sehingga Co = 1,34
4. Dari He maka didapat P/He, maka P/He = 5,045 sehingga C1 = 1,02
5. Dari He maka didapat P/He dan slope muka hulu 1 : 1 didapat C2 = 0,982
6. Dari data diatas didapat : Cd = Co. C1. C2 = 1,34. 1,02. 0,982 = 1,3422
Kesimpulan Cd asumsi = 1,3 cukup valid
Dari hasil perhiungan tersebut maka lebar efektif bendung :
L = L’ – 2 [N. Kp + Ka] He
L = 31,5 – 2 (3 x 0,01 + 0,1) 1,11
L = 31,2114 m  31,2 m
Desain Mercu bendung tipe Ogee IV :
V = Q/a = 109,988/(31,2 x 1,11) = 3,809 m/det
Hd = He – v2/2g = 1,11- 3,8092/(2. 9,81) = 0,371 m
R = 0,45. Hd = 0,45. 0,371 = 0,167 m
x1,776 =1,873. Hd0,776. y = 1,873. 0,3710,776. y
y = 1/0,851. x 1,776 = 1,175. x 1,776
Perhitungan selanjutnya ditabelkan :
x y
0 0
0.913158 1
1.349102 2
1.6951 3
1.993167 4
2.260009 5
2.504345 6
2.731426 7
2.94471 8

Gambar desain mercu ogee tipe IV :


Profil Muka Air Diatas Bendung
Perhitungan ini berdasarkan persamaan :
𝑣𝑧 = √2𝑔. (𝑧 + 𝐻𝑑 + 𝑌𝑧 )
Q
= vz . Yz
L
vz
Fz =
√g. Yz
𝑄
0 = √2𝑔. (𝑧 + 𝐻𝑑 + 𝑌𝑧 ) −
𝑌𝑧 . 𝐿
Dimana :
Q = debit banjir rencana = 109,988 m3/det
L = lebar bendung = 31,2 m
Hd = tinggi muka air diatas mercu bendung = 0,371 m
vz = kecepatan pada titik sejauh z
Yz = kedalaman air pada titik sejauh z
Fz = bilangan Froude pada titik sejauh z
Untuk z = 1 m.
109,988
0 = √2. 9,81. (1 + 0,371 + 𝑌𝑧 ) −
𝑌𝑧 . 31,2
Dengan cara coba-coba didapatkan :
Yz = 0,5711 m
vz = 6,17275 m/det
Fz = 2,60788
El. Lereng bendung = + 114,6 m
El. Muka Air = + 115,171 m
Cara menghitungnya :
1. Dengan mengambil harga z.
2. Dengan coba-coba didapatkan harga Yz.
3. Kemudian harga vz dan Fz dicari.
4. El. Lereng bendung = El. Puncak bendung – z.
5. El. Muka air = El. Lereng bendung + Yz.
Perhitungan selanjutnya ditabelkan.
El.
Lereng El. Muka
z (m) Yz (m) vz (m) Fz
Bendung Air (m)
(m)
0 0.7512654 4.692425 1.728487 115.6 116.3513
1 0.5711 6.172748 2.607882 114.6 115.1711
2 0.47201 7.468605 3.470799 113.6 114.072
3 0.40933 8.61226 4.297796 112.6 113.0093
4 0.36568 9.640277 5.089843 111.6 111.9657
5 0.33323 10.57905 5.851134 110.6 110.9332
6 0.307955 11.44731 6.586054 109.6 109.908
7 0.287585 12.25814 7.29805 108.6 108.8876
8 0.270734 13.02111 7.989912 107.6 107.8707

Gambar profil aliran diatas pelimpah :

Jari-jari kelengkungan lereng bagian hilir harus memenuhi syarat R > 4. h1 sehingga R = 4.
0.270734 = 1,0829 sehingga dapat direncanakan R = 2 m.

