Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Disminorea adalah haid yang disertai rasa sakit. Disminorea adalah

kekakuan atau kejang di bagian bawah perut yang terjadi pada waktu menjelang

atau selama menstruasi, yang memaksa wanita untuk beristirahat atau berakibat

pada menurunnya kinerja dan berkurangnya aktifitas sehari-hari (Dianawati, 2003;

Proverawati & Misaroh, 2009). 1, 2

Disminorea adalah nyeri saat haid, biasanya dengan rasa kram dan terpusat

di abdomen bawah. Keluhan haid dapat terjadi bervariasi mulai dari yang ringan

sampai berat. Keparahan disminorea berhubungan langsung dengan lama dan

jumlah darah haid. Seperti diketahui, haid hampir selalu diikuti dengan rasa

mulas/nyeri. Namun, yang dimaksud dengan disminorea pada topik ini adalah

nyeri haid berat sampai menyebabkan seorang perempuan datang ke dokter atau

mengobati dirinya sendiri dengan obat anti nyeri. Disminorea adalah nyeri waktu

haid yang dapat disebabkan oleh radang sekitar rahim atau keadaan yang

menghalangi pengaliran darah haid ke luar. Disminore atau nyeri saat haid biasa

disebut dengan senggut. 3, 4, 5

Dismimorea adalah salah satu gangguan ginekologi yang terjadi pada masa

remaja yaitu saat terjadinya menstruasi. Gangguan lainnya yaitu premenstrual

syndrome, dan hirsutisme. Disminorea (nyeri haid) adalah keluhan ginekologis

akibat ketidakseimbangan hormon progesteron dalam darah sehingga

mengakibatkan timbul rasa nyeri. Disminorea adalah nyeri perut yang berasal dari

kram rahim dan terjadi selama menstruasi. Disminorea adalah rasa sakit pada

1
masa menstruasi yang cukup parah hingga bisa mengganggu aktifitas sehari-hari.

Rasa sakit disminorea bisa bermacam-macam, mulai dari rasa sakit yang tajam,

tumpul, berdenyut, mual, terbakar atau menusuk dan biasanya bersamaan dengan

menorragia (Verawaty & Rahayu, 2012). 6-9

Disminorea dapat dibagi menjadi dua kelompok, disminorea primer dan

disminorea sekunder. Disminorea primer adalah nyeri haid tanpa ditemukan

keadaan patologi pada panggul. Disminorea primer berhubungan dengan siklus

ovulasi dan disebabkan oleh kontraksi miometrium sehingga terjadi iskimea

akibat adanya prostaglandin yang diproduksi oleh endometrium fase sekresi.

Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya disminorea primer, yaitu faktor

endokrin, kelainan organik, faktor kejiwaan atau gangguan psikis, faktor

konstitusi, faktor alergi, faktor haid pertama pada usia dini /menarche, periode

haid yang lama, aliran darah haid yang hebat, merokok, riwayat keluarga yang

positif terkena penyakit, kegemukan atau status gizi tidak normal dan

mengkonsumsi alkohol.

Disminorea sekunder adalah nyeri haid yang berhubungan dengan berbagai

keadaan patologis di organ genitalia, misalnya endometriosis, adenomiosis,

mioma uteri, stenosis serviks, penyakit radang panggul, perlekatan panggul, atau

irritable bowel syndrom. Penyebab lain dari disminorea bermacam-macam,

diantaranya gangguan saraf, gangguan psikologis, hidup tidak teratur, kurang gizi.

Penyakit ini sering menimpa gadis-gadis dan ibu muda, tidak jarang sering

mengalami perdarahan hebat pada waktu menstruasi.3,5,7

Wanita yang mengalami haid biasanya mengeluhkan gejala-gejala dalam

dua hari pertama. Gejala tersebut antara lain ketidakstabilan emosi, sakit kepala,

2
tidak bergairah, dan nafsu makan menurun. Gejala fisik yang paling umum adalah

ketidaknyamanan, nyeri dan kembung di daerah perut, rasa tertekan pada daerah

kemaluannya dan dismenorea (Benson, 2009). Dampak dari disminorea

menimbulkan konflik emosional, ketegangan dan kegelisahan semua itu dapat

memainkan peranan serta menimbulkan perasaan tidak nyaman dan asing.

