JMP Online
Vol 2, No. 2, 191-204.
Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online) © 2018 Kresna BIP.
e-ISSN 2550-0481
URL : http://e-jurnalmit rapendidikan.co m
p-ISSN 2614-7254
Willgraf Tuhenay
Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Pattimura, Ambon
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah- masalah mengenai gizi sering dijumpai di Indonesia, namun masalah
yang paling umum dijumpai adalah anemia akibat kurangnya zat besi. Tubuh kita tidak
hanya membutuhkan vitamin, protein, lemak, karbohidrat, gula dan zat gizi lainnya
tapi juga membutuhkan zat besi dalam proses pembentukan sel darah merah. Ole h
karena itu masalah kekurangan zat besi perlu mendapatkan perhatian yang besar.
Masalah anemia gizi ini dapat diatasi dengan cara mengkonsumsi bahan makanan yang
mengandung zat besi, seperti sayur-sayuran hijau. Daun singkong merupakan sayuran
yang memiliki banyak kandungan gizi salah satunya adalah zat besi (Agoes, 2010).
Singkong (Manihot esculenta Crantz) sudah lama dikenal dan ditanam oleh
penduduk di dunia. Di Indonesia, singkong merupakan bahan pangan yang masih
menjadi alternatif dibandingkan bahan pangan yang lain (Bargumono, 2013). Bagian
singkong yang dapat dimanfaatkan adalah umbi dan daunnya. Umbinya dikenal luas
sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat. Daging umbinya berwarna putih dan
kuning. Umbi singkong tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin.
Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya
asam sianida yang bersifat racun bagi manusia (Anonim, 2008).
Selain umbi yang dapat digunakan, bagian daun-daun muda (pucuk) juga sering
dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam membuat berbagai sayuran. Pemanfaatan
daun singkong sebagai sayuran, disebabkan karena rasanya yang gurih juga
mengandung zat besi. Daun singkong masih banyak ditemukan dan mudah dijangkau
oleh masyarakat Maluku, hal ini dikarenakan luasnya lahan yang mampu digunakan
sebagai areal perkebunan. Jenis singkong yang umumnya dikonsumsi masyarakat
Maluku adalah singkong putih (varietas Mangi) dan singkong kuning (varietas Adira
1). Daun singkong yang sering dipakai sebagai sayuran adalah varietas Mangi karena
lebih banyak ditemukan serta struktur daunnya tidak berbulu dan tidak kasar
dibandingkan dengan Adira 1. Kebiasaan masyarakat dalam mengolah daun singkong
sebagai sayuran adalah dengan melakukan perebusan selama 10- 15 menit terlebih
dahulu. Tujuan perebusan adalah agar daun singkong menjadi empuk dan lunak
sehingga mudah dicerna oleh tubuh. Namun demikian, proses perebusan atau
pemasakan dengan waktu yang tidak sesuai dapat memberikan perubahan terhadap
ketersediaan zat gizi yang terkandung didalamnya termasuk zat besi selama proses
pengelolahan (Winarno, 2008). Berdasarkan lama waktu perebusan yang dilakukan
oleh masyarakat maka saya menggunakan waktu 5 menit, 10 menit dan 15 menit
sebagai waktu perlakuan.
Pada penelitian Hetaria, (2012) sebelumnya telah menggunakan pengaruh lama
perebusan terhadap kandungan vitamin C dan vitamin B1 pada daun singkong varietas
Mangi (Manihot esculenta Crantz). Hasil yang diperoleh dari peneliti adalah semakin
lama waktu perebusannya, semakin banyak pula kandungan vitamin yang hilang.
Sehingga dari hasil penelitian tersebut disarankan kepada masyarakat untuk memasak
atau melakukan perebusan daun singkong sebaiknya menggunakan lama waktu
perebusan 5 menit. Merujuk pada hasil penelitian sebelumnya, maka saya tertarik
untuk meneliti tentang pengaruh lama perebusan terhadap kandungan zat besi.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka yang menjadi
permasalahan di dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh lama perebusan
terhadap kandungan zat besi daun singkong varietas Mangi ?.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama perebusan terhadap
kandungan zat besi daun singkong varietas Mangi.
