Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR RECTI
RUANG PERAWATAN LONTARA 2 ATAS DEPAN (BEDAH DIGESTIVE)
DI RS WAHIDIN SUDIROHUSODO TAHUN 2018

Nama Mahasiswa : Nur Ayuana Andini


Nim : R014181003

CI LAHAN CI INSTITUSI

[ ] [ ]

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I
KONSEP MEDIS

A. Definisi
Tumor merupakan sekelompok sel-sel abnormal yang terbentuk dari hasil
proses pembelahan sel yang berlebihan dan tidak terkoordinasi, atau dikenal dengan
istilah neoplasia. Neo diartikan sebagai “baru”, plasia berarti pertumbuhan atau
pembelahan. Dengan demikian, neoplasia dapat diartikan sebagai pertumbuhan sel
yang baru, yang berbeda dari pertumbuhan sel-sel normal yang ada di sekitarnya. Sel
tubuh memiliki dua tugas utama yaitu melaksanakan aktivitas fungsional serta
berkembang biak dengan membelah diri. Namun, pada sel tumor, sebagian besar dari
energi sel digunakan untuk aktivitas berkembang biak (Saleh, 2016).

Rectum merupakan salah satu ujung usus besar sebagai lanjutan usus besar
sigmoid (colon sigmoideum) hingga ke dubur. Rektum dimulai pada titik saat kolon
tidak mempunyai mesenterium. Secara fungsional dan endoskopik, rectum dibagi
menjadi bagian ampulla dan sfingter. Bagian sfingter disebut annulus hemoroidalis,
dikelilingi oleh muskulus levator ani dan fasia coli dari supra ani. Bagian ampulla
terbentang dari sacrum ketiga hingga ke diafragma pelvis pada insersi muskulus
lewator ani (Utami, 2016).

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa tumor rectum adalah


sebuah kondisi dimana sel-sel abnormal terbentuk pada jaringan rectum sehingga
menimbulkan pertumbuhan sel yang abnormal dan apabila tidak ditangani dengan
cepat dan tepat, maka akan menimbulkan kejadian fatal karena akan mempengaruhi
sel-sel normal yang ada di sekitarnya. Tumor rectum yang tidak ditangani dengan
tepat akan berkembang biak dan menjadi tumor ganas atau biasa disebut dengan
karsinoma rectum. Hal ini terjadi karena adanya massa polipoid besar yang tumbuh ke
dalam lumen dan dapat dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai cincin anular.

Adapun tipe tumor secara umum berdasarkan pertumbuhannya dapat


dibedakan menjadi tumor ganas (malignant tumor) dan tumor jinak (benign tumor).
Tumor jinak merupakan sebuah kelainan dengan pertumbuhan yang lambat dan
biasanya tidak menembus jaringan sekitarnya atau menyebar ke bagian lain dalam
tubuh. Apabila tumor jinak timbul pada mukosa, tumor akan tumbuh menjauhi
permukaan karena tumor tidak dapat melakukan infasi sehingga akan terbentuk polip
yang bentuknya bertangkai atau tonjolan datar. Tumor ganas merupakan kelainan
dimana sel tumor tumbuh dengan cepat memagnifiltrasi dan merusak jaringan
sekitarnya yang selanjutnya memungkinkan sel neplastik menembus dinding
pembuluh darah dan pembuluh limfe sehingga akan menyebar ke sisi yang lain.

Tumor usus halus jarang terjadi, sebaliknya tumor usus besar dan rektum
relatif umum. Pada kenyataannya kanker kolon dan rektum sekarang adalah tipe
paling umum kedua dari kanker interna di Amerika Serikat. Ini adalah penyakit
budaya barat. Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektar didiagnosis
di negara ini setiap tahunnya. Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar
dibandingkan kanker rectal (Brunner & Suddarth, 2015).

B. Etiologi
Penyebab dari tumor hingga kanker rectum belum diketahui secara pasti,
namun beberapa hal-hal yang dapat menjadi faktor pencetus tumor ataupun kanker
rectum adalah sebagai berikut (Utami, 2016):

1. Faktor genetic seperti Familial Adenomatous Polyposis (FAP), Hereditynon


Polyposis Colorectal Cancer. Orang yang keluarganya memiliki penyakit FAP
atau polip adenomatosa familial memiliki risiko hingga 100 persen untuk terkena
tumor hingga kanker rectum.
2. Riwayat polip rectum, kanker ovarium, endometriosis, dan kanker payudara.
Wanita yang pernah mengidap kanker ovarium (indung telur), kanker uterus, dan
kanker payudara memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena tumor hingga
kanker rectum.
3. Usia di atas 40 tahun
Risiko terjadinya tumor hingga kanker rectum meningkat dengan bertambahnya
usia. Kebanyakan kasus terjadi pada orang yang berusia 60-70 tahun.
4. Inflammatory Bowel Disease seperti penyakit crohn, colitis ulseratif
5. Diet tinggi lemak hewani, rendah serat. Penelitian menunjukkan bahwa seseorang
dengan kebiasaan makan banyak lemak hewani yang ada dalam daging dapat
meningkatkan risiko terjadinya tumor hingga kanker rectum
C. Manifstasi Klinis
Tanda dan gejala yang dapat menunjukkan tumor hingga kanker rectum adalah
sebagai berikut (Kemenkes RI, 2017):

1. Perdarahan per-anal
2. Peningkatan frekuensi defekasi/diare selama minimal 6 minggu (semua umur)
3. Perdarahan per anal tanpa gejala anal (di atas 60 tahun)
4. Massa teraba pada fossa iliaka dekstra (semua umur)
5. Massa intra luminal dalam rectum
6. Perubahan pada kebiasaan buang air besar atau adanya darah pada feses baik itu
darah segar maupun berwarna hitam.
7. Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut tidak benar-benar kosong saat buang
air besar
8. Feses yang lebih kecil dari biasanya
9. Keluhan tidak nyaman pada perut seperti sering flatus, kembung, terasa penuh
pada perut atau nyeri
10. Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya
11. Mual dan muntah
12. Rasa letih dan lesu

