Anda di halaman 1dari 23

PANDUAN PENGELOLAAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI

(HIGH ALERT MEDICATION) dan


OBAT LOOK ALIKE SOUND ALIKE (LASA)
Di RUMAH SAKIT PANTI RAHAYU YAKKUM PURWODADI

RS PANTI RAHAYU YAKKUM


PURWODADI
Jl. Let. Jend R. Suprapto 06 Purwodadi
201 DAFTAR ISI
Grobogan, Jawa Tengah i
Telp. (0292) 421087, 422325
8 Fax. (0292) 421370
e-mail: rsprpwd@yahoo.co.id
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
Peraturan Direktur RS Panti Rahayu tentang Panduan Obat HA dan LASA.....................iii
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG........................................................................................1
B. DEFINISI...........................................................................................................3
C. TUJUAN............................................................................................................3
BAB II. RUANG LINGKUP KEGIATAN.........................................................................5
BAB III. TATA LAKSANA................................................................................................6
- Penggolongan Obat Kewaspadaan Tinggi........................................................6
a. Golongan obat kewaspadaan tinggi....................................................................6
b. Seleksi.................................................................................................................7
c. Perencanaan.........................................................................................................7
d. Pembelian............................................................................................................7
e. Penyimpanan.......................................................................................................7
f. Pelabelan..............................................................................................................8
g. Peresepan............................................................................................................9
h. Penyimpanan dan pengeluaran...........................................................................9
i. Pemberian............................................................................................................10
- Penggolongan Obat LASA.................................................................................10
a. Penggolongan obat LASA...................................................................................13
b. Seleksi.................................................................................................................13
c. Perencanaan.........................................................................................................13
d. Pembelian............................................................................................................13
e. Penyimpanan.......................................................................................................14
f. Pelabelan..............................................................................................................14
g. Peresepan............................................................................................................14
h. Penyiapan dan pengeluaran.................................................................................15
i. Pemberian............................................................................................................16
BAB IV. DOKUMENTASI.................................................................................................18
BAB V. PENUTUP.............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................19
PROTOKOL PEMBERIAN KCL......................................................................................20
PROTOKOL PEMBERIAN MGSO4 PADA PREEKLAMSIA BERAT DAN
EKLAMSIA........................................................................................................................21

YAYASAN KRISTEN UNTUK KESEHATAN UMUM (YAKKUM) PURWODADI QSC NO. 00581

Komite Akreditasi Nasional


Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu
LSSM-002-IDN

ii
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PANTI RAHAYU YAKKUM PURWODADI
NOMOR : 0052/PR-Per.Dir/VI/2018
Tentang
PANDUAN
PENGELOLAAN OBAT KEWASPADAAN TINGGI (HIGH ALERT MEDICATION)
DAN OBAT LOOK ALIKE SOUND ALIKE (LASA)
RUMAH SAKIT PANTI RAHAYU YAKKUM PURWODADI

DIREKTUR RUMAH SAKIT PANTI RAHAYU YAKKUM PURWODADI

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan dan


peningkatan keselamatan pasien Rumah Sakit Panti Rahayu
Yakkum Purwodadi, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan
yang bermutu tinggi.
b. bahwa agar pelayanan farmasi di Rumah Sakit Panti Rahayu
Yakkum Purwodadi dapat telaksana, perlu adanya Panduan untuk
Pengelolaan Obat Kewaspadaan Tinggi (High Alert Medication)
dan Obat Look Alike Sound Alike (LASA) di Rumah Sakit Panti
Rahayu Yakkum Purwodadi.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a
dan b, perlu ditetapkan dengan Peraturan Direktur Rumah Sakit
Panti Rahayu Yakkum Purwodadi.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009 tentang
Narkotika
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 1998
tentang Pekerjaan Kefarmasian
5. Peraturan Menteri Kesehatan no.58 tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
6. SK Pengurus Yakkum Nomor : 2263-
Ps/PERPJ/PUK.RSPR/XII/2013 tentang Pengangkatan
dr Sunarima, Mkes sebagai Direktur RS Panti Rahayu Yakkum di
Purwodadi Periode 1 Januari 2014 – 31 Maret 2014
iii
7. SK Direktur RS Panti Rahayu No. 4600/PR-Kep.Dir/VIII/2013
Tentang Kebijakan Pelayanan RS Panti Rahayu Yakkum Purwodadi
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
Kesatu : PERATURAN DIREKTUR Tentang PANDUAN PENGELOLAAN
OBAT KEWASPADAAN TINGGI (HIGH ALERT MEDICATION)
DAN OBAT LOOK ALIKE SOUND ALIKE (LASA) RUMAH SAKIT
PANTI RAHAYU YAKKUM PURWODADI.
Kedua : Panduan pengelolaan obat kewaspadaan tinggi (High Alert Medication)
dan obat Look Alike Sound Alike (LASA) Rumah Sakit Panti Rahayu
Yakkum Purwodadi sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini.
Ketiga : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pengelolaan obat
kewaspadaan tinggi (High Alert Medication) dan obat Look Alike
Sound Alike (LASA) Rumah Sakit Panti Rahayu Yakkum Purwodadi
dilaksanakan oleh Direktur Rumah Sakit Panti Rahayu Yakkum
Purwodadi.
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Purwodadi
Pada tanggal 2 Januari 2018
Direktur Rumah Sakit Panti Rahayu Yakkum Purwodadi

