Anda di halaman 1dari 20

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat

dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan laporan hasil praktikum Bioteknologi

Laut dengan judul “Uji Antagonisme Bakteri Probiotik Udang Galah dan Udang

Windu Terhadap Patogen Vibrio, Aeromonas, dan Pseudomonas” tepat pada

waktunya, dimana penulisan laporan ini merupakan salah satu syarat untuk masuk

praktikum selanjutnya. Semoga dengan adanya penulisan laporan praktikum ini,

pembaca dapat lebih mengetahui bagaimana antagonisme bakteri probiotik yang

terdapat pada udang galah dan udang windu terhadap bakteri patogen.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan praktikum

Bioteknologi Laut ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata kesempurnaan,

oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan

menuju arah yang lebih baik.

Sebagai penutup, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu saya dalam penulisan laporan ini.

Pekanbaru, 18 Maret 2019

May Sarah Silitonga


ii

DAFTAR ISI

Isi Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. iv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. v

I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2. Tujuan dan Manfaat ................................................................. 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 4

III. BAHAN DAN METODE ................................................................ 10


3.1. Waktu dan Tempat ................................................................... 10
3.2. Bahan dan Alat ......................................................................... 10
3.3. Metode Praktikum .................................................................... 10
3.4. Prosedur Praktikum .................................................................. 10

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 12


4.1. Hasil ......................................................................................... 12
4.2. Pembahasan ............................................................................. 12

V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 15


5.1. Kesimpulan .............................................................................. 15
5.2. Saran ........................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 16

LAMPIRAN ............................................................................................... 17
iii

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Hasil Pengukuran Zona Bening pada Uji Antagonisme dengan Metode

Kertas Cakram ................................................................................... 12

2. Perbandingan Pengukuran Zona Bening pada Uji Antagonisme dengan

Isolat yang Sama Terhadap Bakteri Patogen yang Berbeda ................ 13


iv

DAFTAR GAMBAR

Isi Halaman

1. Lokasi Praktikum ............................................................................


v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil Perhitungan .............................................................................. 18

2. Alat dan Bahan .................................................................................. 19

3. Dokumentasi Praktikum .................................................................... 20


1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kegagalan budidaya udang windu dan udang galah maupun di unit

pembenihan umumnya disebabkan oleh penyakit. Penyakit udang dapat

disebabkan oleh infektor, lingkungan, nutrisi, faktor kepadatan dan kesalahan

pengelolaan baik pada tingkat pembenihan maupun budidaya. Mekanisme

berkembangnya penyakit pada umumnya tergantung pada lingkungan dan sistem

pertahanan tubuh organisme. Lingkungan yang buruk memberi kesempatan

kepada infektor yang bersifat patogen berkembang. Peningkatan kepadatan bakteri

pada media pemeliharaan berpotensi meningkatkan infeksi bakteri patogen pada

udang. Bakteri jenis Vibrio harveyi bersifat patogen pada udang (Effendy, 2004

dalam Patang, 2012).

Beragam spesies bakteri menjadi penyebab penyakit pada udang dan

menyerang berbagai stadia udang terutama stadia mysis dan post larva. Bakteri

utama penyebab penyakit pada udang seperti Vibrio, Aeromonas, Pseudomonas

dan Alcaligenes (Irianto,2003 dalam Patang, 2012). Menurut Rantetondok (2002)

dalam Patang (2012), sistem kekebalan udang hanya bisa ditingkatkan melalui

peningkatan respon non spesifik. Salah satu jenis penyakit yang merupakan

masalah serius dalam budidaya udang windu di tambak dan panti pembenih

adalah vibriosis yang disebabkan oleh bakteri Vibrio spp.

Diantara kasus-kasus vibriosis yang ada, penyakit yang disebabkan oleh

bakteri Vibrio harveyi merupakan salah satu penyakit yang cukup serius. Sebagai

alternatif dalam pencegahan vibriosis pada udang adalah pemanfaatan bakteri


2

probiotik yang aman dan ramah lingkungan dengan tujuan untuk memperbaiki

mutu lingkungan tambak secara alami melalui kerja bakteri

Pengurai (Patang, 2012)

Bakteri probiotik bersifat antagonis dengan bakteri patogen, apabila

bakteri patogen terhambat pertumbuhannya maka sari makanan yang diserap

dalam usus menjadi lebih optimal (Fadri et al. 2016). Mikroorganisme bersifat

antagonis terhadap mikroorganisme lain karena menghasilkan antibiotik,

bakteriosin, siderofor, lisozim, protease, H2O2 atau asam organik sehingga pH

pada media tumbuh tersebut berubah (Sugita et al., 1997 dalam Inansetyo, 2015).