D. Komplikasi
Brunner & Suddarth (2015) menjelaskan bahwa pertumbuhan tumor dapat
menyebabkan:

a. Obstruksi usus parsial : Obstruksi usus adalah penyumbatan parsial atau lengkap
yang menyebabkan kegagalan dari isi usus untuk melewati usus.
b. Perforasi atau perlobangan sehingga dapat meyebabkan pembentukan abses
c. Perdarahan
d. Syok merupakan keadaan gagalnya sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat
gangguan peredaran darah atau hilangnya cairan tubuh secara berlebihan.
e. Pertumbuhan dan ulserasi yang dapat menyerang pembuluh darah sekitar kolon
sehingga menyebabkan hemoragi
f. Peritonitis atau pepsis yang dapat menimbulkan syok
E. Pemeriksaan penunjang
Pada umumnya, pemeriksaan penunjang pada tumor adalah:

1. Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik tinja dilakukan pada pasien yang dicurigai mengalami
tumor rectum. Pemeriksaan makroskopik tinja meliputi jumlah, warna, bau, darah,
lendir dan parasit.
2. Pemeriksaan histologic
Pemeriksaan yang dilakukan dengan mengambil sampel jaringan rectum.
Pemeriksan ini bertujuan untuk mengetahui penyakit berdasarkan pada reaksi
perubahan jaringan.
3. Biopsi
Pengambilan jaringan tubuh untuk pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan
jaringan tersebut bertujuan untuk mendeteksi adanya penyakit.
4. Pemeriksaan darah tepi
Prosedur laboratorium yang dapat menetapkan berbagai diagnosis penyakit seperti
infeksi, tumor, penyakit degenerative dan lain-lain.
5. Pemeriksaan hormone dan enzim
Petanda tumor (tumor marker) adalah sejenis zat yang pada umumnya
mengandung protein dan terdapat dalam cairan tubuh atau jaringan kanker
penderita. Zat ini dapat dihasilkan oleh sel kanker atau sel tubuh penderita yang
lain akibat rangsangan kanker. Petanda ini mencerminkan keberadaan atau
keaktifan sel kanker
6. Pemeriksaan sitology
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan adanya tumor atau peradangan

Kemenkes RI (2017), menjelaskan bahwa beberapa pemeriksaan


penunjang/diagnostik yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis tumor hingga kanker
rectum adalah sebagai berikut:

1. Endoskopi
Endoskopi merupakan prosedur diagnostic utama dan dapat dilakukan dengan
sigoidoskopi (>35% tumor terletak di rektosigmoid) atau dengan kolonoskopi
total. Kolonoskopi dapat memberikan keuntungan dimana tingkat sensitivitas di
dalam mendiagnosis adenokarsinoma atau polip kolorektal adalah 95%.
Kolonoskopi dapat mengidentifikasi dan melakukan reseksi synchronous polyp
dan tidak ada paparan radiasi
2. Barium enema dengan kontras ganda
Pemeriksaan enema barium yang dipilih adalah dengan kontras ganda karena
memberikan keuntungan sebagai berikut, sensitivitasnya untuk mendiagnosis
tumor hingga kanker rectum: 65-95%, aman, tingkat keberhasilan prosedur sangat
tinggi, tidak memerlukan sedasi dan telah tersedia di hampir seluruh rumah sakit.
Sedangkan kelemahan pemeriksaan barium enema, yaitu lesi T1 sering tak
terdeteksi, rendahnya akurasi untuk mendiagnosis lesi di rekto-sigmoid dengan
divertikulosis dan di sekum, rendahnya akurasi untuk mendiagnosis lesi tipe datar,
rendahnya sensitivitas (70-95%) untuk mendiagnosis polip <1 cm dan ada paparan
radiasi.
3. CT colonography (Pneumocolon CT)
Pemeriksaan CT colonography dipengaruhi oleh spesifikasi alat CT scan dan
software yang tersedia serta memerlukan protokol pemeriksaan khusus. Modalitas
CT yang dapat melakukan CT colonography dengan baik adalah modalitas CT
scan yang memiliki kemampuan rekonstruksi multiplanar dan 3D volume
rendering. Kolonoskopi virtual juga memerlukan software khusus. Keunggulan
CT colonography adalah dapat digunakan sebagai skrining setiap 5 tahun sekali
(level of evidence 1C, sensitivitas tinggi di dalam mendiagnosis KKR); toleransi
pasien baik; dapat memberikan informasi keadaan di luar kolon, dan termasuk
untuk menentukan stadium melalui penilaian invasi lokal, metastasis hepar, dan
kelenjar getah bening.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut (Arafat,


2015):
1. Biopsi
Biopsy dilakukan untuk mengkonfirmasi adanya malignansi. Pemeriksaan biopsy
sangat penting. Jika terdapat sebuah obstruksi sehingga tidak memungkinkan
dilakukannya biopsy, maka sikat sitology dapat sangat berguna.
2. Carsinoembrionik Antigen (CEA), pemeriksaan darah lengkap, dan FOBT untuk
melihat perdarahan di jaringan
3. Screening
Merupakan sebuah glikoprotein yang terdapat pada permukaan sel yang masuk ke
dalam peredaran darah, dan digunakan sebagai marker serologi untuk memonitor
status kanker kolorektal serta untuk mendeteksi frekurensi dini dan metastase ke
hepar.
4. Digital Rectal Examination
Pemeriksaan ini dapat dipalpasi di dinding lateral, posterior, dan anterior, serta
spina iskiadika, sacrum dan coccygeus dapat diraba dengan mudah.
5. Fungsi hati dan ginjal
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah tumor telah menyebar ke
organ sekitarnya seperti hepar dan ginjal yang dapat dideteksi dengan peningkatan
SGOT dan SGPT, juga ureum dan kreatinin yang merupakan indikator apakah
fungsi hati dan ginjal masih dalam keadaan baik atau tidak.
6. MRI (Magnetic Resonane Imaging)
Seperti pada CT scan, MRI dapat memberikan secara rinci gambaran jaringan
lunak dalam tubuh. MRI lebih nyaman dibandingkan dengan CT scan. MRI dapat
membantu diagnosis pada pasien dengan kanker rektum dengan melihat apakah
tumor telah menyebar ke struktur di dekatnya. MRI juga berguna untuk melihat
daerah abnormal di hepar yang mungkin disebabkan oleh penyebaran kanker
rektum, atau untuk melihat otak dan sumsum tulang belakang.
7. Pemeriksaan FOBT (Fecal Occult Bleeding Test)
Pemeriksaan terhadap darah dalam feces. Ada 2 tipe pemeriksaan darah pada
feces yaitu guaiac based (pemeriksaan kimiawi) dan immunochemical.
Pemeriksaan dengan cara kimiawi tidak spesifik, sebab 90% pasien dengan FOBT
positif tidak menderita karsinoma colon. Sensitivitas dari pemeriksaan
immunochemical jauh lebih baik daripada pemeriksaan secara kimiawi.
Pemeriksaan ini digunakan untuk tes skrining pada tumor kolorektal yang
asimptomatik, pada individu dengan risiko sedang. Efikasi tes ini berdeasarkan tes
serial karena kebanyakan karsinoma kolorektal berdarah secara intermiten. Tes ini
merupakan tes nonspesifik untuk peroxidase yang terkandung dalam hemoglobin.
Perdarahan traktus gastrointestinal akan memberikan hasil positif. Beberapa
makanan (daging, beberapa buah dan sayuran, dan vitamin C) dapat memberikan
positif palsu, sehingga pasien sebaiknya diet selama 2-3 hari sebelum tes. Tes ini
dapat ditingkatkan spesifik dan sensitivitasnya dengan menggunakan
immunochemical. Hasil positif pada tes ini sebaiknya dilanjutkan dengan
pemeriksaan colonoskopi.