Dr. Sunarima,M.kes

iv
v
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PANTI RAHAYU
NOMOR : 0052/RSPR-Per.Dir/I/ 2018
TENTANG
PANDUAN PENGELOLAAN OBAT KEWASPADAAN TINGGI
(HIGH ALERT MEDICATION) DAN OBAT LOOK ALIKE
SOUND ALIKE (LASA)
RUMAH SAKIT PANTI RAHAYU YAKKUM PURWODADI

PANDUAN
PENGELOLAAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI
(HIGH ALERT MEDICATION)
DAN
OBAT LOOK ALIKE SOUND ALIKE (LASA)
RUMAH SAKIT PANTI RAHAYU YAKKUM PURWODADI

BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan professional yang sangat
komplek karena padat modal, padat teknologi, padat karya, padat profesi, padat system, dan
padat mutu serta padat resiko sehingga sangat memungkinkan terjadi kejadian tidak
diinginkan yang berakibat pada terjadinya kematian pada pasien. Keselamatan (safety) telah
menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan
keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu : keselamatan pasien (patient safety), keselamatan
petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa
berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green
productivity) yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis”
rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit. Ke lima aspek keselamatan
tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di setiap rumah sakit. Namun harus diakui
kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan apabila ada pasien. Karena itu keselamatan
pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan, dan hal tersebut terkait dengan isu
mutu dan citra rumah sakit. Namun diakui dengan semakin berkembangnya ilmu dan
teknologi pelayanan kesehatan, khususnya di rumah sakit menjadi semakin kompleks dan
1
berpotensi terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan atau KTD (adverse event) apabila tidak
dilakukan dengan hati-hati.
Di rumah sakit terdapat ribuan macam obat, ratusan tes dan prosedur, banyak alat
dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang siap memberikan
pelayanan pasien 24 jam terus menerus. Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut
apabila tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan terjadinya KTD. Di Indonesia data
tentang KTD apalagi Kejadian Nyaris Cedera (near miss) masih langka, namun dilain pihak
terjadi peningkatan tuduhan “mal praktek”, yang belum tentu sesuai dengan pembuktian akhir.
Dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit maka Perhimpunan Rumah
Sakit Seluruh Indonesia (Persi) telah mengambil inisiatif membentuk Komite Keselamatan
Pasien Rumah Sakit (KKP-RS). Komite tersebut telah aktif melaksanakan langkah-langkah
persiapan pelaksanaan keselamatan pasien rumah sakit dengan mengembangkan laboratorium
program keselamatan pasien rumah sakit.
Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi , mengharuskan adanya
perubahan pelayanan dari paradigm lama drug oriented ke paradigma baru patient oriented
dengan filosofi Pharmaceutical Care ( pelayanan kefarmasian). Praktek pelayanan
kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi,
mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan
pasien.
Pelayanan farmasi di RS.Panti Rahayu merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari seluruh pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh RS.Panti Rahayu. Pelayanan
farmasi mengutamakan keselamatan pasien dengan pemilihan obat yang sesuai prosedur,
penyimpanan obat dengan benar sampai distribusi kepada pasien harus dipastikan sudah tepat
pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat waktu pemberian obat, tepat rute pemberian obat dan
tepat pendokumentasian.
Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien, maka instalasi
farmasi harus berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien. Sesuai dengan
sasaran III dalam keselamatan pasien maka instalasi farmasi RS.Panti Rahayu harus
mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki keamanan obat-obat yang perlu
diwaspadai (high-alert). High alert medications adalah obat-obat yang sering menyebabkan
terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan
dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) dan obat-obat yang sering disebutkan dalam
isu keselamatan pasien adalah pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja (misalnya :
2
KCl 2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium phospat, NaCl lebih pekat dari 0,9% dan MgSO4
lebih pekat 50% atau lebih pekat). Cara yang paling efektif untuk mengurangi dan
mengeliminasi kejadian tersebut adalah dengan meningkatkan proses pengelolaan obat yang
perlu diwaspadai.
Selain obat-obat dengan kewaspadaan tinggi atau High Alert Medication, RS. Panti
Rahayu juga mengatur obat-obat yang tergolong dalam obat LASA “Look Alike, Sound
Alike” yaitu untuk obat-obat yang memiliki bentuk atau namanya yang mirip, sehingga
penempatan/ pengelolaan obatnya perlu diperhatikan.