Pemilihan Kolam Olakan


Jenis kolam olakan yang ada :
1. Kolam Olakan SAF (Lab. St. Anthony Falls Univ. Minessota) untuk Fr = 1,7 sd Fr = 17
digunakan pada struktur yang kecil.
2. Kolam Olakan USBR II untuk Fr > 4,5 digunakan pada dam tinggi, dam tanah dan
struktur-struktur besar.
3. Kolam Olakan USBR IV untuk Fr = 2,5 sd Fr = 4,5 digunakan pada struktur kanal dan
bendungan pengelak (hanya dapat digunakan pada penampang melintang persegi
panjang.
Diketahui kecepatan teoritis pada kaki pelimpah bagian hilir 13,021 m/det dan Fr sebesar
7,989 dengan demikian digunakan USBR II.
Desain Kolam Olakan :
Persamaan kedalaman muka air pada kolam olakan mengikuti persamaan sebagai berikut :
ℎ2 1
= 2 (√1 + 8 𝐹𝑟𝑗2 − 1)
ℎ𝑗

Dengan :
hj = kedalaman air pada kaki pelimpah (m) = 0,270734 m
h2 = kedalaman air pada kolam olakan (m)
Frj = bilangan Froude pada kedalaman hj = 7,989912
Sehingga :
0,270734
h2 = (√1 + 8. 7,9899122 − 1) = 2,92677 m
2
Panjang loncatan merupakan fungsi dari bilangan Froude dan dari gambar didapatkan :
Frj = 7,989912
Lc/h2 = 6,12
Lc = 6,12. 2,92677 = 17,9 m  18 m

Gambar hubungan antara bilangan Froude dengan panjang loncatan


Profil loncatan pada kolam olakan mengikuti persamaan sebagai berikut :
𝑋
= 5,08. 𝐹𝑟𝑗 − 7,82
ℎ𝑗
Dengan :
X = panjang loncatan empiris sampai kedalaman 0,75 (h2 – hj)
hj = kedalaman air dibagian hulu kolam olakan = 0,270734 m
h2 = kedalaman air dibagian hilir kolam olakan = 2,92677
Frj = bilangan Froude = 7,989912 (super kritis)
Sehingga :
X = (5,08. 7,989912- 7,82) 0,270734 = 8,871 m  9 m
h = 0,75. (2,92677 – 0,270734) = 1,992 m  2 m
X. 1,992 = 8,871. h
Selanjutnya perhitungan ditabelkan :
X (m) h (m)
0.5 0.112275955
1 0.224551911
2 0.449103821
3 0.673655732
4 0.898207643
5 1.122759554
6 1.347311464
7 1.571863375
8 1.796415286
9 2.020967196

Profil ambang ujung :


- Tinggi ambang ujung : n1 = 0,2. h2 =0,2. 2,92677 = 0,585 m  0,6 m
- Lebar ambang ujung : n2 = 0,02. h2 =0,2. 2,92677 = 0,0585 m  0,06 m
Ambang ujung dibuat miring dengan perbandingan 1 : 2 (tipe USBR)

Tirai Kedap Air (sheet pile) :


Dipasang tirai kedap air dari baja sepanjang 5 m.
- Tirai kedap air yang dipasang dibagian hulu pelimpah berfungsi untuk memperpanjang
trayektori aliran sehingga akan memperkecil gaya angkat yang disebabkan oleh aliran
rembesan air.
- Tirai kedap air yang dipasang pada bagian hilir berfungsi untuk melindungi ambang ujung
dari gerusan.
Kontrol terhadap panjang tirai kedap air dengan persamaan sebagai berikut :
𝐿𝑏
+ Σ𝑙
𝐶𝑟 ≤ 3
Δ𝐻
Dengan :
Cr = nilai rayapan (untuk lempung lunak = 3)
Lb = panjang total bendung (16 m)
Σl = panjang total lintasan air rembesan yang melalui tirai kedap air (16 m+10 m+18 m = 44 m)
ΔH = perbedaan elevasi muka air dihulu dan dihilir bendung (1,11 m + 5,6 m - 0,27 m = 6,44 m)
Sehingga perhitungannya :
16
+ 44
𝐶𝑟 ≤ 3 = 7,66
6,44
Sehingga rencana tirai kedap air 5 m sudah memenuhi.
Tebal lantai lindung :
dx ≥ Fs. (Px – hx. w)/
dengan :
dx = tebal lantai pada titik x (m)
Px = gaya angkat pada titik x (ton/m2)
hx = kedalaman air pada titik x (=0.270734 m)
berat jenis bahan (pasangan batu 2,2 ton/m3)
Fs = faktor keamanan 1,5
w = berat jenis air (1 ton/m3)
Sehingga perhitungannya :
dx ≥ 1,5. (Px – hx. w)/