Suatu bakteri antagonis dapat menghasilkan senyawa tunggal atau beberapa

senyawa tersebut (Inansetyo, 2015)

1.2. Tujuan dan Manfaat Praktikum

Adapun tujuan dari penulisan laporan praktikum ini adalah untuk

mengetahui bagaimana uji antagonisme suatu bakteri probiotik terutama pada

udang windu dan udang galah terhadap bakteri patogrn Vibrio, Aeromonas dan

Pseudomonas.

Adapun manfaat dari penulisan laporan praktikum ini adalah untuk

memberikan wawasan kepada pembaca terutama mahasiswa/i Fakultas Perikanan

ddan Kelautan mengenai ui antagonisme bakteri probiotik terhadap bakteri

patogen.
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

Istilah probiotik pertama kali dicetuskan untuk mendeskripsikan senyawa

yang dihasilkan mikroorganisme yang dapat menstimulir pertumbuhan

mikroorganisme lain. Probiotik adalah mikroba hidup yang menguntungkan pada

mahluk hidup, yang bermanfaat untuk memperbaiki keseimbangan mikroba di

dalam saluran penceraan dan memberikan pengaruh positif terhadap fisiologi dan

kesehatan inangnya (Afrianto dan Lifiawati, 2005 dalam Anggreni, 2014). Bakteri

yang dapat memproduksi substansi yang mirip antibiotik dan mampu menekan

pertumbuhan bakteri patogen dan dapat digunakan untuk mengurangi penggunaan

antibiotik dalam budidaya ikan yang tidak meninggalkan residu yang berbahaya.

Definisi lain tentang probiotik adalah sediaan sel mikroba hidup atau

komponen dari sel mikroba yang memiliki pengaruh menguntungkan terhadap

kesehatan dan kehidupan inangnya (Salminen et al., 1999). Definisi tersebut

memiliki implikasi bahwa probiotik tidak selalu harus berupa sel hidup karena

telah terbukti bahwa probiotik dalam bentuk sel yang tidak hidup juga

menunjukkan pengaruh positif terhadap kesehatan inang (Ouwehand dan

Salminen, 1998). Probiotik sangat penting bagi tubuh karena menunjukkan

peranan fisiologis yang penting dalam menjaga keseimbangan mikroflora saluran

pencernaan sehingga terbentuk suatu ekosistem yang unik, yaitu terjadi interaksi

yang kompleks yang bekerja secara sinergis dan antagonistis tergantung dari

strain yang terlibat, jumlah dan aktivitas metaboliknya (Mattila-Sandholm et al.,

1999)
4

Menurut Food and Agriculture Organization/World Health Organization

(FAO/WHO) (2001) dalam Anastiawan (2014), idealnya strain probiotik

seharusnya tidak hanya mampu bertahan melewati saluran pencernaan tetapi juga

memiliki kemampuan untuk berkembang biak dalam saluran pencernaan, tahan

terhadap cairan lambung dan cairan empedu dalam jalur makanan yang

memungkinkan untuk bertahan hidup melintasi saluran pencernaan dan terkena

paparan empedu. Selain itu probiotik juga harus mampu menempel pada sel epitel

usus, mampu membentuk kolonisasi pada saluran pencernaan, mampu

menghasilkan zat anti mikroba (bakteriosin), dan memberikan pengaruh yang

menguntungkan inangnya. Syarat lainnya adalah tidak bersifat patogen dan aman

jika dikonsumsi. Strain probiotik juga harus tahan dan tetap hidup selama proses

pengolahan makanan dan penyimpanan, mudah diaplikasikan pada produk

makanan, dan tahan terhadap proses psikokimia pada makanan (Prado et al., 2008

dalam Anastiawan, 2014).

Bakteri probiotik bersifat antagonis dengan bakteri patogen, apabila

bakteri patogen terhambat pertumbuhannya maka sari makanan yang diserap

dalam usus menjadi lebih optimal (Fadri et al. 2016). Mikroorganisme bersifat

antagonis terhadap mikroorganisme lain karena menghasilkan antibiotik,

bakteriosin, siderofor, lisozim, protease, H2O2 atau asam organik sehingga pH

pada media tumbuh tersebut berubah (Sugita et al., 1997 dalam Inansetyo, 2015).

Suatu bakteri antagonis dapat menghasilkan senyawa tunggal atau beberapa

senyawa tersebut (Inansetyo, 2015).

Selanjutnya Verschuere et al (2000) dalam Inansetyo (2015,

mengemukakan bahwa mekanisme bakteri antagonis yang dapat digunakan


5

sebagai biokontrol adalah menghasilkan senyawa penghambat pertumbuhan

patogen, terjadi kompetisi pemanfaatan senyawa tertentu atau kompetisi

pemanfaatan energi, kompetisi tempat menempel, memper tinggi tanggap kebal

inang, meningkatkan kualitas air dan adanya interaksi dengan fitoplankton atau

zooplankton.
6

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Bioteknologi Laut dilaksanakan pada tanggal 12 dan 13 Maret

2019 pukul 13.30 WIB serta tanggal 14 Maret 2019 pukul 08.00 WIB bertempat

di Laboratorium Mikrobiologi Laut Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas

Riau.