B. DEFINISI
1. High alert medication atau obat dengan kewaspadaan tinggi adalah obat-obatan yang
sering menyebabkan terjadinya kesalahan serius atau sentinel event, serta obat yang
berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan/ adverse outcome, jika
terdapat kesalahan penggunaan (dosis, interval, dan pemilihannya).
2. Obat LASA (Look Alike Sound Alike) Obat yang berisiko menimbulkan
kesalahan karena nama obat yang membingungkan yaitu obat yang bentuknya
mirip (Look Alike) atau namanya kedengaran mirip (Sound Alike).
3. Double Check
Double Check adalah pengecekan ketepatan pasien, nama obat, dosis/kekuatan obat, cara
pemberian obat, waktu pemberian obat, dan dokumentasi yang dilakukan oleh 2 (dua)
orang petugas, yang kemudian didokumentasikan dengan membubuhkan tanda tangan
dan nama terang. Petugas kesehatan melakukan double check untuk 6 Benar, Benar
Nama Pasien, Benar Nama Obat, Benar Dosis Obat, Benar Waktu Pemberian, Benar Rute
Pemberian dan Benar Pendokumentasian.

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Meningkatkan keamanan penggunaan obat kewaspadaan tinggi dan
mengurangi kesalahan akibat tertukarnya obat Look Alike Sound Alike.
2. Tujuan Khusus :
a. Tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit terlibat dalam pengelolaan obat
kewaspadaan tinggi.

3
b. Tenaga kesehatan meningkatkan kewaspadaan dalam pemberian dan
pengelolaan obat LASA.
c. Medication error untuk obat kewaspadaan tinggi menurun.
d. Medication error akibat tertukar obat LASA menurun.

BAB II. RUANG LINGKUP KEGIATAN

Ruang lingkup pengelolaan obat kewaspadaan tinggi / High Alert Medication dan LASA

4
yaitu:
1. Instalasi Farmasi:
a. Seluruh penyimpanan obat kewaspadaan tinggi ada di farmasi termasuk juga obat
LASA. Untuk itu setiap petugas harus mengetahui pasti cara penyimpanan,
dan pengelolaan lainnya yang akan dijabarkan dalam tata laksana.
b. Pelabelan obat kewaspadaan tinggi dan LASA dilakukan oleh petugas farmasi.
2. Bangsal/ Ruang perawatan
a. Perawat harus melakukan double check pada pemberian obat kewaspadaan tinggi
yang sesuai dengan kebijakan pengelolaan obat kewaspadaan tinggi.
b. Perawat harus meningkatkan kewaspadaan terkait pemberian label LASA pada
kemasan obat serta harus memastikan bahwa obat yang diberikan sesuai dengan
permintaan dokter penulis resep.

5
BAB III. TATA LAKSANA

Pengelolaan Obat Kewaspadaan Tinggi


a. Golongan obat kewaspadaan tinggi:
No Jenis Obat Nama Dagang Bentuk Sediaan Kategori
1 Epinephrine Epinephrine Injeksi, 2 ml 2 mg / 2 ml Adrenergic
2 Norepinephrine Vascon Injeksi, 4 ml 4 mg / 4 ml Agonist, IV

3 Propofol Nopuvel Injeksi, 20 ml 200 mg / 20 ml Anesthetic


4 Ketamin KTM Injeksi, 10 ml 1000 mg / 10 ml Agents, IV
5 Ketalar Injeksi, 10 ml 1000 mg / 10 ml

6 Lidocain HCL Lidocaine Injeksi, 2 ml 40 mg / 2 ml Antiarhythmics,


7 Lidodex 5% Injeksi, 2 ml 100 mg / 2 ml IV
8 Pehacain Injeksi, 2 ml 40 mg / 2 ml (A)
25 mg / 2 ml (E)
9 Amiodarone Tyarid Injeksi, 3 ml 150 mg / 3 ml

10 Parnaparin Fluxum Injeksi, 4250 IU Antitrombotic


11 Enoxaparin Lovenox Injeksi, 0.2 ml 20 mg / 0.2 ml Agents
12 Lovenox Injeksi, 0.4 ml 40 mg / 0.4 ml
13 Heparin Invicolt Injeksi, 5 ml 25000 IU / 5 ml
14 Altepelase Actylise Injeksi, 50 ml 50 mg / 50 ml

