Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TBC DI RUANG 25 RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Disusun oleh :

TIM Universitas Jember


TIM STIkes Kepanjen

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT


RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TBC
Di Ruang 25

RSUD DR.SAIFUL ANWAR MALANG


Tanggal 11 Oktober 2018

Anggota :

KELOMPOK STIKES KEPANJEN


KELOMPOK UNIVERSITAS JEMBER

Mengetahui

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

(……………………………………………….) (………………………………………….)
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENYAKIT TB (TUBERKULOSIS)

Tema : Penyakit Tuberkulosis (TB)


Sasaran : Pasien dan keluarga yang menderita penyakit TB
Hari / Tanggal : Kamis, 11 Oktober 2018
Waktu : 10.00 - 11.00 WIB
Tempat : Ruang 25
Pengajar : Mahasiswa Profesi Ners STIKes Kepanjen di RS. Dr. Saiful Anwar
Mahasiswa Profesi Ners Universitas Jember di RS.Dr. Saiful Anwar

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang Tuberkulosis (TB) selama 1 x 30
menit diharapkan pasien dan keluarga mengerti tentang penyakit Tuberkulosis (TB).

B. Tujuan Instruksional Khusus


1. Pasien dan keluarga mampu memahami pengertian penyakit Tuberkulosis (TB).
2. Pasien dan keluarga mampu memahami tentang penyebab penyakit Tuberkulosis
(TB).
3. Pasien dan keluarga mampu memahami tentang tanda dan gejala penyakit
Tuberkulosis (TB).
4. Pasien dan keluarga mampu memahami tentang cara penularan penyakit Tuberkulosis
(TB).
5. Pasien dan keluarga mampu memahami tentang cara pengobatan penyakit
Tuberkulosis (TB)
6. Pasien dan keluarga mampu memahami tentang cara pencegahan penyakit
Tuberkulosis (TB).
7. Pasien dan keluarga mampu memahami tentang cara penatalaksanaan penyakit
Tuberkulosis (TB)

C. Sasaran
Adapun sasaran dari penyuluhan ini ditujukan khususnya kepada pasien dan keluarga
pasien di ruang 25 RS. Dr. Saiful Anwar.

D. Materi (terlampir)
Penyakit Tuberkulosis (TB)

E. Media
1. Leaflet
2. LCD
F. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Evaluasi
G. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Kegiatan Kegiatan Peserta
1. Pembukaan  Mengucapkan salam  Menjawab salam
( 5 menit )  Memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Menjelaskan tujuan
pendidikan kesehatan
 Menanyakan persepsi
dengan cara menggali
pengetahuan yang dimiliki
pasien dan keluarga tentang
penyakit tuberculosis
2. Pelaksanaan  Menjelaskan materi  Mendengarkan
( 20 menit )  Pasien dan keluarga  Bertanya
memperhatikan
penjelasan tentang penyakit
tuberculosis (TB)
 Pasien dan keluarga
menanyakan tentang hal-hal
yang belum jelas
3. Penutup  Menyimpulkan materi  Mendengarkan
(5menit)  Mengevalusi pasien dan  Menjawab salam
keluarga tentang materi yang
telah diberikan
 Mengakhiri pertemuan

H. Pengorganisasian
1. Penyaji : Sofia
2. Moderator : firda
3. Fasilitator : 1) Anita Nofianti
2) Anang Fauzi
3) Intan

I. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Materi dan media yang akan dibawakan pada saat penyuluhan telah
dikonsultasikan terlebih dahulu kepada pembimbing lahan dan pembimbing
institusi dan telah mendapatkan persetujuan.
b. Materi, alat bantu dan jadwal untuk penyuluhan sudah tersedia sebelum hari-H.
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
b. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan sebelum penyuluhan
usai.
c. Peserta mampu menerima materi dengan baik, mengajukan pertanyaan, dan
menjawab pertanyaan selama penyuluhan berlangsung.
d. Peserta dapat tenang dan berkonsentrasi terhadap materi yang dipaparkan.

3. Evaluasi Hasil
a. Menanyakan kembali tentang materi yang dijelaskan pada peserta tentang :
1) Apakah pengertian dari penyakit tuberculosis (TB)?
2) Apakah penyebab penyakit tuberculosis (TB)?
3) Apa saja tanda gejala penyakit tuberculosis (TB)?
4) Bagaimana cara penularan penyakit tuberculosis (TB)?
5) Bagaimana pengobatan dari penyakit tuberculosis (TB)?
6) Bagaimana cara pencegahan dari penyakit tuberculosis (TB)?
Pengetahuan peserta tentang pokok bahasan meningkat dibuktikan dengan
kemampuan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh penyuluh.
b. Pertanyaan dari Peserta
1) Pada keluarga jika salah satu anggota keluarga terkena TB apakah anggota
keluarga yang lain pasti tertular ?

2) Apa Penyebab TB ?
3) Kenapa nafsu makan pasien TB menurun ?
4) Apa bedanya TB sama paru – paru ngeflek ?
5) Berapa lama masa intubasi dari TB ?
6) Apakah ada imunisasi untuk mencegah TB ?
7) Seandainya pengobatan TB tidak tuntas bagaimana ?
8) Bagaimana penatalaksanaan TB ?
Tingkat partisipasi dan keaktifan peserta dalam penyuluhan cukup tinggi, dibuktikan
dengan adanya beberapa pertanyaan yang ditanyakan kepada penyuluh.

J. Dokumentasi
Terlampir
MATERI TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS (TB)

A. PENGERTIAN
Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis yang
hampir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi yang paling banyak adalah
paru-paru (IPD, FK, UI). Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi ( Mansjoer , 1999).

B. PENYEBAB
Etiologi Tuberculosis Paru adalah Mycobacterium Tuberculosis yang berbentuk
batang dan Tahan asam (Price , 1997). Penyebab Tuberculosis adalah M. Tuberculosis
bentuk batang panjang 1 – 4 /m. Dengan tebal 0,3 – 0,5 m. selain itu juga kuman lain
yang memberi infeksi yang sama yaitu M. Bovis, M. Kansasii, M. Intracellutare.

C. TANDA DAN GEJALA


 Gejala umum Tb paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum ,
malaise , gejala flu , demam ringan suhu diatas 37,5’C , nyeri dada , batuk darah
(Mansjoer , 1999).
 Gejala lain yaitu kelelahan, anorexia, penurunan Berat badan ( Luckman dkk).
 Demam : subfebril menyerupai influenza
 Batuk : batuk kering (non produktif)  batuk produktif (sputum)
 Hemaptoe berat (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
 Sesak Nafas : pada penyakit TB yang sudah lanjut dimana infiltrasinya
sudah ½ bagian paru-paru
 Nyeri dada
 Malaise : anoreksia, nafsu makan menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat
malam
D. CARA PENULARAN
Penyakit tuberculosis (TB) bisa ditularkan melalui kontak langsung dengan pasien
TB, seperti terpapar hembusan nafasnya, cairan tubuhnya, droplet, dan peralatan makan.

E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapar terjadi pada pasien dengan TB Paru adalah:
1. Batuk darah.
2. Pneumothorax.
3. Gagal nafas.
4. Gagal jantung.
5. Efusi pleura.
6. Abses paru.

F. PENGOBATAN
Di Indonesia Klasifikasi yang dipakai berdasarkan DEPKES.
1. Kategori 1 :
Paduan obat 2HRZE/4H3R3 atau 2HRZE/4HR atau 2HRZE/6HE. Obat tersebut
diberikan pada penderita baru Y+TB Paru BTA Positif, penderita TB Paru BTA
Negatif Roentgen Positif yang “sakit berat” dan penderita TB ekstra Paru Berat.
2. Kategori II :
Paduan obat 2HRZES/HRZE/5H3R3E3. Obat ini diberikan untuk : penderita
kambuh (relaps), pendrita gagal (failure) dan penderita dengan pengobatan setelah
lalai ( after default)
3. Kategori III :
Paduan obat 2HRZ/4H3R3. Obat ini diberikan untuk penderita BTA negatif dan
roentgen positif sakit ringan, penderita ekstra paru ringan yaitu TB Kelenjar Limfe
(limfadenitis), pleuritis eksudativa uiteral, TB Kulit, TB tulang (kecuali tulang
belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
Adapun tambahan dari pengobatan pasien TB obat sisipan yaitu diberikan bila pada akhir
tahap intensif dari suatu pengobatan dengan kategori 1 atua 2, hasil pemeriksaan dahak
masih BTA positif, diberikan obat sisipan ( HRZE ) setiap hari selama satu bulan.
Jenis obat yang dipakai
- Obat Primer - Obat Sekunder
1. Isoniazid (H) 1. Ekonamid
2. Rifampisin (R) 2. Protionamid
3. Pirazinamid (Z) 3. Sikloserin
4. Streptomisin 4. Kanamisin
5. Etambutol (E) 5. PAS (Para Amino Saliciclyc Acid)
6. Tiasetazon
7. Viomisin
8. Kapreomisin

 Prinsip Pengobatan Tb
Sesuai dengan sifat kuman TB, untuk memperoleh efektifitas pengobatan,
maka prinsip-prinsip yang dipakai adalah :
- Menghindari penggunaan monoterapi. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) diberikan
dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis
tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Hal ini untuk mencegah timbulnya
kekebalan terhadap OAT.
- Untuk menjamin kepatuhan penderita dalam menelan obat, pengobatan dilakukan
dengan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang
Pengawas Menelan Obat (PMO).
- Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
Tahap Intensif
- Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.
- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
- Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan.
Tahap Lanjutan
- Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama.
- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister (dormant) sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan.

G. EFEK SAMPING OBAT


 Isoniazid (H) :
1. Tanda tanda keracunan pada saraf tepi, kesemutan dan nyeri otot atau gangguan
kesadaran.
Efek ini dapat dikurangi dengan pemberian piridoksin (vitamin B6 dengan dosis
5 - 10 mg per hari atau dengan vitamin B kompleks)
2. Kelainan yang menyerupai defisiensi piridoksin (syndroma pellagra)
3. Kelainan kulit yang bervariasi, antara lain gatal-gatal
Bila terjadi efek samping ini pemberian OAT dapat diteruskan sesuai dosis.
 Rifampisin (R)
Efek samping Rifampisin yang berat tapi jarang terjadi adalah :
1. Sindrom respirasi yang ditandai dengan sesak napas, kadang-kadang disertai
dengan kolaps atau renjatan (syok). Penderita ini perlu dirujuk ke UPK
spesialistik karena memerlukan perawatan darurat.
2. Purpura, anemia haemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal. Bila salah satu
dari gejala ini terjadi, Rifampisin harus segera dihentikan dan jangan diberikan
lagi meskipun gejalanya sudah menghilang. Sebaiknya segera dirujuk ke UPK
spesialistik.
Efek samping Rifampisin yang ringan adalah:
1. Sindrom kulit seperti gatal-gatal kemerahan
2. Sindrom flu berupa demam, menggigil, nyeri tulang
3. Sindrom perut berupa nyeri perut, mual, muntah, kadang-kadang diare.
Efek samping ringan sering terjadi pada saat pemberian berkala dan dapat sembuh
sendiri atau hanya memerlukan pengobatan simtomatik.
Rifampisin dapat menyebabkan warna merah pada air seni, keringat, air mata,
air liur. Hal ini harus diberitahukan kepada penderita agar penderita tidak jadi
khawatir. Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolisme obat dan tidak
berbahaya.
 Pirazinamid (Z)
1. Efek samping utama dari penggunaan Pirazinamid adalah hepatitis.
2. Nyeri sendi dan kadang-kadang dapat menyebabkan serangan arthritis Gout
yang kemungkinan disebabkan berkurangnya ekskresi dan penimbunan asam
urat.
3. Kadang-kadang terjadi reaksi hipersensitas misalnya demam, mual, kemerahan
dan reaksi kulit yang lain.
 Streptomisin
1. Efek samping utama dari Streptomisin adalah kerusakan syaraf kedelapan yang
berkaitan dengan keseimbangan dan pendengaran.
Risiko efek samping tersebut akan meningkat seiring dengan peningkatan dosis
yang digunakan dan umur penderita. Kerusakan alat keseimbangan biasanya
terjadi pada 2 bulan pertama dengan tanda-tanda telinga mendenging (tinitus),
pusing dan kehilangan keseimbangan. Keadaan ini dapat dipulihkan bila obat
segera dihentikan atau dosisnya dikurangi dengan 0,25 gr. Jika pengobatan
diteruskan maka kerusakan alat keseimbangan makin parah dan menetap
(kehilangan keseimbangan dan 74 tuli). Risiko ini terutama akan meningkat pada
penderita dengan gangguan fungsi ekskresi ginjal. Reaksi hipersensitas kadang-
kadang terjadi berupa demam yang timbul tiba-tiba disertai dengan sakit kepala,
muntah dan eritema pada kulit. Hentikan pengobatan dan segera rujuk penderita
ke UPK spesialistik.
2. Efek samping sementara dan ringan misalnya reaksi setempat pada bekas
suntikan, rasa kesemutan pada sekitar mulut dan telinga yang mendenging dapat
terjadi segera setelah suntikan. Bila reaksi ini mengganggu (jarang terjadi) maka
dosis dapat dikurangi dengan 0,25 gr.
3. Streptomisin dapat menembus barrier plasenta sehingga tidak boleh diberikan
pada wanita hamil sebab dapat merusak saraf pendengaran janin.
 Etambutol (E)
Etambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa berkurangnya
ketajaman penglihatan, buta warna untuk warna merah dan hijau. Meskipun
demikian, keracunan okuler tersebut tergantung pada dosis yang dipakai. Efek
samping jarang terjadi bila dosisnya 15 - 25 mg/Kg BB per hari atau 30 mg/Kg BB
yang diberikan 3 kali seminggu. Setiap penderita yang menerima Etambutol harus
diingatkan bahwa bila terjadi gejala-gejala gangguan penglihatan supaya segera
dilakukan pemeriksaan mata. Gangguan penglihatan akan kembali normal dalam
beberapa minggu setelah obat dihentikan. Karena risiko kerusakan okuler sulit
dideteksi pada anak-anak, maka Etambutol sebaiknya tidak diberikan pada anak.

H. PENCEGAHAN TBC
 Menutup mulut ketika batuk atau bersin
 Tidak meludah di sembarang tempat
 Meludah di tempat yang terkena sinar matahari langsung atau ditempat yang
sudah ada karbol/lisol
 Menggunakan masker
 Olahraga teratur untuk membantu menyehatkan tubuh
 Mencuci tangan setelah maupun sebelum melakukan aktifitas
 Ventilasi yang cukup
 Sinar matahari harus bisa masuk
 Jaga jarak aman ketika berhadapan dengan penderita TBC
 Etika saat batuk
 Jemur kasur seminggu sekali
 Untuk dirumah disarankan untuk peralatan makan tidak di bedakan. Dengan
mencuci peralatan makan pien deng baiklin 1:10 tutup botol.

I. PENATALAKSANAAN TBC

Tuberkulosis paru diobati terutama dengan agens kometrapi (agens antituberkulosis)


selama periode 6 sampai 12 bulan. 5 medikasi garis depan digunakan : isoniasid (INH),
rifampin (RIF) stretomisin (SM), etambutol (EMB), dan pirasinamid (PZA).
Kapreomisin, kanamisin, eteonamid, natrium-para-aminosalisilat, amikasin, dan siklisin
merupakan obat-obat baris kedua.

M. Tuberculosis yang resisten terhadap obat-obatan terus menjadi isu yang


berkembang di seluruh dunia, meski TB yang resisten terhada obattelah teridentifikasi
sejak tahun 1950, insiden dari resisten banyak obat telah menciptakan tantangan baru.
Beberapa jenis resisten obat harus dipertimbangkan ketika merencanakan terapi efektif:

1. Resisten obat primer adalah resisten terhadap satu agensantituberkulosis garis


depanpada individu yang sebelumnyabelum mendapatkan pengobatan.
2. Resisten obat didapat atau skunder adalah resisten terhadap satu atau lebih agens
antituberkulosis pada pasien yang sedang menjalani terapi.
3. Resisten banyak obat adalah resisten terhadap dua agens, sebut saja , INH dan RIF

Pengobatan yang direkomendasikan bagi kasus tuberkulosis paru yang baru


didiagnosa adalah regimen pengobatan beragam, termasuk INH, RIF dan PZA selama 4
bulan dengan INH dan RIF dilanjutkan untuk tambahan dua bulan (totalnya 6 bulan).
Sekarang ini setiap agens dibuat dalam pil yang terpisah. Pil anti-tuberkulosis baru three
in one yang terdiri atas INH, RIF dan PZA telah dikembangkan, yang akan memberikan
dampak besar dalam meningkatkan kepatuhan terhadap regimen pengobatan.

Pada awalnya etambutol dan streptomisin mungkin disertakan dalam terapi awal
sampai pemeriksaan resisten obat didapatkan. Regimen pengobatan bagaimanapun tetap
dilanjutkan selama 12 bulan. Individu akan dipertimbangkan noninfeksius setelah
menjalani 2 sampai 3 minggu terapi obat kontinu.

Isoniasid (INH) mungkin digunakan sebagai tindakan preventif bagi mereka yang
diketahui beresiko terhadap penyakit ignifikan, sebagai contoh, anggota keluarga dari
pasien yang berpenyakit aktif. Regimen pengobatan profilatik ini mencakup penggunaan
dosis harian INH selama 6 sampai 12 bulan. Untuk meminimalkan efek samping, dapat
diberikan piridoksin (vitamin B6). Enzim-enzim hepar, nitrogen urea darah (BUN), dan
kreatinin dipantau setip bulan. Hasil pemeriksaan kultur sputum dipantau terhadap basil
tahan asam (BTA) untuk mengevaluasi efektifitas pengobatan dan kepatuhan pasien
terhadap terapi.

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Mansjoer, dkk. (1999). Kapita Selekta Kedokteran edisi 3. Jakarta: FK UI

Tucker, dkk. (1998). Standart Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

DepKes RI Tahun 2005. PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT


TUBERKULOSIS.

Anda mungkin juga menyukai