Anda di halaman 1dari 23

Struktur dan Mekanisme Pencernaan serta terjadinya Reflek Liur

Bintang Evelin Lorenza Sinaga

102016167

Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana


Alamat Korespondensi : Jalan Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510
Email : bintang.2016fk167@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Pencernaan merupakan suatu alur proses pemecahan dan pemanfaatan hal-hal yang berguna
bagi tubuh, memecahkan makanan menjadi bentuk-bentuk yang sangat sederhana, dimana
semua bahan itu dapat diserap langsung oleh tubuh di dalam usus, dan disebarkan ke seluruh
tubuh melalui peredaran darah. Proses pencernaan sudah terjadi sejak makanan masuk ke
dalam mulut, dan proses pencernaan berakhir ketika makanan tersebut telah menjadi feses
yang kemudian diekskresikan melalui anus. Organ-organ yang termasuk kedalam sistim
pencernaan ini antara lain ialah mulut, esofagus, gaster, hepar, vesica fellea, pankreas, usus
kecil,saekum, appendix usus besar sampai anus yang merupakan tahap akhir dalam rangkaian
sistem pencernaan kita yang kontinuitas. Dimana semua itu diatur dengan saraf otonom
dimana salah satunya adalah refleks liur yang terkondisi dimana dengan hanya berfikir,
melihat dan mencium saja bisa mengeluarkan saliva.
Kata kunci: makroskopik, mikroskopik, sistem pencernaan

Abstrac
Digestion is a path of the process of solving and utilizing the things that are useful for the
body, breaking food into very simple forms, where all the ingredients can be absorbed
directly by the body in the intestine, and spread throughout the body through blood
circulation. The process of digestion has occurred since the food into the mouth, and the
digestive process ends when the food has become a stool which is then excreted through the
anus. The organs belonging to the digestive system include the mouth, esophagus, gastric,
liver, vesica fellea, pancreas, small intestine, saucum, appendix of the large intestine to the
anus which is the final stage in our continuous series of digestive systems. Where it is
arranged with autonomic nerves where one of them is a conditioned salivary reflex where by
just thinking, seeing and kissing alone can issue saliva.
Keywords: macroscopic, microscopic, digestive system

1
Pendahuluan

Tubuh manusia tersusun oleh organ-organ yang kompleks yang setiap bagian organ tersebut
sangatlah penting untuk kelangsungan hidup. Tetapi manusia juga memerlukan makanan
untuk dapat bertahan hidup dan melakukan aktivitas, dimana makanan tersebut akan diolah
oleh tubuh kita menjadi suatu sumber energi untuk tubuh kita. Sebelum dapat digunakan oleh
tubuh maka makanan tersebut harus dicerna terlebih dahulu oleh sistem pencernaan yang ada
dalam tubuh kita. Sebelum dapat digunakan oleh tubuh maka makanan tersebut harus dicerna
terlebih dahulu oleh sistem pencernaan yang ada dalam tubuh kita. Sistem pencernaan adalah
memindahkan nutrien, air, dan elektrolit dari makanan yang telah kita telan ke dalam
lingkungan internal tubuh. 1

Tujuan dari pembuatan tinjauan pustaka ini ialah untuk mengedukasi khalayak umum
mengenai makroskopik dan mikroskopik dari mulut, esofagus, gaster, dan usus halus. Serta
proses penceraan dimulut, menelan, di lambung, dan juga proses pencernaan di usus halus.

Makroskopis Mulut

Pintu masuk ke saluran cerna adalah dari mulut atau rongga oral. Mulut (cavum oris)
terbentang dari rima oris sampai ke isthmus faucium.2 (Lihat gambar 1) Selain sebagai
permulaan sistem pencernaan, rongga mulut juga berfungsi sebagai rongga yang dilalui oleh
udara pernafasan dan juga penting untuk pembentukan suara. Rongga mulut terbagi atas 2
daerah yaitu vestibulum oris dan cavum oris proprium.3

Gambar 1. Cavum Oris 2


Vestibulum oris merupakan daerah di antara bibir dan pipi di sebelah luar dan gigi – geligi
dengan processus alveolaris di sebelah dalam.2 (lihat gambar 2) Didalam vestibulum oris dapat
ditemui bibir (labium), sulcus nasolabialis, sulcus mentolabialis, philtrum, pipi (bucca) dan juga
diantara kulit dan mucosa terletak otot-otot wajah, antara lain: m. buccinator dan m. orbicularis oris.
Pendarahan pada vestibulum oris adalah Aa. labiales superior dan inferior, cabang arteri facialis, dan
Arteri. Temporalis superficialis. Sedangkan untuk pembuluh balik adalah vena facialis anterior dan
posterior yang bergabung menjadi vena facialis communis dan akan bermuara di vena jugularis
interna.3 Untuk getah beningnya dimana pembuluh-pembuluh itu mengikuti pembuluh balik dan

2
menuju ke noduli lymphatici submentales, submandibulares, dan parotidea. Dari sini getah bening
akan dialirkan ke dalam Nnll cervicales profundae. Jika dilihat dari persarafan vestibulum oris
dipersarafi oleh N. Trigeminus dan N. Facialis. 2

Gambar 2. Vestibulum Oris


Sumber: www.google.co.id vestibulum oris anatomi
15 juli 2017

Sedangkan cavum oris proprium adalah daerah yang berada di belakang vestibulum oris yang
berhadapan dengan palatum durum dan palatum molle di bagian atasnya. Batas-batas dari
cavum oris proprium adalah: 2
1. batas depan dan samping adalah arcus dentalis dengan processus alveolaris
2. bagian atas adalah palatum durum dan molle,
3. bagian bawah diaframa oris,
4. bagian belakang adalah isctimus faucium,
5. sedangkan isinya adalah lidah.
Pada batas depan dan samping pada cavum oris proprium. ini terdapat gigi geligi dimana gigi
geligi terletak pada processus alveolaris, yang dilapisi oleh selaput lendir (gingiva).3
Persarafan pada gigi geligi Nn alveolaris superior dan Nn alveolaris inferior. Sedangkan
untuk pendarahannya Rr alveolaris Aa. Maxilla ext dan A infraorbitalis, a palatini maj, a
buccalis. (lihat gambar 3)

