Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“KONSEP PERGAULAN SESAMA MANUSIA”

Kelas : 49

Oleh:

DENTA ELSA AULIA (151710301021)

DINI FEBRIYANTI (151710301024)

MOH. ERI PRASESA .I (151710301035)

FERDINO MIRZA .P (151710301051)

DWIKI FIRMANSYAH (151710301053)

DINDA NOVITA SARI (151710301060)

Dosen Pembimbing : Muhammad Haidlor,Lc,M.Pd.I

UNIVERSITAS JEMBER

UPT BSMKU

2015

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL …………………………………………………………………………. i

KATA PENGANTAR………………………………………………………….ii

DAFTAR
ISI………………………………………………………………………………………… iii

BAB 1. PENDAHULUAN…………………………………………………………………….. 1

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………….. 1

1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………….. 1

1.4 Manfaat………………………………………………………………………………….. 2

BAB 2. PEMBAHASAN……………………………………………………………………….. 3

2.1 Definisi Pergaulan Sesama Manusia……………………………………………. 3

……….. 2.1.1 Adab Pergaulan dalam Islam……………………………….3

……….. 2.1.2 Manfaat Pergaulan…………………………………………11

2.2 Kerukunan antar Umat Beragama……………………………………………….. 11

……….. 2.2.1 Definisi Kerukunan antar Umat Beragama…………………11

……….. 2.2.2 Jenis – Jenis Kerukunan Antar Umat Beragama……………12

2.2.3 Jenis – Jenis Kerukunan Antar Umat Beragama……………13

2.2.4 Kendala-Kendala Kerukunan Antar Umat Beragama………13

2.2.5 Solusi Masalah Kerukunan Antar Umat Beragama………..13

2.2.6 Cara Menjaga Kerukunan Antar Umat Beragama…………..14

2.2.7 Faktor-Faktor Penyebabkan Timbulnya Masalah

Kerukunan Antar Umat Beragama…………………………………..14

2.3 Dasar-dasar Toleransi antar Umat Beragama…………………………..15

2.3.1 Definisi Toleransi antar Umat Beragama……………………..15


2.3.2 Konsep Toleransi Dalam Islam……………………………….16

2.4 Ukhuwah………………………………………………………………..16

2.5 Kebersamaan Manusia dalam Kehidupan Sosial………………………18

2.5.1 Pandangan agama islam terhadap ummat non Islam……….18

2.5.2 Tanggung jawab sosial ummat Islam……………………….19

2.5.3 Amar ma’ruf dan nahi munkar………………………………19

BAB 3. PENUTUP
…………………………………………………………………………………21

3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………….. .21

3.2 Saran………………………………………………………………….21

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………….


………..22

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada
penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini
menyajikan tentang “Konsep Pergaulan Sesama Manusia dalam Islam”. Selain itu penyusun juga
memaparkan dalam makalah ini hikmah atau manfaat bergaul dalam islam.

Dalam penulisan makalah ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang
telah turut membantu penyusun dalam penyusunan makalah ini yaitu Bapak Muhammad
Haidlor,Lc,M.Pd.I selaku dosen pembimbing yang telah membantu mengarahkan penyusun
dalam menulis makalah ini.Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi kurikulum
pembelajaran mata kuliah Pendidikan Agama Islam.

Penyusun menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena
itu peyusun berharap adanya kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penyusun maupun pembaca dan dapat memberikan wawasan yang lebih luas
serta menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca. Mudah-mudahan makalah ini dijadikan
ibadah di sisi Allah Swt. Amin.
Jember, September 2015

Penyusun

BAB 1. PENDAHULUAN

 Latar Belakang

Ada banyak tuntutan yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim dalam kehidupan di dunia ini,
salah satunya adalah keharusan menjalin hablun minallah dan hablun minannas. Hal ini
ditekankan karena manusia sangat membutuhkan Tuhan yaitu Allah SWT. Dalam kaitannya
dengan hablun minannas, manusia tidak bisa hidup sendirian karena ia membutuhkan manusia
lain yang dapat berinteraksi secara baik untuk mewujudkan kehidupan yang baik.

Indonesia dengan berbagai macam agama yang ada tidak membuat interaksi antar manusia di
dalamnnya menjadi terlupakan. Dalam berinteraksi antar umat beragama, dikenal adanya istilah
toleransi. Dalam kehidupan saat ini, pergaulan sesama manusia menimbulkan banyak masalah-
masalah baru yang ada disekitar kita, contohnya peperangan antar suku, perselisihan antar umat
beragama sehingga menimbulkan menegangnya hubungan antar umat beragama. Maka perlu
adanya aturan-aturan atau penjelasan tentang konsep pergaulan antar sesama manusia, baik
kepada umat seagama maupun yang berbeda agama.

Makalah ini berisi tentang konsep-konsep pergaulan sesama manusia, baik yang seagama
maupun berbeda agama dalam Islam.

 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, terdapat beberapa rumusan masalah antara lain :

1. Bagaimana konsep pergaulan sesama manusia?


2. Bagaimana kerukunan antar umat beragama?
3. Apa saja dasar-dasar toleransi beragama?
4. Bagaimana definisi ukhuwah islamiyah, ukhuwah insaniyah, ukhuwah wathaniah?
5. Bagaimana bentuk kebersamaan manusia dalam kehidupan sosial?
o Tujuan

Dari rumusan masalah diatas, ada beberapa tujuan dari penulisan makalah antara lain:

1. Untuk memahami konsep pergaulan sesama manusia


2. Untuk memahami kerukunan antar umat beragama
3. Untuk memahami dasar-dasar toleransi beragama
4. Untuk memahami definisi ukhuwah islamiyah, ukhuwah insaniyah, ukhuwah wathaniah
5. Untuk memahami bentuk kebersamaan manusia dalam kehidupan sosial
o Manfaat

Manfaat yang diambil dari penulisan makalah ini, antara lain :

1. Kita sebagai umat muslim dapat mengetahui posisi kita diantara umat muslim yang lain.
2. Kita dapat mengetahui posisi seorang muslim dalam kerukunan antar umat beragama,
serta cara-cara toleransi terhadap antar umat beragama.
3. Kita dapat meningkatkan rasa persaudaraan antar manusia baik sesama muslim atau non
muslim.
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pergaulan Sesama Manusia

Pergaulan adalah proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu, atau oleh
individu dengan kelompok. Pergaulan juga merupakan salah satu cara seseorang untuk
berinteraksi dengan alam sekitarnya. Pergaulan merupakan fitrah manusia sebagai makhluk
sosial yang tak mungkin bisa hidup sendirian dan saling membutuhkan antar sesama manusia.
Manusia juga memiliki sifat tolong-menolong dan saling membutuhkan satu sama lain. Interaksi
dengan sesama manusia juga menciptakan kemaslahatan besar bagi manusia itu sendiri dan juga
lingkungannya. Berorganisasi, bersekolah, dan bekerja merupakan contoh-contoh aktivitas
bermanfaat besar yang melibatkan pergaulan antar manusia. Namun, pergaulan tanpa diimbangi
iman yang kokoh akan mudah membuat seorang muslim terjerumus. Bisa kita lihat pada zaman
sekarang banyak perbuatan-perbuatan para remaja yang begitu menyimpang dari ajaran agama.
Pergaulan bebas, video mesum, perkosaan, dan berbagai bentuk perilaku penyimpangan lainnya.
Semua itu bersumber dari pergaulan yang salah dan tidak dilandaskan pada kepatuhan terhadap
ajaran Al-Qur’an. Oleh karena itu, kita sebagai umat muslim wajib mengetahui dan memahami
tata cara pergaulan dalam Islam agar kita tidak salah dalam bergaul. Islam adalah agama yang
syamil (menyeluruh) dan mutakamil (sempurna).