3.2. Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah isolat udang

galah dan udang windu, media NA (Nutrient Agar), media NB (Nutrient Broth),

alkohol, aquades, antibiotik Streptomycin, bakteri patogen (Vibrio, Aeromonas,

Pseudomonas), dan label. Sedangkan alat yang digunakan dalam praktikum ini

adalah tabung reaksi, jarum ose, aluminium foil, pemanas bunsen, inkubator,

mikropipet, tip, petridish, kertas cakram, pinset, aluminium foil, dan drigalski.

3.3. Metode Praktikum

Praktikum ini menggunakan metode difusi agar yaitu dengan

menggunakan kertas cakram pada medium padat.

3.4. Prosedur Praktikum

Hal yang pertama kali dilakukan adalah mempersiapkan bahan dan alat

apa saja yang akan digunakan pada saat praktikum. kemudian memberikan label

pada setiap tabung reaksi dengan kode UG1, UG2, UWH1, UWH8. Untuk

percobaan pertama, yakni inokulasi dari isolat ke media NB. Sampel diambil

dengan menggunakan jarum ose dari isolat yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Kemudian tabung reaksi ditutup dengan mengunakan aluminium foil. Setelah itu
7

sampel dimasukkan kedalam inkubator untuk di inkubasi selama 24 jam. Setelah

24 jam, sampel di inokulasi kembali ke media NA dengan menggunakan

mikropipet dan kertas cakram. Kertas cakram yang masih steril dimasukkan

kedalam petridish kosong, kemudian masing-masing sampel diambil lalu

diteteskan ke atas kertas cakram dengan kondisi tidak boleh berlebihan/hanya satu

tetes. Untuk pembuatan kontrol positif, kertas cakram ditetsi larutan antibiotik

Streptomycin, sedangkan untuk pembuatan kontrol negatif tidak diberi perlakuan

apapun. Petridish yang sudah dilarutkan media NA sebelumnya ditetesi dengan

bakteri patogen, kemudian diratakan ke seluruh permukaan media dengan

menggunakan drigalski. Setelah itu, kertas cakram yang telah ditetesi dimasukkan

kedalam petridish dengan menggunakan pinset. Kemudian petridish dibungkus

menggunakan kertas padi, lalu dimasukkan kedalam inkubator selama 24 jam.

Setelah 24 jam, petridish diambil yang kemudian diamati zona bening yang

terbentuk, lalu diukur.


8

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Adapun hasil yang didapatkan dari praktikum Bioteknologi Laut mengenai

Uji Antagonisme Bakteri Probiotik Udang Galah dan Udang Windu Terhadap

Patogen Vibrio, Aeromonas, dan Pseudomonas adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil Pengukuran Zona Bening pada Uji Antagonisme dengan Metode
Kertas Cakram
Diameter Zona Bening (mm)
Nama Isolat
Aeromonas sp.
Kontrol positif (+) 12,35
Kontrol Negatif (-) - (Resisten)
UG1 7,25
UG2 2,65
UWH1 6,35
UWH8 0,35

Tabel 2. Perbandingan Pengukuran Zona Bening pada Uji Antagonisme dengan


Isolat yang Sama Terhadap Bakteri Patogen yang Berbeda
Diameter Zona Bening (mm)
Bakteri Patogen
UG2
Aeromonas sp. 2,65
Vibrio sp. 8,15
Pseudomonas sp. -

4.2. Pembahasan

Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil bahwa pada

kontrol negatif tidak menunjukkan adanya zona hambat. Hal ini dikarenakan tidak

adanya diberikan perlakuan pada kertas cakram ataupun karena tidak ada aktivitas

bakteri calon probiotik dan bakteri patogen paling banyak tumbuh pada daerah

kontrol negatif tersebut. Zona hambat dapat terlihat pada setiap isolat kontrol

positif, UG1, UG2, UWH1, dan UWH8. Uji daya hambat paling besar terdapat

pada isolat kontrol positif, yakni 12,35 mm. Sedangkan uji daya hambat paling

kecil terdapat pada UWH8, yakni 0,35 mm.


9

Pada uji daya hambat isolat UG2 dengan membandingkan antara bakteri

Aeromonas sp, Vibrio sp dan bakteri Pseudomonas sp didapatkan hasil bahwa

diameter zona bening yang terdapat pada bakteri Vibrio sp lebih besar jika

dibandingkan dengan bakteri Aeromonas sp yang berarti daya hambat pada

bakteri Vibrio sp lebih kuat daripada daya hambat pada bakteri Aeromonas sp

terhadap bateri probiotik pada udang galah.