Gambar 3. Gigi Geligi 2

3
Bagian atas terdapat palatum durum dan palatum molla. ( lihat gambar 4) Palatum durum
adalah suatu sekat yang terbentuk oleh processus palatinus ossis maxillae dan processus
horizontalis ossis palati.3 Dimana palatum durum berisi: selaput lendir, kelenjar-kelenjar
ludah, arteri palatina major dan minor, dan Nn. Palatina ventral. Sedangkan palatum molle
terdiri dari suatu aponeurosis yang merupakan tempat lekat bagi beberapa otot. Otot-otot
palatum molle adalah: m. tensor veli palatini, m. levator veli palatini, mm. uvulae, m.
palatoglossus, m palatopharyngeus. Sedangkan untuk pendarahannya cabang-cabang arteri
maxilaris dan arteri palatina major melalui foramen incisivum beranastomosis dengan a.
Sphenopalatina, yang terletak di mucosa hidung. Untuk persarafannya adalah plexsus
pharyngeus, kecuali m. Tensor veli palatini yang dipersarafi oleh n. Tensoris veli palatini,
cabang dari n trigeminus.4

Gambar 4. Palatum Durum dan Palatum Molla3

Daerah bawah terdapat diafragma oris dibentuk oleh 3 otot yaitu m. Digastricus venter
anterior, m mylohyoidus, dan m geniohyoideus. (lihat gambar 5) Sedangkan daerah belakang
oris proprium terdapat isthimus faucium. Isthimus faucium adalah hubungan antara rongga
mulut dengan oropharynx. Batas-batasnya adalah:
1. tepi bebas palatum molle
2. arcus palatoglossus
3. dorsum linguae

4
Gambar 5. Diafragma Oris dan Isthimus Faucium

4
Lidah (linguae) adalah suatu organ yang sangat lentur, terutama berfungsi bila berbicara.
Lidah mengisi cavum oris hampir seluruhnya dan melekat pada dasar mulut. Otot-otot lidah
terdiri atas otot ekstrinsik dan intrinsik. Dimana otot ekstrinsik memiliki fungsi
menggerakkan lidah sebagai suatu kesatuan dimana terdiri dari: m. Genioglossus, m.
Hyoglossus, m styloglossus, dan palatoglossus. Sedangkan otot intrinsik berfungsi untuk
merubah bentuk lidah ini terdiri dari beberapa otot yaitu: m. Verticalis, m. longitudinalis
superior, m. longitudinalis inferior, dan m. transversus. Untuk pendarahannya sendiri yaitu
arteri lingualis. Sedangkan persarafan dilihat dari motoriknya dimana semua otot ekstrinsik
dan intrinsik dipersarafi oleh n. Hypogossus kecuali m. Palatoglossus yang dipersarafi oleh n.
Glossopharyngeus. Sedangkan sensoriknya pada bagian 2/3 anterior sensibel adalah n.
Lingualis dan pengecap adalah chorda tympani dan pada bagian 1/3 posterior adalah sensibel
adalah n. Asesorius dan n. Vagus dan pengecap adalah n. Assesorius. (lihat gambar 6)

Gambar 6. Struktur Lidah


Didalam mulut terdapat kelenjar-kelenjar ludah. Dimana terdiri dari 3 yaitu glandula parotis,
glandula submandibularis, glandula sublingualis. Dimana glandula parotis merupakan
kelenjar yang terbesar. Selain itu di mulut juga terjadi mengunyah makann. Ada beberapa
otot yang berperan dalam proses tersebut yaitu terdapat 4 otot pengunyah yang melekatkan
mandibula dengan bassis cranii yaitu: (lihat gambar 7)
1. otot-otot dangkal yaitu: m. Massenter, dan m.temporalis
2. otot-otot yang dalam yaitu: m. Pterygoideus lateralis/ externus, dan m. Pterygoideus
medialis/ internus.
Dan persarafan dari otot- otot ini: n. Mandibularis (portio minor N. Trigemini V3)

Gambar 7. Otot-Otot Pengunyah dan Kelenjar-Kelenjar

5
Struktur Mikroskopis Mulut
Cavum Oris merupakan rongga yang terdiri atas labium oris, buccal, dentis, gingivae,
linguae, palatum molle dan palatum durum. Labium oris merupakan area yang secara garis
besar dapat terbagi menjadi 3 bagian, yaiu area cutanea dengan epitel berlapis gepeng dengan
zat tanduk; area merah bibir (intermedia) dengan epitel berlapis gepeng tanpa zat tanduk,
epitel disini transparan karena mengadung butir-butir eleidin dan papilanya mengandung
banyak kapiler sehingga pada area ini terlihat berwarna merah.(cari buku histo diperpus);
area oral mukosa yang memiliki struktur mirip seperti pipi dengan epitel berlapis gepeng
tanpa zat tanduk, terdapat glandula labialis yang bersifat seromukosa dan dibawah lapisan
submukosa didapati m. orbikularis oris.6 (lihat gambar 8)

Gambar 8. Struktur Mikroskopis Labium Oris 6

Epitel pada lingua ialah epitel berlapis gepeng dengan tidak/sedikit zat tanduk. Papila pada
lidah berfungsi sebagai reseptor perasa. Adapun papila ini tersebar pada 2/3 permukaan
anterior lingua. Papila yang dimaksud adalah papila filiformis yang memiliki epitel berlapis
gepeng bertanduk, berbentuk runcing, serta tidak punya taste bud; Papila fungiformis yang
tersebar diantara papila filiformis, memiliki taste bud dan punya bentuk modifikasi yang
disebut papila lentiformis. Papila foliata: Punya teste bud, memiliki lekuk sumur yang dalan
dan rudimenter pada manusia namun berkembang pada kelinci.papila circumvalata : tersusun
dalam sulcus terminalis yang dikelilingi epitel lidah.6 (lihat gambar 9)

Gambar 9. (kiri-kanan) Struktur Mikroskopis Lidah dan Papillanya6

Dentin membentuk bagian terbesar gigi dan sudah mengalami mineralisasi seperti tulang.
Dentin dibentuk oleh odontoblas. Dentin pada korona dentis ditutupi lapisan email tebal,

6
terdiri atas batang-batang atau prismata email disatukan oleh substansi perekat interprismatik.
Garis pertumbuhan (retzius) inkremental menunjukkan variasi kecepatan pembentukan email.
Berkas terang cahaya yang melintas melalui sediaan kering gigi akan dibias oleh prismata
email saat menuju ke permukaan gigi, inilah yang disebut pita terang Schreger.6 (lihat gambar
10)