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien tumor hingga kanker
rectum adalah sebagai berikut (Arafat, 2015):

a. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling lazim digunakan terutama untuk
stadium I dan II kanker rektal, bahkan pada pasien suspek dalam stadium III juga
dilakukan pembedahan. Meskipun begitu, karena kemajuan ilmu dalam metode
penentuan stadium kanker, banyak pasien kanker rektal dilakukan pre-surgical
treatment dengan radiasi dan kemoterapi. Penggunaan kemoterapi sebelum
pembedahan dikenal sebagai neoadjuvant chemotherapy, dan pada kanker rektal,
neoadjuvant chemotherapy digunakan terutama pada stadium II dan III. Pada
pasien lainnya yang hanya dilakukan pembedahan, meskipun sebagian besar
jaringan kanker sudah diangkat saat operasi, beberapa pasien masih membutuhkan
kemoterapi atau radiasi setelah pembedahan untuk membunuh sel kanker yang
tertinggal.
Tipe pembedahan yang dipakai antara lain :
1. Eksisi lokal : jika kanker ditemukan pada stadium paling dini, tumor dapat
dihilangkan tanpa melakukan pembedahan lewat abdomen. Jika kanker
ditemukan dalam bentuk polip, operasinya dinamakan polypectomy.
2. Reseksi: jika kanker lebih besar, dilakukan reseksi rektum lalu dilakukan
anastomosis juga dilakukan pengambilan limfonodi disekitar rektum lalu
diidentifikasi apakah limfonodi tersebut juga mengandung sel kanker.
b. Radiasi
Radiasi dapat menyusutkan ukuran tumor sebelum dilakukan pembedahan.
Peran lain radioterapi adalah sebagai terapi tambahan untuk pembedahan pada
kasus tumor lokal yang sudah diangkat melaui pembedahan, dan untuk
penanganan kasus metastasis jauh. Terutama ketika digunakan dalam kombinasi
dengan kemoterapi, radiasi yang digunakan setelah pembedahan menunjukkan
telah menurunkan resiko kekambuhan lokal di pelvis sebesar 46% dan angka
kematian sebesar 29%. Pada penanganan metastasis jauh, radiasi telah berguna
mengurangi efek lokal dari metastasis tersebut, misalnya pada otak. Radioterapi
umumnya digunakan sebagai terapi paliatif pada pasien yang memiliki tumor
lokal yang unresectable.
c. Kemoterapi
Adjuvant chemotherapy, (menangani pasien yang tidak terbukti memiliki
penyakit residual tapi beresiko tinggi mengalami kekambuhan), dipertimbangkan
pada pasien dimana tumornya menembus sangat dalam atau tumor lokal yang
bergerombol ( Stadium II lanjut dan Stadium III). Protopkol ini menurunkan
angka kekambuhan kira - kira 15% dan menurunkan angka kematian kira - kira
sebesar 10%
d. Kolostomi
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk
dari pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut),
stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian

1. Data dasar pengkajian


a. Aktivitas/istirahat
1) Kelemahan atau keletihan
2) Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur, adanya faktor-
faktor yang mempengaruhi tidur.
b. Sirkulasi
1) Palpitasi, nyeri dada pada pergerakan kerja
2) Perubahan pada tekanan darah
c. Integritas ego
1) Faktor stress dan cara mengatasi stress
2) Masalah tentang perubahan dalam penampilan
3) Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya
d. Eliminasi
1) Perubahan pada pola defekasi
2) Perubahan pada eliminasi urinarius
e. Makanan/cairan
1) Kebiasaan diet buruk
2) Anoreksia
3) Intoleransi aktivitas
4) Perubahan pada berat badan
f. Neurosensori
1) Pusing
g. Nyeri/Kenyamanan
1) Nyeri pada bagian abdomen
2) Nyeri alih dapat terjadi
h. Pernapasan
i. Keamanan
1) Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen
2) Pemajanan pada sinar matahari dengan waktu yang lama
j. Seksualitas
k. Interaksi sosial
1) Masalah seksual
2) Pasangan seks multiple
l. Penyuluhan/Pembelajaran
1) Riwayat kanker pada keluarga
2) Riwayat pengobatan

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor biologis
2. Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan intoleransi makanan
akibat obstruksi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
6. Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik dan ansietas
7. Konstipasi berhubungan dengan tumor rectum
8. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini
9. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan agen farmaseutikal.

C. Rencana/ Intervensi Keperawatan


RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosis Keperawatan: Definisi:

Ketidakseimbangan nutrisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic
kurang dari kebutuhan
tubuh

Batasan kerakteristik Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)


(NOC)