15 Dextrose Otsu D40% Injeksi, 25 ml 40 % Dektrose


hipertonik (≥
20%)

16 Digoxin Fargoxin Injeksi 0,5 mg / 2 ml Inotropic


Medication, IV

17 Midazolam Fortanes Injeksi, 5 ml 5 mg / 5 ml Moderate


18 Sedacum Injeksi, 5 ml 5 mg / 5 ml Sedation
Miloz Injeksi, 3 ml 15 mg / 3 ml

19 Fentanyl Fentanyl Injeksi, 2 ml 100 mcg / 2 ml Narcotics


20 Pethidine Pethidine HCl Injeksi, 2 ml 100 mg / 2 ml
21 Morphin Morphine Sulfate Injeksi, 1 ml 10 mg / 1 ml
22 Rocuronium Noveron Injeksi, 5 ml 50 mg / 5 ml Neuromuscular
23 Vecuronium Ecron Injeksi, 1 ml 4 mg / 1 ml blocking agents
24 Biphasic Insulin Novomix Flexpen, 3 ml 300 unit / 3 ml Insulin
Aspart
25 Insulin Aspart Novorapid Flexpen, 3 ml 300 unit / 3 ml
26 Insulin Glargine Lantus Flexpen, 3 ml 300 unit / 3 ml
27 Insulin Glargine Ezelin Injeksi, 3 ml 300 unit / 3 ml
28 Human Insulin Humulin R 100 Injeksi, 10 ml 1000 mg / 10 ml

29 KCl Otsu KCl Injeksi, 25 ml 7,46% 25 mEq


6
30 NaCl Otsu NaCl Cairan, 500 ml 3% 500ml Elektrolit
Konsentrasi tinggi
31 MgSO4 Otsu MgSO4 Injeksi, 25 ml 20% 25 ml
b. Seleksi
1) Seleksi obat yang tergolong High Alert Medication dilakukan oleh Komite Farmasi
Terapi, sesuai dengan kebijakan KFT.
2) Kegiatan seleksi perbekalan farmasi dilakukan secara berkala.
c. Perencanaan
Perencanaan pembelian rutin untuk obat yang tergolong High Alert Medication, dilakukan
dengan metode konsumsi.
d. Pembelian
Pembelian Obat golongan High Alert Medication dilakukan oleh bagian pembelian
gudang farmasi RS. Panti Rahayu Purwodadi, dengan menggunakan sistem satu pintu.
e. Penyimpanan
1) Gudang Farmasi
 Penyimpanan obat golongan High Alert dipisahkan dengan obat lain yang bukan
termasuk golongan High Alert.
 Penyimpanan Obat golongan High Alert diberikan pelabelan High Alert sampai
satuan terkecil.
 Penyimpanan harus aman dan sesuai dengan suhu penyimpanan obat.
2) Farmasi Rawat Inap
 Penyimpanan obat golongan High Alert dipisahkan dengan obat lain yang bukan
termasuk golongan High Alert.
 Penyimpanan Obat golongan High Alert diberikan pelabelan High Alert sampai
satuan terkecil.
 Penyimpanan harus aman dan sesuai dengan suhu penyimpanan obat.
3) Farmasi Rawat Jalan
 Penyimpanan obat golongan High Alert dipisahkan dengan obat lain yang bukan
termasuk golongan High Alert (Farmasi rawat jalan tidak menyimpan elektrolit
pekat).
 Penyimpanan Obat golongan High Alert diberikan pelabelan High Alert sampai
satuan terkecil.
7
 Penyimpanan harus aman dan sesuai dengan suhu penyimpanan obat.

4) Ruangan Keperawatan
 Penyimpanan harus aman dan sesuai dengan suhu penyimpanan obat.
 Ruang Keperawatan tidak menyimpan elektrolit pekat kecuali bila dibutuhkan
secara klinis dan terpaksa disimpan di area ruang rawat inap diatur
penyimpanannya untuk menghindari kesalahan (Kecuali MgSO4 20% di simpan
Trolly Emergency)
 High Alert milik pasien di simpan loker khusus obat High Alert dengan diberi
identitas pasiennya
 Ruang keperawatan/ruang rawat inap yang menyimpan obat High Alert
TROLI EMERGENCY EMERGENCY KIT
(IGD, ICU, IKO, Ruang ANGGUR) (SEMUA RUANG RAWAT INAP, RADIOLOGI,
POLIKLINIK, LABORATORIUM)
Ephinephrine injeksi Ephinephrine injeksi
Amiodaron 50 mg injeksi (Tyarid) Atropin Sulfat
MgSO4 20% D 40% 20 ml
Lidocain (40mg/2 ml injeksi)
Dopamin 40 mg/5 ml injeksi
Na Phenytoin 100 mg/2ml injeksi
Phenobarbital injeksi

f. Pelabelan
Diberi label tanda peringatan berwarna merah pada t e m p a t penyimpanan dan
kemasan (obat) sampai satuan terkecil untuk obat kewaspadaan tinggi/ High Alert.

