DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
1. TEGUH YUNIYANTO
2. IZZA
3. RUMINI
4. RINI
5. ANDREY
JURUSAN S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS
2018
ASUHAN KEPERAWATAN PADA HIPERTENSI
A. Definisi Hipertensi
Adalah kondisi abnormal hemodinamik, dimana menurut WHO tekanan sistolik ≥ 140
mmHg dan atau tekanan diastolic > 90 mmHg ( untuk usia < 60 tahun ) dan tekanan sistolik
≥ 160 mmHg dan atau tekanan diastolic > 95 mmHg (untuk usia > 60 tahun). (Nugroho,
2011, p. 263).
Adalah peningkatan tekanan darah secara terus menerus hinggal melebihi batas
normal. Tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg .Adalah tekanan sistolik lebih tinggi
dari 140 mmHg menetap atau tekanan distoolik lebih tinggi dari 90mmHg (Manurung, 2016,
p. 102)
Dari definisi diatas dapat disimpulkan hipertensi adalah keadaan dimana tekanan
darah sistolik maupun diastolic meningkat atau lebih dari diatas normal.
B. Etiologi
D. Patofisiologi
4 Hipertensi
Stadium 1
(ringan) 140-159 90-99
Stadium 2
(sedang) 160-179 100-109
Stadium 3
(berat) 180-209 100-119
Stadium 4
(sanga berat) >210 >120
F. Komplikasi
Hipertensi yang dibiarkan tak tertangani, dapat mengakibatkan : (Haryanto & Rini, 2015, p.
41) :
1. Transien Iskemik Attact
2. Stroke /CVA
3. Gagal jantung
4. Gagal ginjal
5. Infark miokard
6. Disritmia jantung
Komplikasi lainnya yaitu :
1. Pecahnya pembuluh darah serebral : aliran darah keotak tidak mengalami perubahan
masing-masing pada penderita hipertensi kronis dengan mean adrenal pressure (MAP)
120-160 mmHg dan penderita hipertensi new onset dengan MAP antara 60-120 mmHg.
Pada keadaan hiperkapnia, autoregulasi menjadi sempit dengan batas tertinggi 125
mmHg sehingga perubahan sedikit saja dari tekanan darah akan menyebabkan
asisdosis otak yang mempercepat timbulnya edema otak.
2. Penyakit ginjal kronik : mekanisme hipertensi pada PGK melibatkan beban volume dan
vasokontriksi. Beban volume disebabkan oleh gangguan ekskresi sodium sedangkan
vasokonstriksi berkaitan dengan perubahan parenkim ginjal.
3. Penyakit jantungkoroner : ada dua mekanisme yang diajukan mengenai hubungan
hipertensi dengan peningkatan risiko terjadinya gagal jantung. Pertama, hipertensi
merupakan faktor risiko terjadinya infark miokard akut yang dapat menyebabkan
gangguan fungsi sistolik ventrikel kiri dan gagal jantung. Kedua, hipertensi menyebabkan
terjadi disfungsi diastolic dan meningkatkan risiko gagal jantung.
4. Stroke pendarahan subarachnoid : terjadi ketika terdapat kebocoran pembuluh darah
didekat otak, yang mengakibatkan ekstravasasi drah kedalam celah subarachnoid.
Penyebab tersering SAH adalah rupture mikroaneurisma ini tidak diketahui dan diduga
terkait kelainan bawaan. Pada penderita hipertensi terjadi penebalan lapisan intima
dinding arteri dan selanjutnya dapat meningkatkan tahanan dan elastisitas dinding
pembuluh darah. Ketika terjadi peningkatan tekanan pada dinding pembuluh darah maka
aneurisma akan mengalami rupture. Aneurisma dengan diameter lebih dari 10 mm akan
lebih mudah mengalami rupture.(Pikir dkk, 2015, p. 127)
Intervensi NIC
Aktifitas keperawatan
Kaji tingkat kemmpuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri,
ambulasi, dan melakukan AKS dan AKSI
Kaji respon emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas
Evaluasi metovasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
Penggunaan teknik napas terkontrol selama aktivitas, jika perlu
Mengenali tanda dan gejala intoleran aktivitas, termasuk kondisi yang
belum dilaporrkan kepada dokter
Pentingnya nutrisi yang baik
Penggunaan peralatan, seperti oksigen selama aktivitas
Penggunaan teknik relaksasi (mis, distraksi, fisualisasi) selama aktivitas
Dampak intoleran aktivitas terhadap tanggung jawab peran dalam keluarga
dan tempat kerja
Tindakan untuk menghemat energy, sebagai contoh : menyimpan alat atau
benda yang sering digunaakan ditempat yang mudah terjangkau
Aktivitas kolaboratif
Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan salah
satu faktor penyebab
Kolaborasikan dengan alat ahli terapi okupasi, fisik (mis, untuk latihan
ketahanan), atau reasi untuk merencanakan dan memantau program
aktivitas, jika perlu
Untuk pasien yang mengalami sakit jiwa, rujuk pelayanan kesehatan jiwa
dirumah
Rujuk pasien kepelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan pelayanan
bantuan peralatan rumah, jika perlu
Rujuk pasien kepelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan pelayan
bantuan perawatan rumah, jika perlu
Rujuk pasien keahli gizi untuk pelayanan diet guna meningkatlan asupan
yang kaya energy
Rujuk pasien kepusat rehabilitasi jantung jika keletihan berhubungan dengan
penyakit jantung (Wilkinson, 2016, pp. 17-18)