1. Sejarah
Atresia oesophagus pertama kali ditemukan oleh Hirscprung seorang ahli anak
dari Copenhagen pada abad 17 (1862) dengan adanya lebih kurang 14 kasus atresia
telah dimulai pada abad ke 17, namun penanganan bedah terhadap anomali tersebut tidak
berubah sampai tahun 1869. Baru pada tahun 1939, Leven dan Ladd telah berhasil
menyelesaikan penanganan terhadap atresia oesophagus. Lalu tahun 1941 seorang ahli
bedah Cameron Haight dari Michigan telah berhasil melakukan operasi pada atresia
oesophagus dan sejak itu pulalah bahwa atresia oesophagus sudah termasuk kelainan
2. Pengertian
Jenis : dengan atau tidak dengan fistula trakeo-oesophagus. 90% ujung oesophagus
buntu. 1/4 - 1/3 oesophagus bagian bawah berhubungan dengan trakea setinggi karina.
90% tidak mempunyai fistula dan sisanya bermacam-macam bentuk. Kelainan lumen
sering disertai kelainan bawaan lain seperti kelainan jantung, kelainan gastrointestinal
jumlah kasus atresia oesophagus tidak berhubungan dengan ras tertentu. Namun dari
suatu penelitian didapatkan bahwa insiden atresia oesophagus paling tinggi ditemukan
pada populasi kulit putih (1 kasus per 10.000 kelahiran), dibandingkan dengan populasi
Pada jenis kelamin laki-laki memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan pada
peremuan adalah sebesar 1,2, atresia oeshopagus dan fistula trakeoesophagus adalah
kelinan bawaan pada neonates yang didiagnosis pada waktu-waktu awal kehidupan.
Beberapa penelitin menjelaskan hubungan Antara resiko atresia oesophagus dan umur
ibu. Insiden atresia oeshopagus lebih tinggi pada ibu yang usianya lebih muda dari 19
3. Klasifikasi
a. Kalasia
Adalah kelainan yang terjadi pada bagian bawah oesophagus, pada persambungan
dengan lambung, yang tidak dapat menutup rapat sehingga bayi sering regurgitasi bila
dibaringkan.
b. Akalasia
Adalah kelainan yang terjadi pada bagian distal oesophagus yang tidak dapat
membuka dengan baik sehingga terjadi keadaan seperti stenosis atau atresia.
Penyebab akalasia adalah adanya kartilago trakea yang tumbuh ektopik pada
4. Penatalaksanaan
a. Subyektif Informasi dari ibu diketahui terdapat riwayat hidramnion (60% kejadian)
1) Segera setelah lahir neonatus mengeluarkan sekresi oral yang tidak dapat
ditelan.
2) Hipersalivasi.
trakeooesophagus.
5) Jika neonatus diberi minum dapat menyebabkan bayi bersin, batuk dan
tercekik, namun tidak terjadi demikian pada neonatus dengan BBLR, tetapi
6) Pemberian minum dapat menyebakan tersedak dan gumoh, karena cairan tidak
5. Assesment
6. Planning
a. Jaga posisi bayi setengah duduk, untuk mencegah regurgitasi cairan lambung ke paru.
b. Lakukan penghisapan sekret sewaktu-waktu, karena sekret terkumpul di mulut, faring
dan oesophagus yang buntu. Jika sekret tidak segera dihisap dapat menyebabkan
pnemonia aspirasi.
menutup fistula.
1) Dismotil i tas oesophagus. Hal ini terjadi karena kelemahan otot dinding
oesophagus.
5) Kesulitan bernapas dan tersedak. Hal ini terjadi karena alam tertahannya makanan
6) Batuk kronis.
(Maryanti, Dwi.dkk. 2011. Buku Ajar Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta:trans info medika)
ATRESIA ESOFAGUS
Definisi Atresia berarti buntu, dengan demikian atresia esofagus adalah kelainan bawaan di mana
ujung saluran esofagus buntu, biasanya sebanyak 60% disertai dengan hidramnion.
Gambaran Klinis
Atresia menyebabkan saliva terkumpul pada ujung bagian esofagus yang buntu. Apabila terdapat
tistula, maka saliva ini akan mengalir ke luar atau masuk ke dalam trakea. Hal ini akan lebih
berbahaya apabila saliva mengalir melalui fistula trakeo-esofagus karena cairan saliva akan
masuk ke dalam paru. Kelainan ini biasanya baru diketahui setelah bayi berumur 2-3 minggu
dengan gejala muntah proyektil beberapa saat setelah minum susu. Pada pemeriksaan fisik yang
dilakukan setelah bayi menyusui akan ditemukan gerakan peristaltik lambung karena ada usaha
melewatkan makanan melalui daerah yang sempit di pilorus. Tidak jarang teraba tumor saat
ditemukannya peristaltic.
Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada penderita atresia esophagus adalah:
2. Liur berbuih
5. Bayi akan mengalami batuk seperti tercekik saat bayi diberi minum
1. Posisikan bayi setengah duduk apabila atresia esophagus di sertai fistula.namun apabila
atresia tidak disertai fistula bayi diposisikan dengan kepala lebih rendah (trendelenburg)
3. Berikan perawatan seperti bayi normal lainnya, seperti pencegahan hipotermi, pemberian
5. Lakukan informed consent dan informed choice kepada keluarga untuk melakukan
(Dewi,Vivian Nanny Lia. 2010, Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:Salemba Medika)