Analisis Stabilitas
Gaya-gaya yang bekerja pada bangunan pelimpah antara lain adalah :
a. Tekanan air, dalam (hidrostatis) dan luar (hidrodinasmis);
b. Tekanan lumpur (sediment pressure);
c. Gaya gempa;
d. Berat bangunan;
e. Reaksi pondasi.
Catatan :
Gaya-gaya yang bekerja dihitung pada dua kondisi yaitu kondisi kosong dan kondisi banjir.
Penjelasan :
a. Tekanan air dalam (hidrostatis), persamaan yang digunakan :
𝐿𝑥
𝑃𝑥 = 𝐻𝑥 − ∆𝐻
𝐿
Dimana :
Px = gaya angkat pada x (kg/m2);
L = panjang total bidang kontak bendung dan tanah bawah (m);
Lx = jarak sepanjang bidang kontak dari hulu sampai x (m);
ΔH = beda tinggi energy (m);
Hx = tinggi energy dihulu bendung.
Bidang yang membentuk sudut 45o terhadap bidang horisontal dianggap vertikal.
Contoh perhitungan :

0
3m
Hx
ΔH
1 8m
6m

4 5 2m
H 14 0,5 m
2 3 6 7 1m
8 9 1m hx
10 1m 11 h

12 13
4m 11 m
1m
Tabel Perhitungan Tekanan Air Pada Tubuh Bendung
Titik jarak Panjang rembesan (m) Hx H Px
1/3
(m) vertikal horisontal horisontal Lx (m) (m) ton/m2
0 0 0 0 0.000 0.000 0 5.5 0.000
1 3 0 0 0.000 0.000 3 5.5 3.000
2 2 2 0 0.000 2.000 5 5.5 4.132
3 1 2 1 0.333 2.333 5 5.5 3.987
4 1 3 1 0.333 3.333 4 5.5 2.553
5 1 3 2 0.667 3.667 4 5.5 2.408
6 1 4 2 0.667 4.667 5 5.5 2.974
7 1 4 3 1.000 5.000 5 5.5 2.829
8 1 5 3 1.000 6.000 6 5.5 3.395
9 1 5 4 1.333 6.333 6 5.5 3.250
10 1 6 4 1.333 7.333 7 5.5 3.816
11 6 6 10 3.333 9.333 7 5.5 2.947
12 1 7 10 3.333 10.333 8 5.5 3.513
13 1 7 11 3.667 10.667 8 5.5 3.368
14 2.5 9 11 3.667 12.667 5.5 5.5 0.000

Tekanan air luar (hidrodinamis) dengan persamaan sebagai berikut :


Pw = ½. w. h2 = ½. 1. 32 = 4,5 ton/m2
y = 1/3. h = 1/3. 3 = 1 m
Tekanan air pada tubuh pelimpah ditinjau pada 3 kondisi :
a. Kondisi kosong; dan
b. Kondisi penuh.
b. Tekanan lumpur (tekanan air dinamis) :
Untuk menghitung besarnya tekanan sedimen yang bekerja pada tubuh bendung digunakan
persamaan sebagai berikut :
7
𝑃𝑑 = . ℎ22 . 𝑘ℎ . 𝛾𝑤 . (1 − 𝑧1/2 )
12
3
1 − . (1 − 𝑧 2,5 )
𝑦 = ℎ2 . 5
1 − 𝑧1,5
Dengan :
h1 = tinggi muka air diatas pelimpah (m)
h2 = tinggi air dihulu bendung (m)
z = perbandingan h1/h2
w = berat jenis air (1 ton/m2)
y = jarak terhadap pusat tekanan (m)
Kh = koefisien gempa (0,15)
Contoh perhitungan :
Pada kondisi kosong :
h1 = 0 m
h2 = 3 m
z = 0/3 = 0
w = 1 ton/m2
Kh = 0,15
7
𝑃𝑑 = . 32 . 0,15.1. (1 − 01/2 ) = 0,7875 𝑡𝑜𝑛/𝑚2
12
3
1− .(1−02,5 )
5
𝑦 = 3. = 1,2 m
1−01,5

c. Beban yang bekerja pada tubuh pelimpah


Gn =  Vn. 
Dengan :
Gn = berat total (ton)
Vn = volume pias (m3)
 = berat jenis material (ton/m3)

d. Tekanan tanah

Gambar diagram tekanan tanah


a. Tekanan tanah aktif
Pa = ½. Ka. . (h – z0)2
b. Tekanan tanah pasif
Pp = ½. Kp. . h2 + 2c. Kp1/2. h
Dengan :
Pa = tekanan tanah aktif (ton/m2)
Pp = tekanan tanah pasif (ton/m2)
Ka = koefisien tekanan tanah aktif
= (1 – sin )/(1 + sin )
Kp = koefisien tekanan tanah pasif
= 1/Ka
 = sudut geser dalam tanah (o)
 = berat jenis tanah (ton/m3)
C = angka kohesi bahan (ton/m2)
K = kedalaman dari tekanan (m)
z0 = 2c/(Kp1/2)