Prevalensi disminorea tertinggi sering ditemui pada remaja putri, yang

diperkirakan antara 20-90%. Remaja putri yang mengalami gangguan dalam

aktivitas belajar diakibatkan karena nyeri haid yang dirasakan dalam proses

belajar mengajar. Hal ini menyebabkan remaja putri sulit berkonsentrasi karena

ketidaknyamanan yang dirasakan ketika nyeri haid. Oleh karena sulit

berkonsentrasi, hal ini bisa memicu prestasi belajar remaja putri menurun.6, 7, 10

Angka kejadian disminorea cukup tinggi diseluruh dunia. Menurut data

WHO, rata-rata insidensi terjadinya disminorea pada wanita muda antara 16,8 -

81%. Rata-rata di negara-negara Eropa disminorea terjadi pada 45-97% wanita.

Dengan prevalensi terendah di Bulgaria (8,8%) dan Swedia sekitar 72% tertinggi

mencapai 94% di negara Finlandia. 6

Hasil di China tahun 2010 menunjukkan sekitar 41,9%-79,4% remaja

wanita mengalami disminorea primer, 31,5%-41,9% terjadi pada usia 9-13 tahun

dan 57,1%-70,4% pada usia 14-18 tahun.Pada tahun 2012 sebanyak 75% remaja

wanita Mesir mengalami disminorea, 55,3% disminorea ringan, 30% disminorea

sedang, dan 14,8% disminorea berat. Sebuah penelitian yang dilakukan di India

ditemukan prevalensi disminorea berat sebesar 73,83%. Pada tahun yang sama di

Jepang angka kejadian disminorea primer 46% dan 27,3% dari penderita absen

dari sekolah dan pekerjaannya pada hari pertama menstruasi. 7

3
Di Indonesia angka kejadian disminorea tipe primer sekitar 54,89%

sedangkan sisanya penderita dengan disminorea sekunder sebesar 45,11%.

Disminorea terjadi pada remaja dengan prevalensi 43% hingga 93%, dimana

sekitar 74-80% remaja mengalami disminorea ringan, sementara angka kejadian

endometriosis pada remaja dengan nyeri panggul diperkirakan25-38%, sedangkan

pada remaja yang tidak memberikan respon positif terhadap penanganan untuk

nyeri haid, endometriosis ditemukan pada 67% kasus.

Kelainan terjadi pada 60-70% wanita di Indonesia dengan kisaran 15%

diantaranya mengeluh bahwa aktivitas mereka menjadi terbatas akibat disminorea.

Prevalensi disminore di Indonesia tahun 2008 sebesar 64,25% yang terdiri dari

54,89% disminorea primer dan 9,36% disminorea sekunder. Berdasarkan

penelitian Proverawati & Misaroh pada 2009 mengatakan, di Indonesia angka

disminorea diperkirakan 55% perempuan produktif yang tersiksa oleh disminore.

Angka kejadian (prevalensi) disminore berkisar 45-95% di kalangan wanita usia

subur produktif.2, 6, 7

Sebagian besar wanita yang mengalami nyeri haid (disminorea) jarang pergi

ke dokter, mereka mengobati nyeri haid tersebut dengan obat-obat bebas tanpa

resep dokter. Telah diteliti bahwa sebesar 30-70% remaja wanita mengobati nyeri

haidnya dengan obat anti nyeri yang dijual bebas. Hal ini sangat beresiko, karena

efek samping dari obat-obatan tersebut bermacam-macam jika digunakan secara

bebas dan berulang tanpa pengawasan dokter (Kristina, 2010).7

Nyeri haid (disminorea) jika tidak segera diatasi akan mempengaruhi fungsi

mental dan fisik individu, sehingga mendesak untuk mengambil tindakan/terapi

secara farmakologis atau non-farmakologis. Terapi dengan farmakologi salah

4
satunya dengan pemberian obat-obat analgesik. Obat gologan NSAID (Non

Steroidal Antiimflammatory Drugs) tersebut menghambat siklooksigenase,

sehingga dapat mengurangi produksi prostaglandin. Rendahnya kadar

prostaglandin akan mengurangi kontraksi uterus, sehingga ketidaknyamanan dapat

dikurangi. Sebagian besar NSAID bekerja menghambat siklooksigenase.