Gambar 10. Perkembangan gigi 6

Makroskopik dari Oesophagus


Oesophagus adalah suatu pipa muscular sepanjang 25 cm, merupakan lanjutan pharynx dan
mulai di tepi bawah cartilago cricoidea setinggi vertebra C6, dan berakhir di cardia ventriculi
setinggi vertebra Th X-XI. 2 (Lihat gambar 11) Pada oesophagus terdiri dari 3 bagian yaitu:
pars cervicalis (c6-7) bagian ini turun lurus di bidang median, kemudian melengkung sedikit
ke kiri di bagian akhir, pars thoracalis (TH 1-X), pars abdominalis
untuk persarafan ada 2 yaitu simpatis dan parasimpatis. Jika dari saraf simpatis ia terdiri dari
cabang-cabang truncus sympaticus pars thoracalis atas sedangkan parasimpatis terdiri dari
cabang-cabang n. Vagus dan recurens. Sedangkan pendarahannya pada bagian-bagiannya ada
3 yaitu:
1. pars cervicalis: cabangnya a. Tyreoidea inferior
2. pars thoracalis: aa. Intercostales dextrae yang atas dan aa oesophagei
3. pars abdominis: a gastrica sinistra dan a phrenica superior
getah beningnya pada setiap bagiannya adalah: pars cervicalis: nnll cervicales profundi, pars
thoracalis: nnll mediastinalis posterior, pars abdominis: nnll gastrica sinistra

Gambar 11. Struktur Anatomi Esofagus

Struktur Mikroskopik Esophagus


Bagian saluran cerna yang disebut esophagus merupakan salran berotot yang berfungsi
meneruskan makanan dari mulut ke lambung. Esophagus dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa

7
7
lapisan tanduk dengan sel-sel punca yang terbesar di seluruh lapisan basal. (lihat gambar
12). Pada umumnya, lapisan- lapisannya sama dengan bagian saluran cerna lainnya. Didalam
submukosa, terdapat kelompok-kelompok kelenjar kecil pensekresi mucus, yaitu kelenjar
esophagus dengan secret yang memudahkan transport makanan dan melindungi mukosa
esophagus. Di dalam lamina propria daerah dekat lambung, terdapat kelompok kelenjar, yaitu
kelenjar kardiak esophagus, yang juga mensekresi mucus. Pada sepertiga proximal
esophagus, lapisan muscular hanya terdiri atas otot rangka seperti otot rangka lidah. Sepertiga
tengah mengandung kombinasi serabut otot rangka dan polos dan sepertiga bagian distal
esophagus, lapisan muscular hanya terdiri atas sel-sel otot polos. Hanya bagian esophagus
terdistal, di dalam rongga peritoneum, yang ditutupi lapisan serosa. Sisanya ditutupi selapis
jaringan ikat longgar, adventitia, yang menyatu.6

Gambar 12. Esofagus7


Makroskopik Gaster
Gaster nama lainnya ventriculus atau lambung memiliki bentuk huruf j pada proyeksi supine
(telentang) dan lambung setengah terisi.3 (lihat gambar 13)
Ciri-ciri dari gaster ialah:
1. mempunyai 2 muara: cardia dan pylorus
2. mempunyai 2 tepi: curvatura major dan curvatura minor
3. mempunyai 2 permukaan: facies anterior dan facies posterior
4. mempunyai 2 lekukan: incisura cardiaca dan incisura angularis.
Bagian-bagian gaster terdiri dari 3 bagian yaitu fundus adalah bagian lambung yang terletak
di atas lubang esofagus, corpus, dan pylorus (pars pylorica ventriculi). Pada incisura cardiaca
memisahkan fundus dengan corpus ventrikuli sedangkan curvatura major memisahkan corpus
dengan pars pylorica ventrikuli.

Gambar 13. Anatomi Gaster 2


Lapisan dinding lambung dibedakan menjadi 3 yaitu:

8
1. tunika mucosa merupakan selaput lendir yang berlipat-lipat disebut plicae gastricae,
sedangkan lipatan yang berjalan dari cardia sampai ke pylorus disebut magenstrase
waldeyer (sejajar dengan curvatura minor). Magenstrase waldeyer atau canalis
gastricae merupakan suatu alur jalannya cairan dari proximal ke distal. Pada
permukaan lipatan gaster terdapat lekukan-lekukan kecil yang disebut foveola
gastricae.
2. Tunika submukosa merupakan jaringan ikat yang kuat dan pada tunika mucosa dapat
dijumpai pembuluh darah.
3. Tunika muscularis mempunyai 3 lapisan otot yang dapat dijumpai pada m. Sphincter
pylori
4. Tunica serosa melapisi seluruh permukaan luar lambung, sehingga lambung terletak
intra periyoneal.
Di lambung juga terdapat fiksasi lambung dimana ini bertujuan agar lambung tidak
bergerak kemana-mana.
1. Melalui oesophagus pada diafragma → merupakan fiksasi paling kuat.
2. Pada pylorus → ligamen hepatoduodenale dan ligamentum hepatogastricum
(merupakan pars densa omentum minus).
3. Ligamnetum pherenicogastricum.
4. Ligamentum gastrolienalis.
5. Ligamentum gastrocolicum.
Vaskularisasi dari gaster adalah dilihat dari arterinya terdiri dari a. Gastrica sinistra, a.
Gastrica dextra, a. Gastroepiploica dextra, arteri gastroepiploica sinistra, dan arteri brevis.
Sedangkan untuk pembuluh venanya mengikuti dari jalannya arteri. Sedangkan untuk
persarafannya dibagi menjadi 2 yaitu simpatit oleh serabut preganglionic dan serabut post
ganglionic dan jika dilihat dari saraf parasimpatisnya ada n. Vagus kanan dan kiri. Untuk
getah beningnya terdapat pada pembuluh nadi sepanjang curvatura major dan minor akan
dialirkan ke dalam nnll. Coelica.

Struktur Mikroskopis Lambung

Gaster manusia dibagi dalam tiga bagian, yaitu fundus dan korpus, dan pilorus. Fundus dan
korpus adalah bagian lambung yang terluas.6 (lihat gambar 14)

9
Gambar 14. Epitel Peralihan dari Oesophagus-Gaster7

Mukosa gaster terdiri atas tiga lapisan: epitel, lamina propria, dan mukosa muskularis.
Permukaan lumen mukosa ditutupi epitel selapis torak tanpa sel goblet. Epitel ini juga meluas
ke dalam dan melapisi foveola gastrika yang merupakan invaginasi epitel permukaan. Di
daerah fundus gaster, foveola ini tidak dalam dan masuk ke dalam mukosa sampai kedalaman
seperempat tebalnya. Di bawah epitel permukaan terdapat lapisan jaringan ikat longgar, yaitu
lamina propria, yang mengisi celah-celah di antara kelenjar gastrika.7