Di antara aturan yang ditetapkan Allah SWT bagi manusia adalah aturan mengenai tata cara
pergaulan dalam Islam. Sebenarnya tata cara pergaulan dalam islam itu bukan untuk membatasi
namun untuk menjaga harkat dan martabat manusia itu sendiri agar tidak sama dengan tata cara
para hewan dalam bergaul. Bila satu tutunan itu diambil dengan kerendahan hati dan keinginan
untuk berbakti kepada ilahi, maka tak ada hal sulit untuk mengikuti tuntunan yang baik itu.
Terkesan sulit karena melihatnya dari sisi nafsu dan kepentingan duniawi.

2.1.1 Adab Pergaulan dalam Islam

Selain adanya norma dan aturan di masyarakat yang membatasi cara manusia bergaul, agama
Islampun juga memiliki tata cara tersendiri untuk mengatur pergaulan antar sesama manusia.
Ada beberapa yang harus diperhatikan dalam menjalin pergaulan sesama manusia antara lain:

1. moral – respek – komunikatif

Menjadi gaul yang islami bisa kita lakukan dengan minimal tiga kunci, yaitu:

 Moral, artinya selalu berkomitmen kepada aturan-aturan dan nilai-nilai Islam


 Respek, artinya menghargai orang lain
 Komunikatif, Pandai menjalin komunikasi.

1. pergaulan seorang muslim dengan non muslim

Dalam perkara-perkara umum (sosial) kita tetap menjalin hubungan yang baik dengan non
muslim sekalipun. Contoh baik: Nabi berdiri ketika iring-iringan jenazah non muslim melewati
beliau.

1. pergaulan sesama muslim

Sesama muslim adalah bersaudara, seperti tubuh yang satu dan seperti satu bangunan yang
kokoh dan saling mendukung antar bagiannya.Pergaulan sesama muslim dibalut dengan
ukhuwah islamiyah. Ada banyak hak saudara kita atas diri kita, di antaranya sebagaimana dalam
hadits Nabi:

1. Jika diberi salam hendaknya menjawab


2. Jika ada yang bersin hendaknya kita doakan
3. Jika diundang hendaknya menghadirinya
4. Jika ada yang sakit hendaknya kita jenguk
5. Jika ada yang meninggal hendaknya kita sholatkan dan kita antar ke pemakamannya
6. Jika dimintai nasihat hendaknya kita memberikannya.Juga tidak meng-ghibah saudara
kita, tidak memfitnahnya, tidak menyebarkan aibnya, berusaha membantu dan
meringankan bebannya, dan sebagainya.
7. pergaulan antar generasi

Dalam pergaulan antar generasi tidak hanya yang muda menghormati yang lebih tua tetapi juga
yang tua menghargai yang lebih muda. Dalam pergaulan sosial dengan mereka, hendaklah kita
bersikap wajar dan menghormatinya, mendengarkan pembicaraannya, serta wajib mengingatkan
jika mereka keliru dan berbuat kejahatan, dengan cara-cara yang lebih baik. Kita juga dilarang
memperlakukan mereka secara berlebihan, misalnya terlalu hormat dan tunduk melebihi apa pun,
sekalipun mereka salah. Hal ini tidak dibenarkan, sebab yang paling mulia di antara kita bukan
umur, ilmu, pangkat, harta, dan kedudukannya, akan tetapi karena kualitas takwanya kepada
Allah Swt. Hal ini sesuai dengan salah satu hadis Rasulullah saw dalam riwayat Thabrani:

َّ‫ه‬
َّ ِ‫للا إ‬
‫ن‬ ‫عالهى‬ َُّ ُ‫م إِلهى الهيه ْنظ‬
‫ر ته ه‬ ُ ‫و ِر‬
َّْ ‫ك‬ َّ ‫م إِلهى هو‬
ُ ‫ال ه‬
‫ص ه‬ ُ ِ‫ساب‬
َّْ ‫ك‬ َّْ ‫ال ه اه‬
‫ح ه‬ َّ ‫م اِلهى هو‬ ُ ِ‫وال‬
َّْ ‫ك‬ ‫ن اه ْم ه‬ َُّ ُ‫اِلهى يه ْنظ‬
َّْ ِ‫ر هولهك‬
ُ ُ ُ
َّْ ‫م قل ْوبِك‬
‫م‬ ُ
َّْ ‫مالِك‬‫ع ه‬ ْ ‫(الطبرانى رواه( هواه‬

Artinya:“Sesungguhnya Allah Swt. tidak melihat ruhmu, kedudukan, dan harta kekayaanmu,
tetapi Allah melihat apa yang ada dalam hatimu dan amal perbuatanmu”. (HR. Thabrani)

1. pergaulan dengan orang yang dihormati

Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita berbaur dengan orang-orang yang dihormati oleh
masyarakat sekitar, maka kita harus menjaga sopan santun kita. Bagi orang-orang yang biasa
dihormati, jangan gila hormat, penghormatan harus tetap dalam bingkai syariat Islam. Contoh
orang-orang yang bisa dihormati adalah tokoh masyarakat, pejabat atau penguasa, orang-orang
yang mengajari kita, dan sebagainya.

1. pergaulan dengan orang tua dan keluarga

ْ ‫ف‬ ‫ح له ُه ه‬
ْ ‫ما هو‬ ُّ ‫ن‬ ْ ‫ما ربَِّ هو ُقل الر‬
‫م ُه ه‬ ‫غي ًرا هربيهانِي ه‬
َّ‫ض‬ ِ ‫اخ‬ َّ‫ج هنا ه‬
‫ل ه‬
َِّ ‫الذ‬ َّ‫م ه‬
ِ ‫ة‬ ‫ح ه‬
َِّ ‫م‬ ْ ‫ح‬ ْ ‫ما‬
‫ار ه‬ ‫ك ه‬ ‫ه‬
ِ ‫ص‬

artinya: Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah : “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku waktu kecil.” (Q.S. Al Isra’ : 24)

Ayat di atas memerintahkan kita untuk berbakti pada kedua orang tua. Jadi, kewajiban kita
kepada kedua orangtua ialah untuk selalu berbakti kepadanya dan jangan sedikit pun melukai
perasaan mereka, karena Allah tidak akan rida kepada kita.Tidak hanya kepada orang tua saja,
namun kepada anggota keluarga yang lain hendaknya kita senantiasa saling mengingatkan untuk
tetap taat kepada ajaran Islam. Sebagaimana Nabi telah melakukannya kepada Ahlu Bait.