Pengobatan dengan NSAID memiliki efek samping yang dapat membahayakan

tubuh resiko kerusakan ginjal. Selain itu terapi farmakologis memberikan efek

samping terhadap saluran cerna yang sering timbul misalnya dispepsia, mual,

muntah, konstipasi, kegelisahan, rasa ngantuk dan gejala iritasi lain terhadap

mukosa lambung.10, 13

Salah satu terapi non-farmakologi yang dapat digunakan yaitu aromaterapi.

Aromaterapi merupakan penggunaan ekstrak minyak esensial tumbuhan yang

digunakan untuk memperbaiki mood dan kesehatan (Primadiati, 2002).

Aromaterapi merupakan tindakan keperawatan komplementer. Aromaterapi dapat

dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan oil burner atau anglo,

pemanas, pijat, penghirupan (inhalasi), berendam, pengolesan langsung pada

tubuh, mandi, kumur, semprotan, dan pengharuman ruangan (vaporizer).

Penggunaan aromaterapi melalui hidung (inhalasi) merupakan cara yang jauh

lebih cepat dibandingkan dengan cara lain. Aromaterapi dapat mempengaruhi

kondisi psikis, daya ingat, dan emosi seseorang. Tujuannya adalah untuk

meningkatkan kesehatan, kesejahteraan tubuh, pikiran dan jiwa. Sari tumbuhan

yang dipakai sebagai aromaterapi diproses melalui berbagai cara pengolahan dan

dikenal dengan minyak esensial atau minyak atsiri. 10, 11, 14

5
Minyak atsiri adalah istilah yang digunakan untuk minyak yang bersifat

aromatik, mudah menguap, yang terdiri dari campuran zat yang mudah menguap,

dengan komposisi serta titik didih yang berbeda-beda. Minyak atsiri banyak

digunakan dalam industri sebagai pemberi aroma dan rasa. Nilai jual minyak atsiri

sangat ditentukan oleh kualitas minyak dan kadar komponennya. Salah satu

sumber dapat memperoleh minyak ini yakni ekstrak daun tumbuh-tumbuhan.10

Menurut Koensoemardiyah Apt, SU ahli aromaterapi, senyawa pada minyak

atsiri itu masuk ke dalam tubuh dan mempengaruhi sistem limbik alias pengatur

emosi. Molekul-molekul senyawa minyak atsiri sangat halus dan berukuran kecil

atau nano partikel. Ketika aroma minyak atsiri tercium oleh hidung, molekul itu

akan berikatan dengan reseptor-reseptor penangkap aroma yang terdapat dalam

hidung. Selanjutnya senyawa itu akan mengirim sinyal-sinyal kimiawi melalui

jalur syaraf ke sistem limbik di otak. Sistem adalah suatu sistem sebagai tempat

pusat memori, suasana hati, dan intelektualitas (Jaelani, 2009).12, 14

Menurut Huck (2010) bau berpengaruh langsung terhadap otak manusia,

mirip narkotika dan hidung kita memiliki kemampuan untuk membedakan lebih

dari 100.000 bau yang berbeda. Yang mempengaruhi bagian otak yang berkaitan

dengan mood (suasana hati), emosi, ingatan, dan pembelajaran. 12, 14

Menurut Koensoemardiyah (2009), salah satu daun tumbuh-tumbuhan yang

digunakan sebagai aromaterapi adalah daun jeruk purut. Kandungan minyak atsiri

terdapat pada salah satu jenis tanaman buah sebangsa jeruk yang sering dijumpai

di sekitar perkarangan atau di kebun, yakni jeruk purut. Nama ilmiah jeruk purut

adalah Citrus hystrix D.C (Agusta, 2000). Jeruk purut memiliki tampilan bulat

dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar dan tebal. Minyak atsiri daun