Dari kriteria yang disebutkan diatas tersebut maka zona hambat yang

terbentuk oleh kontrol positif termasuk ke dalam golongan antibakteri yang

memiliki aktivitas sangat kuat. Mekanisme penghambatannya yaitu dengan cara

memblokir ikatan asam amino pada rantai peptide yang mulai timbul pada uni 50S

ribosom dengan mengganggu kerja peptidyl transferase. Akibatnya proses

pertumbuhan dari mikroorganisme terganggu (Brook, 2005 dalam Anggreni,

2014).

Zona bening yang terbentuk disekitar kertas cakram merupakan zona

aktivitas antimikroba terhadap bakteri patogen. Terbentuknya zona bening

dikarenakan adanya penghambatan senyawa antimikroba terhadap sel-sel

mikroba, secara umum mekanisme kerja dari suatu senyawa antimikroba dapat

dilakukan dengan cara menganggu atau merusak penyusun dinding sel, bereaksi

dengan membran sel yang menyebabkan peningkatan permeabilitas seluler,

inaktifasi enzim-enzim essensial dan destruksi atau inaktifasi fungsi dan materi

genetik ( Sari et al.,2013 dalam Anggreni, 2014).


10

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik

kesimpulan bahwa bakteri probiotik yang terdapat pada udang windu dan udang

galah bersifat antagonis terhadap bakteri patogen Vibrio sp, Aeromonas sp, dan

Pseudomonas sp, hal ini dapat dibuktikan dengan terbentuknya zona bening pada

kertas cakram.

5.2. Saran

Adapun saran dalam penulisan laporan praktikum ini adalah kita harus

menjaga kelestarian perairan yang menjadi sumber kehidupan bagi udang dan

organisme lainnya agar bakteri patogen yang merupakan sumber penyakit tidak

berkembang biak lebih banyak dari yang seharusnya..


11

DAFTAR PUSTAKA

Anastiawan. 2014. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Probiotik yang Berasal dari
Usus Itik Pedaging Anas domesticus. Skripsi. Jurusan Biologi.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Hasanuddin. Makasar.

Anggreni, Desy; Feliatra; Nursyirwani. 2014. Efektivitas Bakteri Probiotik dari


Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii, de Man) Terhadap Bakteri
Patogen Aeromonas hydrophila, Pseudomonas stutzeri dan Vibrio
alginolyticus. Skripsi. Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan
Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru.

Fadri S, Muchlisin ZA, Sugito S. 2016. Pertumbuhan kelangsungan hidup dan


daya cerna pakan ikan nila (Oreochromis niloticus) yang mengandung
tepung daun jaloh (Salix tetrasperma Roxb) dengan penambahan
probiotik EM-4. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan
Unsyiah. 1(2): 210-221.

Inansetyo, Alim. 2005. Bakteri Antagonis Sebagai Probiotik untuk Pengendalian


Hayati pada Akuakultur. Jurnal Perikanan (j. Fish. Sci.) VII (1): 1-10.
ISSN: 0853-6384.

Mattila, Sandholm T., Kneifel W. and Wright A. 1999. Probiotic bacteria-


detection and estimation in fermented and non-fermented dairy
product. Vol. 3, P: 1783-1789. In: Encyclopedia Pf Food
Microbiology.

Patang. 2012. Analisis Uji Tantang Benur Windu (Penaeus monodon Fabricius)
yang telah diberi Perlakuan Probiotik dan Antibiotik dengan Dosis
Berbeda. Jurnal Galung Tropika, September 2012, hlmn. 7-14.

Salminen, S. dan A. Von-Wright. 1998. Lactic Acid Bacteria: Microbiology and


Functional Aspects 2nd Ed.
12

LAMPIRAN
13

Lampiran 1. Alat dan Bahan

Pemanas Bunsen Jarum ose Tisu gulung

Drigalski Mikropipet Petridish

Tabung reaksi Alkohol


14

Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan

Pembuatan Label Inokulasi isolat ke media NB Meratakan Bakteri

Mengambil kertas cakram Meneteskan sampel Pengukuran zona bening


1

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI LAUT

UJI ANTAGONISME BAKTERI PROBIOTIK UDANG GALAH DAN


UDANG WINDU TERHADAP BAKTERI PATOGEN VIBRIO DAN
AEROMONAS SERTA PSEUDOMONAS

OLEH :

MAY SARAH SILITONGA


1604123870
KELOMPOK 2

JURUSAN ILMU KELAUTAN


LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2018

Anda mungkin juga menyukai