Kelas : 49
Oleh:
UNIVERSITAS JEMBER
UPT BSMKU
2015
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL …………………………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR………………………………………………………….ii
DAFTAR
ISI………………………………………………………………………………………… iii
BAB 1. PENDAHULUAN…………………………………………………………………….. 1
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………….. 1
1.4 Manfaat………………………………………………………………………………….. 2
BAB 2. PEMBAHASAN……………………………………………………………………….. 3
2.4 Ukhuwah………………………………………………………………..16
BAB 3. PENUTUP
…………………………………………………………………………………21
3.2 Saran………………………………………………………………….21
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada
penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini
menyajikan tentang “Konsep Pergaulan Sesama Manusia dalam Islam”. Selain itu penyusun juga
memaparkan dalam makalah ini hikmah atau manfaat bergaul dalam islam.
Dalam penulisan makalah ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang
telah turut membantu penyusun dalam penyusunan makalah ini yaitu Bapak Muhammad
Haidlor,Lc,M.Pd.I selaku dosen pembimbing yang telah membantu mengarahkan penyusun
dalam menulis makalah ini.Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi kurikulum
pembelajaran mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
Penyusun menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena
itu peyusun berharap adanya kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penyusun maupun pembaca dan dapat memberikan wawasan yang lebih luas
serta menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca. Mudah-mudahan makalah ini dijadikan
ibadah di sisi Allah Swt. Amin.
Jember, September 2015
Penyusun
BAB 1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ada banyak tuntutan yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim dalam kehidupan di dunia ini,
salah satunya adalah keharusan menjalin hablun minallah dan hablun minannas. Hal ini
ditekankan karena manusia sangat membutuhkan Tuhan yaitu Allah SWT. Dalam kaitannya
dengan hablun minannas, manusia tidak bisa hidup sendirian karena ia membutuhkan manusia
lain yang dapat berinteraksi secara baik untuk mewujudkan kehidupan yang baik.
Indonesia dengan berbagai macam agama yang ada tidak membuat interaksi antar manusia di
dalamnnya menjadi terlupakan. Dalam berinteraksi antar umat beragama, dikenal adanya istilah
toleransi. Dalam kehidupan saat ini, pergaulan sesama manusia menimbulkan banyak masalah-
masalah baru yang ada disekitar kita, contohnya peperangan antar suku, perselisihan antar umat
beragama sehingga menimbulkan menegangnya hubungan antar umat beragama. Maka perlu
adanya aturan-aturan atau penjelasan tentang konsep pergaulan antar sesama manusia, baik
kepada umat seagama maupun yang berbeda agama.
Makalah ini berisi tentang konsep-konsep pergaulan sesama manusia, baik yang seagama
maupun berbeda agama dalam Islam.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, terdapat beberapa rumusan masalah antara lain :
Dari rumusan masalah diatas, ada beberapa tujuan dari penulisan makalah antara lain:
1. Kita sebagai umat muslim dapat mengetahui posisi kita diantara umat muslim yang lain.
2. Kita dapat mengetahui posisi seorang muslim dalam kerukunan antar umat beragama,
serta cara-cara toleransi terhadap antar umat beragama.
3. Kita dapat meningkatkan rasa persaudaraan antar manusia baik sesama muslim atau non
muslim.
BAB 2. PEMBAHASAN
Pergaulan adalah proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu, atau oleh
individu dengan kelompok. Pergaulan juga merupakan salah satu cara seseorang untuk
berinteraksi dengan alam sekitarnya. Pergaulan merupakan fitrah manusia sebagai makhluk
sosial yang tak mungkin bisa hidup sendirian dan saling membutuhkan antar sesama manusia.
Manusia juga memiliki sifat tolong-menolong dan saling membutuhkan satu sama lain. Interaksi
dengan sesama manusia juga menciptakan kemaslahatan besar bagi manusia itu sendiri dan juga
lingkungannya. Berorganisasi, bersekolah, dan bekerja merupakan contoh-contoh aktivitas
bermanfaat besar yang melibatkan pergaulan antar manusia. Namun, pergaulan tanpa diimbangi
iman yang kokoh akan mudah membuat seorang muslim terjerumus. Bisa kita lihat pada zaman
sekarang banyak perbuatan-perbuatan para remaja yang begitu menyimpang dari ajaran agama.