Gambar Label Obat Kewaspadaan Tinggi/ High Alert


g. Peresepan
Peresepan obat high alert tetap dilakukan oleh dokter (dokter jaga/DPJP). Jika
permintaan obat terpaksa dilakukan secara lisan oleh dokter penanggung jawab pasien,

8
maka harus dilakukan pengulangan dan pengejaan obat yang diminta, dan
dimintakan penulisan ke dokter jaga.
Dalam peresepan obat High Alert, dokter/petugas farmasi memberikan stampel “High
Alert” disamping tulisan nama obat.
h. Penyiapan dan pengeluaran
Penyiapan obat kewaspadaan tinggi dikerjakan sesuai dengan kebijakan penyiapan
obat, dimana dilakukan double check oleh petugas farmasi. Selain itu petugas farmasi
harus menambahkan stampel obat kewaspadaan tinggi pada etiket obat.
Penyiapan obat kewaspadaan tinggi diruang keperawatan, melakukan double check
oleh perawat senior, sebelum obat diberikan kepada pasien.
i. Pemberian
Hal-hal yang perlu mendapat perhatian khusus pada pemberian obat kewaspadaan tinggi
adalah:
1. Memastikan ketepatan High Alert dengan melakukan double check yang dilakukan oleh
2 petugas farmasi (Apoteker dan TTK) dan perawat yang berbeda.
2. Pengecekan pertama dilakukan oleh petugas farmasi (Apoteker dan TTK) yang
melayani obat, sedangkan pengecekan yang kedua dilakukan oleh petugas farmasi
(Apoteker dan TTK) yang akan memberikan obat kepada perawat yang mengambil obat
(petugas pengecekan yang pertama dan kedua tidak boleh sama / dilakukan dengan
orang yang berbeda).
3. Diruangan keperawatan, sesaat sebelum memberikan obat ke pasien, perawat melakukan
identifikasi pasien (nama pasien,tanggal lahir) memberitahukan kepada pasien mengenai
nama obat yang diberikan, dosis, dan indikasinya (pasien juga dapat berperan sebagai
pengecek, jika memungkinkan).
4. Kegiatan double check tersebut didokumentasikan dengan tanda tangan kedua perawat
(perawat yang melakukan penyiapan obat dan yang memberikan obat ke pasien).
5. Pemberian obat kewaspadan tinggi harus dilakukan double check kecuali pada
pemberian CITO double check dapat dilakukan setelah pemberian.
6. Pada pemberian obat kewaspadaan tinggi perawat kedua yang melakukan
double check adalah kepala ruang/bagian/unit, CI (Clinical instructure), dan ketua
tim /Perawat Senior.
7. Pada pemberian obat dengan continuous infusion / drip infus maka kolf infus harus
9
diberi label dan pada jalur infus.

8. Perawat memberikan obat ke pasien harus dengan prinsip 6 Benar, Benar Nama Pasien,
Benar Nama Obat, Benar Dosis Obat, Benar Waktu Pemberian, Benar Rute Pemberian
dan Benar Pendokumentasian.