1. Cepat kenyang setelah Status nutrisi: Asupan Manajemen nutrisi


makan makanan dan cairan:
2. Ketidakmampuan 1. asupan makanan secara oral 1. tentukan status gizi pasien dan
memakan makanan 2. asupan makan secara tube kemampuan (pasien) untuk
3. Kram abdomen feeding memenuhi kebutuhan gizi
4. Nyeri abdomen 3. asupan cairan secara oral 2. identifikasi adanya alergi atau
5. Penurunan berat badan 4. asupan nutrisi parenteral intoleransi makanan yang
dimiliki pasien
Faktor yang berhubungan: Status nutrisi: Asupan 3. tentukan apa yang menjadi
nutrisi: preferensi makanan bagi pasien
Faktor biologis 1. asupan kalori 4. instruksikan pasien mengenai
2. asupan protein kebutuhan nutrisi (yaitu:
3. asupan lemak membahas pedoman diet dan
4. asupan karbohidrat piramida makanan
5. asupan serat 5. bantu pasien dalam menentukan
6. asupan vitamin pedoman atau piramida makanan
7. asupan mineral yang paling cocok dalam
8. asupan zat besi memenuhi kebutuhan nutrisi dan
9. asupan kalsium preferensi (misalnya, piramida
10. asupan natrium makanan vegetarian, piramida
panduan makanan, dan piramida
makanan unuk lanjut usia lebih
dari 70 )
6. tentukan jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan gizi
7. berikan pilihan makanan sambil
menawarkan bimbingan terhadap
pilihan makanan yang lebih
sehat, jika diperlukan
8. atur diet yang diperlukan (yaitu:
menyediakan makanan protein
tinggi, menyarankan
menggunakan bumbu dan
rempah-rempah sebagai
alternatif untuk garam,
menyediakan pengganti gula,
menambah atau mengurangi
kalori, menambah atau
mengurangi vitamin, mineral,
atau suplemen)
9. lakukan atau bantu pasien terkait
dengan perawatan mulut
sebelum makan
10. pastikan pasien menggunakan
gigi palsu yang pas, dengan cara
yang tepat
11. beri obat-obatan sebelum makan
(misalnya, penghilang rasa sakit,
antiemetik), jika diperlukan
12. anjurkan pasien untuk duduk
posisi tegak di kursi, jika
memungkinkan
13. anjurkan keluarga untuk
membawa makanan favorit
pasien sementara pasien berada
di rumah sakit atau fasilitas
perawatan, yang sesuai
14. anjurkan pasien mengenai
modifikasi diet yang diperlukan
(misalnya, NPO, cairan bening,
cairan penuh, lembut, dan diet
sesuai toleransi)
15. anjurkan pasien terkait dengan
kebutuhan diet untuk kondisi
sakit (yaitu: untuk pasien dengan
penyakit gimjal, pembatasan
natrium, kalium, protein, dan
cairan)
16. pastikan diet mencakup makanan
tinggi kandungan serat untuk
mencegah konstipasi
17. monitor kalori dan asupan
makanan
18. monitor kecenderungan
terjadinya penurunan dan
kenaikan berat badan
19. anjurkan pasien untuk memantau
kalori dan intake makanan
(misalnya, buku harian
makanan)
20. dorong untuk melakukan
bagaimana cara menyiapkan
makanan dengan aman dan
teknik-teknik pengawetan
makanan

Bantuan peningkatan berat badan


1. jika diperlukan lakukan
pemeriksaan diagnostic untuk
mengetahui penyebab penurunan
berat badan
2. timbang pasien pada jam yang
sama setiap hari
3. diskusikan kemungkinan
penyebab berat badan berkurang
4. monitor mual muntah
5. kaji penyebab mual muntah dan
tangani dengan tepat
6. berikan obat-obatan untuk
meredakan nyeri mual dan nyeri
sebelum makan
Diagnosa Keperawatan: Definisi:

Disfungsi motilitas Peningkatan, penurunan, ketidakefektifan, atau kurang aktivitas


gastrointestinal peristaltic di dalam sistem gastrointestinal

Batasan Karakteristik Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)


(NOC)
1. Akselerasi pengosongan Eliminasi usus Perawatan ostomi
lambung 1. Pola eliminasi yang terganggu
2. Diare dapat membaik Manajemen saluran cerna:
3. Distensi abdomen 2. Kontrol gerakan usus dapat
membaik 1. Catat buang air besar terakhir
4. Kram abdomen 2. Monitor buang air besar temasuk
3. Warna feses normal
5. Mual frekuesi, konsistensi, bentuk,
4. Jumlah feses normal
6. Muntah 5. Kemudahan BAB tercapai volume, dan warna dengan cara
7. Nyeri abdomen 6. Nyei pada saat BAB berkurang yang tepat
8. Tidak flatus 3. Monitor bising usus
Fungsi Gastrointestinal 4. Monitor adanya tanda dan gejala
Faktor yang berhubungan: 1. Toleransi terhadap makanan diare, konstipasi dan implikasi
dapat meningkat 5. Catat masalah BAB yang sudah ada
Intoleransi makanan 2. Nafsu makan dapat meningkat sebelumnya, BAB rutin, dan
3. Frekuensi BAB kembali penggunaan laktasif
normal 6. Ajarkan pasien mengenai makanan-
4. Nyeri perut berkurang makanan tertentu yang membantu
5. Distensi perut berkurang mendukung keteraturan aktivitas
6. Mual bekurang usus
7. Muntah berkurang 7. Anjurkan anggota keluarga pasien
8. Perdarahan gastrointestinal untuk mencatat warna, volume,
teratasi frekuensi, dan konsistensi tinja
8. Instruksikan pasien mengenai
makanan tinggi serat, dengan cara
yang tepat

Monitor dan konseling nutrisi

Diagnosa Keperawatan: Definisi:

Intoleransi aktivitas Ketidakcukupan energy psikologis atau fisiologis untuk


mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari
yang harus atau yang ingin dilakukan

Batasan Karakteistik Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)