Pergaulan bebas, video mesum, perkosaan, dan berbagai bentuk perilaku penyimpangan lainnya.
Semua itu bersumber dari pergaulan yang salah dan tidak dilandaskan pada kepatuhan terhadap
ajaran Al-Qur’an. Oleh karena itu, kita sebagai umat muslim wajib mengetahui dan memahami
tata cara pergaulan dalam Islam agar kita tidak salah dalam bergaul. Islam adalah agama yang
syamil (menyeluruh) dan mutakamil (sempurna).
Di antara aturan yang ditetapkan Allah SWT bagi manusia adalah aturan mengenai tata cara
pergaulan dalam Islam. Sebenarnya tata cara pergaulan dalam islam itu bukan untuk membatasi
namun untuk menjaga harkat dan martabat manusia itu sendiri agar tidak sama dengan tata cara
para hewan dalam bergaul. Bila satu tutunan itu diambil dengan kerendahan hati dan keinginan
untuk berbakti kepada ilahi, maka tak ada hal sulit untuk mengikuti tuntunan yang baik itu.
Terkesan sulit karena melihatnya dari sisi nafsu dan kepentingan duniawi.
Selain adanya norma dan aturan di masyarakat yang membatasi cara manusia bergaul, agama
Islampun juga memiliki tata cara tersendiri untuk mengatur pergaulan antar sesama manusia.
Ada beberapa yang harus diperhatikan dalam menjalin pergaulan sesama manusia antara lain:
Menjadi gaul yang islami bisa kita lakukan dengan minimal tiga kunci, yaitu:
Dalam perkara-perkara umum (sosial) kita tetap menjalin hubungan yang baik dengan non
muslim sekalipun. Contoh baik: Nabi berdiri ketika iring-iringan jenazah non muslim melewati
beliau.
Sesama muslim adalah bersaudara, seperti tubuh yang satu dan seperti satu bangunan yang
kokoh dan saling mendukung antar bagiannya.Pergaulan sesama muslim dibalut dengan
ukhuwah islamiyah. Ada banyak hak saudara kita atas diri kita, di antaranya sebagaimana dalam
hadits Nabi:
Dalam pergaulan antar generasi tidak hanya yang muda menghormati yang lebih tua tetapi juga
yang tua menghargai yang lebih muda. Dalam pergaulan sosial dengan mereka, hendaklah kita
bersikap wajar dan menghormatinya, mendengarkan pembicaraannya, serta wajib mengingatkan
jika mereka keliru dan berbuat kejahatan, dengan cara-cara yang lebih baik. Kita juga dilarang
memperlakukan mereka secara berlebihan, misalnya terlalu hormat dan tunduk melebihi apa pun,
sekalipun mereka salah. Hal ini tidak dibenarkan, sebab yang paling mulia di antara kita bukan
umur, ilmu, pangkat, harta, dan kedudukannya, akan tetapi karena kualitas takwanya kepada
Allah Swt. Hal ini sesuai dengan salah satu hadis Rasulullah saw dalam riwayat Thabrani:
َّه
َّ ِللا إ
ن عالهى َُّ ُم إِلهى الهيه ْنظ
ر ته ه ُ و ِر
َّْ ك َّ م إِلهى هو
ُ ال ه
ص ه ُ ِساب
َّْ ك َّْ ال ه اه
ح ه َّ م اِلهى هو ُ ِوال
َّْ ك ن اه ْم ه َُّ ُاِلهى يه ْنظ
َّْ ِر هولهك
ُ ُ ُ
َّْ م قل ْوبِك
م ُ
َّْ مالِكع ه ْ (الطبرانى رواه( هواه
Artinya:“Sesungguhnya Allah Swt. tidak melihat ruhmu, kedudukan, dan harta kekayaanmu,
tetapi Allah melihat apa yang ada dalam hatimu dan amal perbuatanmu”. (HR. Thabrani)
Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita berbaur dengan orang-orang yang dihormati oleh
masyarakat sekitar, maka kita harus menjaga sopan santun kita. Bagi orang-orang yang biasa
dihormati, jangan gila hormat, penghormatan harus tetap dalam bingkai syariat Islam. Contoh
orang-orang yang bisa dihormati adalah tokoh masyarakat, pejabat atau penguasa, orang-orang
yang mengajari kita, dan sebagainya.