Pengelolaan Obat LASA


a. Penggolongan obat LASA
Obat Look Alike Sound Alike (LASA) yang ditetapkan dalam kebijakan
pengelolaan obat Look Alike Sound Alike adalah:
NAMA OBAT SAMA, BEDA SEDIAAN
1. Apialys Drop Apialys Syr
2. Amoxan Drop Amoxan Syr
3. Ferriz Drop Ferriz Syr
4. Biothicol Syr Colsancentin Syr
5. Mucos Drop Mucos Syr
6. Vometa Drop Vometa Syr
7. Sanmol Drop Sanmol Syr
8. Mucera Drop Mucera Syr
9. Rhinos Neo Drop Rhinos Junior Syr
10. Vitaplex Drop Vitaplex Syr
11. Imunos Plus Syr Imunos Syr
12. Inpepsa 100ml Syr Inpepsa 200ml Syr
13. Sanmol Drop Sanmol Syr
14. Vometa Drop Vometa Syr
15. Augentonic TM 5ml Augentonic TM 15ml
16. Cendo Genta ZM Cendo Genta TM
17. Cendo Xitrol ZM Cendo Xitrol TM
18. Cendo Catarlent TM 5ml Cendo Catarlent 15ml
KEMASAN MIRIP
19. Biothicol Syr Colsancentin Syr
20. Latropil Syr L-Zinc Syr
21. OBP Syr OBH Syr
22. Vitaplex Syrup Tocef Syrup
23. Rhinofed Syr Rhinos Junior Syr
24. Cendo Lyteers TM Cendo Catarlent TM 15ml
25. Brainact 500mg Tab Spirola 100mg Tab
26. Urdahex Tab Longcef Tab
27. Tensivask 5mg Tab Rhinofed Tab
28. Pidovix 75mg Tab Amadiab 4mg Tab
29. Tilflam Tab Vaclo Tab
10
30. Gastridin Inj Invomit Inj
31. Acran Inj Valisanbe Inj
NAMA OBAT SAMA KEKUATAN BEDA
32. Elkana Syr Elkana CL Syr
33. Vasacon TM Vasacon A TM
34. Osteocal Tab Osteocal Plus Tab
35. Cendo Mydriatil 0,5% TM Cendo Mydriatil 1% TM
36. Cinolon Cream Cinolon N cream
37. Acyclovir 200mg Tab Acyclovir 400mg Tab
38. Amadiab 2mg Tab Amadiab 4mg Tab
39. Candesartan 8mg Tab Candesartan 16mg Tab
40. Captopril 12,5mg Tab Captopril 25mgTab
41. Cedocard 5mg Tab Cedocard 10mg Tab
42. Cefixime 100mg Tab Cefixime 200mg Tab
43. Flamar 25mg Tab Flamar 50mg Tab
44. Clindamycin 150mg Tab Clindamycin 300mg Tab
45. Divask 5mg Tab Divask 10mg Tab
46. Glimipiride 1mg Tab Glimipiride 2mg Tab,
Glimepiride4 mg
47. Gluvas 1 mg Tab Gluvas 2 mg Tab
48. Heptasan Tab Histapan Tab
49. Intervask 5mg Tab Intervask 10mg Tab
50. Lameson 4mg Tab Lameson 16mg Tab
51. Lapibal 250mg Cap Lapibal 500mg Cap
52. Lisinopril 5mg Tab Lisinopril 10mg Tab
53. Neurotam 400mg Tab Neurotam 800mg, 1200mgTab
54. Ofloxacin 200mg Tab Ofloxacin 400mg
55. Pletaal 50mg Tab Pletaal 100mg Tab
56. Polycrol ForteTab Polycrol Gel Tab
57. Propanolol 10mg Tab Propanolol 40mg Tab
58. Ramipril 2,5mg Tab Ramipril 5mg Tab
59. Rifampicin 300mg Tab Rifampicin 450mg, 600mg Tab
60. Salbutamol 2mg Tab Salbutamol 4mg Tab
61. Tariflox 200mg Tab Tariflox 400mg Tab
62. V-Bloc 6,25mg Tab V-Bloc 25mg Tab
63. Tebokan Tab Tebokan Spesial Tab
64. Tyllonic 100mg Tab Tyllonic 300mg Tab
65. Neurotam 1gr Inj Neurotam 3gr Inj
NAMA OBAT MIRIP UCAPAN
66. XIMEsco Tab IMEsco Tab, UBEsco Tab
67. CETIRizine Tab KETRicin Tab
68. BISOPRolol tablet PROPANolol tablet
69. TRILEPtal tablet PLETaal tablet
70. DOPAmin injeksi DOBUTAmin injeksi
71. ASAM MEFENamat tablet ASAM TRANEXamat tablet
11
72. GlaoPLUS TM GlaoPENpen TM
73. PolyNEL TM PolyDEX TM, PolyGRAN TM