1. pergaulan dengan tetangga

Tetangga adalah saudara terdekat kita oleh karena itu kita wajib untuk hormati. Pengertian
tetangga disini bukan hanya sebatas tetangga rumah, namun juga mencakup tetangga di tempat
kerja, sawah, ladang, dan kantor, serta tetangga dalam safar. Rasulullah SAW bersabda:

ْ ‫م‬
َّ‫ن‬ َّ‫ك ه‬
‫ان ه‬ ‫ن ه‬ ِ ‫اّلل ُي ْؤ‬
َُّ ‫م‬ ْ ‫ر هو‬
َِّ ‫اليه ْو‬
َِّ ِ‫م ب‬ َِّ ‫خ‬ َّْ ‫ر‬
ِ ‫م اآل‬ ْ ‫ف ْل ُي‬
ِ ‫ك‬ ‫جا هره ه‬
‫ه‬

Barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir hendaknya ia memuliakan tetangganya
(HR. Al Bukhori 6019)

1. pergaulan antar jenis

Sudah menjadi fitrah, laki-laki tertarik kepada wanita dan demikian pula sebaliknya. Islam telah
mengatur bagaimana rasa tertarik dan rasa cinta di antara dua jenis manusia itu dapat disalurkan.
Bukan dengan pacaran dan pergaulan bebas, tetapi dengan ikatan yang kuat (mitsaq ghaalizh)
misalnya pernikahan. Jadi, ada batasan-batasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan di luar
pernikahan. Hal inilah yang dikemukakan oleh Rasulullah saw dalam hadis riwayat Abu Daud
dan Tirmidzi:

‫م أه ه‬
‫حبَّ إِ ه‬
‫ذا‬ ُ ‫ح ُد‬
َّْ ‫ك‬ ‫اه اه ه‬ ‫ر َّأه ه‬
َُّ ‫خ‬ ْ ‫ف ْل ُي‬
َّْ ِ‫خب‬ ‫( والترميدى ابوداود رواه( ه‬
“Jika salah seorang di antara kamu mencintai saudaranya, hendaklah ia membuktikannya”.
(HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

1. rambu-rambu Islam tentang pergaulan

Di antara aturan yang ditetapkan Allah SWT bagi manusia adalah aturan mengenai tata cara
pergaulan antara pria dan wanita. Berikut rambu-rambu yang harus diperhatikan oleh setiap
muslim agar mereka terhindar dari perbuatan zina yang tercela:

 Hendaknya setiap muslim menjaga pandangan matanya dari melihat lawan jenis secara
berlebihan. Dengan kata lain hendaknya dihindarkan berpandangan mata secara bebas.
Awal dorongan syahwat adalah dengan melihat, karena itu jagalah mata agar terhindar
dari tipu daya setan.

َّ‫ل‬ْ ‫ين ُق‬ َّ‫منِ ه‬ ِ ‫م ْؤ‬ ُ ‫ضوا لِ ْل‬ ُّ ‫غ‬ ُ ‫ن يه‬ َّْ ‫م‬ ِ ‫م‬ َّْ ‫ه‬ ِ ‫صا ِر‬ ‫فظُوا أه ْب ه‬ ‫ح ه‬ َّْ ‫م هويه‬ َّْ ‫ج ُه‬ ‫ك ُف ُرو ه‬ َّ‫ذلِ ه‬ ‫كى ه‬ ‫م أه ْز ه‬ َّْ ‫ّللا إِنَّ له ُه‬ َّ‫ه‬ َّ‫خبِير‬ ‫ما ه‬ ‫بِ ه‬
ْ‫ل‬ ُ ‫ه‬
َّ ‫مناتَِّ يصنعونَوق‬ ُ ‫ه‬ ْ ‫ه‬ ‫ه‬ ْ
ِ ‫ن لِلمؤ‬ ُ ْ ‫ه‬
َّ ‫ن يغضض‬ْ ُ ْ ‫ه‬ ْ
َّ ‫م‬ ِ َّ‫هن‬ ِ ‫ن أبصا ِر‬ ‫ه‬ ْ ‫ه‬ ‫ه‬ ْ ‫ه‬
َّ ‫ال فروجهنَّ ويحفظ‬ ْ ‫ه‬ ‫ه‬ ُ ‫ه‬ ُ ُ ‫ه‬ ‫ه‬
َّ ‫ين و‬ ‫ه‬
َّ ‫د‬ ْ ُ
ِ ‫ِزينتهنَّ يب‬ ُ ‫ه‬ ‫ه‬
َّ‫ما إِال‬ ‫ر ه‬ َّ‫م ْن هها ظه هه ه‬ ِ ‫ن‬َّ‫ض ِر ْب ه‬ ْ ‫هنَّ هو ْليه‬ ِ ‫م ِر‬ ُ ‫خ‬ ُ ِ‫علهى ب‬ ‫هنَّ ه‬ ِ ِ ‫ب‬ ‫و‬ ُ
‫ي‬ ‫ج‬ ُ َّ
‫ال‬ ‫ه‬ ‫ه‬
‫و‬ ‫ه‬
َّ
‫ين‬ ‫د‬ ِ ْ
‫ب‬ ُ
‫ي‬ ‫ن‬
َّ ‫ه‬ ُ ‫ه‬
‫ت‬ ‫ه‬
‫ن‬ ‫ي‬ ‫ز‬
ِ ِ ِ ‫ال‬
َّ ‫إ‬ ‫ن‬
َّ ‫ه‬ ‫ت‬
ِ ‫ه‬ ‫ول‬ ‫ع‬ ُ ‫و لِ ُب‬ َّْ ‫أه‬
َّ‫هن‬ ِ ِ‫و آبهائ‬ َّْ ‫هنَّ آبها َِّء أه‬ ِ ِ‫عولهت‬ ُ ‫و ُب‬ َّْ ‫هنَّ أه‬ ِ ِ‫و أ ْب هنائ‬
‫عولهتِهنَّ أه ْب هنا َِّء أه َّْ ه‬
ِ ُ ‫و ُب‬ َّْ ‫هنَّ أه‬ ِ ِ‫وان‬ ‫خ ه‬ ْ ِ‫و إ‬ َّْ ‫هنَّ بهنِي أه‬ ِ ِ‫وان‬ ‫خ ه‬ ْ ِ‫و إ‬ َّْ ‫بهنِي أه‬
‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ُ
َّ‫هن‬ ِ ِ‫وات‬ ‫خ ه‬ ‫وأ ه‬ َّْ ‫هنَّ أ‬ ِ ِ‫سائ‬ ‫و نِ ه‬ َّْ ‫ما أ‬ ‫ت ه‬ َّْ ‫ك‬ ‫مل ه ه‬ ‫مانُ ُهنَّ ه‬ ‫و أ ْي ه‬ َِّ ‫ين أ‬ َّ‫ع ه‬ ِ ِ‫ر التاب‬ َِّ ‫غ ْي‬ ‫ة أولِي ه‬ َِّ ‫اْل ْربه‬ ِْ ‫ن‬ َّ‫م ه‬ ِ ‫ل‬ َِّ ‫جا‬ ‫الر ه‬ ِ ‫و‬ َِّ ‫أه‬
َِّ ‫الط ْف‬
‫ل‬ ِ َّ‫ذ ه‬
‫ين‬ ِ ‫م ال‬ َّْ ‫ظ هه ُروا له‬ ْ ‫علهى يه‬ ‫ع ْو هراتَِّ ه‬ ‫سا َِّء ه‬ ‫ال النِ ه‬ َّ‫و ه‬ ‫ن ه‬ َّ‫ض ِر ْب ه‬ ْ ‫هنَّ يه‬ ِ ِ‫جل‬ ُ ‫م بِأه ْر‬ َّ‫ما لِ ُي ْعله ه‬ ‫ين ه‬ َّ‫ف ه‬ ِ ‫خ‬ ْ ‫ن ُي‬ َّْ ‫م‬ِ
ُ ُ ‫ه‬ َِّ ً ‫ه‬ ُّ ‫ه‬ ‫ه‬ ُ ْ ُ ْ ْ ُ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ُ ْ ُ
َّ‫هن‬ ِ ِ‫ّللا إِلى هوتوبوا ِزي هنت‬ ‫ميعا‬ ِ ‫ج‬ ‫ه ه‬ َّ ‫ون أي‬ َّ ‫من‬ ِ ‫م المؤ‬ َّ ‫ون لعلك‬ َّ ‫تفلِح‬

artinya: Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. “Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan
kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami
mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-
putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putera-putera saudara laki mereka,
atau putera saudara-saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak
yang mereka miliki, atau pelayan –pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap
wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka
memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah
kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (an-nur
ayat 30-31)

 Hendaknya setiap muslim menjaga auratnya masing-masing dengan cara berbusana


islami. Dalam hal menjaga aurat, Nabi menegaskan sebuah tata krama yang harus
diperhatikan, beliau bersabda: “Tidak dibolehkan laki-laki melihat aurat (kemaluan) laki-
laki lain, begitu juga perempuan tidak boleh melihat kemaluan perempuan lain. Dan tidak
boleh laki-laki berkumpul dengan laki-laki lain dalam satu kain, begitu juga seorang
perempuan tidak boleh berkemul dengan sesama perempuan dalam satu kain.” (HR.
Muslim)

Selain itu, secara khusus bagi wanita Allah berfirman dalam


َّ‫ل‬ْ ‫ت هو ُق‬ َِّ ‫م هنا‬ ِ ‫م ْؤ‬ ُ ‫ن لِ ْل‬ َّ‫ض ه‬ ْ ‫ض‬ ُ ‫ن يه ْغ‬ َّْ ‫م‬ ِ َّ‫هن‬ ِ ‫صا ِر‬ ‫ن أه ْب ه‬ َّ‫ظ ه‬ ْ ‫ف‬ ‫ح ه‬ ْ ‫ج ُهنَّ هويه‬ ‫ال ُف ُرو ه‬ َّ‫ين هو ه‬ َّ‫د ه‬ ِ ‫ما إِالَّ ِزي هن هت ُهنَّ ُي ْب‬ ‫ر ه‬ َّ‫م ْن هها ظه هه ه‬ِ
َّ‫ض ِر ْب ه‬
‫ن‬ ْ ‫هنَّ هوليه‬ْ ِ ‫م ِر‬ ُ
ُ ‫على بِخ‬ ‫ه‬ ‫هنَّ ه‬ ‫ب‬ ‫و‬ ُ
‫ي‬ ‫ج‬ُ َّ
‫ال‬ ‫ه‬ ‫ه‬
‫و‬ ‫ه‬
َّ
‫ين‬ ‫د‬
ِ ْ
‫ب‬ ‫ي‬ُ ‫ن‬
َّ ‫ه‬ ُ ‫ه‬
‫ت‬ ‫ه‬
‫ن‬ ‫ي‬ ‫ز‬ ‫ال‬
َّ ‫إ‬ ‫ن‬
َّ ‫ه‬ ‫ت‬
ِ ‫ه‬ ‫ول‬ ُ
‫ع‬ ُ
‫ب‬ ِ ‫ل‬ َّ
‫و‬ ْ ‫ه‬ ‫أ‬ ‫ن‬
َّ ‫ه‬ ِ ‫ئ‬‫ا‬ ‫ه‬ ‫ب‬ ‫آ‬ ْ
َّ
‫و‬ ‫ه‬ ‫أ‬ َّ
‫ء‬
ِ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ب‬‫آ‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َّ‫هن‬ ِ ِ‫عولهت‬ ُ ‫و ُب‬ َّْ ‫هنَّ أه‬ ِ ِ‫و أ ْب هنائ‬
‫عولهتِهنَّ أه ْب هنا َِّء أه َّْ ه‬
ِ ُ ‫و ُب‬ َّْ ‫هنَّ أه‬ ِ ِ‫وان‬ ‫خ ه‬ ْ ِ‫و إ‬ َّْ ‫هنَّ بهنِي أه‬ ِ ‫خ ه‬
ِ‫وان‬ ْ ِ‫و إ‬ َّْ ‫هنَّ بهنِي أه‬ ِ ِ‫وات‬‫خ ه‬ ‫أه ه‬
َّْ ‫هنَّ أه‬
‫و‬ ِ ِ‫سائ‬ ‫و نِ ه‬ َّْ ‫ما أه‬ ‫ت ه‬ َّْ ‫ك‬ ‫مل ه ه‬ ‫مانُ ُهنَّ ه‬ ‫و أه ْي ه‬ َِّ ‫ين أه‬ َّ‫ع ه‬ ِ ِ‫ر التاب‬ َِّ ‫غ ْي‬ ‫ة ُأولِي ه‬ ِْ ‫ن‬
َِّ ‫اْل ْربه‬ َّ‫م ه‬ ِ ‫ل‬ َِّ ‫جا‬ ‫الر ه‬
ِ ‫و‬ َِّ ‫ل أه‬ َِّ ‫الط ْف‬ ِ َّ‫ذ ه‬
‫ين‬ َّْ ‫له‬
ِ ‫م ال‬
ْ
‫سا َِّء ع ْو هراتَِّ على يهظ هه ُروا‬‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ْ ‫ه‬
َُّ ‫م بِأ ْر‬ ‫ه‬ ْ ِ ‫ن ُيخ‬ ْ ُ ‫ه‬
‫ال النِ ه‬ َّ ‫ن هو‬ َّ‫هنَّ يهض ِر ْب ه‬ ِ ِ‫جل‬ َّ‫ما لِ ُيعل ه‬ ‫ين ه‬ َّ‫ف ه‬ َّْ ‫م‬ ِ َّ‫هن‬ ِ ِ‫إِلى هوتو ُبوا ِزي هنت‬
ِ‫ّللا‬
َّ ‫ميعا‬ ً ‫ه‬
ِ ‫هج‬ ‫ه‬
َّ ‫ون أي‬ُّ ‫ه‬ ‫ه‬
َّ ‫من‬ ُ ْ
ِ ‫م المؤ‬ُ ْ ْ ُ
َّ ‫ون لعلك‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬
َّ ‫تفلِح‬ ُ ْ ُ

artinya: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan


janganlah mereka menampakan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan
hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau
putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau
putera-putera saudara laki mereka, atau putera saudara-saudara perempuan mereka, atau
wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan –pelayan laki-laki
yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti
tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan
yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang
yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS 24:31)

Dalam ayat lain Allah SWT juga berfirman,

‫ي أهيُّ هها هيا‬


َُّّ ‫ل الن ِب‬ َّْ ‫ك ُق‬ ِ ‫ك ِِله ْز هوا‬
َّ‫ج ه‬ َّ‫سا َِّء هوبه هناتِ ه‬‫ين هونِ ه‬ ِ ‫م ْؤ‬
َّ‫منِ ه‬ ْ ‫ين‬
ُ ‫ال‬ ِ ‫علهي‬
َّ‫ْهنَّ َُّي ْدنِ ه‬ ‫ن ه‬
َّْ ‫م‬ ِ ‫ج هَلبِي ِب‬
ِ َّ‫هن‬ ‫ك ه‬ ‫أه ْدنهى ه‬
َّ‫ذلِ ه‬
‫ن‬ ‫ه‬ َّ‫َل ُي ْع هر ْف ه‬
َّْ ‫ن أ‬ ‫ن ه‬
َّ‫ف ه‬ ‫ان ُي ْؤ ه‬
َّ‫ذ ْي ه‬ َّ‫ك ه‬ ‫ّللا هو ه‬
َُّ ‫غ ُفو ًرا‬ ‫ما ه‬ ً ‫حي‬ِ ‫هر‬

artinya: Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri
orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan
Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS 33:59)