ْ ف ح له ُه ه
ْ ما هو ُّ ن ْ ما ربَِّ هو ُقل الر
م ُه ه غي ًرا هربيهانِي ه
َّض ِ اخ َّج هنا ه
ل ه
َِّ الذ َّم ه
ِ ة ح ه
َِّ م ْ ح ْ ما
ار ه ك ه ه
ِ ص
artinya: Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah : “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku waktu kecil.” (Q.S. Al Isra’ : 24)
Ayat di atas memerintahkan kita untuk berbakti pada kedua orang tua. Jadi, kewajiban kita
kepada kedua orangtua ialah untuk selalu berbakti kepadanya dan jangan sedikit pun melukai
perasaan mereka, karena Allah tidak akan rida kepada kita.Tidak hanya kepada orang tua saja,
namun kepada anggota keluarga yang lain hendaknya kita senantiasa saling mengingatkan untuk
tetap taat kepada ajaran Islam. Sebagaimana Nabi telah melakukannya kepada Ahlu Bait.
Tetangga adalah saudara terdekat kita oleh karena itu kita wajib untuk hormati. Pengertian
tetangga disini bukan hanya sebatas tetangga rumah, namun juga mencakup tetangga di tempat
kerja, sawah, ladang, dan kantor, serta tetangga dalam safar. Rasulullah SAW bersabda:
ْ م
َّن َّك ه
ان ه ن ه ِ اّلل ُي ْؤ
َُّ م ْ ر هو
َِّ اليه ْو
َِّ ِم ب َِّ خ َّْ ر
ِ م اآل ْ ف ْل ُي
ِ ك جا هره ه
ه
Barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir hendaknya ia memuliakan tetangganya
(HR. Al Bukhori 6019)
Sudah menjadi fitrah, laki-laki tertarik kepada wanita dan demikian pula sebaliknya. Islam telah
mengatur bagaimana rasa tertarik dan rasa cinta di antara dua jenis manusia itu dapat disalurkan.
Bukan dengan pacaran dan pergaulan bebas, tetapi dengan ikatan yang kuat (mitsaq ghaalizh)
misalnya pernikahan. Jadi, ada batasan-batasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan di luar
pernikahan. Hal inilah yang dikemukakan oleh Rasulullah saw dalam hadis riwayat Abu Daud
dan Tirmidzi:
م أه ه
حبَّ إِ ه
ذا ُ ح ُد
َّْ ك اه اه ه ر َّأه ه
َُّ خ ْ ف ْل ُي
َّْ ِخب ( والترميدى ابوداود رواه( ه
“Jika salah seorang di antara kamu mencintai saudaranya, hendaklah ia membuktikannya”.
(HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Di antara aturan yang ditetapkan Allah SWT bagi manusia adalah aturan mengenai tata cara
pergaulan antara pria dan wanita. Berikut rambu-rambu yang harus diperhatikan oleh setiap
muslim agar mereka terhindar dari perbuatan zina yang tercela:
Hendaknya setiap muslim menjaga pandangan matanya dari melihat lawan jenis secara
berlebihan. Dengan kata lain hendaknya dihindarkan berpandangan mata secara bebas.
Awal dorongan syahwat adalah dengan melihat, karena itu jagalah mata agar terhindar
dari tipu daya setan.