Obat-obat yang dianggap look alike (rupa mirip), termasuk nama obat yang sama
dengan kekuatan berbeda, dan sound alike (ucapan kedengaran mirip), maka dibuat
suatu kebijakan yang ditujukan untuk mencegah medication error yaitu dengan
pengaturan cara penyimpanannya.
b. Seleksi
1) Seleksi obat yang tergolong Look Alike, Sound Alike dilakukan oleh Komite Farmasi
Terapi, sesuai dengan kebijakan KFT.
2) Kegiatan seleksi perbekalan farmasi dilakukan secara berkala.
c. Perencanaan
Perencanaan pembelian rutin untuk obat yang tergolong LASA, dilakukan dengan metode
konsumsi.
d. Pembelian
Pembelian Obat golongan LASA dilakukan oleh bagian pembelian gudang farmasi RS.
Panti Rahayu Purwodadi, dengan menggunakan sistem satu pintu.
e. Penyimpanan
1) Gudang Farmasi
 Penyimpanan obat tablet, sirup, injeksi dan sediaan lainnya, dijadikan satu pada
tempat obat golongan LASA.
 Penyimpanan obat harus aman dan sesuai dengan suhu penyimpanan obat.
 Penyimpanan obat diberikan label LASA, ditempat penyimpanan dan box obatnya.
2) Farmasi Rawat Inap
 Penyimpanan obat tablet, sirup, injeksi dan sediaan lainnya, dijadikan satu pada
tempat obat golongan LASA.
 Penyimpanan obat harus aman dan sesuai dengan suhu penyimpanan obat.
 Penempatan obat tablet dalam kemasan strip yang tergolong LASA disimpan
dalam loker obat yang diberi minimal 2 jarak kotak dalam penempatannya.
 Penyimpanan dalam loker/kotak obat diberi tulisan nama obat Tallman Lettering
dan diberi Label LASA.
3) Farmasi Rawat Jalan
12
 Penyimpanan obat tablet, sirup, injeksi dan sediaan lainnya, dijadikan satu pada
tempat obat golongan LASA.
 Penyimpanan obat harus aman dan sesuai dengan suhu penyimpanan obat.
 Penempatan obat tablet dalam kemasan strip yang tergolong LASA disimpan
dalam loker obat yang diberi minimal 2 jarak kotak dalam penempatannya.
 Penyimpanan dalam loker/kotak obat diberi tulisan nama obat Tallman Lettering
dan diberi Label LASA.
4) Ruang Keperawatan
 Penyimpanan obat tablet, sirup, injeksi dan sediaan lainnya, dijadikan satu
dengan obat lain yang bukan golongan LASA.
 Penyimpanan obat harus aman dan sesuai dengan suhu penyimpanan obat.
f. Pelabelan
Diberi label tanda peringatan berwarna hijau pada penyimpanan dan kemasan (obat)
untuk obat LASA.

LASA
Gambar label obat LASA
g. Peresepan
Peresepan obat LASA dilakukan oleh dokter (dokter jaga/DPJP). Jika permintaan obat
terpaksa dilakukan secara lisan oleh dokter penanggung jawab pasien, maka harus
dilakukan pengulangan dan pengejaan obat yang diminta, dan dimintakan penulisan
resep ke dokter jaga. Petugas farmasi memberikan stampel “LASA” di label etiket obat
dan kartu obat pasien.
h . Penyiapan dan pengeluaran
1) Penyiapan obat LASA, dengan double check saat pengambilan dari tempat obat
penyimpanan yang sudah diberi label LASA kuning.
2) Jika mengalami keraguan terhadap resep yang dituliskan, dilakukan verifikasi
ulang kepada dokter yang menulis resep dengan cara:
a. Menyebutkan ulang obat yang ditulis dengan cara mengeja obat yang

13
ditulis dokter.
b. Jika indikasi obat berbeda, dapat menyebutkan indikasi obat yang dimaksudkan.
c. Jika obat merek dagang dapat menyebutkan isi obat atau nama generik obat

i. Pemberian
1) Perawat meningkatkan kewaspadaan saat pemberian obat dengan stiker LASA pada
etiket obat.
2) Perawat memastikan obat yang diberikan sesuai dengan permintaan dokter penulis
resep dan sesuai dengan indikasi obat yang diberi.
3) Perawat memberikan obat ke pasien harus dengan prinsip 6 Benar, Benar Nama Pasien,
Benar Nama Obat, Benar Dosis Obat, Benar Waktu Pemberian, Benar Rute Pemberian
dan Benar Pendokumentasian.

BAB IV DOKUMENTASI

a. Sistem dokumentasi
1. Hal yang dilaporkan
14
 Kejadian nyaris cedera
 Kejadian tidak diharapkan
 Sentinel events
 Indikator keselamatan pasien
2. Waktu pelaporan
 Setiap terjadi KTD dilaporkan ke Tim KPRS dalam waktu 2x24 jam
 Indikator keselamatan pasien dilaporkan setiap bulan ke Tim KPRS
b. Indikator Mutu
1 Judul Indikator Kejadian tidak diberikan label High Alert dan LASA pada obat
golongan High Alert dan LASA di Farmasi Rawat Jalan dan Farmasi
Rawat Inap
2 Domain Indikator Area Klinis / Pengkajian Pasien (SKP)
Alasan Pemilihan Indikator Kesalahan dalam pemberian obat High Alert dan LASA memiliki resiko
yang sangat tinggi
~ High Risk ~High Volume ~Problem Prone ~High Cost
3 Dimensi
 Kelayakan  Efisiensi  Kehormatan dan Harga Diri