Gambar 15. Struktur Makroskopis Gaster6

Kelenjar gaster berhimpitan di dalam lamina propria dan menempati seluruh tebal mukosa.
Kelenjar-kelenjar ini bermuara ke dalam dasar foveola gastrika. Epitel permukaan mukosa
gaster mengandung jenis sel yang sama, dari daerah kardia sampai ke pilorus; namun terdapat
perbedaan-regional pada jenis sel yang menyusun kelenjar gastrika. Pada kelenjar fundus,
terdapat empat macam sel, yaitu chief cell yang merupakakan sel terbanyak berbentuk
pyramid, intinya ada di basal, pada bagian apikalnya mengadung butir-butir zymogen yang
mengandung pepsinogen, terletak di bagian bawah kelenjar; parietal cell yang mengasilkan
HCl dan faktor intrinsik, berbentuk oval/ poligonal dengan sitoplasma asidofil, terletak di
bagian atas kelenjar; mucous neck cell yang berbentuk kubus atau torak rendah,
menghasilkan musigen; argentafin cell/ enterochromafin cell/ enteroendocrine cell yang
mensekresikan serotonin, histamin, gastrin, dan enteroglukagon.7 (lihat gambar 15 dan 16)
Lapisan tebal tepat di bawah mukosa muskularis adalah submukosa. Pada lambung kosong,
lapisan ini meluas sampai ke dalam ruge. Submukosa mengandung jaringan ikat tidak teratur
yang lebih padat dengan lebih banyak serat kolagen dibandingkan dengan lamina propria.
Selain unsur normal sel-sel jaringan ikat, submukosa mengandung banyak pembuluh limf,
kapiler, arteriol besar, dan venula.7
Pada gaster, muskularis eksterna terdiri atas tiga lapis otot polos, masing-masing terorientasi
dalam bidang berbeda: lapisan oblique di dalam, sirkular di tengah, dan longitudinal, di luar.

10
Di antara lapisan otot polos sirkular dan longitudinal, terdapat pleksus saraf mienterikus
(Auerbach) ganglia parasimpatis dan serat saraf.6
Lapisan paling luar dinding gaster adalah serosa. Lapisan ini adalah lapisan tipis jaringan ikat
yang menutupi muskularis eksterna. Lapisan ini ditutupi selapis mesotel gepeng peritoneum
viseral. Jaringan ikat yang ditutupi peritoneum viseral dapat mengandung banyak sel lemak.7

Gambar 16. (kiri-kanan) Struktur Mikroskopis Pylorus, Fundus, dan Corpus6

Makroskopik usus halus


Usus halus adalah tempat sebagian besar pencernaan dan penyerapan berlangsung, tidak
terjadi pencernaan lebih lanjut setalah isi lumen mengalir usus halus, dan tidak terjadi
penyerapan nutrien lebih lanjut, meskipun usus besar menyerap sejumlah kecil garam dan air.
Usus halus terbagi atas 3 segmen: duodenum, jejenum, dan ileum.
1. Duodenum
Duodenum merupakan saluran berbentuk huruf C dengan panjang sekitar 25 cm yang
merupakan organ penghubung gaster dengan jejunum. Duodenum adalah organ penting
karena merupakan tempat muara dari ductus choledochus dan ductus pancreaticus.
Dudoneum melengkung di sekitar caput pancreatis. Satu inci (2,5 cm) pertama duodenum
menyerupai gaster, yang permukaan anterior dan posteriornya diliputi oleh peritoneum dan
mempunyai omentum minus yang melekat pada pinggir atasnya dan omentum majus yang
melekat pada pinggir bawahnya. Bursa omentalis terletak di belakang segmen yang pendek
ini. Sisa duodenum yang lain terletak retroperitoneal, hanya sebagian saja yang diliputi oleh
peritoneum.8
Duodenum terletak pada regio epigástrica dan umbilicalis dan untuk tujuan deskripsi dibagi
menjadi empat bagian. Pars Superior Duodenum panjangnya 5 cm, mulai dari pylorus dan
berjalan ke atas dan belakang pada sisi kanan vertebra lumbalis I. Jadi bagian ini terletak
pada planum transpyloricum. Pars Descendens Duodenum, bagian kedua duodenum
panjangnya 8 cm dan berjalan vertikal ke bawah di depan hilum renale dextra, di sebelah

11
kanan vertebrae lumbales II dan III. Kira-kira pertengahan arah ke bawah, pada margo
medialis, ductus choledochus dan ductus pancreaticus menembus dinding duodenum.
Pars Horizontalis Duodenum panjangnya 8 cm dan berjalan horizontal ke kiri pada planum
subcostale, berjalan di depan columna vertebralis dan mengikuti pinggir bawah caput
pancreatis.Pars Ascendens Duodenum panjangnya 5 cmdan berjalan ke atas dan ke kiri ke
flexura duodenojejunalis. Flexura ini difiksasi oleh lipatan peritoneum, ligamentum Treitz,
yang melekat pada crus dextrum diaphragma. (lihat gambar 17)

Gambar 17. Bagian-Bagian Duodenum


Sumber : chellaaryayuni.blogspot.com
2. Jejunum dan Ileum
Jejunum dan ileum panjangnya 6 meter, dua per lima bagian atas merupakan jejunum.
Masing- masing bagian mempunyai gambaran yang berbeda, tetapi dapat perubahan yang
bertahap dari bagian yang satu ke bagian yang lain. Jejunum dimulai pada duodenojejunalis
dan ileum berakhir pada junctura ileocaecalis.9
Lengkung-lengkung jejunum dan ileum dapat bergerak dengan bebas dan melekat pada
dinding posterior abdomendengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas dan
dikenal sebagai mesenterium. Pinggir bebas lipatan yang panjang meliputi usus halus yang
bebas bergerak. Pangkal lipatan yang pendek melanjutkan diri sebagai peritoneum parietale
pada dinding posterior abdomen sepanjang garis yang berjalan ke bawah dan ke kanan dari
sisi kiri vertebra lumbalis II ke daerah articulatio sarcoiliaca dextra. Radix mesenterii ini
memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteria dan vena mesenterica superior,
pembuluh limf, serta saraf-saraf ke dalam ruangan di antara kedua lapisan peritoneum yang
membentuk mesenterium. (Lihat gambar 18)

Gambar 18. Beberapa Perbedaan Eksternal dan Internal antara Jejunum dan Ileum
Sumber : www.stepbystep.com