(NOC)
1. Dispnea setelah Tujuan : Peningkatan mekanika tubuh
beraktivitas 1. Kaji komitmen pasien untuk belajar
2. Keletihan Setelah dilakukan tindakan dan menggunakan postur tubuh
3. Ketidaknyamanan setelah keperawatan ...x24 jam, pasien yang benar.
beraktivitas mampu bertoleransi terhadap 2. Edukasi pasien terkait pentingnya
aktivitas dengan kriteria hasil : penggunaan postur tubuh yang
4. Respon tekanan darah benar untuk mencegah kelelahan,
abnormal setelah ketegangan dan injury.
beraktivitas 3. Instruksikan pasien untuk
menghindari tidur dengan posisi
Faktor yang berhubungan: telungkup.
NOC : 4. Ajarkan klien untuk menghindari
Ketidakseimbangan antara posisi yang sama dalam jangka
suplai dan kebutuhan oksigen Daya tahan waktu yang lama.
1. Dapat melakukan aktivitas 5. Instruksikan pasien untuk
rutin. menggerakkan kaki terlebih dahulu
2. Pemulihan energi saat istirahat kemudian badan ketika memulai
tidak terganggu. berjalan dari posisi berdiri.
3. Konsentrasi dan daya tahan
otot tidak terganggu. Manajemen energi
1. Kaji status fisiologis pasien yang
Energi psikomotor menyebabkan kelelahan sesuai
1. Menunjukkan afek yang sesuai dengan konteks usia dan
dengan situasi. perkembangan.
2. Menunjukkan kebersihan dan 2. Pilih intervensi untuk mengurangi
tampilan personal. kelelahan baik secara farmakologi
3. Menunjukkan tingkat energi maupun non farmakologi dengan
yang stabil. tepat.
4. Menunjukkan kemampuan 3. Tentukan jenis dan banyaknya
untuk menyelesaikan tugas aktivitas yang dibutuhkan untuk
sehari – hari. menjaga ketahanan.
4. Monitor intake dan output nutrisi
Kelelahan : efek yang untuk mengetahui sumber energi
mengganggu yang adekuat.
1. Tidak terjadi penurunan 5. Monitor sistem kardiorespirasi
energi. pasien selama kegiatan (misalnya
2. Tidak ada gangguan dengan takikardia, disritmia, dyspnea,
aktivitas sehari – hari. diaphoresis, dll).
3. Tidak terdapat perubahan 6. Montor lokasi dan sumber
nutrisi. ketidaknyamanan/nyeri yang
4. Tidak ada malaise. dialami pasien selama aktivitas.
7. Buat batasan untuk aktivitas yang
Perawatan diri : aktivitas sehari hiperaktif pasien saat menggangu
– hari yang lain atau dirinya sendiri.
1. Dapat melakukan aktivitas 8. Ajarkan pasien mengenai
sehari-hari secara mandiri pengelolaan kegiatan dan teknik
seperti makan, berpakaian, manajemen waktu untuk mencegah
kebersihan badan, dll. kelelahan.
2. Melakukan mobilitas di kursi
roda tanpa ada gangguan. Bantuan perawatan diri
3. Berpindah dan memposisikan 1. Pertimbangkan budaya pasien ketika
diri tanpa gangguan. meningkatkan aktivitas perawatan
diri.
Perilaku patuh : aktivitas yang 2. Pertimbangkan usia pasien ketika
disarankan meningkatkan aktivitas perawatan
1. Membahas rekomendasi diri.
aktivitas dengan petugas 3. Monitor kemampuan perawatan diri
kesehatan. pasien secara mandiri.
2. Mampu mengidentifikasi 4. Berikan bantuan sampai pasien
habatan dalam melakukan mampu melakukan perawatan diri
aktivitas yang ditentukan. mandiri
3. Mampu menggunakan 5. Bantu pasien untuk melakukan
strategi untuk meningkatkan aktivitas normal sehari –hari sampai
keamanan dan daya tahan batas kemampuan.
tubuh 6. Pertahankan kemandirian pasien,
4. Mampu memodifikasi dengan tapi bantu ketika pasien tidak mapu
petugas kesehatan aktivitas untuk melakukannya.
fisik yang sesuai dengan 7. Ajarkan orang tua/keluarga untuk
kemampuan fisik. mendukung kemandirian dengan
membantu hanya ketika pasien tak
mampu melakukan perawtan diri.
8. Lakukan pengulangan yang
konsisten terhadap rutinitas
kesehatan yang dimaksudkan untuk
membangun perawatan diri.
Diagnosa Keperawatan Definisi

Gangguan citra tubuh Konfusi dalam gambaran mental tentang diri-fisik individu

Batasan Karakteristik Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)


(NOC)
1. Berfokus pada penampilan 1. Body image 1. Kaji secara verbal dan nonverbal
masa lalu 2. Self esteem respon klien terhadap tubuhnya
2. Gangguan fungsi tubuh Kriteria hasil: 2. Monitor frekuensi mengkritik
3. Gangguan struktur tubuh dirinya
1. Body image positif 3. Jelaskan tentang pengobatan,
4. Menolak menerima
2. Mampu mengidentifikasi perawatan, kemajuan dan prognosis
perubahan kekuatan personal penyakit
5. Perasaan negative tentang 3. Mendeskripsikan secara 4. Dorong klien mengungkapkan
tubuh faktual perubahan fungsi tubuh perasaannya
6. Perubahan gaya hidup 4. Mempertahankan interaksi 5. Identidikasi arti pengurangan
7. Perubahan lingkungan sosial melalui pemakaian alat bantu
sosial 6. Fasilitasi kontak dengan individu
8. Respon non-verbal pada lain dalam kelompok kecil
perubahan tubuh (mis.,
penampilan, struktur, Peningkatan citra tubuh
fungsi) 1. Tentukan harapan citra diri pasien
didasarkan pada tahap
perkembangan
Faktor yang berhubungan: 2. Bantu pasien untuk menentukan
pengaruh dari peer group terhadap
Perubahan fungsi tubuh persepsi pasien mengenai citra
(karena anomaly, penyakit, tubuh saat ini
medikasi, kehamilan, radiasi, 3. Gunakan gambaran diri sebagai
pembedahan, trauma, dll). mekanisme evaluasi dari persepsi
citra diri anak
4. Gunkan latihan membuka diri
dengan kelompok remaja atau yang
lain yang sangat kesal pada atribut
fisik yang normal
5. Peningkatan harga diri
6. Monitor pernyataan pasien
mengenai harga diri
7. Tentukan kepercayaan diri pasien
dalam hal penilaian diri
8. Jangan mengkritisi pasien secara
negative
9. Berikan hadiah atau pujian terkait
dengan kemajuan pasien dalam
mencapai tujuan
Diagnosis Keperawatan: Definisi:

Nyeri akut Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul
akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan
sebagai kerusakan (international Association for the Study of Pain);
awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat
dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi

Batasan kerakteristik Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)


(NOC)