 Tidak berbuat sesuatu yang dapat mendekatkan diri pada perbuatan zina misalnya
berkhalwat (berdua-duaan) dengan lawan jenis yang bukan mahram. Hal ini ditegaskan
dalam Al-quran Surat Al-Israa ayat 32

َّ‫الزنها ته ْق هر ُبوا هو هال‬


ِ ‫ه‬ َُّ ‫ان إِن‬
َّ‫ك ه‬ ًَّ ‫ش‬
‫ة ه‬ ‫ح ه‬ ‫سا هَّء ه‬
ِ ‫فا‬ ًَّ ِ‫سب‬
‫يَل هو ه‬ ‫ه‬

artinya: Dan janganlah kalian mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji, dan suatu jalan yang buruk. (QS 17:32)

Selain itu Nabi juga bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
janganlah berkhalwat dengan seorang wanita (tanpa disertai mahramnya) karena sesungguhnya
yang ketiganya adalah syaithan (HR. Ahmad).
 Menjauhi pembicaraan atau cara berbicara yang bisa membangkitkan selera. Hal ini kita
bisa temukan dalam firman Allah pada Surat Al-ahzab ayat 31, yang berbunyi:

ْ ‫م‬
َّ‫ن‬ ‫ت هو ه‬ ُ ‫م ْن‬
َّْ ‫كنَّ يه ْق ُن‬ َِّ ِ ‫ه‬
ِ ‫ّلل‬ ُ ‫ل هو هر‬
َِّ ِ‫سول‬ ‫حا هوته ْع ه‬
َّْ ‫م‬ ‫ها نُ ْؤتِ هها ه‬
ً ِ‫صال‬ ْ ‫ْن أه‬
‫ج هر ه‬ َِّ ‫مرتهي‬ ْ ‫قا له هها هوأه‬
‫ع هت ْدنها ه‬ ً ‫ِر ْز‬
‫ه‬
ً ‫ك ِري‬
‫ما‬

artinya: Dan barang siapa diantara kamu (istri-istri Nabi) tetap taat kepada Allah dan Rasul-
Nya dan mengerjakan amal saleh, niscaya Kami berikan pahala kepadanya dua kali lipat dan
Kami sediakan rezeki yang mulia baginya. (QS 33:31)

Berkaitan dengan suara perempuan Ibnu Katsir menyatakan, “Perempuan dilarang berbicara
dengan laki-laki asing (non mahram) dengan ucapan lunak sebagaimana dia berbicara dengan
suaminya.” (Tafsir Ibnu Katsir, jilid 3)

 Hindarilah bersentuhan kulit dengan lawan jenis, termasuk berjabatan tangan


sebagaimana dicontohkan Nabi saw, “Sesungguhnya aku tidak berjabatan tangan dengan
wanita.” (HR. Malik, Tirmizi dan Nasa’i). Dalam keterangan lain disebutkan, “Tak
pernah tangan Rasulullah menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Bukhari dan
Muslim). Hal ini dilakukan Nabi tentu saja untuk memberikan teladan kepada umatnya
agar melakukan tindakan preventif sebagai upaya penjagaan hati dari bisikan syetan.
Selain dua hadits di atas ada pernyataan Nabi yang demikian tegas dalam hal ini, beliau
bersabda: “Seseorang dari kamu lebih baik ditikam kepalanya dengan jarum dari besi
daripada menyentuh seorang wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Thabrani).
 Hendaknya tidak melakukan ikhtilat, yakni berbaur antara pria dengan wanita dalam satu
tempat. Hal ini diungkapkan Abu Asied, “Rasulullah saw pernah keluar dari masjid dan
pada saat itu bercampur baur laki-laki dan wanita di jalan, maka beliau berkata:
“Mundurlah kalian (kaum wanita), bukan untuk kalian bagian tengah jalan bagian kalian
adalah pinggir jalan (HR. Abu Dawud). Selain itu Ibnu Umar berkata, “Rasulullah
melarang laki-laki berjalan diantara dua wanita.” (HR. Abu Daud).

2.1.2 Manfaat Pergaulan

Kepribadian seseorang itu dapat menular atau tertular orang lain. Demikian halnya dalam etika,
pergaulan dan hubungannya dengan orang lain. Penularan itu disebabkan oleh pengaruh
kedekatan dan pengaruh cinta. Mereka menampakkan perilakunya dalam perbuatan-
perbuatannya yang tanpa disadari. Jangan bergaul dengan orang-orang yang rusak moralnya,
karena bergaul dengan mereka sedikit banyak akan menular kepada kita. Janganlah menjalin
hubungan dengan orang yang hina (rendah akhlaknya) karena itu akan menular kepadamu.
Pilihlah temanmu. Adapun manfaat bergaul, yaitu:

 Ajang memastikan identitas diri dengan cara menumbuhkan rasa percaya diri.
 Meningkatkan kemampuan berinteraksi dan ikatan pertemanan dengan cara bertukar
pikiran, sharing, dan saling mengingatkan.
 Memenuhi kebutuhan otonomi dengan tidak saling mengekang.
 Memperkaya pengalaman terhadap dunia luar.

2.2 Kerukunan antar Umat Beragama

2.2.1 Definisi Kerukunan antar Umat Beragama

Kerukunan (dari ruku, bahasa Arab, artinya tiang atau tiang-tiang yang menopang rumah;
penopang yang memberi kedamain dan kesejahteraan kepada penghuninya) secara luas
bermakna adanya suasana persaudaraan dan kebersamaan antar semua orang walaupun mereka
berbeda secara suku, agama, ras, dan golongan. Kerukunan juga bisa bermakna suatu proses
untuk menjadi rukun karena sebelumnya ada ketidakrukunan; serta kemampuan dan kemauan
untuk hidup berdampingan dan bersama dengan damai serta tenteram. Langkah-langkah untuk
mencapai kerukunan seperti itu, memerlukan proses waktu serta dialog, saling terbuka,
menerima dan menghargai sesama, serta cinta-kasih.

Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna “baik” dan “damai”. Intinya, hidup
bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati” dan “bersepakat” untuk tidak menciptakan
perselisihan dan pertengkaran (Depdikbud, 1985:850) Bila pemaknaan tersebut dijadikan
pegangan, maka “kerukunan” adalah sesuatu yang ideal dan didambakan oleh masyarakat
manusia. Manusia ditakdirkan Allah Sebagai makhluk sosial yang membutuhkan hubungan dan
interaksi sosial dengan sesama manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan kerja
sama dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan material maupun
spiritual.

Ajaran Islam menganjurkan manusia untuk bekerja sama dan tolong menolong (ta’awun) dengan
sesama manusia dalam hal kebaikan. Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan umat Islam dapat
berhubungan dengan siapa saja tanpa batasan ras, bangsa, dan agama.

Kerja sama antar umat bergama merupakan bagian dari hubungan sosial anatar manusia yang
tidak dilarang dalam ajaran Islam. Hubungan dan kerja sama ydalam bidang-bidang ekonomi,
politik, maupun budaya tidak dilarang, bahkan dianjurkan sepanjang berada dalam ruang lingkup
kebaikan

Kerukunan antar umat beragama dapat diwujdkan dengan :

1. Saling tenggang rasa, saling menghargai, toleransi antar umat beragama


2. Tidak memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu
3. Melaksanakan ibadah sesuai agamanya
4. Mematuhi peraturan keagamaan baik dalam Agamanya maupun peraturan Negara

2.2.2 Jenis–Jenis Kerukunan Antar Umat Beragama

 Kerukunan antar pemeluk agama yang sama, yaitu suatu bentuk kerukunan yang terjalin
antar masyarakat penganut satu agama sama. Misalnya kerukunan sesama orang Islam
atau kerukunan sesama penganut Kristen. Kerukunan antar pemeluk agama yang sama
juga harus dijaga agar tidak terjadi perpecahan, walaupun sebenarnya dalam hal ini
sangat minim sekali terjadi konflik.
 Kerukunan antar pemeluk agama yang berbeda, yaitu suatu bentuk kerukunan yang
terjalin antar masyarakat penganut agama yang tidak sama. Misalnya, kerukunan orang
Islam dengan penganut agama Kerukunan antar pemeluk agama yang berbeda benar-
benar harus dijaga untuk mencegah terjadinya konflik-konflik yang berkepanjangan, yang
pada akhirnya akan memecah belah keutuhan negara kita. Negara Indonesiia notabene
adalah negara yang mengakui bermacam-macam agama, oleh karena itu sangat sangat
rawan timbulnya konflik SARA. Sebagai warga negara yang baik kita hendaknya
memelihara kerukunan tersebut dengan saling menghormati dan menghargai terhadap
pemeluk agama lain.

2.2.3 Manfaat Kerukunan antar Umat Beragama

Ada beberapa manfaat yang kita dapat dari memelihara kerukunan antarumat beragama di
antaranya sebagai berikut.

 Terciptanya suasana yang damai dalam bermasyarakat


 Toleransi antar umat Beragama meningkat
 Menciptakan rasa aman bagi agama – agama minoritas dalam melaksanakan ibadahnya
masing masing
 Meminimalisir konflik yang terjadi yang mengatasnamakan Agama

2.2.4 Kendala-Kendala Kerukunan Antar Umat Beragama

Kerukunan antar umat beragama memiliki kendala-kendala yang menghalangi tercapainya


kerukunan itu sendiri, antara lain sebagai berikut.

 Rendahnya sikap toleransi terhadap antar umat beragama


 Kepentingan politik yang tiba-tiba saja muncul memengaruhi hubungan antaragama dan
bahkan memorak-porandakannya seolah petir menyambar yang dengan mudahnya
merontokkan “bangunan dialog” antar umat beragama.
 Sikap fanatisme yang dilakukan seseorang dengan saling mengandalkan pandangan-
pandangan setiap sekte dalam agama teersebut, maka timbullah sikap fanatisme yang
berlebihan.

2.2.5 Solusi Masalah Kerukunan Antar Umat Beragama

 Melalui dialog-dialog antaragama dan kemanusiaan baik pada tingkat domestik di


Indonesia maupun pada tingkat internasional akan memperkuat kerukunan antar umat
beragama. Melalui berbagai interaksi semacam ini akan timbul rasa saling pengertian
antar umat beragama dan kehidupan akan menjadi damai.
 Bersikap optimis dalam menjalin interaksi antar umat beragama agar para pemeluk
agama dapat berkomunikasi dengan baik dan pada gilirannya bisa hidup berdampingan
lebih sebagai kawan dan mitra daripada sebagai lawan.
2.2.6 Cara Menjaga Kerukunan Antar Umat Beragama

 Menjunjung tinggi toleransi antar umat Beragama di Indonesia. Baik yang merupakan
pemeluk Agama yang sama, maupun dengan yang berbeda Agama. Hal ini sangat penting
demi menjaga tali kerukunan umat beragama di Indonesia, karena jika rasa toleransi antar
umat beragama di Indonesia sudah tinggi, maka konflik – konflik yang mengatasnamakan
Agama di Indonesia dengan sendirinya akan berkurang ataupun hilang sama sekali.
 Selalu siap membantu sesama dalam keadaan apapun dan tanpa melihat status orang
tersebut, karena dengan saling membantu, kita akan mempererat tali persaudaraan
sebangsa dan setanah air kita, sehingga secara tidak langsung akan memperkokoh
persatuan Indonesia.
 Hormatilah selalu orang lain tanpa memandang Agama apa yang mereka anut. Hal ini
tentu akan mempererat kerukunan umat beragama di Indonesia.
 Bila terjadi masalah yang membawa nama agama, tetap selesaikan dengan kepala dingin
dan damai, tanpa harus saling tunjuk dan menyalahkan. Hal ini diperlukan karena di
Indonesia ini masyarakatnya sangat beraneka ragam.

2.2.7 Faktor-Faktor Penyebabkan Timbulnya Masalah Kerukunan Antar Umat


Beragama

 Sikap prasangka stereotype etnik dan dijiwai oleh suasana persaingan yang tajam.
 Penyiaran agama yang ditujukan kepada kelompok yang sudah menganut agama.
 Penyendirian rumah beribadah, pendirian rumah ibadah kelompok minoritas ditengah
kelompok mayoritas juga dapat mengganggu hubungan antar umat beragama, keyakinan
yang bersifat mutlak ini menimbulkan penolakan yang bersifat mutlak pula terhadap
kebenaran agama lain yang diyakini oleh pemiliknya sebagai kebenaran mutlak.

2.3 Dasar-dasar Toleransi antar Umat Beragama

2.3.1 Definisi Toleransi antar Umat Beragama

Toleransi (Arab: as-samahah) adalah konsep modern untuk menggambarkan sikap saling
menghormati dan saling bekerjasama di antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda
baik secara etnis, bahasa, budaya, politik, maupun agama, karena itu merupakan konsep agung
dan mulia yang sepenuhnya menjadi bagian organik dari ajaran agama-agama, termasuk agama
Islam. Dalam konteks toleransi antarumat beragama Islam memiliki konsep yang jelas “Tidak
ada paksaan dalam agama” , “Bagi kalian agama kalian, dan bagi kami agama kami” adalah
contoh dari toleransi dalam Islam.

Islam tidak melarang kerjasama dengan non muslim dalam hal-hal yang berkaitan dengan hal-hal
dunia, misalnya hubungan bisnis ataupun studi. Bahkan ada ayat yang memerintahkan agar kita
berlaku adil kepada siapa pun, termasuk kepada non muslim. Yakni:

‫ين أهيُّ هها هيا‬


َّ‫ذ ه‬ ِ ‫م ُنوا ال‬‫كونُوا آ ه‬ ُ ‫ين‬َّ‫م ه‬ ‫ّلل ه‬
ِ ‫قوا‬ ‫ش هه ه‬
َِّ ِ ‫دا هَّء‬ ُ ‫ط‬
َِّ ‫س‬ ْ ‫ق‬ ْ ِ‫ال ۖ ب‬
ِ ‫ال‬ َّ‫م هو ه‬
َّْ ‫ك‬ ُ ‫من‬ َُّ ‫ش هن‬
ْ ‫آن يه‬
‫ج ِر ه‬ ‫علهىَّ ه‬
‫ق ْومَّ ه‬ ‫ه‬
‫ه‬
َّ‫دلوا أال‬ ُ ْ ‫ه‬
ِ ‫دلوا ۖ تع‬ ُ ْ
ِ ‫و اع‬ ُ
َّ‫ب ه ه‬ ُ ْ ‫ه‬
َّ ‫وىَّ أق هر‬ ْ ُ
‫ّللا هواتقوا ۖ لِلتق ه‬ َّ‫ه‬ َّ‫ه‬
ۖ َّ‫ّللا إِن‬ ‫ما ه‬
َّ‫خبِير‬ ‫ه‬
‫ون بِ ه‬
َّ ‫مل‬ ُ ْ
‫تع ه‬‫ه‬
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil
itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS Al maidah ayat 8)

Jadi, saat berinteraksi dengan non muslim, prinsip-prinsip toleransi, keadilan, dan kebenaran
harus kita tegakkan. Namun untuk urusan yang berkaitan dengan kayakinan dan peribadatan, kita
mengambil garis yang jelas dan tegas.

Menurut ajaran Islam, toleransi bukan saja terhadap sesama manusia, tetapi juga terhadap alam
semesta, binatang, dan lingkungan hidup. Sikap toleransi dipandang sifat yang sangat baik untuk
menciptakan kondisi pergaulan yang lebih harmonis, dengan saling mengoreksi dan saling
mengisi kekurangan masing-masing, sehingga tidak ada seorang pun yang merasa dikecewakan
atau disakiti oleh teman bergaul lainnya.

2.3.2 Konsep Toleransi Dalam Islam


Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh Islam. Islam secara definisi adalah
“damai”, “selamat” dan “menyerahkan diri”. Ini berarti bahwa Islam bukan untuk menghapus
semua agama yang sudah ada. Islam menawarkan dialog dan toleransi dalam bentuk saling
menghormati. Tolong-menolong, sebagai bagian dari inti toleransi, menjadi prinsip yang sangat
kuat di dalam Islam. Namun, prinsip yang mengakar paling kuat dalam pemikiran Islam yang
mendukung sebuah teologi toleransi adalah keyakinan kepada sebuah agama fitrah, yang
tertanam di dalam diri semua manusia, dan kebaikan manusia merupakan konsekuensi alamiah
dari prinsip ini.

Toleransi menurut Syekh Salim bin Hilali memiliki karakteristik sebagai berikut, yaitu antara
lain:

1. Kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan

2. Kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan

1. Kelemah lembutan karena kemudahan


2. Muka yang ceria karena kegembiraan
3. Rendah diri dihadapan kaum muslimin bukan karena kehinaan
4. Mudah dalam berhubungan sosial (mu’amalah) tanpa penipuan dan kelalaian
5. Menggampangkan dalam berda’wah ke jalan Allah tanpa basa basi

8. Terikat dan tunduk kepada agama Allah Subhanahu wa Ta’ala tanpa ada rasa keberatan

2.4 Ukhuwah

Istilah ukhuwah berasal dari kata akha-yakhu-ukhuwatan yang artinya menjadi saudara, teman,
atau sahabat. Ukhuwah berarti persaudaraan atau persahabatan antara dua orang atau lebih yang
dirajut dengan rasa saling mencintai, mengasihi, dan beriba hati.Sehingga dengan adanya
ukhuwah ini, setiap anggota masyarakat akan saling membantu dan tolong-menolong dalam
rangka mewujudkan kebenaran, kebaikan, dan kesejahteraan bersama. Ukhuwah berlaku secara
menyeluruh, dari yang khusus sampai yang umum.

Ukhuwah dibagi menjadi tiga bagian antara lain sebagai berikut :

1. Ukhuwah Islamiyah

Ukhuwah islamiyah menurut Dr. Abdullah Nashih Ulwan adalah ikatan kejiwaan yang
melahirkan perasaan yang mendalam dengan kelembutan, cinta, dan sikap hormat kepada setiap
orang yang sama-sama diikat dengan akidah islamiyah, iman, dan takwa. Menurut Dr. Quraish
Shihab, ukhuwah islamiyah adalah persaudaraan yang bersifat islami atau yang diajarkan oleh
islam. Sehingga ukhuwah islamiyah adalah menghormati persaudaraan dan persahabatan yang
dijalin antarsesama umat islam dengan saling, mencintai, dan mengasihi. Dalam hadis dikatakan
bahwa,

َّ‫ن‬ ‫ة أهبِي ه‬
ْ ‫ع‬ َّ‫م هز ه‬
ْ ‫ح‬‫س ه‬َّْ ‫ن أهنه‬ َِّ ‫مالِكَّ ْب‬‫ي ه‬ َّ‫ض ه‬ ِ ‫للا هر‬َُّ َُّ ‫ع ْن‬
‫ه‬ ‫ ه‬،‫م‬ َُّ ‫خا ِد‬ َِّ ‫س ْو‬
‫ل ه‬ ُ ‫للا هر‬
َِّ ‫صل ى‬ َُّ
‫للا ه‬ َِّ ‫عله ْي‬
‫ه‬ ‫م ه‬َّ‫سل ه‬‫ن هو ه‬ ‫ه‬
َِّ ‫ع‬
‫للا ه‬َُّ ‫ه‬ ‫ه‬
َِّ ‫م عل ْي‬ َّ‫سل ه‬‫و ه‬‫ل ه‬ ‫ه‬
َّ‫ قا ه‬: ‫ال‬ ‫ه‬ َُّ ‫م‬ ْ
ِ ‫م ُيؤ‬ ُ
َّْ ‫حدك‬ ُ ‫ه‬
‫حتى أ ه‬ ‫حبَّ ه‬ِ ‫ه ُي‬
َِّ ‫خ ْي‬ ‫ه‬ ‫ب ه‬ ُّ ِ ‫سه ُي‬ ْ
ِ ‫لِ هنف‬
َِّ‫صلى النبِي‬ ‫ه‬ َّ ‫ن‬ ِ ‫ما ِل‬ َّ ‫ح‬

[‫]ومسلم البخاري رواه‬

Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radiallahuanhu, pembantu Rasulullah Shallallahu’alaihi
wasallam dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, beliau bersabda: Tidak beriman salah
seorang diantara kamu hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya
sendiri.(Riwayat Bukhori dan Muslim)

Dalam hadis Bukhari dan Muslim lainnya dikatakan bahwa, “Sesungguhnya (ukhuwah) seorang
mukmin dengan mukmin yang lain bagaikan satu bangunan. Satu sama lain saling menguatkan.”
Untuk itu, sudah seharusnya kita saling mengingatkan dan melakukan kebaikanterhadap sesama
muslim.

Nabi Muhammad saw bersabda, “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain…” (HR
Bukhari dan Muslim)

2. Ukhuwah Wathaniah

Wathaniah berasal dari kata Al-Wathan artinya tanah air atau kampung halaman. Sehingga yang
dimaksud dengan ukhuwah wathaniah adalah persaudaraan sesama warga negara dalam satu
tanah air dan satu bangsa. Sikap ini merupakan perwujudan rasa syukur seorang hamba kepada
Allah swt yang telah mengkaruniai tanah air. Hal ini juga penting untuk persatuan dan
persaudaraan dalam ikatan tanah air. Perbedaan suku, bahasa, adat istiadat, dan agama sebaiknya
disatukan dalam persaudaraan setanah air ada atau ukhuwah wathaniah.
3. Ukhuwah Insaniah

Ukhuwah insaniah adalah persaudaraan dan persahabatan sesama manusia (brotherhood


humanities). Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan orang lain untuk hidup. Hubungan
sosial ini berkembang dengan hubungan-hubungan lain seperti ekonomi, politik, peradaban,
kebudayaan, dan lain-lain. Manusia di dunia ini, terdiri dari berbagai ras, bangsa, suku, adat
istiadat,dan berbagai kelompok. Untuk itu, manusia diharapkan bisa saling mengenal dan
memahamisehingga tercipta kedamaian dunia dan persaudaraan sesama manusia.