12
Perbedaan antara jejunum dan ileum pada orang yang masih hidup. Lengkung-lengkung
jejunum terletak pada bagian atas cavitas peritonealis di bawah sisi kiri mesocolon
transversum; ileum terletak pada bagian bawah cavitas peritonealis dan di dalam pelvis.
Jejunum lebih lebar, berdinding lebih tebal, dan lebih merah dibandingkan ileum. Dinding
jejunum terasa lebih tebal; karena lipatan yang lebih permanen pada tunica mucosa, plicae
circulares lebih besar, lebih banyak, dan tersusun lebih rapat pada jejunum; sedangkan pada
bagian atas ileum plica circulares lebih kecil dan lebih jarang; dan di bagian bawah ileum
tidak ada plicae circulares.9
Mesenterium jejunum melekat pada dinding posterior abdomen di atas dan kiri aorta,
sedangkan mesenterium ileum melekat di bawah dan kanan aorta.Pembuluh darah
mesenterium jejunum hanya membentuk satu atau dua arcade dengan cabang- cabang
panjang dan jarang yang berjalan ke dinding intestinum tenue. Ileum menerima banyak
pembuluh darah pendek yang berasal dari tiga atau empat atau lebih arcade.
1. Pada ujung mesenterium jejunum, lemak disimpan dekat radix dan jarang ditemukan di
dekat dinding jejunum. Pada ujung mesenterium ileum, lemak disimpan di seluruh
bagian sehingga lemak ditemukan mulai dari radix sampai dinding ileum.
2. Kelompok jaringan limfoid (lempeng Peyer) terdapat pada tunica mucosa ileum bagian
bawah sepanjang pinggir antimesenterica. Pada orang hidup, lempeng Peyer dapat
dilihat dari luar pada dinding ileum.
Jejunum dan ileum serupa dengan duodenum bagian atas. Perkecualiannya adalah tidak ada
kelenjar duodenal (Brunner) yang hanya terbatas pada bagian atas duodenum. Vili memiliki
ukuran dan bentuk yang bervariasi pada bagian-bagian usus halus berbeda, namun hal ini
tidak selalu jelas pada sediaan histologik. Di bagian akhir ileum, terdapat kumpulan
limfonoduli (plak Peyer) dengan interval tertentu. Tampilan dan distribusi mukosa
muskularis, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa adalah khas untuk usus halus. Sel-
sel ganglion parasimpatis pleksus mienterikus terlihat di dalam jaringan ikat di antara lapisan
otot polos sirkular (dalam) dan longitudinal (luar) muskularis eksterna. Sel-sel ganglion
pleksus submukosus juga terdapat di usus halus.
Mikroskopik Usus Halus
1. Duodenum

Dinding duodenum terdiri atas empat lapisan: mukosa dengan epitel pelapisnya, lamina
propria, dan mukosa muskularis; jaringan ikat submukosa di bawahnya dengan kelenjar
duodenal (Brunner) mukosa; kedua lapisan otot polos muskularis eksterna; dan serosa

13
(peritoneum viseral). Lapisan-lapisan ini menyatu dengan lapisan yang serupa pada gaster,
usus halus, dan usus besar. Usus halus ditandai banyak tonjolan mirip jari yang disebut vili;
epitel pelapis berupa selapis sel silindris dengan mikrovili yang membentuk striated borders;
sel-sel goblet yang terpulas pucat; dan kelenjar intestinal tubular pendek (kripti Lieberkuhn)
di dalam lamina propria. Kelenjar duodenal di dalam submukosa menjadi ciri duodenum
bagian awal. Kelenjar ini tidak terdapat pada bagian lain usus halus maupun usus besar.6
Vili merupakan modifikasi permukaan mukosa. Ruang antarvili terlihat di antara vili. Epitel
pelapis menutupi setiap vilus dan berlanjut ke dalam kelenjar intestinal. Setiap vilus
berpusatkan lamina propria, berkas serat otot polos yang berasal dari muskularis mukosa dan
sebuah pembuluh limf sentral disebut lakteal. Lamina propria mengandung kelenjar
intestinal; kelenjar ini bermuara ke dalam ruang antarvili. Pada irisan tertentu suatu
duodenum, kelenjar submukosa duodenal terlihat meluas sampai ke dalam lamina propria.
Lamina propria juga mengandung serat-serat jaringan ikat halus dengan sel retikulum,
jaringan limfoid difus. Di duodenum, hampir seluruh submukosanya diisi oleh kelenjar
duodenal tubular yang sangat bercabang. Kelenjar duodenal mencurahkan isinya ke bagian
dasar kelenjar intestinal.
Pada potongan melintang sediaan duodenum biasa, muskularis eksterna terdiri atas lapisan
sirkular dalam dan lapisan longitudinal luar otot polos. Juga tampak sarang sel-sel ganglion
parasimpatis pleksus saraf mienterikus (Auerbach) di dalam jaringan ikat di antara kedua
lapisan otot muskularis eksterna. Pleksus saraf di antara kedua lapisan otot ini ditemukan di
seluruh usus halus dan besar. Sarang sel ganglion serupa, namun dalam jumlah lebih kecil,
ditemukan di submukosa di usus halus dan besar. Serosa (peritoneum viseral) mengandung
sel-sel jaringan ikat, pembuluh darah, dan sel-sel lemak) serosa adalah lapisan terluar
duodenum. (lihat gambar 19

Gambar 19. Duodenum Potongan Memanjang dan Melintang


Sumber : de.slideshare.net

2. Jejunum-Ileum

14
Jejunum dan ileum serupa dengan duodenum bagian atas. Perkecualiannya adalah tidak ada
kelenjar duodenal (Brunner) yang hanya terbatas pada bagian atas duodenum. Vili memiliki
ukuran dan bentuk yang bervariasi pada bagian-bagian usus halus berbeda, namun hal ini
tidak selalu jelas pada sediaan histologik. Di bagian akhir ileum, terdapat kumpulan
limfonoduli (plak Peyer) dengan interval tertentu. Banyak vili yang membentuk sebuah
lipatan permanen besar usus halus, yaitu plika sirkularis. Baik mukosa maupun submukosa
ikut membentuk plika sirkularis. Di dalam lumen, setiap vilus memiliki struktur khas: epitel
pelapis silindris dengan mikrovili dan sel goblet, pusat lamina propria dengan jaringan
limfoid difus, dan berkas-berkas serat otot polos mukosa muskularis.
Di dalam vili juga terdapat sebuah lakteal sentral dan pembuluh darah kecil. Kelenjar
intestinal (kripti Lieberkuhn) meluas ke dalam lamina propria. Kelenjar ini berhimpitan, dan
pada gambar terlihat terpotong memanjang dan melintang. Kelenjar intestinal bermuara ke
dalam ruang antarvili. Tampak sebuah limfonodulus meluas dari lamina propria mukosa ke
dalam submukosa, menerobos mukosa muskularis di sekitarnya.(lihat gambar 20)

Gambar 20. Jejunum-Ileum Potongan Melintang


Sumber : dokteraneh.blogspot.com

Proses Motilitas di Mulut dan Sekresi di Saliva

Proses dasar pencernaan terdiri dari motilitas, sekresi, pencernaan, dan penyerapan. Langkah
pertama dalam proses pencernaan adalah mastifikasi atau mengunyah, motilitas mulut yang
melibatkan pengirisan, perobekan, penggilingan, dan pencampuran makannan oleh gigi.1 Gigi
tertanam kuat di dan menonjol dari tulang rahang. Bagan gigi yang dilapisi oleh email,
struktur paling keras di tubuh. Email terbentuk sebelum gigi tumbuh, oleh sel-sel khusus
yang lenyap sewaktu gigi muncul. Gigi atas dan bawah biasa pas satu sama lain ketika
menutup. Oklusi ini memmungkinkan makanan digiling dan dihancurkan di antara
permukaan gigi. Ketika gigi tidak berkontak dengan pas satu sama lain maka gerakan
memotong dan menggiling menjadi tidak sempurna. Maloklusi semacam ini disebabkan

