Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KEGIATAN

LAPORAN F3. UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK SERTA KB

Topik : Penyuluhan Hiperemesis Gravidarum

Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari
persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Cebongan
Kota Salatiga

Disusun Oleh:
dr. Rinda Yanuarisa

Periode November 2018 - Maret 2019


Internsip Dokter Indonesia Kota Salatiga
Periode November 2018 - November 2019
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)


Laporan F3. UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK SERTA KB

Topik:
PENYULUHAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internsip sekaligus sebagai
bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas
Cebongan Kota Salatiga

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal Februari 2019

Mengetahui,
Dokter Internship, Dokter Pendamping

dr. Rinda Yanuarisa dr. Galuh Ajeng Hendrasti


NIP. 19821014 201001 2 017

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN


Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering
kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula
timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari
pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida. Satu
diantara seribu kehamilan, gejala-gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual ini disebabkan
oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum. Pengaruh
fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau
pengosongan lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan
keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat berlangsung sampai 4
bulan. Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan
inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis
menentukan berat ringannya penyakit.
Menurut World Health Organization (WHO) jumlah kejadian hiperemesis gravidarum
mencapai 12,5 % dari jumlah seluruh kehamilan di dunia. Mual dan muntah dapat
mengganggu dan membuat ketidakseimbangan cairan pada cairan pada jaringan ginjal dan
hati menjadi nekrosis.
Berdasarkan hasil penelitian di Indonesia diperoleh data ibu dengan hiperemesis
gravidarum mencapai 14,8 % dari seluruh kehamilan. Keluhan mual dan muntah terjadi pada
60-40 % multigravida. Satu diantara seribu kehamilan gejala-gejala ini menjadi lebih berat.
Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan Hormon
Chorionic Gonadotropin (HCG) dalam serum perubahan fisiologis kenaikan hormon ini
belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang.
Pengetahuan masyarakat mengenai hiperemesis gravidarum masih sangat kurang,
hal inilah yang menyebabkan peningkatan kejadian hiperemesis gravidarum. Maka dari itu,
diperlukan program pengendalian secara terpadu dan menyeluruh di bidang promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

2
B. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
Salah satu upaya promosi kesehatan, yaitu dengan melakukan intervensi dalam upaya
memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai hiperemesis gravidarum, dilakukan
rencana pelaksanaan penyuluhan. Sasaran peserta adalah kader Kelompok Sayang Ibu (KSI)
Ledok. Penyuluhan dilakukan dengan memberikan pengarahan tentang pengertian, gejala,
penyebab, komplikasi, tatalaksana dan cara mencegah hiperemesis gravidarum. Setelah
penyuluhan direncanakanakan dilakukan sesi pertanyaan dan diskusi terbuka.

C. PELAKSANAAN
Penyuluhan dilakukan oleh dokter dan tenaga kesehatan dari Puskesmas Cebongan
yang dilaksanakan di Aula Kelurahan Ledok pada hari Jumat, 1 Februari 2019.
Penyuluhan tentang preeklampsia dilaksanakan pada pukul 09.30 WIB dan berakhir
pada pukul 10.30 WIB. Penyuluhan dibuka oleh perwakilan Puskesmas (Bidan). Selanjutnya
dilakukan penyuluhan tentang pre-eklampsia, meliputi :
1. Pengertian hiperemesis gravidarum
2. Penyebab hiperemesis gravidarum
3. Gejala hiperemesis gravidarum
4. Komplikasi hiperemesis gravidarum
5. Tatalaksana hiperemesis gravidarum
6. Cara mencegah hiperemesis gravidarum

D. MONITORING DAN EVALUASI


1. Kegiatan : Penyuluhan di Aula Kelurahan Ledok pada hari Jumat, 1 Februari 2019.
Sasaran : Kader KSI Kelurahan Ledok
2. Monitoring :
Penyuluhan mengenai hiperemesis gravidarum diikuti oleh Kader KSI Kelurahan
Ledok. Acara berjalan dengan baik dan lancar. Para peserta menyimak dengan baik
penjelasan tentang hiperemesis gravidarum, dan berperan aktif pada diskusi terbuka
yang dilakukan setelah penyuluhan.

3
3. Evaluasi :
Sebagian besar peserta sudah dapat memahami mengenai pengertian, gejala,
penyebab, komplikasi, dan cara mencegah hiperemesis gravidarum.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PREEKLAMPSIA
1. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan selama masa
hamil, tidak seperti morning sickness yang biasa dan bisa menyebabkan dehidrasi dan
kelaparan.
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita hamil
sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk.

2. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti
bahwa penyakit ini belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini
disebabkan oleh faktor toksik juga tidak ditemukan kelainan biokimia, perubahan-perubahan
natomik yang terjadi pada otak, jantung, hati dan susunan syaraf, disebabkan oleh
kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat kelemahan tubuh karena tidak makan dan
minum.
Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa
sebagai berikut
1. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa
dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan
ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan karena pada
kedua keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi meternal dan perubahan metabolik akibat
hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan
faktor organik.
3. Alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut sebagai
salah satu faktor organik
4. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah tangga
yang retak, kehilangan pekerjaan, takut akan kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat
5
memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan
menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.