َّلْ ين ُق َّمنِ ه ِ م ْؤ ُ ضوا لِ ْل ُّ غ ُ ن يه َّْ م ِ م َّْ ه ِ صا ِر فظُوا أه ْب ه ح ه َّْ م هويه َّْ ج ُه ك ُف ُرو ه َّذلِ ه كى ه م أه ْز ه َّْ ّللا إِنَّ له ُه َّه َّخبِير ما ه بِ ه
ْل ُ ه
َّ مناتَِّ يصنعونَوق ُ ه ْ ه ه ْ
ِ ن لِلمؤ ُ ْ ه
َّ ن يغضضْ ُ ْ ه ْ
َّ م ِ َّهن ِ ن أبصا ِر ه ْ ه ه ْ ه
َّ ال فروجهنَّ ويحفظ ْ ه ه ُ ه ُ ُ ه ه
َّ ين و ه
َّ د ْ ُ
ِ ِزينتهنَّ يب ُ ه ه
َّما إِال ر ه َّم ْن هها ظه هه ه ِ نَّض ِر ْب ه ْ هنَّ هو ْليه ِ م ِر ُ خ ُ ِعلهى ب هنَّ ه ِ ِ ب و ُ
ي ج ُ َّ
ال ه ه
و ه
َّ
ين د ِ ْ
ب ُ
ي ن
َّ ه ُ ه
ت ه
ن ي ز
ِ ِ ِ ال
َّ إ ن
َّ ه ت
ِ ه ول ع ُ و لِ ُب َّْ أه
َّهن ِ ِو آبهائ َّْ هنَّ آبها َِّء أه ِ ِعولهت ُ و ُب َّْ هنَّ أه ِ ِو أ ْب هنائ
عولهتِهنَّ أه ْب هنا َِّء أه َّْ ه
ِ ُ و ُب َّْ هنَّ أه ِ ِوان خ ه ْ ِو إ َّْ هنَّ بهنِي أه ِ ِوان خ ه ْ ِو إ َّْ بهنِي أه
ه ه ه ه ه ُ
َّهن ِ ِوات خ ه وأ ه َّْ هنَّ أ ِ ِسائ و نِ ه َّْ ما أ ت ه َّْ ك مل ه ه مانُ ُهنَّ ه و أ ْي ه َِّ ين أ َّع ه ِ ِر التاب َِّ غ ْي ة أولِي ه َِّ اْل ْربه ِْ ن َّم ه ِ ل َِّ جا الر ه ِ و َِّ أه
َِّ الط ْف
ل ِ َّذ ه
ين ِ م ال َّْ ظ هه ُروا له ْ علهى يه ع ْو هراتَِّ ه سا َِّء ه ال النِ ه َّو ه ن ه َّض ِر ْب ه ْ هنَّ يه ِ ِجل ُ م بِأه ْر َّما لِ ُي ْعله ه ين ه َّف ه ِ خ ْ ن ُي َّْ مِ
ُ ُ ه َِّ ً ه ُّ ه ه ُ ْ ُ ْ ْ ُ ه ه ه ُ ْ ُ
َّهن ِ ِّللا إِلى هوتوبوا ِزي هنت ميعا ِ ج ه ه َّ ون أي َّ من ِ م المؤ َّ ون لعلك َّ تفلِح
artinya: Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. “Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan
kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami
mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-
putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putera-putera saudara laki mereka,
atau putera saudara-saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak
yang mereka miliki, atau pelayan –pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap
wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka
memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah
kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (an-nur
ayat 30-31)
artinya: Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri
orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan
Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS 33:59)
Tidak berbuat sesuatu yang dapat mendekatkan diri pada perbuatan zina misalnya
berkhalwat (berdua-duaan) dengan lawan jenis yang bukan mahram. Hal ini ditegaskan
dalam Al-quran Surat Al-Israa ayat 32
artinya: Dan janganlah kalian mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji, dan suatu jalan yang buruk. (QS 17:32)
Selain itu Nabi juga bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
janganlah berkhalwat dengan seorang wanita (tanpa disertai mahramnya) karena sesungguhnya
yang ketiganya adalah syaithan (HR. Ahmad).
Menjauhi pembicaraan atau cara berbicara yang bisa membangkitkan selera. Hal ini kita
bisa temukan dalam firman Allah pada Surat Al-ahzab ayat 31, yang berbunyi:
ْ م
َّن ت هو ه ُ م ْن
َّْ كنَّ يه ْق ُن َِّ ِ ه
ِ ّلل ُ ل هو هر
َِّ ِسول حا هوته ْع ه
َّْ م ها نُ ْؤتِ هها ه
ً ِصال ْ ْن أه
ج هر ه َِّ مرتهي ْ قا له هها هوأه
ع هت ْدنها ه ً ِر ْز
ه
ً ك ِري
ما
artinya: Dan barang siapa diantara kamu (istri-istri Nabi) tetap taat kepada Allah dan Rasul-
Nya dan mengerjakan amal saleh, niscaya Kami berikan pahala kepadanya dua kali lipat dan
Kami sediakan rezeki yang mulia baginya. (QS 33:31)
Berkaitan dengan suara perempuan Ibnu Katsir menyatakan, “Perempuan dilarang berbicara
dengan laki-laki asing (non mahram) dengan ucapan lunak sebagaimana dia berbicara dengan
suaminya.” (Tafsir Ibnu Katsir, jilid 3)
Kepribadian seseorang itu dapat menular atau tertular orang lain. Demikian halnya dalam etika,
pergaulan dan hubungannya dengan orang lain. Penularan itu disebabkan oleh pengaruh
kedekatan dan pengaruh cinta. Mereka menampakkan perilakunya dalam perbuatan-
perbuatannya yang tanpa disadari. Jangan bergaul dengan orang-orang yang rusak moralnya,
karena bergaul dengan mereka sedikit banyak akan menular kepada kita. Janganlah menjalin
hubungan dengan orang yang hina (rendah akhlaknya) karena itu akan menular kepadamu.