Gambar gaya-gaya yang bekerja pada tubuh bendung

Analisis stabilitas bendung :


1. Kestabilan terhadap guling
- Kondisi normal
Fs = Mt/Mg ≥ 1,5
- Kondisi gempa
Fs = Mt/Mg ≥ 1,1
2. Kestabilan terhadap geser
- Kondisi normal
(𝑐.𝐴+ ∑𝑅𝑣 .tan 𝜃 )
𝐹𝑠 = ≥ 1,5
∑𝑅ℎ

- Kondisi gempa
(𝑐.𝐴+ ∑𝑅𝑣 .tan 𝜃 )
𝐹𝑠 = ≥ 1,1
∑𝑅ℎ

3. Kestabilan terhadap daya dukung tanah


∑𝑀𝑡 − ∑𝑀𝑔 𝐿
𝑒=[ − ]
∑𝑅𝑣 2
Besarnya reaksi daya dukung tanah :
1. Jika titik tangkap gaya resultan terletak didalam batas 1/6 dari tepi dasar masing-masing sisi
maka :
∑𝑅𝑣 6. 𝑒
𝜎= [1 + ]
𝐴 𝐵
2. Jika titik tangkap gaya resultan terletak diluar batas 1/6 dari tepi dasar masing-masing sisi
maka :
2∑𝑅𝑣
𝜎=
3. 𝐿(𝐵⁄2 − 𝑒)
Besarnya daya dukung izin dapat dicari dengan persamaan :
𝑞𝑢
𝑞𝑎 = + 𝛾. 𝑧
𝐹𝑠
Sedangkan daya dukung batas dapat diketahui dari persamaan :
qu = . c. Nc + z. . Nq + . . B. N
dengan :
Fs = angka keamanan
C = angka kohesi (ton/m2)
A = luas pembebanan (m2)
 = sudut geser antara pondasi dengan tanah pondasi (o)
Mt = momen penahan (ton. m)
Mg = momen guling (ton. m)
Rv = gaya vertical (ton)
L = panjang konstruksi (m)
Rh = gaya horizontal (ton)
e = eksentrisitas (m)
B = lebar dasar pondasi (m2)
qu = daya dukung batas (ton/m2)
qa = daya dukung tanah yang diizinkan (ton/m2)
 = faktor bentuk pondasi
Nc, N, Nq = koefisien daya dukung yang tergantung dari sudut geser dalam tanah
z = kedalaman pondasi (m)
 = berat jenis tanah (ton/m3)
 = besar reaksi daya dukung tanah (ton/m3)

Tabel faktor bentuk telapak pondasi


Bentuk  
Jalur/strip 1,0 0,5
Bujursangkar 1,3 0,4
Segi empat (L x B) 1,09 + 0,21 B/L 0,4
Lingkaran (diameter = B) 1,3 0,3

Tabel koefisien daya dukung dari ohsaki


 Nc N Nq
0 5,3 0 1,0
5 5,3 0 1,4
10 5,3 0 1,9
15 6,5 1,2 2,7
20 7,9 2,1 3,9
25 9,9 3,3 5,6
28 11,4 4,4 7,1
32 20,9 10,6 14,1
36 42,2 30,5 31,6
40 95,7 115,7 81,3
45 172,3 325,8 173,3
50 347,5 1073,4 415,1

Tabel Koefisien Gempa di Indonesia

Contoh perhitungan :

30 cm

70 cm
40 cm

20 cm

60 cm
Diketahui :
 = 10o
 batu = 2,2 ton/m3
c = 1,2 ton/m2
 dry = 1,28 ton/m3
 sat = 1,715 ton/m3
Untuk kondisi  = 10o maka :
1. Tekanan Tanah :
1−𝑠𝑖𝑛10𝑜
𝐾𝑎 = (1+sin 10𝑜 )= 0,70409
1 1
𝐾𝑝 = 𝐾𝑎 = 0,70409 = 1,42028
2.1,2
𝑧0 = 1,28. = 1,57331 m
√1,42028
1 1
𝑃𝑎 = . 𝐾𝑎. 𝛾. (ℎ − 𝑧0 )2 = . 0,70409. 1,28. (0,9 − 1,57331)2 = 0,2043 𝑡𝑜𝑛/𝑚2
2 2
1 1
𝑦𝑃𝑎 = 3 (ℎ − 𝑧0 ) = 3 (0,9 − 1,17425) = −0,0914 m (tek. tanah aktif diabaikan)
1 1/2 1
𝑃𝑝 = . 𝐾𝑝 . 𝛾. ℎ2 + 2𝑐. 𝐾𝑝 . ℎ = . 1,42028.1,715. 0,22 + 2.1,2. 1,420281/2 . 0,2 = 0,6208 𝑡𝑜𝑛/𝑚2
2 2
5
𝑦𝑃𝑝 = . 0,2 = 0,0833 𝑚
12

