Hirschman mengungkapkan tiga bentuk respon yang dapat dilakukan masyarakat atas
pelayanan yang mengecewakan, yaitu (Hirscman, 1970:39) :
1. Exit, dilakukan ketika masyarakat tidak puas pada pelayanan dengan mencari alternatif pelayanan
dari organisasi lain
2. Voice, dilakukan melalui keluhan pada birokrasi pelayanan
3. Loyalty, merupakan bentuk kesetiaan terhadap birokrasi yang melakukan pelayanan, meskipun
mempunyai pilihan untuk exit, namun lebih memilih voice untuk mengungkapkan kekecewaan
kemudian tetap loyal pada organisasi meskipun mempunyai rasa kecewa.
Keluhan sering dipandang sebagai hal buruk bagi kehidupan organisasi, sehingga banyak
pihak berusaha menutupi atau mengabaikannya. Padahal keluhan menjadi peringatan bermanfaat
untuk meningkatkan kualitas organisasi. Bahkan dengan kemampuan mengelola dan merespon
keluhan dapat menjadi kunci keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan, yaitu
meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan, bahkan dapat meningkatkan keuntungan
(Suryadi, 2008:51).
Bahkan mungkin pula terdapat organisasi yang malah menganggap komplain atau
keluhan sebagai upaya menjelekkan organisasi sehingga mereka cenderung melakukan
penolakan terhadap komplain yang dilakukan oleh pelanggan. Sebagaimana yang terjadi pada
kasus Prita Muliasari yang sempat menghebohkan dunia medis Indonesia tahun 2009. Prita
Mulyasari adalah ibu dua anak, mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tangerang,
Banten, gara-gara curhatnya melalui surat elektronik yang menyebar di internet mengenai
layanan RS Omni Internasional Alam Sutera.
Kisah Prita bermula saat ia dirawat di unit gawat darurat RS Omni Internasional pada 7
Agustus 2008. Selama perawatan, Prita tidak puas dengan layanan yang diberikan.
Ketidakpuasan itu dituliskannya dalam sebuah surat elektronik dan menyebar secara berantai
dari milis ke milis. Surat elektronik itu membuat Omni berang. Pihak rumah sakit beranggapan
Prita telah mencemarkan nama baik rumah sakit tersebut beserta sejumlah dokter mereka.
(Jakarta, Kompas.Com. Rabu, 3 Juni 2009)
Keluhan dapat muncul karena adanya perbedaan antara persepsi dan harapan pengguna
layanan dengan pelayanan yang diberikan, sehingga apa yang diharapkan pengguna layanan
kurang sesuai atau tidak diberikan oleh pemberi layanan. Hal tersebut menyebabkan
kesenjangan-kesenjangan yang sesuai dengan konsep kualitas jasa Servqual. Misalnya standar
pelayanan yang ditetapkan ternyata tidak sesuai dengan pelayanan yang diberikan untuk
masyarakat. Hal tersebut menyebabkan adanya kesenjangan antara penyampaian jasa yang
dilakukan dengan spesifikasi kualitas jasa. Bila kesenjangan-kesenjangan yang terdapat dalam
konsep kualitas layanan Servqual terjadi, maka akan timbul keluhan dan untuk itulah proses
handling complaint diperlukan untuk menyelesaikan masalah yang disebabkan oleh
kesenjangan-kesenjangan tersebut
http://insandinami.blogspot.co.id/2013/06/manajemen-keluhan-complaint-managemen.html