15
karena kelainan posisi gigi dan sering disebabkan oleh gigi-gigi yang berdesakan dan terlalu
besar untuk ruang rahang yang ada atau karena satu rahang bergeser terhadap rahang yang
lain. Selain membuat tidak efektif dalam mengunyah maloklusi juga dapat menyebabkan
permukaan gigi aus serta disfungsi dan nyeri sendi temporomandibularis, tempat tulang-
tulang rahang bersendi satu sama lain. Tetapi ini bisa diatasi dengan pemasangan kawat gigi,
yang meghasilkan tekanan lembut berkepanjangan terhadap gigi untuk memindahkan gigi
secara bertahap ke posisi yang diinginkan. Fungsi dari mengunyah ini adalah untuk
menggiling dan memecahkan makanan menjadi potongan – potongan yang lebih kecil
sehingga makanan mudah ditelan, untuk mencampur makanan dengan liur, dan untuk
merangsang kuncup kecap.10 Tindakan dalam mengunyah dapat volunteer, tetapi sebagian
besar mengunyah selama makan adalah reflex ritmik yang dihasilkan oleh pengaktifan otot
rangka, bibir, pipi, dan lidah sebagian respon terhadap tekanan makanan pada jaringan mulut.
Dimulut juga terjadi sekresi yaitu sekresi saliva terutama dihaslkan ole 3 pasang kelenjar liur
utama yang terletak di rongga mulut dan mengeluarkan liur melalui duktus pensek kedalam
mulut. Liur itu mengandung 99,5% H2O dan 0.5% elektrolit dan protein. Protein dari liur
yang terpenting adalah amilase, mukus, dan lisozim.1
Secara rata-rata, sekitar 1 sampai 2 liter liur dikeluarkan setiap hari , berkisar dari laju basal
spontan terus-menerus sebesar 0,5 mi/menit hingga laju aliran maksimal sekitar 5 ml/menit
sebagai resons terhadap rangsangan kuat misalnya menghisap jeruk. Sekresi basal ini penting
untuk menjaga mulut dan tenggorokan selalu basah. Selain sekresi terus- menerus tingkat
rendah ini, sekresi liur dapat ditingkatkan oleh dua jenis refleks liur, refleks liur sederhana
dan terkondisi. Jika refleks liur sederhana terjadi ketika kemoreseptor dan reseptor tekan di
dalam rongga mulut berespon terhadap keberadaan makanan.3 Pada pengaktifan, reseptor-
reseptor ini menghasilkan impuls serat-serat saraf aferen yang membawa informasi ke pusat
liur, yang terletak di medula oblogata otak, seperti semua otak yang mengontrol aktvitas
pencernaan. Pusat liur selanjutnya, mengirim impuls melalui saraf otonom ekstrinsik ke
kelenjar liu untuk meningkatkan sekresi liur.1 Sedangkan refleks liur terkondisi ini saliva
terjadi tanpa stimulasi oral. Hanya berpikir, melihat, mencium, atau mendengar pembuatan
makanan yang lezat memicu salivasasi melalui refleks ini. Ini adalah respon yang dipelajari
sebelumnya, sinyal yang berasala dari mulut dan secara mental dikaitkan dengan kenikmatan
makanan bekerja melalui korteks serebri untuk merangsang pusat liur di medula.3 Di mulut
tidak terjadi proses pencernaan dan penyerapan. Tetapi ada sebagian obat yang diserap oleh
mukosa oral, contohnya utamanya nitrogliserin, obat vasodilator yang kadang digunakan oleh
pasien penyakit jantung.10

16
Gambar 21. Proses Motilitas dan Sekresi di Mulut1

Proses Menelan dalam Pencernaan


Motilitas yang berkaitan dengan faring dan esofagus adalah menelan. Menelan adalah
keseluruhan proses memindahkan makanan dari mulut melalui esofagus hingga ke lambung.1
(lihat gambar 22) Menelan dimulai dai bolus (bola makanan) yang didorong lidah ke bagian
belakang mulut dan faring lalu merangsang reseptor tekanan di faring dimana akan mengirim
impuls aferan ke pusat menelan di medula dan secara refleks mengaktifkan otot-otot dalam
proses menelan. Tahapan menelan dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap orofaring dan tahap
esofagus. Tahap orofaring berlangsung 1 detik dan terdiri dari pemindahan bolus dari mulut
melalui farig untuk masuk ke esofagus.3 Esofagus sendiri adalah saluran berotot yang relatif
lurus yang terbentang antara farig dan lambung. Esofagus di kedua ujungnya terdapat sfingter
faringoesofagus (bagian atas), dan sfingter gastroesofagus (bagian bawah). Sfingter
faringoesofagus menjaga pintu masuk esofagus selalu tertutup untuk mencegah masuknya
udara dalam jumlah besar ke dalam esofagus dan lambung sewaktu bernafas. Udaha hanya
dialirakan ke saluran nafas, jika tidak, maka saluran cerna akan menerima banyak gas, yang
dapat menimbulkan sendawa. Lalu pada tahap esofagus dari proses menelan tadi akan
dimulai. Dimana pusat menelan akan memicu gelombang peristaltik primer yang menyapu
dari pangkal ke ujung esofagus, mendorong bolus di depannya menelusuri esofagus untuk
masuk ke lambung. Kata peristaltik merujuk kepada kontraksi otot polos sirkular berbentuk
cincin yang bergerak progresif maju, mendorong bolus ke bagiannya di depan yang masih
melemas. Gelombang ini memerlukan sekitar 6-9 detik untuk mencapai ujung bawah
esofagus. Perambatan sendiri dikontrol oleh pusat menelan, dengan persarafan melalui saraf
vagus. Jika bolus yang tertelan besar dan lengket, maka tidak bisa dengan gelombang
peristaltik primer melainkan dengan gelombang peristatik kedua. Dimana ini tidak
melibatkan pusat menelan dan yang bersangkutan tidak menyadari kejadiannya. Kecuali saat
menelan sfingter gastroesofagus ini tetap berkontraksi untuk mempertahankan sawar antara
lambung dan esofagus supaya makanan dari lambung tidak balik lagi ke esofagus. Jika isi

17
lambung balik lagi maka akan mengiritasi dari esofagus. Dan ini dikenal dengan penyakit
heartburn.10
Sedangkan untuk sekresinya terdiri dari mukus dimana pada kenyatannya, mukus di
sekresikan di sepanjang saluran cerna oleh sel kelenjar penghasil mukus di mukosa. Dengan
ada mukus ini melindungi esofagus dari kerusakan esofagus.