Pilihlah temanmu. Adapun manfaat bergaul, yaitu:
Ajang memastikan identitas diri dengan cara menumbuhkan rasa percaya diri.
Meningkatkan kemampuan berinteraksi dan ikatan pertemanan dengan cara bertukar
pikiran, sharing, dan saling mengingatkan.
Memenuhi kebutuhan otonomi dengan tidak saling mengekang.
Memperkaya pengalaman terhadap dunia luar.
Kerukunan (dari ruku, bahasa Arab, artinya tiang atau tiang-tiang yang menopang rumah;
penopang yang memberi kedamain dan kesejahteraan kepada penghuninya) secara luas
bermakna adanya suasana persaudaraan dan kebersamaan antar semua orang walaupun mereka
berbeda secara suku, agama, ras, dan golongan. Kerukunan juga bisa bermakna suatu proses
untuk menjadi rukun karena sebelumnya ada ketidakrukunan; serta kemampuan dan kemauan
untuk hidup berdampingan dan bersama dengan damai serta tenteram. Langkah-langkah untuk
mencapai kerukunan seperti itu, memerlukan proses waktu serta dialog, saling terbuka,
menerima dan menghargai sesama, serta cinta-kasih.
Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna “baik” dan “damai”. Intinya, hidup
bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati” dan “bersepakat” untuk tidak menciptakan
perselisihan dan pertengkaran (Depdikbud, 1985:850) Bila pemaknaan tersebut dijadikan
pegangan, maka “kerukunan” adalah sesuatu yang ideal dan didambakan oleh masyarakat
manusia. Manusia ditakdirkan Allah Sebagai makhluk sosial yang membutuhkan hubungan dan
interaksi sosial dengan sesama manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan kerja
sama dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan material maupun
spiritual.
Ajaran Islam menganjurkan manusia untuk bekerja sama dan tolong menolong (ta’awun) dengan
sesama manusia dalam hal kebaikan. Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan umat Islam dapat
berhubungan dengan siapa saja tanpa batasan ras, bangsa, dan agama.
Kerja sama antar umat bergama merupakan bagian dari hubungan sosial anatar manusia yang
tidak dilarang dalam ajaran Islam. Hubungan dan kerja sama ydalam bidang-bidang ekonomi,
politik, maupun budaya tidak dilarang, bahkan dianjurkan sepanjang berada dalam ruang lingkup
kebaikan
Kerukunan antar pemeluk agama yang sama, yaitu suatu bentuk kerukunan yang terjalin
antar masyarakat penganut satu agama sama. Misalnya kerukunan sesama orang Islam
atau kerukunan sesama penganut Kristen. Kerukunan antar pemeluk agama yang sama
juga harus dijaga agar tidak terjadi perpecahan, walaupun sebenarnya dalam hal ini
sangat minim sekali terjadi konflik.
Kerukunan antar pemeluk agama yang berbeda, yaitu suatu bentuk kerukunan yang
terjalin antar masyarakat penganut agama yang tidak sama. Misalnya, kerukunan orang
Islam dengan penganut agama Kerukunan antar pemeluk agama yang berbeda benar-
benar harus dijaga untuk mencegah terjadinya konflik-konflik yang berkepanjangan, yang
pada akhirnya akan memecah belah keutuhan negara kita. Negara Indonesiia notabene
adalah negara yang mengakui bermacam-macam agama, oleh karena itu sangat sangat
rawan timbulnya konflik SARA. Sebagai warga negara yang baik kita hendaknya
memelihara kerukunan tersebut dengan saling menghormati dan menghargai terhadap
pemeluk agama lain.