1. Bukti nyeri dengan 1. Kontrol nyeri Manjemen


menggunakan standar 2. Tingkat nyeri lingkungan:kenyamanan
daftar periksa nyeri untuk 3. Kepuasan klien:
pasien yang tidak dapat manajemen nyeri 1. Ciptakan lingkungan yang tenang
mengungkapkannya (mis., 4. Nyeri:respon psikologis dan mendukung
Neonatal Infant Pain tambahan 2. Sesuaikan suhu lingkungan yang
Assessment Checklist for 5. Nyeri: efek yang nyaman untuk pasien
Senior with Limited menggangggu 3. Sesuaikan pencahaan ruangan
ability tu Communicate) 6. Integritas kulit dan untuk membantu klien dalam
2. Ekspresi wajah nyeri membran mukkosa beraktivitas
(misalkan wajah kurang 7. Perfusi jaringan 4. Fasilitasi tindakan kebersihan
bercahaya, tampak kacau, 8. Penyembuhan luka:primer untuk kenyamanan individu.
gerakan mata berpencar 9. Penyembuhan luka : 5. berikan edukasi kepada keluarga
atau tetap pada satu fokus, sekunder terkait manajemen penyakit
meringis). Setelah dilakukan intervensi
3. Fokus menyempit ( selama 4x24 jam nyeri berkurang
misalkan persepsi waktu, atau teratasi dengan kriteria hasil: Pengaturan posisi
proses berpikir, interaksi
dengan orang dan klien dapat 1. Berikan posisi yang tidak
lingkungan) menyebabkan nyeri bertambah
1. mengenali kapan terjadi nyeri 2. Tinggikan kepala tempat tidur
2. mengenali faktor penyebab 3. Posisikan pasien ntuk
nyeri meningkatkan drainase urin
3. melaporkan nyeri terkontrol 4. Meminimalisir gesekan dan
Faktor yang berhubungan: 4. melaporkan jika mengalami cedera ketikan memposisikan
nyeri atau membalikkan tubuh pasien
Agen cedera fisik ( mis., 5. mengambil tindakan untuk 5. Jangan berikan posisi yang dapat
abses, amputasi, luka bakar, mengurangi nyeri menyebabkan penekananpada
terpotong, mengangkat berat, 6. melakukan manajemen nyeri luka.
prosedur bedah, trauma, olah sesuai dengan keyakinan
raga belebihan) budaya
Terapi relaksasi
7. mengatasi gangguan hubungan
interpersonal 1. minta klien untuk rileks
8. menikmati hidup 2. gambarkan rasionalisasi dan
9. mengatasi kekhawatiran terkait manfaat relaksasi serta jenis
toleransi nyeri relaksasi yang tersebut. (....)
10. mengatasi kekhawatiran 3. ajarkan teknik relaksasi napas
membebani orang lain dalam
11. mengatasi ketakutan terhadap 4. Ciptakan lingkungan yang tenang
nyeri yang tidak bisa ditahan 5. Berikan waktu yang tidak
12. Mengatasi ketakutan terhadap terganggu
prosedur dan alat Pemijatan
13. mengatasi rasa marah
terhdapat dampak nyeri yang 1. Kaji keinginan klien untuk
menyebabkan dilakukan pemijatan
ketidakmampuan 2. Cuci tangan dengan air hangat
14. lesi pada kulit dan membran 3. Gunakan lotion, minyak hangat,
mukosa berkurang bedak kering
15. suhu dalam batas normal (36- 4. Pijat secara terus-menerus, halus,
37,5 C) usapan yang panjang, meremas,
16. kulit wajah tidak pucat atau getakan di telapak kaki
17. peradangan pada luka 5. Sesuaikan area pemijatan, teknik
berkurang dan tekanan sesuai persepsi
18. menunjukkan terjadi kenyamanan pasien.
pembentukan bekas luka 6. Dorong klien melakukan nafas
19. terdapat jaringan granulasi dalam dan rileks selama
20. eritema disekitar luka pemijatan.

Terapi musik

1. Pertimbangkan minat klien


terhadap musik
2. Identifikasi musik yang disukai
3. Menginformasikan individu
mengenai tujuan
4. Pilih musik yang disukai klien
5. Bantu klien untuk menentukan
posisi nyaman
6. Paastikan volume musikadekuat
dan tidak terlalu keras
7. Hindari stimuli musik setelah
cedera kepala

Tindakan kolaborasi:

Terapi oksigen

1. Bersihkan mulut, hidung dan


sekresi
2. Batasi kegiatan (merokok)
3. Pertahankan kepatenan jalan
napas
4. Siapkan peralatan oksigen dan
berikan melalui sitem humidifier
5. Berikan oksigen tambahan sesuai
instruksi
6. Monitoring aliran oksigen
7. Pantau adanya tanda-tanda
keracunan oksigen
8. Monitor kerusakan kulit terhadap
gesekan perangkat oksigen.
9. Konsultasi dengan tenaga
kesehatan lain mengenai
penggunaan oksigen tambahas

Pemberian obat

1. Kaji adanya riwayat alergi


terhadap obat tertentu
2. Pastikan mengikuti prinsip 6
benar pemberian obat
3. Cek tanggal kadaluarsa obat
4. Monitor respon klien

Diagnosa Keperawatan Definisi

Insomnia Gangguan pada kuantitas dan kuallitas tidur yang menghambat fungsi

Batasan Karakteristik Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)


(NOC)
1. Bangun terlalu dini 1. Kesejahteraan Personal 1. Tentukan efek samping pengobatan
2. Gangguan pola tidur 2. Tidur terhadap pola tidur pasien
3. Gangguan status
kesehatan Pasien memperlihatkan tidur yang 2. Pantau pola tidur dan catat faktor –
4. Kesulitan memulai tidur dibuktikan dengan: faktor fisik atau faktor – faktor
5. Kesulitan tidur nyenyak
1. Indikator jumlah jam tidur psikologis yang dapat menggangu
6. Perubahan mood
7. Tidur tidak memuaskan tidak mengalami gangguan pola tidur pasien
2. Pola, kualitas dan rutinitas 3. Hindari suara keras dan
Faktor yang berhubungan:
tidur tidak mengalami penggunaan lampu saat tidur
Ketidaknyamanan fisik dan gangguan malam, ciptakan lingkungan yang
ansietas 3. Perasaan segar setelah tidur tenang, damai dan meminimalkan
4. Terbangun di waktu yang gangguan
sesuai 4. Berikan atau lakukan tindakan
kenyamanan seperti masase.

Diagnosa Keperawatan Definisi

Konstipasi Penurunan frekuensi normal defekasi yang disertai kesulitan atau


pengeluaran feses yang tidak tuntas dan/atau feses yang keras, kering
dan banyak.