KAJIAN PUSTAKA
Daun Singkong
Daun singkong adalah salah satu bagian tanaman singkong yang umumnya
digunakan sebagai bahan makanan manusia. Daun singkong dikenal banyak
mengandung kalori, protein, fosfor, hidrat arang dan zat besi. Kandungan vitamin
dalam daun singkong terdiri dari vitamin A, B1, dan vitamin C. Selain itu daun
singkong mengandung tannin dan sejumlah fitofarmaka yang sangat baik untuk
menjaga daya tahan tubuh maupun mengatasi sejumlah penyakit (Anonim, 2011).
Melihat begitu banyak manfaat dari daun singkong, apalagi daun ini harganya
cukup ekonomis. Manfaat daun singkong sebagai obat antara lain a nti kanker,
mencegah konstifasi dan anemia, serta meningkatkan daya tahan tubuh. Kandungan
vitamin A dan C pada daun singkong berperan sebagai antioksidan yang mencegah
proses penuaan dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit.
Kandungan kalsium yang tinggi sangat baik untuk mencegah penyakit tulang seperti
rematik dan asam urat. Selain itu kandungan zat besi pada daun singkong juga sangat
membantu dalam pembentukan sel-sel darah merah sehingga mengurangi penyakit
Anemia. Pada penelitian daun singkong mengandung cuprofilin yang mampu
menurunkan kolesterol, trigliserida, lipida serum darah secara nyata. Cuprofilin pada
daun singkong terdapat pada klorofilnya. Klorofil dan beberapa turunannya memiliki
daya antioksidan dan anti kanker (Anonim, 2011).
Dari berbagai analisis disebutkan, daun singkong dapat membantu mengubah
karbohidrat menjadi energi, membantu pemulihan kulit dan tulang, meningkatkan daya
ingat, kinerja otak, dan metabolisme asam amino lain. Daun singkong juga memiliki
serat yang cukup tinggi sehingga dapat membantu melancarkan buang air besar, untuk
meredakan demam, sakit kepala, diare, mata sering kabur dan juga dapat menambah
nafsu makan. Daun singkong yang dikonsumsi secara rutin juga dapat mencegah
aterosklerosis (penimbunan lemak di dinding pembuluh darah) yang bisa berdampak
pada serangan jantung (Anonim, 2011).
Taksonomi Singkong
Dalam sistematika tumbuhan, singkong termasuk ke dalam kelas
Dicotyledonae, singkong berada dalam famili Euphorbiaceae yang mempunyai nilai
komersial, seperti karet (Hevea brasilisiensis), jarak (Ricinus comunis dan Jatropha
curcas), umbi- umbian (Manihot spp), dan tanaman hias (Euphorbia spp). Klasifikasi
tanaman singkong adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Class : Dycotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Family : Euphorbiacae
Genus : Manihot
Species : Manihot esculenta Crantz (Bargumono, 2013).
Sayuran hijau juga merupakan sumber zat besi yang baik, meskipun tidak
sebaik sumber zat besi yang berasal dari hewan, karena sayuran hijau yang diabsorbsi
dari tubuh lebih rendah dibandingkan sumber zat besi yang berasal dari hewan
(Husaini dan Karyadi, 1989). Menurut Miller (1958) bahwa dalam sel tanaman, zat
besi terdapat dalam kloroplas, nukleus, mitokondria dan menyebar di sitoplasma. Zat
besi yang terdapat pada daun berasosiasi dengan kloroplas. Oleh karena itu, warna
hijau merupakan indikator adanya zat besi pada sayuran.
METODE PENELITIAN
Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan tipe eksperimen laboratorik, dengan menggunakan
Rancangan Penelitian Acak Lengkap (Hanafiah, 2011) yaitu lama perebusan yang
terdiri dari 4 taraf yaitu :
1. A0 = kontrol (tidak direbus).
2. A1 = perebusan 5 menit.
3. A2 = perebusan 10 menit.
4. A3 = perebusan 15 menit.
Dengan setiap perlakuan diulang 3 kali.