Ada beberapa manfaat yang kita dapat dari memelihara kerukunan antarumat beragama di
antaranya sebagai berikut.
Menjunjung tinggi toleransi antar umat Beragama di Indonesia. Baik yang merupakan
pemeluk Agama yang sama, maupun dengan yang berbeda Agama. Hal ini sangat penting
demi menjaga tali kerukunan umat beragama di Indonesia, karena jika rasa toleransi antar
umat beragama di Indonesia sudah tinggi, maka konflik – konflik yang mengatasnamakan
Agama di Indonesia dengan sendirinya akan berkurang ataupun hilang sama sekali.
Selalu siap membantu sesama dalam keadaan apapun dan tanpa melihat status orang
tersebut, karena dengan saling membantu, kita akan mempererat tali persaudaraan
sebangsa dan setanah air kita, sehingga secara tidak langsung akan memperkokoh
persatuan Indonesia.
Hormatilah selalu orang lain tanpa memandang Agama apa yang mereka anut. Hal ini
tentu akan mempererat kerukunan umat beragama di Indonesia.
Bila terjadi masalah yang membawa nama agama, tetap selesaikan dengan kepala dingin
dan damai, tanpa harus saling tunjuk dan menyalahkan. Hal ini diperlukan karena di
Indonesia ini masyarakatnya sangat beraneka ragam.
Sikap prasangka stereotype etnik dan dijiwai oleh suasana persaingan yang tajam.
Penyiaran agama yang ditujukan kepada kelompok yang sudah menganut agama.
Penyendirian rumah beribadah, pendirian rumah ibadah kelompok minoritas ditengah
kelompok mayoritas juga dapat mengganggu hubungan antar umat beragama, keyakinan
yang bersifat mutlak ini menimbulkan penolakan yang bersifat mutlak pula terhadap
kebenaran agama lain yang diyakini oleh pemiliknya sebagai kebenaran mutlak.
Toleransi (Arab: as-samahah) adalah konsep modern untuk menggambarkan sikap saling
menghormati dan saling bekerjasama di antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda
baik secara etnis, bahasa, budaya, politik, maupun agama, karena itu merupakan konsep agung
dan mulia yang sepenuhnya menjadi bagian organik dari ajaran agama-agama, termasuk agama
Islam. Dalam konteks toleransi antarumat beragama Islam memiliki konsep yang jelas “Tidak
ada paksaan dalam agama” , “Bagi kalian agama kalian, dan bagi kami agama kami” adalah
contoh dari toleransi dalam Islam.
Islam tidak melarang kerjasama dengan non muslim dalam hal-hal yang berkaitan dengan hal-hal
dunia, misalnya hubungan bisnis ataupun studi. Bahkan ada ayat yang memerintahkan agar kita
berlaku adil kepada siapa pun, termasuk kepada non muslim. Yakni:
Jadi, saat berinteraksi dengan non muslim, prinsip-prinsip toleransi, keadilan, dan kebenaran
harus kita tegakkan. Namun untuk urusan yang berkaitan dengan kayakinan dan peribadatan, kita
mengambil garis yang jelas dan tegas.
Menurut ajaran Islam, toleransi bukan saja terhadap sesama manusia, tetapi juga terhadap alam
semesta, binatang, dan lingkungan hidup. Sikap toleransi dipandang sifat yang sangat baik untuk
menciptakan kondisi pergaulan yang lebih harmonis, dengan saling mengoreksi dan saling
mengisi kekurangan masing-masing, sehingga tidak ada seorang pun yang merasa dikecewakan
atau disakiti oleh teman bergaul lainnya.
Toleransi menurut Syekh Salim bin Hilali memiliki karakteristik sebagai berikut, yaitu antara
lain:
8. Terikat dan tunduk kepada agama Allah Subhanahu wa Ta’ala tanpa ada rasa keberatan
2.4 Ukhuwah
Istilah ukhuwah berasal dari kata akha-yakhu-ukhuwatan yang artinya menjadi saudara, teman,
atau sahabat. Ukhuwah berarti persaudaraan atau persahabatan antara dua orang atau lebih yang
dirajut dengan rasa saling mencintai, mengasihi, dan beriba hati.Sehingga dengan adanya
ukhuwah ini, setiap anggota masyarakat akan saling membantu dan tolong-menolong dalam
rangka mewujudkan kebenaran, kebaikan, dan kesejahteraan bersama. Ukhuwah berlaku secara
menyeluruh, dari yang khusus sampai yang umum.