Gambar 22. Proses Menelan dalam Pencernaan1

Pencernaan Lambung
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin di sebut
sfingter gastroesopagus dan sfingter pylorus. Dalam keadaan normal, sfingter
gastrooeshopagus tersebut menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam
kerongkongan. Sfingter pylorus berfungsi sebagai sawar antara lambung dan bagian atas usus
halus Lambung berfungsi sebagai tempat penyimpanan makanan, mencampur bolus makanan
hingga menjadi kimus.
Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting yaitu lendir yang melindungi sel-
sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan enzim. Setiap kelainan pada lapisan
lendir ini (apakah karena infeksi oleh bakteri Helicobacter pylori atau karena aspirin), bisa
menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung. Asam klorida
(HCL), menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah
protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi
dengan cara membunuh berbagai bakteri. Pelepasan asam dirangsang oleh saraf yang menuju
ke lambung, gastrin (hormon yang dilepaskan oleh lambung) dan histamin (zat yang
dilepaskan oleh lambung). prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein), pepsin
bertanggungjawab atas pemecahan sekitar 10% protein. Pepsin merupakan satu-satunya
enzim yang mencerna kolagen, yang merupakan suatu protein dan kandungan utama dari
daging. Hanya beberapa zat yang bisa diserap langsung dari lambung (misalnya alkohol dan
aspirin) dan itupun hanya dalam jumlah yang sangat kecil.1
Ada 4 aspek motilitas lambung yaitu, pengisian lambung, penyimpanan lambung,
pencampuran lambung, dan pengosongan lambung. Pada pencampuran lambung ada

18
beberapa faktor yang mempengaruhi seperti olastisitas otot polos lambung, kemampuan otot
polos mempertahankan ketegangan yang tetap dalam rentan waktu yang panjang, relaksasi
reseptif lambung pada saat terisi, ketika makan rugae mengecil dan mendatar saat lambung
terisi. Faktor yang kedua ialah penyimpanan makanan ingatlah bahwa sebagian sel otot polos
dapat mengalami depolarisasi parsial yang otonom dan berirama oleh karena itu pada sel
lambung terjadi pola depolarisasi spontan ritmik yaitu irama listrik dasar atau (Basic
electrical Rhythm = BER) lambung yang berlangsung secara terus menerus dan disertai oleh
kontrasi lapisan otot polos sirkuler lambung. Sebanyak 3x permenit kemudian gerakan
peristaltik menyebar ke seluruh fundus dan korpus ke antrum dan sfingter pylorus. Pada
lapisan otot di fundus dan kopus lebih tipis maka gerakan peristaltiknya lebih lemah
dibandingkan dengan lapisan otot pada antrum lebih kuat maka gerakan peristaltiknya kuat
sehingga bagian antrum merupakan tmpt pencampuran makanan. Pencampuran lambung
merupakan faktor yang ke tiga, pada pencampuran lambung kontraksi peristaltik lambung
sangat kuat, makanan tersebut bercampur dengan sekresi lambung dan menghasilkan kimus.
Kontraksi tonik sfingter pilorus menjga sfingter hampir tertutup rapat. Lubang yang terbentuk
hanya cukup untuk air dan cairan tetapi kimus yang kental tidak dapat lewat kecuali bila ada
gelombang peristaltik yang cukup kuat walaupun demikian setiap 30 ml kimus yang dapat
ditampung oleh antrum hanya beberapa ml saja yang dapat terdorong ke duodenum. Kimus
yang sudah di depan sfingter pilorus akan disorong ke duodenum tetapi tidak semua, sisanya
akan kembali ke antrum untuk di campur kembali dan menunggu gelombang peristaltik
selanjutnya untuk masuk ke duodenun. Gerakan maju mundur agar kimus tercampur merata
disebut retropulsif. Pengosongan lambung, gelombang peristaltik selain untuk mencampur
kimus juga sebagai gaya pendorong untuk pengosongan lambung. Pengosongan lambung
diatur oleh faktor lambung dan duodenum. Dengan sedikit menimbulkan depolarisasi atau
hiperpolarisasi otot polos lambung, faktor-faktor tersebut mempengaruhi eksitabilitas otot,
menentukan tingkat aktivitas peristaltik antrum. Semakin tinggi eksitabilitasnya maka
semakin sering pula BERnya menghasilkan potensial aksi, semakin besar aktivitas peristaltik
antrum dan semaki cepat juga pengosongan lambung. Faktor lambung ialah jumlah kimus
dan derajat keenceran kimus. Faktor duodenum ialah lemak, asam, hipertonisitas, dan
peregangan.10 (lihat gambar 24)

19
Gambar 24. Proses Pengosongan dan Pengisian Lambung1

Proses Pencernaan pada Usus Halus


Segmentasi, metode motilitas utama usus halus sewaktu pencernaan makanan, mencampur
dan mendorong kimus secara perlahan. Segmentasi terdiri dari kontraksi otot polos sirkular
yang berulang dan berbentuk cincin di sepanjang usus halus; di antara segmen-segmen yang
berkontraksi terdapat daerah-daerah rileks yang mengandung sedikit bolus kimus. Cincin
kontraktil terbentuk setiap beberapa sentimeter, membagi usus halus menjadi segmen-segmen
seperti rangkaian sosis. Cincin kontraktil ini tidak menyapu di sepanjang usus seperti halnya
gelombang peristaltik. Setelah suatu periode singkat, segmen-segmen yang berkontraksi
melemas, dan kontraksi berbentuk cincin ini muncul di bagian-bagian yang sebelumnya
melemas. Kontraksi baru mendorong kimus di bagian yang semula rileks untuk bergerak ke
kedua arah ke bagian-bagian yang kini melemas di sampingnya. Karena itu, segmen yang
baru melemas menerima kimus dari kedua segmen yang berkontraksi tepat di belakang dan
depannya. Segera setelah itu, bagian-bagian yang berkontraksi dan melemas kembali
berganti. Dengan cara ini, kimus dipotong, digiling, dan dicampur secara merata.1
Pencampuran yang dilakukan oleh segmentasi memiliki fungsi rangkap yaitu mencampur
kimus dengan getah pencernaan yang disekresikan ke dalam lumen usus halus dan
memajankan semua kimus ke permukaan absorptif mukosa usus halus. Segmentasi tidak saja
melakukan pencampuran tetapi juga secara perlahan menggerakkan kimus menelusuri usus
halus. Bagaimana hal ini dapat terjadi, ketika setiap kontraksi segmental mendorong kimus ke
kedua arah. Kimus secara perlahan bergerak maju karena frekuensi segmentasi menurun di
sepanjang usus halus. Sel-sel pemacu di duodenum secara spontan mengalami depolarisasi
lebih cepat daripada sel-sel serupa yang ada di bagian hilir usus, dengan kontraksi segmentasi
terjadi di duodenum pada kecepatan 12 kali per menit dibandingkan dengan hanya 9 kali per
menit di ileum terminal. Karena segmentasi terjadi lebih sering di bagian atas usus halus
daripada di bagian bawah, maka secara rerata, lebih banyak kimus yang terdorong maju
daripada yang terdorong mundur. Karenanya, kimus secara perlahan bergerak dari bagian

20
atas ke bagian bawah usus halus, dengan terdorong maju-mundur selama perjalanannya agar
terjadi pencampuran yang merata dan penyerapan Mekanisme propulsif yang lambat ini
menguntungkan karenag menyediakan cukup waktu bagi berlangsungnya proses pencernaan
dan penyerapan. Isi usus halus biasanya memerlukan 3 sampai 5 jam untuk melintasi usus
halus.10
Di permukaan luminal sel-sel epitel usus halus terdapat tonjolan-tonjolan khusus seperti
rambut, mikrovilus, yang membentuk brush border. Membran plasma brush border
mengandung tiga kategori enzim yang melekat ke membran:
a. Enterokinase, yang mengaktifkan enzim pankreas tripsinogen.
b. Disakaridase (maltase, sukrase, dan laktase), yang menuntaskan pencernaan karbohidrat
dengan menghidrolisis disakarida yang tersisa (masing-masing maltosa, sukrosa, dan
laktosa) menjadi monosakarida konstituennya.
c. Aminopeptidase, yang menghidrolisis fragmen-fragmen peptida kecil menjadi komponen-
komponen asam aminonya sehingga pencernaan protein selesai. Karena itu, pencernaan
karbohidrat dan protein dituntaskan di brush border.11
Semua produk pencernaan karbohidrat, lemak, dan protein, serta sebagian besar elektrolit,
vitamin, dan air, normalnya diserap oleh usus halus. Hanya penyerapan kalsium dan besi
yang biasanya disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Karena itu, semakin banyak makanan
yang dikonsumsi, semakin banyak yang akan dicerna dan diserap, seperti yang telah
dirasakan oleh orang-orang yang berupaya keras mengontrol berat badan mereka.
Sebagian besar penyerapan terjadi di duodenum dan jejunum, hanya sedikit yang terjadi di
ileum, bukan karena ileum tidak memiliki kemampuan menyerap tetapi karena sebagian besar
penyerapan telah diselesaikan sebelum isi usus mencapai ileum. Usus halus memiliki
kapasitas absorptif cadangan yang besar. Jika ileum terminal diangkat maka penyerapan
vitamin B12 dan garam empedu akan terganggu, karena mekanisme transpor khusus untuk
kedua bahan ini hanya terdapat di bagian ini.
Terdapat invaginasi dangkal, yang dikenal sebagai kriptus Lieberkuhn, melekuk masuk ke
dalam permukaan mukosa di antara vilus. Tidak seperti feveola gastrica, kriptus-kriptus
internal ini tidak mengeluarkan enzim pencernaan, tetapi mengeluarkan air dan elektrolit,
yang bersama dengan mukus yang dikeluarkan oleh sel-sel di permukaan vilus, membentuk
sukus enterikus.11
Selain itu, kriptus berfungi sebagai tempat “pembibitan”. Sel-sel epitel yang melapisi usus
halus terlepas dan diganti dengan kecepatan tinggi akibat tingginya aktivitas mitotik sel
punca di kriptus. Sel-sel baru yang secara terus-menerus diproduksi di kriptus bermigrasi

21
naik ke vilus dan mendorong sel-sel tua di ujung vilus ke dalam lumen. Dengan cara ini, lebih
dari 100 juta sel usus dilepaskan setiap menit. Perjalanan keseluruhan dari kriptus ke puncak
adalah sekitar tiga hari, sehingga lapisan epitel usus halus diganti setiap sekitar tiga hari.10
Sel-sel baru mengalami beberapa perubahan sewaktu bermigrasi ke atas vilus. Konsentrasi
enzim-enzim brush border meningkat dan kapasitas untuk menyerap membaik, sehingga sel-
sel di ujung vilus memiliki kemampuan mencerna dan menyerap tertinggi. Tepat setelah
berada di puncak, sel-sel ini kemudian didorong oleh sel-sel baru yang bermigrasi. Karena
itu, isi lumen terus-menerus terpajan ke sel-sel yang berperangkat optimal untuk
menuntaskan proses. Pencernaan dan penyerapan secara efisien. Selain itu, seperti di
lambung, pertukaran cepat sel-sel di usus halus adalah hal yang esensial karena kondisi
lingkungan lumen usus yang “keras”. Sel-sel yang terpajan ke isi lumen yang abrasif dan
korosif mudah rusak dan tidak berumur panjang sehingga mereka harus terus-menerus diganti
oleh sel baru yang masih segar.1
Selain sel punca, sel paneth juga ditemukan di kriptus. Sel paneth memiliki fungsi pertahanan
yaitu menjaga sel punca. Sel-sel ini menghasilkan dua bahan kimia yang mengusir bakteri:
lisozim, enzim pelisis bakteri yang juga terdapat di liur; dan defensin, protein kecil dengan
kemampuan antibakteri.13

Kesimpulan

Daftar Pustaka

1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed ke-6. Jakarta: EGC; 2011.h.327

– 413.

2. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama; 2009.h.152-3.

3. Drake RL,Vogl AW, Mitcell AWM. Dasar-dasar anatomi. Singapura: elsevier churchill
livingstone;2014. 134-135.
4. Paulsen F, Waschke J. Sobotta atlas anatomi manusia. ed 23. Jilid 2. Jakarta : EGC :
2010 : h.3-27.
5. Daniel, s wibowo. Anatomi tubuh manusia. Edisi ke-1. Jakarta : grasindo ; 2008
6. Eroschenko VP. Difiore’s atlas of histology with functional correlations. 12th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams& Wilkins; 2013. p.287-99, 323-36, 342-60.
7. Suryono, isnani. Buku ajar histologi. Edisi ke-3. Jakarta : Saunder elvesier ;2007

22
8. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama; 2009.h.15-23

9. Daniel, s wibowo. Anatomi tubuh manusia. Edisi ke-1. Jakarta : grasindo ; 2008 h. 50-
55
10. Widjaja IH. Anatomi abdomen. Jakarta: EGC; 2009. h.53-65, 81-7.

11. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EKG; 2013.h.330.

23

Anda mungkin juga menyukai