Dalam melaksanakan ukhuwah, setiap muslim mendapatkan kendala-kendala antara lain sebagai
berikut :

 Jiwa yang tidak dirawat. Ukhuwah sangat erat kaitannya dengan iman, sehingga jika
iman tidak dirawat dengan baik maka akan sulit untuk menjalankan ukhuwah. Untuk itu,
kita pelu proses membersihan hati dan merawat jiwa secara intens dan kontinyu agar
nilai-nilai ukhuwah dapat digunakan.
 Lidah yang tidak dikendalikan. Dalam hadisnya, nabi saw bersabda bahwa barang siapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia berkata baik atau diam.
Untuk itu, lidah perlu dijaga agar tidak menimbulkan perselisihan dan permusuhan di
masyarakat.
 Lingkungan yang kurang kondusif. Apabila lingkungan mendukung pasti akan berjalan
tetapi apabila lingkungan yang ada tidak kondusif maka akan mendapatkan kesulitan
dalam melaksanakan ukhuwah.

2.5 Kebersamaan Manusia dalam Kehidupan Sosial

2.5.1 Pandangan agama islam terhadap ummat non Islam

Dari segi kaidah, setiap orang yang tidak mau menerima islam sebagai agamanya di sebut kafir
atau non islam . Kata kafir berarti orang yang menolak, yang tidak mau menerima atau menolak
menaati aturan allah yang diwujudkan kepada manusia melalui ajaran islam.

Ketika rasulullah mulai menyampaikan ajaran islam kepada masyarakat arab, sebagian dari
mereka ada yang mau menerima ajaran tersebut dan sebagianya lagi menolak orang yang
menolak ajakan rasulullah saw tersebut di sebut juga kafir. Mereka terdiri dari orang orang
musrik yang menyembah berhala di sebut orang watsani, dan orang orang ahli kitab baik orang
yahudi maupun orang nasrani.

2.5.2 Tanggung jawab sosial ummat Islam

Ummat islam adalah umat yang terbaik yang diciptakan allah dalam kehidupan ini. Bentuk
tanggung jawab sosial ummat islam meliputi berbagai aspek kehidupan , di antaranya adalah:

 Menjalin silaturahmi dengan tetangga dalam sebuah hadis rasulullah menjadikan sebuah
kebaikan seseorang kepada tetangganya menjadi salah satu indicator keimanan
 Memberikan infak sebagian dari harta yang dimiliki, baik yang wajib dalm bentuk zakat
maupun yang sunnah dalam bentuk sedekah.
 Menjenguk bila ada anggota masyarakat yang sakit dan ta’ziyah bila ada anggota
masyarakat yang meninggal dengan mengantar jenazahnya sampai di kuburnya.
 Memberi bantuan kepada masyarakat bila ada yang memerlukan bantuan
 Penyusunan system sosial yang efektif dan efesien untuk membangun masyarakat, baik
mental spiritual maupun fisik materialnya.

2.5.3 Amar ma’ruf dan nahi munkar

Amar ma’ruf dan nahi munkar adalah memerintahkan orang lain untuk berbuat baik dan
mencegah perbuatan jahat. Disamping system dan saran pendukung, amar ma’ruf dan nahi
munkar memerlukan juga kebijakan dalam bertindak. Karna itu rasulullah memberikan tiga
tingkatan yaitu:

 Menggunakan tangan atau kekuasaan apabila ia mampu


 Menggunakan lisan,
 Dalam hati apabila langkah pertama dan kedua tidak mmemungkinkan.

Bentuk amar ma’ruf dan nahi munkar yang bersistem diantaranya adalah:

 Mendirikan masjid
 Menyelenggarakan pengajian
 Mendirikan lembaga wakaf
 Mendirikan lembaga pendidikan islam
 Mendirikan lembaga keuangan atau perbangkan syariah
 Mendirikan media massa islam, Koran, radio, tv dan lain lain
 Mendirikan panti rehabilitasi anak-anak nakal
 Mendirikan pesantren
 Menyelenggarakan kajian-kajian islam
 Membuat jaringan informasi sosial

BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan dalam makalah ini, dapat disimpulkan bahwa:

 Pergaulan adalah proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu, dapat
juga oleh individu dengan kelompok. Pergaulan juga merupakan salah satu cara
seseorang untuk berinteraksi dengan alam sekitarnya.
 Kerukunan yakni adalah adanya suasana persaudaraan dan kebersamaan antar semua
orang walaupun mereka berbeda secara suku, agama, ras, dan golongan.
 Ukhuwah yakni adalah persaudaraan atau persahabatan antara duaorang atau lebih yang
dirajut dengan rasa saling mencintai, mengasihi, dan beriba hati.

Dalam hal ini berarti pergaulan sesama manusia sangat dibutuhkan dalam kehidupan serta
kerukunan antar umat beragama yaitu hubungan sesama umat beragama yang dilandasi dengan
toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan
pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan masyarakat dan bernegara. Selain
itu, dalam pergaulan sesama manusia dibutuhkan aturan ataupun adab-adab dalam bergaul antar
umat beragama baik yang beragama Islam ataupun yang non Islam.

 Saran

Sebaiknya kita sebagai umat muslim dapat mengetahui adab-adab dalam bergaul sesama
manusia agar kita dapat menempatkan diri kita dalam bergaul, serta dalam bergaul harus
dilandasi dengan sikap toleransi, saling menghargai antar umat beragama agar tercipta kehidupan
yang rukun.

DAFTAR PUSTAKA

Sulaiman, Noor.2010.Hadits-Hadits Pilihan.Jakarta:Gaung Persada Pers

Azra, Azyumardi.2002.Pendidikan Agama Islam pada Perguruan tinggi umum.

Jakarta:Departemen Agama RI

Bachdar, Rangga (2012). AKHLAK PERGAULAN DALAM ISLAM. From

http://rangga-bachdar.blogspot.co.id/2012/05/akhlak-pergaulan-dalam-islam.html, diakses pada


13 September 2015
Anwar, Nasrudin (2015). Kandungan QS Al-Isra Ayat 23-24. From

http://nasrudinanwar09.blogspot.co.id/2015/03/kandungan-qs-al-isra-ayat-23-24.html, diakses
pada 13 September 2015

Khan, Eko (2008). Pergaulan dalam Islam. From

http://ekokhan.wordpress.com/2008/12/24/pergaulan-dalam-islam/, diakses pada 13 September


2015

Aturan Pergaulan Pria dan wanita Menurut Islam, 2008. From

http://harakatuna.wordpress.com/2008/10/27/aturan-pergaulan-pria-dan-wanita-menurut-islam/,
diakses pada 14 September 2015

Muslim, Aep Saipul. Pergaulan dalam Pandangan Islam.

Anda mungkin juga menyukai