6
jeruk purut dalam perdagangan internasional disebut kaffir lime oil. Jeruk purut

disebut combava petitgrain (dalam bahasa Afrika) yang banyak digunakan dalam

industri makanan, minuman, farmasi, parfum, pewarna, aromaterapi dan lain-

lain.11, 12

Pemilihan SMA N 1 Solok Selatan dikarenakan berdasarkan data jumlah

siswa menurut Dinas Pendidikan Solok Selatan, merupakan sekolah yang

memiliki siswi deretan dua terbanyak yakni 537 orang. Jumlah Selain itu SMA N

1 Solok Selatan juga belum pernah dijadikan sebagai lokasi dalam penelitian

serupa sebelumnya. Hasil survey pendahuluan yang dilakukan peneliti pada

tanggal 29 Oktober 2018 bahwa peneliti melakukan wawancara dengan 10 siswi,

7 dari siswi tersebut mengalami disminorea. Mereka mengaku disaat mengalami

disminorea diantara mereka menggunakan obat-obat analgesik dengan cara

diminum, dengan minyak kayu putih sebagai aromaterapi, dengan istirahat, juga

ada yang mengaku salah seorang dari mereka pernah meliburkan diri karena nyeri

haid/disminorea yang dirasakan cukup mengganggu proses pembelajaran di

sekolah. Dari keterangan yang didapat, mereka mengaku terdapat pengaruh

negatif dari nyeri haid (disminorea) terhadap proses belajar di sekolah.

Selain itu, wawancara dengan pihak UKS jugadilakukan. Beberapa petugas

yang piket rutin di UKS, memberikan keterangan bahwa cukup banyak siswi

dalam 1 bulan yang mengalami disminorea. Namun data pasti jumlah siswinya

tidak bisa peneliti dapatkan karena program UKS sekolah tersebut belum berjalan

maksimal.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian

tentang “Efektivitas Aromaterapi Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut (Citrus Hystric

7
D.C) terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Haid (Disminorea) pada Remaja Putri

SMA N 1 Kab. Solok Selatan Tahun 2018”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Adakah Efektivitas

Aromaterapi Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut (Citrus Hystric D.C) terhadap

Penurunan Intensitas Nyeri Haid (Disminorea) pada Remaja Putri SMS N 1 Kab.

Solok Selatan Tahun 2018?”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui “Efektivitas Aromaterapi Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut

(Citrus HystricD.C) terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Haid

(Disminorea) pada Remaja Putri SMA N1 Kab. Solok Selatan Tahun

2018”.

2. Tujuan Khusus

a) Mengetahui intensitas nyeri disminorea pada remaja putri sebelum

diberikan aromaterapi minyak astsiri daun jeruk purut.

b) Mengetahui intensitas nyeri disminorea pada remaja putri setelah

diberikan aromaterapi minyak atsiri daun jeruk purut.

c) Mengetahui efektivitas aromaterapi minyak atsiri daun jeruk purut

terhadap pengurangan intensitas nyeri disminorea pada remaja

putri.

8
D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

a. Bagi peneliti

Untuk menambah wawasan peneliti tentang kandungan minyak atsiri pada

daun jeruk purutsebagai sediaan aromaterapi dan efektivitasnya terhadap

pengurangan nyeri saat disminorea.

b. Bagi remaja putri

Hasil penelitian ini diharapkan aromaterapi minyak atsiri daun jeruk purut

(citrus hystric D.C) berguna bagi remaja putri sebagai bahan pertimbangan

dalam mengatasi nyeri disminorea, sehingga disminorea dapat teratasi.

c. Bagi instansi pendidikan

Untuk tambahan informasi dan bahan masukan bagi instansi yang terkait

dalam melakukan penelitian kepada remaja putri mengenai efektivitas

aromaterapi minyak daun jeruk purut (citrus hystric D.C) terhadap

penurunan nyeri (disminorea).

d. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan pengembangan bagi

peneliti selanjutnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan untuk melihat Efektivitas Aromaterapi Minyak Atsiri

Daun Jeruk Purut (Citrus Hystric D.C) terhadap Pengurunan Intensitas Nyeri Haid

(Disminorea) pada RemajaPutri SMA N 1 Kab. Solok Selatan Tahun 2018.

9
10

Anda mungkin juga menyukai