TUMOR RECTI
RUANG PERAWATAN LONTARA 2 ATAS DEPAN (BEDAH DIGESTIVE)
DI RS WAHIDIN SUDIROHUSODO TAHUN 2018
CI LAHAN CI INSTITUSI
[ ] [ ]
A. Definisi
Tumor merupakan sekelompok sel-sel abnormal yang terbentuk dari hasil
proses pembelahan sel yang berlebihan dan tidak terkoordinasi, atau dikenal dengan
istilah neoplasia. Neo diartikan sebagai “baru”, plasia berarti pertumbuhan atau
pembelahan. Dengan demikian, neoplasia dapat diartikan sebagai pertumbuhan sel
yang baru, yang berbeda dari pertumbuhan sel-sel normal yang ada di sekitarnya. Sel
tubuh memiliki dua tugas utama yaitu melaksanakan aktivitas fungsional serta
berkembang biak dengan membelah diri. Namun, pada sel tumor, sebagian besar dari
energi sel digunakan untuk aktivitas berkembang biak (Saleh, 2016).
Rectum merupakan salah satu ujung usus besar sebagai lanjutan usus besar
sigmoid (colon sigmoideum) hingga ke dubur. Rektum dimulai pada titik saat kolon
tidak mempunyai mesenterium. Secara fungsional dan endoskopik, rectum dibagi
menjadi bagian ampulla dan sfingter. Bagian sfingter disebut annulus hemoroidalis,
dikelilingi oleh muskulus levator ani dan fasia coli dari supra ani. Bagian ampulla
terbentang dari sacrum ketiga hingga ke diafragma pelvis pada insersi muskulus
lewator ani (Utami, 2016).
Tumor usus halus jarang terjadi, sebaliknya tumor usus besar dan rektum
relatif umum. Pada kenyataannya kanker kolon dan rektum sekarang adalah tipe
paling umum kedua dari kanker interna di Amerika Serikat. Ini adalah penyakit
budaya barat. Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektar didiagnosis
di negara ini setiap tahunnya. Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar
dibandingkan kanker rectal (Brunner & Suddarth, 2015).
B. Etiologi
Penyebab dari tumor hingga kanker rectum belum diketahui secara pasti,
namun beberapa hal-hal yang dapat menjadi faktor pencetus tumor ataupun kanker
rectum adalah sebagai berikut (Utami, 2016):
1. Perdarahan per-anal
2. Peningkatan frekuensi defekasi/diare selama minimal 6 minggu (semua umur)
3. Perdarahan per anal tanpa gejala anal (di atas 60 tahun)
4. Massa teraba pada fossa iliaka dekstra (semua umur)
5. Massa intra luminal dalam rectum
6. Perubahan pada kebiasaan buang air besar atau adanya darah pada feses baik itu
darah segar maupun berwarna hitam.
7. Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut tidak benar-benar kosong saat buang
air besar
8. Feses yang lebih kecil dari biasanya
9. Keluhan tidak nyaman pada perut seperti sering flatus, kembung, terasa penuh
pada perut atau nyeri
10. Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya
11. Mual dan muntah
12. Rasa letih dan lesu
D. Komplikasi
Brunner & Suddarth (2015) menjelaskan bahwa pertumbuhan tumor dapat
menyebabkan:
a. Obstruksi usus parsial : Obstruksi usus adalah penyumbatan parsial atau lengkap
yang menyebabkan kegagalan dari isi usus untuk melewati usus.
b. Perforasi atau perlobangan sehingga dapat meyebabkan pembentukan abses
c. Perdarahan
d. Syok merupakan keadaan gagalnya sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat
gangguan peredaran darah atau hilangnya cairan tubuh secara berlebihan.
e. Pertumbuhan dan ulserasi yang dapat menyerang pembuluh darah sekitar kolon
sehingga menyebabkan hemoragi
f. Peritonitis atau pepsis yang dapat menimbulkan syok
E. Pemeriksaan penunjang
Pada umumnya, pemeriksaan penunjang pada tumor adalah:
1. Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik tinja dilakukan pada pasien yang dicurigai mengalami
tumor rectum. Pemeriksaan makroskopik tinja meliputi jumlah, warna, bau, darah,
lendir dan parasit.
2. Pemeriksaan histologic
Pemeriksaan yang dilakukan dengan mengambil sampel jaringan rectum.
Pemeriksan ini bertujuan untuk mengetahui penyakit berdasarkan pada reaksi
perubahan jaringan.
3. Biopsi
Pengambilan jaringan tubuh untuk pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan
jaringan tersebut bertujuan untuk mendeteksi adanya penyakit.
4. Pemeriksaan darah tepi
Prosedur laboratorium yang dapat menetapkan berbagai diagnosis penyakit seperti
infeksi, tumor, penyakit degenerative dan lain-lain.
5. Pemeriksaan hormone dan enzim
Petanda tumor (tumor marker) adalah sejenis zat yang pada umumnya
mengandung protein dan terdapat dalam cairan tubuh atau jaringan kanker
penderita. Zat ini dapat dihasilkan oleh sel kanker atau sel tubuh penderita yang
lain akibat rangsangan kanker. Petanda ini mencerminkan keberadaan atau
keaktifan sel kanker
6. Pemeriksaan sitology
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan adanya tumor atau peradangan
1. Endoskopi
Endoskopi merupakan prosedur diagnostic utama dan dapat dilakukan dengan
sigoidoskopi (>35% tumor terletak di rektosigmoid) atau dengan kolonoskopi
total. Kolonoskopi dapat memberikan keuntungan dimana tingkat sensitivitas di
dalam mendiagnosis adenokarsinoma atau polip kolorektal adalah 95%.
Kolonoskopi dapat mengidentifikasi dan melakukan reseksi synchronous polyp
dan tidak ada paparan radiasi
2. Barium enema dengan kontras ganda
Pemeriksaan enema barium yang dipilih adalah dengan kontras ganda karena
memberikan keuntungan sebagai berikut, sensitivitasnya untuk mendiagnosis
tumor hingga kanker rectum: 65-95%, aman, tingkat keberhasilan prosedur sangat
tinggi, tidak memerlukan sedasi dan telah tersedia di hampir seluruh rumah sakit.
Sedangkan kelemahan pemeriksaan barium enema, yaitu lesi T1 sering tak
terdeteksi, rendahnya akurasi untuk mendiagnosis lesi di rekto-sigmoid dengan
divertikulosis dan di sekum, rendahnya akurasi untuk mendiagnosis lesi tipe datar,
rendahnya sensitivitas (70-95%) untuk mendiagnosis polip <1 cm dan ada paparan
radiasi.
3. CT colonography (Pneumocolon CT)
Pemeriksaan CT colonography dipengaruhi oleh spesifikasi alat CT scan dan
software yang tersedia serta memerlukan protokol pemeriksaan khusus. Modalitas
CT yang dapat melakukan CT colonography dengan baik adalah modalitas CT
scan yang memiliki kemampuan rekonstruksi multiplanar dan 3D volume
rendering. Kolonoskopi virtual juga memerlukan software khusus. Keunggulan
CT colonography adalah dapat digunakan sebagai skrining setiap 5 tahun sekali
(level of evidence 1C, sensitivitas tinggi di dalam mendiagnosis KKR); toleransi
pasien baik; dapat memberikan informasi keadaan di luar kolon, dan termasuk
untuk menentukan stadium melalui penilaian invasi lokal, metastasis hepar, dan
kelenjar getah bening.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien tumor hingga kanker
rectum adalah sebagai berikut (Arafat, 2015):
a. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling lazim digunakan terutama untuk
stadium I dan II kanker rektal, bahkan pada pasien suspek dalam stadium III juga
dilakukan pembedahan. Meskipun begitu, karena kemajuan ilmu dalam metode
penentuan stadium kanker, banyak pasien kanker rektal dilakukan pre-surgical
treatment dengan radiasi dan kemoterapi. Penggunaan kemoterapi sebelum
pembedahan dikenal sebagai neoadjuvant chemotherapy, dan pada kanker rektal,
neoadjuvant chemotherapy digunakan terutama pada stadium II dan III. Pada
pasien lainnya yang hanya dilakukan pembedahan, meskipun sebagian besar
jaringan kanker sudah diangkat saat operasi, beberapa pasien masih membutuhkan
kemoterapi atau radiasi setelah pembedahan untuk membunuh sel kanker yang
tertinggal.
Tipe pembedahan yang dipakai antara lain :
1. Eksisi lokal : jika kanker ditemukan pada stadium paling dini, tumor dapat
dihilangkan tanpa melakukan pembedahan lewat abdomen. Jika kanker
ditemukan dalam bentuk polip, operasinya dinamakan polypectomy.
2. Reseksi: jika kanker lebih besar, dilakukan reseksi rektum lalu dilakukan
anastomosis juga dilakukan pengambilan limfonodi disekitar rektum lalu
diidentifikasi apakah limfonodi tersebut juga mengandung sel kanker.
b. Radiasi
Radiasi dapat menyusutkan ukuran tumor sebelum dilakukan pembedahan.
Peran lain radioterapi adalah sebagai terapi tambahan untuk pembedahan pada
kasus tumor lokal yang sudah diangkat melaui pembedahan, dan untuk
penanganan kasus metastasis jauh. Terutama ketika digunakan dalam kombinasi
dengan kemoterapi, radiasi yang digunakan setelah pembedahan menunjukkan
telah menurunkan resiko kekambuhan lokal di pelvis sebesar 46% dan angka
kematian sebesar 29%. Pada penanganan metastasis jauh, radiasi telah berguna
mengurangi efek lokal dari metastasis tersebut, misalnya pada otak. Radioterapi
umumnya digunakan sebagai terapi paliatif pada pasien yang memiliki tumor
lokal yang unresectable.
c. Kemoterapi
Adjuvant chemotherapy, (menangani pasien yang tidak terbukti memiliki
penyakit residual tapi beresiko tinggi mengalami kekambuhan), dipertimbangkan
pada pasien dimana tumornya menembus sangat dalam atau tumor lokal yang
bergerombol ( Stadium II lanjut dan Stadium III). Protopkol ini menurunkan
angka kekambuhan kira - kira 15% dan menurunkan angka kematian kira - kira
sebesar 10%
d. Kolostomi
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk
dari pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut),
stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor biologis
2. Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan intoleransi makanan
akibat obstruksi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
6. Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik dan ansietas
7. Konstipasi berhubungan dengan tumor rectum
8. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini
9. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan agen farmaseutikal.
Ketidakseimbangan nutrisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic
kurang dari kebutuhan
tubuh
Gangguan citra tubuh Konfusi dalam gambaran mental tentang diri-fisik individu
Nyeri akut Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul
akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan
sebagai kerusakan (international Association for the Study of Pain);
awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat
dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi
Terapi musik
Tindakan kolaborasi:
Terapi oksigen
Pemberian obat
Insomnia Gangguan pada kuantitas dan kuallitas tidur yang menghambat fungsi
Ansietas Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon
otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu): perasaan ttakut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap
bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan
individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk
bertindak menghadapi ancaman
Aktivitas kolaboratif
Penurunan ansietas (NIC): berikan
obat untuk menurunankan ansietas,
jika perlu.
Aktivitas lain
1. Pada saat ansietas berat,
dampingi pasien, bicara dengan
tenang, dan berikan ketenagan
serta rasa nyaman
2. Beri dorongan kepada pasien
untuk mengungkapkan secara
verbal pikiran dan perasaan untuk
mengeksternalisasikan ansietas
3. Bantu pasien untuk
memfokuskan pada situasi saat
ini, sebagai cara untuk
mengidentifikasi mekanisme
koping yang dibutuhkan untuk
mengurangi ansietas
4. Sediakan pengalihan melalui
televisi,radio, pemainan serta
terapi okupasi untuk menurunkan
ansietas dan memperluas fokus
5. Coba teknik seperti imajinasi
seperti bimbing dan relaksasi
progresif
6. Berikan penguatan positif ketika
pasien mampu meneruskan
aktivitas sehari-hari dan aktivitas
lainya meskipun mengalami
ansietas
7. Yakinkan kembali pasien melalui
sentuhan, dan sikap empatik
secara verbal dan nonverbal
secara bergantian
8. Dorong pasien untuk
mengekspresikan kemarahan dan
iritasi serta izinkan pasien untuk
menangis
9. Kurangi rangsangan yang
berlebihan dengan menyediakan
lingkungan yang tenang, kontak
yang terbatas dengan orang lain
jika dibutuhkan, serta
pembatasan penggunaan kafein
dan stimulan lain
10. Sarankan terapi alternative
untuk mengurangi ansietas yang
dapat di terima oleh pasien
11. Singkirkan sumber-sumber
ansietas jika memungkinkan
12. Penurun anansietas (NIC):
Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
Nyatakan dengan jelas
tentang harapan terhadap
prilaku pasien
Damping pasien (mis, selama
prosedur) untuk
meningkatkan keamanan dan
mengurangi rasa takut
Berikan pijatan
punggung/pijatan leher jika
perlu
Jaga peralatan perawatan jauh
dari pandangan
Bantu pasien untuk
mengidentifikasi situasi yang
mencetuskan ansietas.
Terapi medis
PATHWAY Diet rendah serat, diet tinggi lemak,
fast food,faktor keluarga/gen
Kembung/nausea/vomitus
Penurunan Tenesmi Peningkatan Penekanan
peristaltic perdarahan ujung saraf
Kurang minat pada makanan
usus
MK: Disfungsi
Motiilitas GI Nyeri pada
MK: Ketidakseimbangan Anemia MK: Nyeri
Penurunan bagian
nutrisi: kurang dari kebutuhan Akut
reabsorpsi abdomen
usus Suplai O2
menurun
Gelisah
MK: Konstipasi
Kelemahan
Sulit
tidur
MK:
Intoleransi
Aktivitas MK:
Insomnia
Daftar Pustaka
Arafat, B. B. (2015). Asuhan keperawatan pada Tn. N dengan kanker kolon di ruang dahlia
RSUD Banyumas. FIK Universitas Muhammadiyah Purwokerto: Purwokerto
Brunner, & Suddarth. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC). United States of America: Elsevier.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC). United States of America: Elsevier.