 Ketersediaan  Ketepatan Waktu  Lainnya, Sebutkan :


 Kesinambungan  Manfaat

 Efektifitas  Keselamatan
4 Tujuan Mengukur Kejadian tidak diberi label High Alert dan LASA pada obat
golongan High Alert dan LASA di Farmasi Rawat Jalan dan Farmasi
Rawat Inap
5 Dasar Pemikiran / Literatur Permenkes No.11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
6 Definisi Kejadian tidak diberi label High Alert dan LASA pada obat golongan
High Alert dan LASA di Farmasi Rawat Jalan dan Farmasi Rawat Inap
7 Kriteria
a. Inklusi Kejadian tidak diberi label High Alert dan LASA pada obat golongan
High Alert dan LASA di Farmasi Rawat Jalan dan Farmasi Rawat Inap
b. Eksklusi Kejadian diberikan label High Alert dan LASA pada obat golongan
High Alert dan LASA di Farmasi Rawat Jalan dan Farmasi Rawat Inap
8 Tipe Indikator
 Struktur  Proses  Outcome  Proses dan Outcome
9 Jenis Indikator
 Rate Based  Waktu  Presentase  Lainnya: Angka Kejadian

10 Numerator Kejadian tidak diberi label High Alert dan LASA pada obat golongan

15
High Alert dan LASA di Farmasi Rawat Jalan dan Farmasi Rawat Inap
11 Denominator -
12 Cara Pengukuran / Formula Angka Kejadian tidak diberi label High Alert dan LASA pada obat
golongan High Alert dan LASA di Farmasi Rawat Jalan dan Farmasi
Rawat Inap
13 Target Pengukuran 0
14 Sumber Data

 Medical record • Sistem Pelaporan, mohon dijelaskan:


 Catatan data • Lainnya :
 Laporan Kepuasan Pasien
15 Target sampel dan ukuran sampel Metode : Retrospektif
(n) : Metode dan jumlah sampel
Wilayah pengamatan: Farmasi rawat jalan dan farmasi rawat inap
16 Metodologi pengumpulan data: (pilih salah satu)
• Retrospektif • concurrent
17 Staf pengumpul data Petugas farmasi
18 Frekuensi pengumpulan data : (pilih salah satu)
• Harian • Bulanan • Yang lain mohon disebutkan :
19 Periode waktu pelaporan:
• Bulanan • 6 bulanan • Triwulan •Lainnya :………
20 Periode analisa data
• Triwulan • Semester • Lainnya :………
21 Mohon dijelaskan mengenai rencana Diagram garis digunakan untuk menampilkan data dari waktu ke waktu
analisis
22 Mohon dijelaskan bagaimana hasil- Internal : Papan pengumuman ruangan, rapat ruangan
hasil data akan disebarluakan pada Eksternal : Web RSPR
23 Nama alat atau file audit : Buku pencatatan obat yang tidak diberi label High Alert dan LASA
24 Department / Komite yang Instalasi Farmasi
bertanggung jawab
25 Daftar departemen, layanan, komite Komite Mutu dan Komite Keselamatan Pasien
atau staf yang harus menerima laporan:

BAB V PENUTUP

Demikianlah panduan ini disusun sebagai pedoman dalam pengelolaan obat


kewaspadaan tinggi dan obat look alike sound alike. Pedoman ini masih jauh dari sempurna,
16
oleh sebab itu Panduan akan dievaluasi kembali setiap 2 sampai 3 tahun sesuai dengan
tuntutan layanan dan standar akreditasi baik Akreditasi SNARS 2017 maupun standar
Internasional.

Direktur,

Dr. Sunarima, M. Kes.

17
DAFTAR PUSTAKA

WHO Collaborating Centre for Patient Safety Solutions, 2007, Look-Alike, Sound-
Alike Medication Names, diakses dari
http://www.ccforpatientsafety.org/common/pdfs/fpdf/Presskit/PS-Solution1.pdf

The University of Kansas Hospital, HIGH ALERT MEDICATION DOUBLE CHECK


diakses dari http://www2.kumc.edu/pharmacy/Policies/Hospital%20Medication
%20Management/High%2
0Alert%20Medication%20Double%20Check.pdf

ISMP, 2011, ISMP’s List of Confused Drug Name, diakses dari


http://www.ismp.org/Tools/confuseddrugnames.pdf

ISMP, 2006, Independent Double-Check–One simple step to decrease the risks for high
alert medications diakses dari http://www.ismp-
canada.org/download/hnews/HNews0603.pdf

ISMP, 2005, diakses dari http://www.ismp-


canada.org/download/safetyBulletins/ISMPCSB2005-
01.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai