Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan
sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari
penyakit atau kecacatan. Maka secara analogi, kesehatan jiwa bukan hanya
sekedar bebas dari gangguan tetapi lebih kepada perasaan sehat, sejahtera dan
bahagia (well being), ada keserasian antara pikiran, perasaan, dan perilaku,
juga dapat merasakan kebahagiaan dalam sebagian besar kehidupannya serta
mampu mengatasi tantangan hidup sehari-hari.
Gangguan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi
setiap negara, tidak hanya di Indonesia saja. Gangguan jiwa yang dimaksud
tidak hanya gangguan jiwa psikotik/skizofrenia, tetapi kecemasan, depresi
dan penggunaan Narkotika, Psikotropika dan zat adiktif (NAPZA) yang
menjadi masalah kesehatan jiwa (DEPKES RI, 2008).
Indikator kesehatan jiwa yang dinilai Riskesdas 2013 antara lain
gangguan jiwa berat, gangguan mental emosional serta cakupan pengobatan.
Ganguan jiwa berat adalah gangguan jiwa yang ditandai oleh terganggunya
kemampuan menilai realitas atau tilikan (insight) yang buruk. Gangguan jiwa
berat dikenal dengan sebutan psikosis dan salah satu contoh psikosis adalah
skizofrenia. Disamping ganguan jiwa berat, Riskesdas 2013 juga melakukan
penelitian gangguan mental emosional pada penduduk. Gangguan mental
emosional adalah istilah yang sama dengan distress psikologis. Kondisi ini
adalah keadaan yang mengindikasikan seseorang mengalami perubahan
psikologis. Berbeda dengan gangguan jiwa berat psikosis dan skizofrenia,
gangguan mental emosional adalah gangguan yang dapat dialami semua
orang pada keadaan tertentu, tetapi dapat pulih seperti semula. Gangguan ini
dapat berlanjut menjadi gangguan yang lebih serius apabila tidak berhasil
ditanggulangi (Riskesdas, 2013).

1
Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk sebesar 1,7 per mil.
Gangguan jiwa berat terbanyak di Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali
dan Jawa Tengah. Proporsi rumah tangga yang pernah memasung anggota
rumah tangga gangguang jiwa berat 14,3% dan terbanyak pada penduduk
yang tinggal di peKampungan (18,2%). Prevalensi gangguan mental
emosional pada penduduk Indonesia 6,0% dengan prevalensi tertinggi
berjenis kelamin wanita dengan kisaran usia ≥ 75 tahun, dengan status
pendidikan tidak sekolah dan lebih tinggi pada daerah perkotaan
dibandingkan peKampungan . Provinsi dengan prevalensi gangguan mental
emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat,
D.I Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur (RISKESDAS,2013).

Di wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara gangguan jiwa berat


dengan prevalensi 1,3% atau sekitar 3.231 jiwa dan prevalensi gangguan
mental emosional sebesar 6,9% atau sekitar 168.081 jiwa (RSKD Atma
Husada, 2014). Di Kabupaten Kutai Barat, khususnya kecamatan Barong
Tongkok, angka gangguan jiwa tertinggi terdapat di Kampung Gleo Baru,
Gleo Asa dan Ombau Asa. Di Kampung Gleo Baru sebanyak 4 orang dan
Gleo baru sebanyak 3 orang yang mengalami gangguan jiwa berat yaitu
skizofrenia. Gangguan jiwa berat di kedua Kampung tersebut dengan
prevalensi tertinggi adalah laki-laki dibandingkan wanita, dengan rentang usia
17-34 tahun, pendidikan terakhir pasien gangguan jiwa rata-rata adalah SD
(Dokter Internsip, 2015).

Terjadinya gangguan jiwa disebabkan oleh karena ketidakmampuan


manusia untuk mengatasi konflik dalam dirinya, tidak terpenuhi kebutuhan
hidup, perasaan kurang diperhatikan, perasaan rendah diri sehingga perasaan
kehilangan sesuatu yang berlebihan. Di samping itu, juga banyak faktor yang
mendukung timbulnya gangguan jiwa meliputi biologis, psikologis, sosial dan
lingkungan. Pada seseorang dapat terjadi lebih dari satu penyebab atau
beberapa faktor dan biasanya jarang berdiri sendiri.

Oleh karena hal tersebut, Kampung Ombau Asa merupakan salah satu
Kampung di kecamatan Barong Tongkok yang memiliki angka gangguan jiwa

2
yang tinggi, peneliti tertarik mengadakan penelitian deskritif analitik guna
memberikan gambaran tentang pasien gangguan jiwa berat dan gangguan
mental emosioanl serta faktor-faktor yang mempengaruhi di Kampung Ombau
Asa Kecamatan Barong Tongkok Kabupaten Kutai Barat

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana perbedaan tingkat pengetahuan keluarga pasien gangguan jiwa
di Kampung Ombau Asa Kecamatan Barong Tongkok wilayah kerja
Puskesmas Barong Tongkok Kabupaten Kutai Barat.

1.3 Tujuan Penelitian


Mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan keluarga pasien gangguan jiwa
di Kampung Ombau Asa Kecamatan Barong Tongkok wilayah kerja
Puskesmas Barong Tongkok Kabupaten Kutai Barat.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Manfaat praktis, sebagai data statistik bagi pihak instansi kesehatan
dan yang terkait mengenai gangguan jiwa serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
2. Manfaat ilmiah, dapat menjadi sumbangsih ilmiah dalam
memperkaya ilmu pengetahuan khususnya mengenai gangguan
jiwa
3. Manfaat bagi peneliti, yaitu menambah wawasan ilmiah dan
pengetahuan dokter mengenai gangguan jiwa berat dan gangguan
mental emosional, cakupan pengobatan serta mengidentifikasikan
faktor-faktor yang mempengaruhi dalam gangguan jiwa.
4. Manfaat bagi Instansi, yaitu untuk mengetahui persebaran pasien
dengan gangguan jiwa serta mengetahui penyebab terjadinya

3
sehingga dapat dilakukan program promotif, preventif, dan kuratif
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara umumnya.

Anda mungkin juga menyukai