Waktu dan Tempat Penelitian
Lokasi pada penelitian ini terbagi 3 yaitu pengambilan sampel daun singkong
pada kompleks SPMA Passo, Ambon, persiapan sampel (larutan) pada laboratorium
FKIP Kimia, Universitas Pattimura, Ambon dan analisis kandungan zat besi dilakukan
di Laboratorium BPTP Makasar, Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada
tanggal 23 September 2013 – 02 Oktober 2013 (persiapan sampel hingga analisis kadar
Fe).
Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah daun singkong varietas Mangi sebanyak 4-5
helaian daun bagian pucuk dimana sampel yang akan dianalis is sebanyak 1 gram dari
masing- masing perlakuan perebusan. Sehingga total sampel yang akan dianalisis
adalah 12 gram.
Dari hasil pengukuran Kurva standar Fe, dapat disimpulkan bahwa semakin
besar konsentrasi semakin besar nilai absorbansinya. Hasil pengukuran absorbansi
pada daun singkong varietas Mangi untuk setiap pengulangan dapat dilihat pada Tabel
2 dan rumus yang digunakan adalah:
Rumus : y = bx – a
y = 0,0857x – 0,0077
Tabel 2. Absorbansi Cuplikan pada Daun Singkong untuk Setiap Ulangan
Rata-Rata
Waktu Konsentrasi Rata-rata
Ulangan Konsentrasi Absorbansi
Perebusan (ppm) Absorbansi
(ppm)
U1 8,950 0,069
0
U2 9,650 9,3 0,075 0,072
(Kontrol)
U3 9,300 0,072
U1 4,982 0,035
5 Menit U2 4,516 4,999 0,031 0,035
U3 5,449 0,039
U1 3,582 0,023
10 Menit U2 3,232 3,543 0,020 0,023
U3 3,816 0,025
U1 3,349 0,021
15 Menit U2 2,765 3,038 0,016 0,019
U3 2.999 0,018
Sumber: Data Primer, Diolah (2014)
Penentuan Kadar Zat Besi pada Daun Singkong Mangi (Manihot esculenta
Crantz)
Dari hasil analisis zat besi pada daun Singkong Mangi (Manihot esculenta
Crantz), terlihat adanya perbedaan yang cukup signifikan pada setiap perlakuan mulai
dari Kontrol, 5 menit, 10 menit, dan 15 menit. Nilai atau jumlah kandungan zat besi
pada masing- masing perlakuan dapat dilihat pada tabel 3 dan rumus yang digunakan
adalah:
Rumus: Kadar besi =
Lanjutan Tabel 3. Hasil Analisis Kadar Zat Besi pada Perlakuan Kontrol,
5 Menit, 10 Menit dan 15 Menit
U1 1,0008 35,82 3,5
A2 U2 1,0016 32,32 3,2 3,5
U3 1,0016 38,16 3,8
U1 1,0040 33,49 3,3
A3 U2 1,0034 27,65 2,7 2.9
U3 1,0035 29,99 2,9
Sumber : Data Primer, Diolah (2014)
Perbedaan kadar zat besi untuk setiap perlakuan dapat dilihat perbedaanya pada
Gambar 2 dibawah ini.
10 9.2
Kadar zat besi (%)
A0
4.9
5 3.5 2.9 A1
A2
0 A3
A0 A1 A2 A3
Gambar 2. Hasil Analisis Kadar Zat Besi pada Perlakuan Kontrol,
5 Menit, 10 Menit dan 15 Menit
Analisis Varians Kandungan Vitamin B1 Pada Daun Singkong (M. esculenta. Crantz)
Setelah Perebusan.
DB Total = Perlakuan (t) x ulangan (r) – 1
=4x3–1
= 12 – 1
= 11
= x 100 %
= x 100 %
= 0,22 x 100 %
= 22%
Berdasarkan hasil analisis varians (Tabel 3) terlihat bahwa nilai F hitung > F
tabel pada taraf 0,05 dan 0,01. Dengan demikian, hipotesis penelitian untuk zat besi
diterima karena perlakuan perebusan daun singkong berpengaruh sangat nyata
terhadap kandungan zat besi. Hasil Uji Duncan untuk mengetahui perlakuan
perebusan terhadap kadar zat besi dengan nilai beda terhadap kontrol ditunjukkan pada
Tabel 5.
Uji Duncan Kandungan zat besi Pada Daun Singkong (M. esculenta.Crantz)
Setelah Perebusan.
= = = = 0,68
Perlakuan P0 P1 P2 P3
Rata-rata 9,2 4,9 3,5 2,9
P0 – P1 = 9,2 – 4,9 = 4,3 > 2,22 Jadi P0 ≠ P1
P1 – P2 = 4,9 – 3,5 = 1,4 < 2,22 Jadi P1 = P2
P2 – P3 = 3,5 – 2,9 = 0,6 < 2,22 Jadi P2 = P3
P0 – P2 = 9,2 – 3,5 = 5,7 > 2,30 Jadi P0 ≠ P2
P1 – P3 = 4,9 – 2,9 = 2,0 < 2,30 Jadi P1 = P3
P0 – P3 = 9,2 – 2,9 = 6,3 > 2,36 Jadi P0 ≠ P3
Sumber: Data Primer, Diolah (2014)
Keterangan :
= = tida berbeda nyata
≠ = berbeda nyata
Perlakuan P0 P1 P2 P3
Rata-rata 9,2 4,9 3,5 2,9
P0 – P1 = 9,2 – 4,9 = 4,3 > 2,88 Jadi P0 ≠ P1
P1 – P2 = 4,9 – 3,5 = 1,4 < 2,88 Jadi P1 = P2
P2 – P3 = 3,5 – 2,9 = 0,6 < 2,88 Jadi P2 = P3
P0 – P2 = 9,2 – 3,5 = 5,7 > 3,4 Jadi P0 ≠ P2
P1 – P3 = 4,9 – 2,9 = 2,0 < 3,4 Jadi P1 = P3
P0 – P3 = 9,2 – 2,9 = 6,3 > 3,49 Jadi P0 ≠ P3
Sumber: Data Primer, Diolah (2014)
Keterangan :
= = tidak berbeda nyata
≠ = berbeda sangat nyata
Berdasarkan hasil uji Duncan (Tabel 5) menggunakan taraf kritis 0,05 terlihat
bahwa, kontrol P0 tidak sama dengan atau berbeda nyata pada setiap perlakuan
perebusan daun singkong (M. esculenta Crantz) terhadap kandungan zat besi pada
perlakuan P1, P2 dan P3. Perbedaanya dapat dilihat pada Tabel 5. yakni P0 ≠ P1, P1 =
P2, dan P2 = P3, pada LSR (2,22). Pada LSR (2,30), P0 ≠ P2 dan P1 = P3 dan pada
LSR (2,36), P0 ≠ P4.
Berdasarkan hasil uji Duncan (Tabel 6) menggunakan taraf Kritis 0,01 terlihat
bahwa, control P0 tidak sama dengan atau berbeda sangat nyata pada setiap perlakuan
perebusan daun singkong (M. esculenta Crantz) terhadap kandungan zat besi pada
perlakuan P1, P2 dan P3. Perbedaanya dapat dilihat pada tabel 6. yakni P0 ≠ P1, P1 =
P2 dan P2 = P3, pada LSR (2,22). Pada LSR (2,30), P0 ≠ P2 dan P1 = P3 dan pada
LSR (2,36), P0 ≠ P4.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan hasil analisis data,
menunjukkan bahwa kandungan zat besi pada daun singkong (M. esculenta Crantz)
semakin menurun sejalan dengan penambahan lama waktu perebusan (pada Grafik
4.1). Zat besi mempunyai kadar tertingggi 9,2 % pada A0 (tanpa perebusan),
dilanjutkan dengan perlakuan berupa perebusan selama 5 menit kadar za t besi turun
menjadi 4,9 % kemudian 3,5 % pada waktu perebusan 10 menit dan menjadi 2,9 %
pada waktu perebusan 15 menit. Dengan demikian, berdasarkan kebiasaan masyarakat
yang mengkonsumsi daun singkong, maka waktu yang tepat untuk merebus daun
singkong (M. esculenta Crantz) adalah selama 5 menit pada suhu 100°C.
Winarno (2008) menyatakan bahwa pemasakan tidak akan mengubah kandungan
zat besi sayuran, sehingga kehilangan zat besi selama pemasakan adalah melalui cara
terlarut dalam cairan pemasak. Zat besi yang terlarut dalam cairan pemasak disebabkan
oleh proses leaching zat besi dari sel tanaman. Pemasakan akan menyebabkan tekstur
sayuran menjadi lunak dan membran sel terdenaturas i sehingga permiabilitas
selektifnya hilang.
Pendapat lain disampaikan oleh Sediaoetama (2004) yang mengatakan bahwa
kehilangan zat gizi juga dapat terjadi karena perebusan dan pemotongan sayur menjadi
bagian-bagian kecil.
Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian ini maka disarankan kepada masyarakat, untuk
merebus daun singkong (M. esculenta Crantz) harus pada waktu yang tepat yakni
selama 5 menit pada suhu 100°C. Sedangkan saran kepada mahasiswa, adalah untuk
melakukan penelitian lanjutan terhadap kandungan mineral- mineral lain selain zat besi
pada daun singkong (M. esculenta Crantz).
DAFTAR PUSTAKA
Adriani. M., Wirjatmadi. B. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Penerbit
Kencana Prenada Media Group.
Agoes, A. 2010. Tanaman Obat Indonesia. Salemba Medica. Palembang
Almatsier. S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama..
Anonim. 2008. Manfaat Singkong. (http://masenchpz.com). Diakses 2012-10-25.
Anonim. 2011. Singkong. (http://id.wikipedia.org). Diakases 2012-10-25.
Arisman. 2008. Gizi Dalam Daur Kehidupan : Buku Ajar Ilmu Gizi Ed.2. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Bargumono, H. M. dan Wongsowijaya, Suyadi. 2013. 9 Umbi Utama Sebagai Pangan
Alternatif Nasional. Yogyakarta : Leutika prio
Gardjito, dkk. 2013. Pangan Nusantara: Karakteristik dan Prospek untuk Percepatan
Diversifikasi Pangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Hanafiah. K. A. 2011. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Jakarta. PT. Raja
Grafindo Persada.
Hetaria, M. 2012. Pengaruh Lama Perebusan Terhadap Kandungan Vitamin B1 dan C
Daun Singkong Varietas Mangi (Manihot esculenta C). Jurusan MIPA.
FKIP. Unpatti : Ambon.
Husaini. M. A., Karyadi. D. 1989. Pedoman Anemia. Jakarta. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Gizi, Departemen Kesehatan.
Miller. E. 1958. Plant Physiology. New York: Mc Graw Hill Book Company.
Sediaoetama. A. D. 2004. Ilmu Gizi Jilid I. Jakarta: PT. Dian Rakyat.
Siti. F. 2009. Studi Kadar Klorofil dan Zat Besi (Fe) pada Beberapa Jenis Bayam
Terhadap Jumlah Eritrosit Tikus Putih (Rattus norvegicus) Anemia.
(http://www.scribd.com). Diakses 2012-09-29.
Widya. 2004. Karya Pangan dan Gizi. Jakarta. PT. Gramedia.
Winarno. F. G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Mbrio Pres.
Wulan. L. N. 1995. Studi Retensi Zat Gizi Sayuran Kangkung (Ipomea reptans) dan
Petsai (Brassica pekinensis) Akibat Pemasakan Alat masak Konvensional
dan Oven Microwave. Skripsi Sarjana Tidak Dipublikasikan. Jurusan
GMSK. Faperta_Bogor : IPB.