1. Ukhuwah Islamiyah
Ukhuwah islamiyah menurut Dr. Abdullah Nashih Ulwan adalah ikatan kejiwaan yang
melahirkan perasaan yang mendalam dengan kelembutan, cinta, dan sikap hormat kepada setiap
orang yang sama-sama diikat dengan akidah islamiyah, iman, dan takwa. Menurut Dr. Quraish
Shihab, ukhuwah islamiyah adalah persaudaraan yang bersifat islami atau yang diajarkan oleh
islam. Sehingga ukhuwah islamiyah adalah menghormati persaudaraan dan persahabatan yang
dijalin antarsesama umat islam dengan saling, mencintai, dan mengasihi. Dalam hadis dikatakan
bahwa,
َّن ة أهبِي ه
ْ ع َّم هز ه
ْ حس هَّْ ن أهنه َِّ مالِكَّ ْبي ه َّض ه ِ للا هرَُّ َُّ ع ْن
ه ه،م َُّ خا ِد َِّ س ْو
ل ه ُ للا هر
َِّ صل ى َُّ
للا ه َِّ عله ْي
ه م هَّسل هن هو ه ه
َِّ ع
للا هَُّ ه ه
َِّ م عل ْي َّسل هو هل ه ه
َّ قا ه: ال ه َُّ م ْ
ِ م ُيؤ ُ
َّْ حدك ُ ه
حتى أ ه حبَّ هِ ه ُي
َِّ خ ْي ه ب ه ُّ ِ سه ُي ْ
ِ لِ هنف
َِّصلى النبِي ه َّ ن ِ ما ِل َّ ح
Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radiallahuanhu, pembantu Rasulullah Shallallahu’alaihi
wasallam dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, beliau bersabda: Tidak beriman salah
seorang diantara kamu hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya
sendiri.(Riwayat Bukhori dan Muslim)
Dalam hadis Bukhari dan Muslim lainnya dikatakan bahwa, “Sesungguhnya (ukhuwah) seorang
mukmin dengan mukmin yang lain bagaikan satu bangunan. Satu sama lain saling menguatkan.”
Untuk itu, sudah seharusnya kita saling mengingatkan dan melakukan kebaikanterhadap sesama
muslim.
Nabi Muhammad saw bersabda, “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain…” (HR
Bukhari dan Muslim)
2. Ukhuwah Wathaniah
Wathaniah berasal dari kata Al-Wathan artinya tanah air atau kampung halaman. Sehingga yang
dimaksud dengan ukhuwah wathaniah adalah persaudaraan sesama warga negara dalam satu
tanah air dan satu bangsa. Sikap ini merupakan perwujudan rasa syukur seorang hamba kepada
Allah swt yang telah mengkaruniai tanah air. Hal ini juga penting untuk persatuan dan
persaudaraan dalam ikatan tanah air. Perbedaan suku, bahasa, adat istiadat, dan agama sebaiknya
disatukan dalam persaudaraan setanah air ada atau ukhuwah wathaniah.
3. Ukhuwah Insaniah
Dalam melaksanakan ukhuwah, setiap muslim mendapatkan kendala-kendala antara lain sebagai
berikut :
Jiwa yang tidak dirawat. Ukhuwah sangat erat kaitannya dengan iman, sehingga jika
iman tidak dirawat dengan baik maka akan sulit untuk menjalankan ukhuwah. Untuk itu,
kita pelu proses membersihan hati dan merawat jiwa secara intens dan kontinyu agar
nilai-nilai ukhuwah dapat digunakan.
Lidah yang tidak dikendalikan. Dalam hadisnya, nabi saw bersabda bahwa barang siapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia berkata baik atau diam.
Untuk itu, lidah perlu dijaga agar tidak menimbulkan perselisihan dan permusuhan di
masyarakat.
Lingkungan yang kurang kondusif. Apabila lingkungan mendukung pasti akan berjalan
tetapi apabila lingkungan yang ada tidak kondusif maka akan mendapatkan kesulitan
dalam melaksanakan ukhuwah.