3. Patofisiologi
Ada yang menyatakan bahwa perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar
estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trisemester pertama. Pengaruh fisiologik
hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat akibat berkurangnya
pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun
demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan.
Hiperemesis geavidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil
muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit
dengan alkolosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala-gejala ini hanya terjadi pada
sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, disamping pengaruh
hormonal. Yang jelas, wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik
dengan gejala tidak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih
berat.
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak
habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah
ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksibutirik dan aseton dalam
darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan
dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah
turun, demikian pula khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi,
sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan
oksigen ke jaringan mengurang pula dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik.
Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal,
menambah frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah
lingkaran setan yang sulit dipatahkan. Disamping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan
elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (Sindrom Mallory-
Weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan
perdarahan dapat berhenti sendiri. Jarang sampai diperlukan transfusi atau tindakan operatif.

6
4. Manifestasi Klinis
Batas antara mual dan muntah dalam kehamilan yang masih fisiologik dengan
hiperemesis gravidarum tidak jelas, akan tetapi muntah yang menimbulkan gangguan
kehidupan sehari-hari dan dehidrasi memberikan petunjuk bahwa wanita hamil telah
memerlukan perawatan yang intensif.
Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagai kedalam 3 tingkatan.
1. Tingkatan I. Ringan
Muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa
lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri
epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor
kulit mengurang, lidah mengering dan mata cekung.
2. Tingkat II. Sedang
Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang lidah
mengering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit
ikteris. Berat badan turun dan mata cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria dan
konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang
khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
3. Tingkat III. Berat
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen
sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal
terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati Wernicke, dengan gejala
nistagmus, diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat
makanan, termasuk vitamin B komplek. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati.

5. Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya
kehamilan muda dan muntah yang terus-menerus, sehingga mempengaruhi keadaan. Namun
demikian harus dipikirkan kehamilamn muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis, ulkus
ventrikuli dan tumor serebri yang dapat pula memberikan gejala muntah.

7
6. Tatalaksana
1. Obat-obatan.
Vitamin yang dianjurakan yaitu vitamin B1 dan B6, antihistaminika juga dianjurakan.
Pada keadaan lebih berat diberikan antimimetik seperti disklomin hidrokhloride, avomin.
2. Isolasi.
Dilakukan dalam kamar yang tenang cerah dan peradaran udara yang baik hanya dokter
dan perawat yang boleh keluar masuk kamar sampai muntah berhenti dan pasien mau
makan. Catat cairan yang masuk dan keluar dan tidak diberikan makan dan minum dan
selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau
hilanhg tanpa pengobatan
3. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa
takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan
konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
4. Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose
5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium
dan vitamin, khususnya vitamin B komplek dan vitamin C dan bila ada kekurangan
protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Air kencing perlu
diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu dan nadi
diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan hematokrit
pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila selama 24 jam penderita tidak
muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat dicoba untuk diberikan minuman, dan
lambat laun minuman dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair. Dengan
penanganan diatas, pada umumnya gejala-gejala akan berkurang dan keadaan akan
bertambah baik.
5. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan
mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik jika memburuk. Delirium, kebutaan,
takikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakam manifestasi komplikasi organik.
Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan
untuk melakukan abortus terapuetik sering sulit diambil, oleh karena disatu pihak tidak
8
boleh silakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi
gejala irreversibel pada organ vital.

7. Prognosis
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat memuaskan.
Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada tingkatan yang berat,
penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin yang menjadi pegangan bagi kita untuk
menilai maju mundurnya pasien adalah adanya aseton dam urin dan berat badan sangat turun.

B. PENCEGAHAN KEJADIAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM


Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksananakan dengan jalan
memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala
yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan,
menganjurkan mengubah makanan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi
lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurakan
untuk makan roti keringatau biskuit dengan teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau
lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman seyogyanya disajikan dalam keadaan
panas atau`sangat dingin. Defekasi yang teratur hendaknya dapat dijamin, menghindarkan
kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting, oleh karenanya dianjurkan makanan
yang banyak mengandung gula.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Wibowo B, Soejono A. 2005. Hiperemesis Gravidarum dalam Ilmu Kebidanan.


Edisi ketiga cetakan ketujuh. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo.
2. WHO. 2015. Reduction of maternal mortality. A Joint WHO/ UNFPA/ UNICEF/
world bank statement, Geneva.
3. Departemen Kesehatan. 2013. Program Perencanaan Persalinan dan Komplikasi
dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dalam rangka mempercepat penurunan AKI
& AKB. Depkes RI: Jakarta.
4. Mochtar R. 1998. Hiperemesis Gravidarum dalam Sinopsis Obstetri.Edisi 2
cetakan pertama. EGC.Jakarta.
5. Kementrian Kesehatan RI. 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan. Kemenkes RI: Jakarta.

10
LAMPIRAN

11
12

Anda mungkin juga menyukai