2. Tekanan Air :
1 1
𝑃𝑎𝑖𝑟 = . 𝛾𝑎𝑖𝑟 . ℎ2 = . 1. 0,42 = 0,08 𝑡𝑜𝑛/𝑚2
2 2
1 1
𝑦𝑎𝑖𝑟 = . ℎ = . 0,4 = 0,1333 𝑚
3 3

3. Tekanan Berat Konstruksi :


1
𝐺1 = 𝑉1 . 𝛾1 = . 0,7. 0,3. 2,2 = 0,231 𝑡𝑜𝑛/𝑚2
2
1
𝑦𝐺1 = . 0,7 + 0,2 = 0,4333 𝑚
3
1
𝑥𝐺1 = 0,3 + . 0,3 = 0,4 𝑚
3
𝐺2 = 𝑉2 . 𝛾2 = 0,7. 0,3. 2,2 = 0,462 𝑡𝑜𝑛/𝑚2
1
𝑦𝐺2 = . 0,7 + 0,2 = 0,55 𝑚
2
1
𝑥𝐺2 = . 0,3 = 0,15 𝑚
2
𝐺3 = 𝑉3 . 𝛾3 = 0,6. 0,2. 2,2 = 0,264 𝑡𝑜𝑛/𝑚2
1
𝑦𝐺3 = . 0,2 = 0,1 𝑚
2
1
𝑥𝐺3 = . 0,6 = 0,3 𝑚
2

4. Tekanan Air Dinamis :


7 2 7
𝑃𝑑 = . ℎ . 𝑘ℎ . 𝛾𝑤 . (1 − 𝑧1/2 ) = . 0,42 . 0,15.1. (1 − 01/2 ) = 0,014 𝑡𝑜𝑛/𝑚2
12 12
3 3
1 − . (1 − 𝑧 2,5 ) 1 − . (1 − 02,5 )
𝑦 = ℎ. 5 = 0,4. 5 = −0,2 𝑚 (𝑡𝑒𝑘. 𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑖𝑛𝑎𝑚𝑖𝑠 𝑑𝑖𝑎𝑏𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛)
1 − 𝑧1,5 1 − 01,5
Selanjutnya perhitungan ditabelkan :
Perhitungan Gaya Vertikal, Gaya Horisontal, Momen Tahan dan Momen Guling yang
bekerja pada dinding penahan

Tekanan Tekanan Momen Momen


Pias Kh Horisontal Vertikal x (m) y (m) Tahan Guling
(ton/m^2) (ton/m^2) (ton. m) (ton. m)
Pp 0,6208 0,0833 0,051713
P air 0,08 0,1333 0,010664
G1 0,15 0,03465 0,231 0,4 0,4333 0,0924 0,015014
G2 0,15 0,0693 0,462 0,15 0,55 0,0693 0,038115
G3 0,15 0,0396 0,264 0,3 0,1 0,0792 0,00396
Total 0,84435 0,957 0,2409 0,119465

Stabilitas Guling : 2,016482 > 1,1 (kondisi penuh ada gempa)


3,86202271 > 1,5 (kondisi penuh tanpa gempa)
Stabilitas Geser : 1,58758964 > 1,1 (kondisi penuh ada gempa)
1,91278726 > 1,5 (kondisi penuh tanpa gempa)
Untuk  = 10; Nc = 5,3; N = 0; Nq = 1,9 (tabel)
Bentuk pondasi segi empat maka :
= 1,125
= 0,4
Daya dukung batas qu = 60,2767 ton/m^3
Daya dukung izin qa = 20,4352333 ton/m^3
Stabilitas daya dukung tanah :
eksentrisitas -0,1731092 < 0,1 (kondisi penuh ada gempa)
 maks -1,1660914 < 20,43523

eksentrisitas -0,1134552 < 0,1 (kondisi penuh tanpa gempa)
 maks -0,2146107 < 20,43523

Anda mungkin juga menyukai