Batasan Karakteristik Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)


(NOC)
1. Bising usus hipoaktif Konstipasi: eliminasi feses Manajemen saluran cerna:
2. Distensi abdomen 1. Pola eliminasi
3. Feses keras dan berbentuk 2. Control gerakan usus 9. Catat buang air besar terakhir
4. Nyeri abdomen 3. Warna feses 10. Monitor buang air besar temasuk
5. Penurunan frekuensi 4. Jumlah feses untuk diet frekuesi, konsistensi, bentuk,
6. Tidak dapat makan 5. Feses lembut dan berbentuk volume, dan warna dengan cara
7. Tidak dapat mengeluarjan 6. Kemudahan BAB yang tepat
feses 7. Tekanan sfingter 11. Monitor bising usus
8. Otot untuk mengeluarkan 12. Monitor adanya tanda dan gejala
Faktor yang berhubungan: feses diare, konstipasi dan implikasi
9. Pengeluaran feses tanpa 13. Catat masalah BAB yang sudah
Tumor bantuan ada sebelumnya, BAB rutin, dan
10. Suara bising usus penggunaan laktasif
11. Lemak dalam feses 14. Ajarkan pasien mengenai
12. Darah dalam feses makanan-makanan tertentu yang
13. Mukus dalam feses membantu mendukung
14. Konstipasi keteraturan aktivitas usus
15. Diare 15. Anjurkan anggota keluarga
16. Penyalahgunaan alat bantu pasien untuk mencatat warna,
eliminasi volume, frekuensi, dan
17. Nyeri pada saat BAB konsistensi tinja
16. Instruksikan pasien mengenai
makanan tinggi serat, dengan
cara yang tepat
Manajemen konstipasi:
1. Monitor tanda-tanda dan gejala
konstipasi
2. Monitor tanda dan gejala impaksi
konstipasi
3. Monitor (hasil produksi)
pergerakan usus (feses), meliputi
frekuensi, konsistensi, bentuk,
volume, dan warna dengan cara
yang tepat
4. Monitor bising usus
5. Konsultasikan degan dokter
mengenai penurunan/peningkatan
frekuensi bising usus
6. Monitor tanda dan gejala
terjadinya rupture usus
dan/atauperitonitis
7. Jelaskan penyebab dari masalah
dan rasionalisasi tindakan
8. Identifikasi faktor-faktor
(misalnya pengobatan tirah
baring dan diet) yang
menyebabkan atau berkontribusi
pada terjadinya konstipasi
9. Buatlah jadwal untuk BAB
dengan cara yang tepat
10. Dukung peningkatan asupan
cairan, jika tidak ada
kontraindikasi
11. Evaluasi jenis pengobatan yang
memiliki efek samping pada
gastrointestinal
12. Instruksikan pasien/keluarga
untuk mencatat warna, volume,
frekuensi dan konsistensi dari
feses
13. Ajarkan pasien/keluarga untuk
tetap memiliki diari terkait
dengan makanan
14. Instruksikan pada
pasien/keluarga pada diet tinggi
serat dengan cara yang tepat
15. Instruksikan pasien/keluarga
mengenai hubungan antara diet,
latihan dan simpan cairan
terhadap kejadian
konstipasi/impaksi
16. Evaluasi catatan asupan untuk
apa saja nutrisi (yang telah
dikonsumsi)
17. Berikan petunjuk pada pasien
untuk dapat berkonsultasi dengan
dokter jika konstipasi atau tempat
impaksi masih tetap saja terjadi
18. Sarankan penggunaan
laksatif/pelembut feses dengan
cara yang tepat
19. Informasikan pada pasien
mengenai prosedur untuk
mengeluarkan feses secara
manual, jika diperlukan
20. Hilangkan impaksi feses secara
manual, jika diperlukan
21. Lakukan enema atau irigasi,
dengan tepat
22. Timban berat badan pasien secara
teratur
23. Ajarkan pasien atau keluarga
mengenai proses pencernaan
normal
24. Ajarkan pasien atau keluarga
mengenai kurun waktu dalam
menyelesaikan terjadinya
konstipasi

Diagnosa Keperawatan Definisi

Ansietas Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon
otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu): perasaan ttakut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap
bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan
individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk
bertindak menghadapi ancaman

Batasan Karakteristik Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)


(NOC)
1. Perilaku Setelah diberikan intervensi Penurunan Kecemasan
a. Gelisah keperawatan
b. Insomnia selama……………pasien akan 1. Kaji dan dokumentasikan tingkat
c. Tampak waspada menunjukan ansietas kecemasan pasien, termasuk
2. Afektif berkurang, kriteria hasil: reaksi fisik setiap......
a. Berfokus pada diri tingkat ansietas hanya ringan 2. Kaji untuk faktor budaya
sendiri sampai sedang dan selalu (misalnya, konflik nilai) yang
b. Ragu menunjukan pengendalian diri menjadi penyebab ansietas
3. Fisiologis terhadap ansietas ,konsentrasi 3. Gali bersama pasien tentang
Penuingkatan keringat dan koping. tekhnik yang berhasil dan tidak
Pengendalian diri pada berhasil menurunkan ansietas
Faktor yang berhubungan: ansietas dimasa lalu
1. Merencanakan strategi 4. Reduksi ansietas (NIC):
Ancaman pada status terkini koping untuk situasi penuh menentukan kemampuan
tekanan pengambilan keputusan pasien.
2. Mempertahankan
performaperan
Penyuluhan untuk
3. Memantau distorsi persepsi
pasien/keluarga
sensori
4. Memantau manifestasi 1. Buat rencana dengan tujuan yang
perilaku ansietas realistis, termasauk kebutuhan
5. Menggunakan teknik untuk pengulangan, dukungan
relaksasi untuk meredahkan dan pujian terhadap tugas-tugas
ansietas yang telah dipelajari
2. Beriakan informasi mengenai
sumber komunitas yang tersedia,
Setelah dilakukan tindakan
seperti taman, tetangga,
keperawatan
kelompok, swabantu,tempat
selama……….pasien akan:
ibadah, lembaga sukarelawan dan
1. Meneruskan aktivitas yang pusat rekreasi
dibutuhkan meskipun 3. Informasi tentang gejala ansietas
mengalami kecemasan 4. Ajarkan anggota keluarga
2. Menunjukan kemampuan bagaimana membedakan antara
untuk berfokus pada setangan panik dan gejala
pengetahuan dan penyakit fisik
5. PenurunanAnsietas (NIC):
keterampilan yang baru  Sediakan informasi aktual
3. Mengidentifikasi gejala yang menyangkut diagnosis, terapi
merupakan indikator ansietas dan prognosis.
pasien sendiri  Instruksikan pasien tentang
6. Mengomunikasikan penggunaan teknik relaksasi
kebutuhan dan perasaan  Jelaskan semua prosedur,
negatif secara tepat termasuk sensasi yang
7. Memiliki tanda-tanda vital biasanya dialami selama
dalam batas normal. prosedur.

Aktivitas kolaboratif
Penurunan ansietas (NIC): berikan
obat untuk menurunankan ansietas,
jika perlu.