Dari segi kaidah, setiap orang yang tidak mau menerima islam sebagai agamanya di sebut kafir
atau non islam . Kata kafir berarti orang yang menolak, yang tidak mau menerima atau menolak
menaati aturan allah yang diwujudkan kepada manusia melalui ajaran islam.
Ketika rasulullah mulai menyampaikan ajaran islam kepada masyarakat arab, sebagian dari
mereka ada yang mau menerima ajaran tersebut dan sebagianya lagi menolak orang yang
menolak ajakan rasulullah saw tersebut di sebut juga kafir. Mereka terdiri dari orang orang
musrik yang menyembah berhala di sebut orang watsani, dan orang orang ahli kitab baik orang
yahudi maupun orang nasrani.
Ummat islam adalah umat yang terbaik yang diciptakan allah dalam kehidupan ini. Bentuk
tanggung jawab sosial ummat islam meliputi berbagai aspek kehidupan , di antaranya adalah:
Menjalin silaturahmi dengan tetangga dalam sebuah hadis rasulullah menjadikan sebuah
kebaikan seseorang kepada tetangganya menjadi salah satu indicator keimanan
Memberikan infak sebagian dari harta yang dimiliki, baik yang wajib dalm bentuk zakat
maupun yang sunnah dalam bentuk sedekah.
Menjenguk bila ada anggota masyarakat yang sakit dan ta’ziyah bila ada anggota
masyarakat yang meninggal dengan mengantar jenazahnya sampai di kuburnya.
Memberi bantuan kepada masyarakat bila ada yang memerlukan bantuan
Penyusunan system sosial yang efektif dan efesien untuk membangun masyarakat, baik
mental spiritual maupun fisik materialnya.
Amar ma’ruf dan nahi munkar adalah memerintahkan orang lain untuk berbuat baik dan
mencegah perbuatan jahat. Disamping system dan saran pendukung, amar ma’ruf dan nahi
munkar memerlukan juga kebijakan dalam bertindak. Karna itu rasulullah memberikan tiga
tingkatan yaitu:
Bentuk amar ma’ruf dan nahi munkar yang bersistem diantaranya adalah:
Mendirikan masjid
Menyelenggarakan pengajian
Mendirikan lembaga wakaf
Mendirikan lembaga pendidikan islam
Mendirikan lembaga keuangan atau perbangkan syariah
Mendirikan media massa islam, Koran, radio, tv dan lain lain
Mendirikan panti rehabilitasi anak-anak nakal
Mendirikan pesantren
Menyelenggarakan kajian-kajian islam
Membuat jaringan informasi sosial
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pergaulan adalah proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu, dapat
juga oleh individu dengan kelompok. Pergaulan juga merupakan salah satu cara
seseorang untuk berinteraksi dengan alam sekitarnya.
Kerukunan yakni adalah adanya suasana persaudaraan dan kebersamaan antar semua
orang walaupun mereka berbeda secara suku, agama, ras, dan golongan.
Ukhuwah yakni adalah persaudaraan atau persahabatan antara duaorang atau lebih yang
dirajut dengan rasa saling mencintai, mengasihi, dan beriba hati.
Dalam hal ini berarti pergaulan sesama manusia sangat dibutuhkan dalam kehidupan serta
kerukunan antar umat beragama yaitu hubungan sesama umat beragama yang dilandasi dengan
toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan
pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan masyarakat dan bernegara. Selain
itu, dalam pergaulan sesama manusia dibutuhkan aturan ataupun adab-adab dalam bergaul antar
umat beragama baik yang beragama Islam ataupun yang non Islam.
Saran
Sebaiknya kita sebagai umat muslim dapat mengetahui adab-adab dalam bergaul sesama
manusia agar kita dapat menempatkan diri kita dalam bergaul, serta dalam bergaul harus
dilandasi dengan sikap toleransi, saling menghargai antar umat beragama agar tercipta kehidupan
yang rukun.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta:Departemen Agama RI
http://nasrudinanwar09.blogspot.co.id/2015/03/kandungan-qs-al-isra-ayat-23-24.html, diakses
pada 13 September 2015
http://harakatuna.wordpress.com/2008/10/27/aturan-pergaulan-pria-dan-wanita-menurut-islam/,
diakses pada 14 September 2015