Aktivitas lain
1. Pada saat ansietas berat,
dampingi pasien, bicara dengan
tenang, dan berikan ketenagan
serta rasa nyaman
2. Beri dorongan kepada pasien
untuk mengungkapkan secara
verbal pikiran dan perasaan untuk
mengeksternalisasikan ansietas
3. Bantu pasien untuk
memfokuskan pada situasi saat
ini, sebagai cara untuk
mengidentifikasi mekanisme
koping yang dibutuhkan untuk
mengurangi ansietas
4. Sediakan pengalihan melalui
televisi,radio, pemainan serta
terapi okupasi untuk menurunkan
ansietas dan memperluas fokus
5. Coba teknik seperti imajinasi
seperti bimbing dan relaksasi
progresif
6. Berikan penguatan positif ketika
pasien mampu meneruskan
aktivitas sehari-hari dan aktivitas
lainya meskipun mengalami
ansietas
7. Yakinkan kembali pasien melalui
sentuhan, dan sikap empatik
secara verbal dan nonverbal
secara bergantian
8. Dorong pasien untuk
mengekspresikan kemarahan dan
iritasi serta izinkan pasien untuk
menangis
9. Kurangi rangsangan yang
berlebihan dengan menyediakan
lingkungan yang tenang, kontak
yang terbatas dengan orang lain
jika dibutuhkan, serta
pembatasan penggunaan kafein
dan stimulan lain
10. Sarankan terapi alternative
untuk mengurangi ansietas yang
dapat di terima oleh pasien
11. Singkirkan sumber-sumber
ansietas jika memungkinkan
12. Penurun anansietas (NIC):
 Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
 Nyatakan dengan jelas
tentang harapan terhadap
prilaku pasien
 Damping pasien (mis, selama
prosedur) untuk
meningkatkan keamanan dan
mengurangi rasa takut
 Berikan pijatan
punggung/pijatan leher jika
perlu
 Jaga peralatan perawatan jauh
dari pandangan
 Bantu pasien untuk
mengidentifikasi situasi yang
mencetuskan ansietas.

Diagnosa Keperawatan Definisi

Kerusakan Integritas kulit Kerusakan pada epidemis dan/atau bawah dermis

Batasan Karakteristik Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)


(NOC)
1. Benda asig menusuk 1. Tissue integrity : skin and Pressure Management
permukaan kulit mucous
2. Kerusakan integritas kulit 2. Hemodialis akses 1. Anjurkan pasien untuk
menggunakan pakaian yang
Faktor yang berhubungan: Kriteria hasil longgar
1. Eksternal 2. Hindari kerutan pada tempat tidur
d. Agens farmaseutikal 1. Integritas kulit yang baik 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap
e. Cedera kimiawi (mis. bisa dipertahankan (sensasi, bersih dan kering
Luka bakar, elastisitas, temperature, 4. Mobilisasi pasien (ubah posisi
kapsaisin, metilen hidrasi, pigmentasi) pasien) setiap dua jam sekali
klorida, agen 2. Tidak ada luka/lesi 5. Monitor kulit akan adanya
mustard) 3. Perfusi jaringan baik kemerahan
f. Faktor mekanik (mis. 4. Menunjukkan pemahaman 6. Oleskan lotion atau minyak/baby
Daya gesek, tekanan, dalam proses perbaikan kulit oil pada daerah yang tertekan
imobilitas fisik). dan mencegah terjadinya 7. Monitor aktivitas dan mobilisasi
cedera berulang pasien
5. Mampu melindungi kulit 8. Monitor status nutrisi pasien
dan mempertahankan 9. Memandikan pasien dengan sabun
kelembaban kulitt dan dan air hangat
perawatan alami
Insision site care

1. Membersihkan, memantau dan


meningkatkan proses
penyembuhan pada luka yang
ditutup dengan jahitan, klip atau
staples
2. Monitor proses kesembuhan area
insisi
3. Monitor tanda dan gejala infeksi
pada area insisi
4. Bersihkan area sekitar jahitan atau
staples, menggunakan lidi kapas
steril
5. Gunakan preparat antiseptic,
sesuai program
6. Ganti balutan pada interval waktu
yang sesuai atayu biarkan luka
tetap terbuka (tidak dibalut) sesuai
program.
BAB III
WEB OF CAUTION (WOC)

Terapi medis
PATHWAY Diet rendah serat, diet tinggi lemak,
fast food,faktor keluarga/gen

Perubahan status gizi Tidak lancarnya proses metabolisme


Kolostomi Koping dan
konsep
MK: Ansietas Peningkatan kontak dinding usus dengan residu
Insisi bedah
Risiko terjadinya tumor pada rectum
Saluran limfatik/hematogen Terputusnya
jaringan
Peningkatan ukuran/massa dalam lumen
Gang. Gang. Gang.
Fungsi Fungsi Fungsi Invasi ke sekitar usus: rectum MK: Kerusakan
hati paru integritas kulit
ginjal
Tumor Rectum MK: Gangguan
Citra Tubuh
Organ terdekat (lambung,
Tumor bermetastase menjadi lebih banyak
ureter, organ repro)

Perangsangan pada lambung Obstruksi pada rectum

Kembung/nausea/vomitus
Penurunan Tenesmi Peningkatan Penekanan
peristaltic perdarahan ujung saraf
Kurang minat pada makanan
usus
MK: Disfungsi
Motiilitas GI Nyeri pada
MK: Ketidakseimbangan Anemia MK: Nyeri
Penurunan bagian
nutrisi: kurang dari kebutuhan Akut
reabsorpsi abdomen
usus Suplai O2
menurun
Gelisah
MK: Konstipasi
Kelemahan
Sulit
tidur
MK:
Intoleransi
Aktivitas MK:
Insomnia
Daftar Pustaka

Arafat, B. B. (2015). Asuhan keperawatan pada Tn. N dengan kanker kolon di ruang dahlia
RSUD Banyumas. FIK Universitas Muhammadiyah Purwokerto: Purwokerto

Brunner, & Suddarth. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC). United States of America: Elsevier.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Nanda International Nursing Diagnoses:


Defenitions and Classification 2015-2017. Jakarta: EGC.

Kementrian Kesehatan RI. (2017). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Kanker


Kolorektal diakses di halaman
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PNPKkolorektal.pdf pada tanggal 22 April
2018

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC). United States of America: Elsevier.

Saleh, E. (2016). Neoplasma. PSPDG FKIK UMY: Yogyakarta

Utami, I. J. (2016). Carcinoma rectum. RSUD Tjitro Wardojo Purworejo: Purworejo.

Anda mungkin juga menyukai